• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. Ilmu Bayan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "2. Ilmu Bayan"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ILMU BAYAN ILMU BAYAN

Hak penerbitan ada pada STAIN Jember Press Hak cipta dilindungi undang-undang

All rights reserved Penulis:

Zeiburhanus Saleh Zeiburhanus Saleh Eni Zulfa Hidayah Eni Zulfa Hidayah

Editor: Imam Mahfudiono Imam Mahfudiono Layout: Muh. Faisol Muh. Faisol Cetakan I: Juli 2013 Penerbit:

STAIN Jember Press STAIN Jember Press

Jl. Jumat Mangli 94 Mangli Jember Tlp. 0331-487550 Fax. 0331-427005 e-mail: stainjember.press87@gmail.com

ISBN:

(3)

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah Swt, atas rahmat dan hidayah-Nya, penulisan buku dengan judul “ILMU BAYAN” dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Nabi Akhiruz Zaman Muhammad Rasulullah Saw., yang paling fashih dalam berbahasa Arab, panutan umat Islam dalam menjabarkan ajaran Islam di berbagai aspek kehidupan, beserta keluarganya, para sha-habatnya yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kesusastraan, dan semua pengikutnya yang setia dari awal sampai akhir.

Kita mengetahui bahwa pembahasan Ilmu Balaghah terdiri dari tiga unsur yaitu Ma’ani, Bayan dan Badi’. Pem-bahasan Ilmu Ma’ani telah dibahas dalam buku yang per-tama dengan judul “ILMU MA’ANI” yang diterbitkan oleh Pustaka Radja Jember 2012.

(4)

Dan buku ini merupakan lanjutan dari buku diatas yang secara konprehensif akan memaparkan unsur-unsur yang terdapat dalam pembahasan Ilmu Bayan, berangkat dari pengertian, pembagian, dan contoh-contohnya, dalam hal ini adalah Tasybih , Majaz dan Kinayah. Melalui ketiga bidang ini kita akan mengetahui ungkapan-ungkapan bahasa Arab yang fasîh, baik dan benar, mengetahui ungkapan-ungkapan yang tidak fasîh dan tidak cocok untuk diucap-kan. Ilmu ini pula dapat membantu kita untuk mengungkapkan suatu ide atau perasaan melalui bentuk dan uslub yang bervariasi sesuai dengan muqtadha al-hâl . Dengan pengetahuan di atas seseorang akan mampu me-nangkap kemukjizatan Alquran dari aspek bahasanya, keindahan, ketepatan, dan kehebatan ayatnya, baik pada

tataran jumlah Kemudian untuk Pembahasan Ilmu Badi’ akan diba-,kalimah , sampai kepada huruf-hurufnya. has dalam buku yang ketiga. Dan penulis sangat setuju dengan apa yang disampaikan oleh Ali Muhammad al-Imadi (1966;7) bahwa:

:

“Aku yakin bahwa tidaklah seseorang membuat karya tulis pada hari ini melainkan keesokan harinya dia akan berkata:

Jika bagian ini di ubah tentu lebih indah Jika bagian itu ditambah tentu lebih jelas

Jika yang ini didahulukan niscaya lebih menawan Jika itu dihilangkan niscaya lebih rupawan.”

(5)

Demikian penulis menyadari bahwa kesalahan dan kekeliruan akan banyak dijumpai didalam buku ini, dan pa-da akhirnya penulis hanya bisa berdoa semoga buku ini memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya, ser-ta kritikan dan saran akan sangat diharapkan untuk penyempurnaan buku ini, jazakumullah khairal jazaa’ .

.

Jember, Juli 2013

(6)
(7)

A. Pengertian Tasybih ... 3 B. Macam-macam tasybih ... 4 C. Pembagian Tasybih dari Segi Mufrad

dan Murakkabnya ... 5 D. Pembagian Tasybih dari Segi

Cabangnya ... 7 E. Pembagian Tasybih dari Segi Wajah

Syabah ... 10 F. Pembagian Tasybih dari Segi Tujuannya

... 15 G. Tentang Beberapa Alat Tasybih ... 15 H. Faedah Tasybih ... 20 I. Bentuk Tasybih Yang Tidak Mengikuti

(8)

A. PENGERTIAN MAJAZ ... 33

B. MACAM-MACAM MAJAZ ... 35

C. SEGI KESEMPURNAAN ISTI'ARAH DENGAN SELURUH MACAMNYA ... 94

A. PENGERTIAN KINAYAH ... 97

B. PEMBAGIAN KINAYAH ... 101

C. KESEMPURNAAN KINAYAH ... 109

(9)

Al-Bayan (

  

) menurut pengertian bahasa adalah Al-Kasyfu (

  

) yang berarti membuka atau menyatakan. Dan bisa disebut juga Al-Iidhaah (

  

), artinya menerangkan atau menjelaskan.

Menurut istilah Ulama Balaghah (Al-Bulagha’ ) adalah:

                                   

                      

   

“Dasar-dasar dan kaidah-kaidah untuk mengetahui cara menyampaikan satu makna dengan beberapa cara yang sebagiannya berbeda dengan sebagian yang lain dalam menjelaskan segi penunjukan terhadap keadaan makana tersebut.”

Dalam hal tersebut selalu tetap melihat kontekstu-alnya atau Muqtadhal Hal- nya. Jadi, satu makna tersebut misalnya “kedermawanan Saad (

     

)”, itu pada suatu kali bisa ditunjukkan dengan bentuk “Tasybih ” (

 

), seperti diucapkan:

 

= Saad itu seperti Hatim.

Dan pada kesempatan lain dengan menggunakan bentuk majaz,misalnya dikatakan.

(10)

      

= Saya melihat seorang dermawan lak- sana lautan dirumah Saad.

Sesekali dengan metode kinayah, seperti diucap-kan:

     

=Saad adalah orang yang banyak abunya.

Tidak samar lagi bahwasanya sebagian dari susunan kalimat tersebut lebih jelas dari sebagian yang lain, se-bagaimana akan kita ketahui bersama.

Pengarang atau pelopor utama ilmu ini adalah Imam Abu Ubaidah yang membukukan ilmu ini dalam bukunya yang dinamakan “Majaazul Qur’an” (

 

). Ilmu ini berkembang dan Imam Abdul Qahir mengukuh-kan dasar-dasarnya, menertibmengukuh-kan kaidah-kaidahnya. Dan selanjutnya diikuti oleh Al-Jahiz, Ibnul Mu’taz, Qudamah dan Abu Hilal Al-Askari.

Manfaat dari ilmu ini adalah kita bisa mengetahui ra-hasia-rahasia kalimat Arab, baik prosa maupun puisinya, dan juga mengetahui perbedaan macam-macam kefasihan dan perbedaan tingkatan sastra sehingga dengan hal terse-but dapat mengetahui tingkat kemukjizatan Al-Qur’an di-mana manusia dan jin kebingungan untuk menirunya dan tidak mampu menyusun semisalnya.

(11)

Tasybih merupakan cara pertama yang di-tunjukkan oleh tabi’at untuk menjelaskan suatu makna. Menurut pengertian bahasa, maknanya adalah (

    

), artinya menggambarkan atau memisalkan. Tetapi menurut Ulama Ilmu Bayan, tasybih adalah:

              

“Menyamakan suatu hal kepada hal yang lain dalam suatu makna dengan menggunakan perabot yang diketahi.”

Seperti ucapan anda:

            

= Ilmu pengetahuan itu seperti ca-

haya dalam memberikan petunjuk.

Lafaz (



) adalah musyabbah (

 

), artinya yang diserupakan atau disamakan, dan lafaz (



) ada-lah musyabba bih (

 

 

), artinya yang diserupai. Lafaz (



) adalah wajah syabah (

 

), artinya segi penyerupaan, dan kaf (



), adalah alat tasybih

(

    

), artinya alat yang digunakan untuk

menyeru-pakan. Dengan demikian rukun tasybih ada empat macam, yaitu:

(12)

2. Musyabbah bih (

  

)

Kedua rukun ini disebut dua unsur pokok tasybih

(

        

)

3. Wajah syabah (

 

)

Alat tasybih (

     

), baik diucapkan atau tidak diucapkan.

Dua unsur pokok tasybih, yaitu musyabbah dan musyabbah bih,adakalanya:

1. Keduanya hissi

   

dapat ditemukan dengan salah satu dari panca indra lahir. Contoh:

      

= Anda seperti matahari da-

lam cahayanya.

Dan seperti menyerupai pipi dengan bungan mawar.

2. Keduanya aqli

    

, artinya dapat ditemukan dengan akal. Contoh:

    

= Ilmu pengetahuan itu laksana ke-

hidupan.

         

= Sesat dari kebenaran itu

laksana buta.

     

=Kebodohan itu laksana kematian.

3. Musyabbah hissi dan musyabbah bih aqli, seperti:

       

=Dok ter yang jahat itu laksana

kematian.

4. Musyabbah aqli dan musyabbah bih hissi, seperti:

(13)

Dua unsur pokok tasybih, yaitu musyabbah dan musyabbah bih itu adakalanya:

1. a. Keduanya mufrad yang mutlak, seperti:

     

=Cahayanya seperti matahari.

b. Keduanya muqayyad

  

, seperti:

  

               

“Orang yang berusaha dengan hal yang tiada faedahnya adalah seperti orang yang menulis di- atas air”.

c. Keduanya berbeda

    

, seperti:

           

= Gigi depannya seperti muti-

ara yang dirangkai.

        

= Mata yang berwarna biru

itu seperti mata lembing.

Keduanya murakkab dengan susunan yang tidak mungkin dipisah bagian-bagiannya, seperti kata penyair:

             

           

“Seolah-olah bintang Suhail,

Dan bintang-bintang di belakangnya, Seperti barisan-barisan shalat,

Yang imamnya berdiri di hadapannya.” Sebab kalau anda mengatakan:

                 



Sudah tentu faedah tasybih menjadi hilang. 2. Keduanya murakkab dengan susunan yang apabila

bagian-bagiannya dipisah, maka menjadi hilanglah yang dimaksudkan dari keadaan musyabbah bih.

(14)

Seperti susunan tasybih yang bisa dilihat dalam kata penyair berikut, dimana penyair menyerupakan bintang-bintang yang brcahaya di tengah-tengah langit, dengan mutiara-mutiara yang ditaburkan di-atas permadani berwarna biru. Syair tersebut adalah:

                           

 

“seakan-akan bentuk bintang-bintang, Dalam keadaan bercahaya,

Laksana mutiara-mutiara yang ditaburkan, Diatas permadani berwarna biru.”

Sebab, kalau anda mengatakan:

                

, maka tasybih

masih juga bisa diterima, tetapi telah hilang apa yang dimaksudkan dengan keadaan musyabbah bih.

3. Mufrad dengan murakkab (

        

), seperti uca-pan Al-Khansa’:

                         

“Orang yang putih, yang bercahaya, Para pemberi petunjuk mengikutinya,

Seolah-olah dia seperti sebuah bendera yang ada api di atasnya.”

Seperti kata penyair:

                                

“Dan taman-taman yang tanamannya Tiada bunga syaqiq,

Seperti pohon yang warna bunganya merah, Yang diberi tanda dengan minyak ambar.” 4. Murakkab denganmufrad (

        

). Contoh

      

=Air yang asin itu seperti racun.

(15)

                             

“Janganlah kalian merasa kagum, Dengan tahi lalat dipipinya, Setiap bunga Syaqiq,

Dengan titik berwarna hitam.”

Dua macam ujung tasybih,yaitumusyabbah dan musyabbah bih, dengan melihat cabangnya, terbagi menjadi empat macam, yaitu:

a. Tasybih malfuf (

    

) b. Tasybih mafruq (

    

) c. Tasybih taswiyah (

    

) d. Tasybih jamak (

  

) adalah:

  

                              

                         

  

“Mengumpulkan masing-masing ujung keduanya dengan semisaln ya, sperti mengumpulkan musyab- ba dengan musyabbah, dan musyabbah bih dengan musyabbah bih, yaitu pertama kali mengemukakan beberaa musyabbah, lalu kedua kalinya menghad- dirkan beberapa musyabah bih.”

Seperti ucapan penyair:

                    

“Waktu malam, bulan purnama dan batang pohon, Laksana rambut, waja dan bentuk tubuh.”

(16)

                               

“Senyuman dan kerutan muka, Dalam perkumpulan dan peerangan, Laksanan hujan dan kilat,

Dibawah bentangan hujan air beku.” Dan seperti ucapan penyair:

                          

“Dan cahaya memancar,

Yang tampak nyata diwaktu malam, Seperti ujung mata lembing,

Yang ada di baju besi.”

2. , yaitu:

                

“Mengumpulkan setiap musyabbah bersama musyabbah bih.”

Seperti ucapan penyair:

                          

“Bau yang harum itu seperti kasturi, Dan wajah-wajah seperti dinar, Dan jari-jari itu,

Seperti pohon anam.”

3. , yaitu:

                

“Berbilangnya musyabbah, bukan musyabbah bih- nya.”

Seperti ucapan penyair:

  

             

(17)

“Pelipis sang kekasih dan keadaanku, Keduanya seperti beberaa malam, Dan gigi depannya dalam bersihnya, Dan air mataku seperti mutiara.”

Dinamakan dengan tasybih taswiyah karena mem-persamakan antara beberapa musyabbah dalam susunantasybih.

4. , yaitu:

              

“Berbilangnya musyabbah bih, bukan musyabbah.” Seperti ucapan penyair:

       

                   

“Seolah-olah kekasih tersenyum,

Dengan menampakkan gigi seperti mutiara, Yang dirangkai rapi,

Atau seperti hujan air beku, atau bunga uqhuwan.” Maksud syair diatas ialah, seolah-olah sang kekasih tersenyum dengan menampakkan gigi-gigi seperti mutiara yang dirangkai, atau seperti hujan beku. Penyair menyerupakan gigi depan sang kekasih dengan tiga macam hal, yaitu mutiara, hujan air beku (air yang membeku menjadi es) dan bungan uqhuwan, yaitu bunga yang tumbuh semerbak baunya yang dikelilingi daun putih yang tenghnya kuning.

Dinamakan tasybih jamak sebab didalam tasybih tersebut mengumpulkan beberapa musyabbah bih. Pada contoh diatas mengumpulkan tiga musyabbah bih.

(18)

Dan seperti kata penyair:

     

               

“Ia melewati kami (bagaikan) matahari Yang bersinar di waktu Dhuha,

Dia menirukan kijang betina Terhadap kijang jantan.”

                             

“Wajah syabah adalah sifat khusus yang dituju oleh per- samaan dua ujung tasybih.”

Contohnya seperti sifat pemurah atau dermawan

(

  

) dalam contoh:

(

       

) = “Khalil itu (kedermawanannya) seperti

Hatim.

Tasybih dengan melihat wajah syabah terbagi menjadi: 1. Tasybih tamtsil (

    

), yaitu:

                         

“Tasybih yang wajah syaba-nya berupa gamaran yang diambil dari hal yang berbilang.”

Seperti ucapan penyair:

          

”Tiadalah seseorang itu,

Kecuali seperti bulan dan cahayanya, Ia menempati sebulan penuh,

Kemudian menghilang.”

Pada bait diatas, wajah syabah- nya adalah “cepat-nya binasa” (

      

). Penyair mengambilkan dari keadaan-keadaan cahaya bulan yang cukup

(19)

berbilang. Sebab kemunculan pertama berupa bu-lan sabit (

 

), kemudian menjadi bulan purnama

(

 

), lalu berkurang, dari selanjutnya lenyap.

2. Tasybih ghairu tamtsil (

           

), yaitu:

                          

“Tasybih yang wajah syabah-nya tidak berupa gamaran yang diambil dari hal yang berbilang.

Contohnya seperti:

(

       

) = Wajahnya seperti bulan purnama.

Dan seperti ucapan penyair:

                             

“Janganlah anda mencari angkat,

Dengan alat (kemampuan) yang anda miliki, Pena sastrawan tanpa tulisan,

Laksana alat pemintal,”

Wajah syabah- nya adalah “Sedikitnya faedah” (

 

  

) dan macam itu tidak diambil dari hal yang

berbilang.

3. Tasybih Mufashal (

       

),yaitu:

            

“Tasybih yang wajah syabah-nya disebutkan rangkaiannya.”

Seperti:

a. (

             

) = Watak Farid

kehalusannya laksana angina sepoi-sepoi

b. (

         

) = Dan tangannya seperti

lautan kedermawanannya.

c. (

        

) = Dan perkataannya

seperti mutiara kebaikannya. d. Ibnu Ruumy mengucapkan:

(20)

                                     

“(Dialah) orang yang menyerupai bulan pur- nama,

Kebaikan, cahaya,

Dan pemberiannya, dan menyerupai dahan ke- lunakannya,

Kekuatan dan kelurusannya.” 4. Tasybi mujmal (

        

), yaitu:

       

“Tasybih yang wajah syabah-nya tidak disebutkan dalam rangkaiannya.”

Seperti:

a. (

               

)

Ilmu tatabahasa dalam erkataan adalah seperti garam dalam makanan.

b. Penyair menyatakan:

                      

“Sesungguhnya dunia itu Seperti rumah,

Yang tennannya terbuat Dari sarang laba-laba.”

5. Tasybih qariq mubtadzal (

   

   

), yaitu:

                                   

                        

“Tasybih yang mana berpindahnya hati dari musyabbah ke musyabbah bih dalam rangkaiannya tidak membutuhkan kepada beratnya berpikir, ka- rena wajah syabah-nya telah tampak jelas sejak semula.”

(21)

Contohnya seperti menyerupakan pipi dengan bunga mawar dalam hal kemerah-merahannya, atau seperti wajah dengan bulan purnama dalam bercahaya dan bundarnya.

Terkadang dalam tasybih qarib mubtadzal ini disimpangkan dengan suatu makana yang menge-luarkannya dari nilai kerendahannya menuju ma-kana yang aneh, sperti ucapan penyair:

                           

    

“Tak sepadan wajah ini,

Dengan sang surya di siang hari, Kecuali dengan wajah,

Yang tidak punya malu.

Menyerupakan wajah yang tampan dengan surya bernilai rendah, akan tetapi dengan mengungkapan rasa malu, dapat menimbulkan makana yang aneh. Kadang-kadang dapat juga dikeluarkan dari makna yang rendah menuju makna yang aneh dengan cara mengumpulkan anara sejumlah tasybih, seperti ucapan penyair:

                           

“Seolah-lah dia sedang tersenyum, Dengan menampakkan (gigi seri Laksana) mutiara yang tersusun,

Atau hujan batu, atau bungan uqhuwan.”

Atau dengan menggunakan syarat, seperti ucapan penyair:

                               

“Berbagai cita-cita seseorang itu,

(22)

Seandainya bintang-bintang itu, Tidak bisa terbenam hilang.”

6. Tasybih ba’d gharib (

       

), yiatu:

                           

 

                

“Tasybih yang dalam berpindahnya hati dari musyabah ke musyabbah bih membutuhkan kepada pemikiran dan kehalusan pikiran, karenan wajah syabah-nya memang sar dalam permulaan pemikiran.”

Seperti ucapan penyair:

           

“Dan matahari itu seperti cermin,

Di telapak orang yang lumuh tangannya.”

Wajah sabah dalam contoh diatas adalah keadaan yang dicaai berupa bentuk bundar dan bercahaya, gerakan yang cepat seolah-olah sengaja berkembanga sehingga memenuhi sisi-sisi bundaran, kemudian tampak lagi chaya, lalu kembali suram.

Ketentuan dari pada wajah syabah hen-daknya lebih kuat dalam musyabbah bih dari pada musyabbah. Bila tidak demikian, maka tak ada faedahnya dalamtasybi.

Tasybih dengan melihat tujuannya terbagi menjadi: a. Tasybih hasan maqbul (

       

)

b. Tasybih qabih mardud (

       

)

1. adalah:

(23)

“Tasybih yang telah dapat menyempurnakan tujuan-tujuan yang telah disebutkan terdahulu.”

Telah dapat meyempurnakan tersebut misalnya musyabbah bih lebih dikenal dari ada musyabbah dalam hubungannya pada wajah syabah jika tujuannya untuk menjelaskan keadaan musyabbah, atau menjelaskan kadarnya, atau musyabah bih merupakan sesuatu yang lebih sem-purna pada wajah syabah, jika dimaksudkan untuk menyamakan hal yang bernilai kurang dengan hal yang bernilai sempurna.

Atau keadaan musyabbhab bih di dalam menjelaskan kemungkinan wujud bisa ditunduki ke-tetapannya dan diketahui oleh mukahatab, jika tujuannya menjelaskan kemungkinan wujud. Dan inilah yang lebih banyak dalam beberapa macam tasybih. Sebab yang demikian itu berlaku sesuai dengan keindahan, dan berjalan sesuai dengan ke-halusan dan kesmpurnaan.

2. adalah:

                                 

                      

“Tasybih yang tidak menyempurnakan tuuan yang diharpkan, karena tidak adanya wajah syabah yang menghubungkan antara musyabbah dan musyab- bah bih, atau ada wajah syabah-nya tetapi jauh.”

(24)

“Lafaz-lafaz yang menunjukkan makna menyamai, seperti huruf “Kaf” (



), lafaz “Ka-anna” (



), lafaz “Mitslu” (



), lafaz “Syib-hu” (



) dan lafaz-lafaz yang lain yang mempunyai makna menyamai. Seperti lafaz-lafaz (

  

), (

 

), (

  

), (

   

),

(

   

), dan begitu juga bentuk Fa’il -nya seperti lafaz

(

  

) , (

  

), dan lain sebagainya yang semakna.

Alat Tasybih adakalanya berupa Isim atau Fi’il atau Huruf dan adakalanya disebutkan (

     

) atau dibuang (

    

). Contoh:

(

          

) = Pasukan telah berangkat

seperti membanjirnya air.

Contoh diatas diperkirakan: (

 

), artinya seperti membanjirnya air. Pada asalnya, Alat Tasybih “



” (seperti),



(seperti) dan



” (serupa/mirip) adalah berdampingan denganMusyabbah Bih.”

Sedangkan perabot tasybih “

 

” (seolah- olah,“

  

” (mirip), “

  

” (menyamai) dan lafaz yang semakna, adalah berdampingan dengan musyabbah. Seperti ucapan penyair:

                                

“Seolah-olah bintang kejora itu

Telapak tangan yang mengukur kegelapan, Untuk melihat apakah malam itu panjang, Ataukah malam itu telah terlihat.”

Lafaz “Ka-anna” (



), artinya seolah-olah, berfaedah tasybih (menyerupakan) jika khabar- nya berupa Isim Jamid (



), seperti:

(

      

) = Seolah-olah laut itu kaca cer-

(25)

Dan berfaedah ragu-ragu atau syak (

 

) jika khabar- nya berupa isim musytaq (

   

) seperti:

(

   

) = Seakan-akan anda itu orang yang

faham.

Dan seperti ucapan penyair:

                              

“Seolah-olah anda itu, Tersusun dari seluruh diri,

Karena itu anda menjadi kekasih, Bagi seluruh diri tersebut.

Terkadang fi’il yang menunjukkan makna ta- sybih telah dinilai mencukupi dari perabot tasybih, tetapi tidak dianggap sebagi perabot tasybih. Apabila fi’il tersebut mengandung arti yakin, maka berfaedah mendekatkan penyerupaan, seperti:

1. (

            

               

)

“Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami.” (Al-Ahqaf: 24)

2. (

            

) = Saya melihat dunia itu

berupa fatamorgana yang amat menipu.

Apabila fi’il yang mengandung arti menyerupakan itu berfaedah ragu-ragu (

  

), maka berfaedah menjauhkan penyerupaan.

Contoh:

a. (

                      

) =

“Apabila kamu melihat mereka, kamu akan mengira mereka mutiara yang bertaburan.” (Al-Insan: 19)

(26)

b. (

         

) = Saya melihat

gajah itu laksana gunung.

c. (

                                 

)

“Mereka adalah kaum yang bila memakai baju besi,

Maka anda melihatnya,

Laksana beberapa awan Yang dirantai di atas bulan.” Tasybih dengan melihat Alat (



)-nya terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

1. Tasybih muakkad (

        

), yaitu:

(

 

   

)

“Tasybih yang dibuang perabot atau adatnya.” Seperti ucapan penyair:

                               

“Anda laksana bintang,

Dalam keluhuran dan cahayanya,

Beberapa mata menjadi terang, terhadap anda, Disebelah timur dan baratnya.”

2.Tasybih mursal (

        

), yaitu:

(

        

)

Tasybih yang di dalamnya masih menyebutkan perabotnya.”

Dinamakan tasybih mursal, karena memang dilepaskan dari makna ta’kid atau pengukuhan. Contohnya seperti ucapan penyair.

                      

“Sesungguhnya dunia itu Seperti rumah,

(27)

Dari sarang laba-laba.”

Termasuk contoh dari tasybih muakkad ialah ta- sybih yang musyabbah bih- nya di-idhafah- kan kepadamusyabbah, seperti ucapan penyair:

                                

“Angin itu bermain-main

Dengan beberapa dahan pokok,

Sedangkan sore hari yang seperti emas, Telah berlalu di atas air seperti perak.” Perkiraan syair di atas ialah:

               

3.Tasybih baligh (

        

), yaitu:

                    

“Tasybih yang dan -nya

dibuang.”

Seperti ucapan penyair:

                               

“Selesaikanlah hajat-hajat kalian Dengan segera,

Sesungguhnya usia kalian,

(laksana) bepergian dari beberapa bepergian.” Termasuk contoh dari tasybih baligh ialah masdar yang menjelaskan macam (

            

) yang di-mudhaf- kan, seperti:

(

         

) = Ia telah menipu seperti tipuan

seekor kancil.

Termasuk tasybih baligh ialah di-idhafah- kannya musyabbah bih kepadamusyabbah.Contoh:

(

          

) = Fulan menggunakan

(28)

Faedah-faedah tasybih pada sebagian besar keadaannya, kembali kepada Musyabbah. Faedah ter-sebut adakalanya.

1. Untuk menjelaskan keadaan musyabbah (

     

), yaitu ketika kondisi musyabbah belum diketahui sifatnya sebelum dibuat tasybih. Setelah dibuat tasybih, maka akan diketahui sifat tersebut. Seperti ucapan penyair:

            

              

“Tatkala ia memenuhi hajatnya, Maka ia melipat dirinya,

Seolah-olah tulang-tulangnya, Diciptakan dari rotan.”

Penyair menyerupakan tulang-tulang per-empuan yang memenuhi hajatnya dengan rotan. Ini untuk menjelaskan keadaan tulangnya memang lentur atau lunak.

2. Untuk menjelaskan mungkinnya keadaan musyabbah (

        

), yaitu ketika disandarkan kepada musyabbah sesuatu hal yang dianggap aneh, yang keanehannya tidak bisa hilang kecuali dengan menuturkan hal yang membandinginya. Seperti ucapan penyair:

                              

“Aduhai celakanya, jika ia melihat, Dan jika ia berpaling,

Jatuhnya anak panah dan mencabutnyqa, Adalah sangat menyakitkan.”

(29)

Penyair menyerupakan pandangan seorang wanita dengan jatuhnya anak panah, dan me-nyerupakan berpalingnya dengan mencabut anak panah tersebut. Hal demikian untuk menunjukkan kemungkinan wanita tersebt bisa menyakitkan hati dengan kedua sikapnya.

3. Untuk menjelaskan kadar kekuatan dan kelemahan dari keadaan musyabbah (

                 

), yaitu ketika keadaan musyabah telah diketahui sifatnya secara global sebelum dibuat tasybih, sedangkan tasybih menjelaskan kadar sifat tersebut. Seperti ucapan penyair:

                               

“Seolah-olah jalannya seorang wanita Dari rumah tetangganya,

Laksana lewatnya segumpal awan,

Tiada perlahan dan tiada terburu-buru.”

Dan seperti menyerupakan air dengan es dalam hal dinginnya. Juga seperti ucapan penyair:

                                

“Di dalamnya terdapat empat puluh dua Unta yang diperah susunya,

Yang warnanya hitam kelam,

Seperti gagak yang berwarna hitam.”

Penyair menyerupakan unta-unta yang hitam, dengan hitamnya burung gagak. Ini untuk menjelaskan kadar hitamnya unta.

4. Untuk menetapan keadaan musabbah di hati pendengar dengan menampakkan keadaannya yang lebih tampak di dalamnya (

            

(30)

                    

), yaitu seperti ketika keadaan yang disandarkan kepada musyabbah mebutuhkan kepada penetapan dan penjelasan dengan contoh. Seperti ucapan penyair:

     

                          

“Sesungguhnya hati,

Bila rasa cintanya telah hilang, Laksana sifat kaca,

Yang pecahnya tak bisa ditambal.”

Penyair menyerupakan hati yang telah ber-balik bendi dengan kaca pecah. Ini dimaksudkan untuk menetapkan sulitnya mengembalikan hati kepada rasa senang dan rasa cinta seperti semula. 5. Untuk menjelaskan kemungkinan wujudnya

musyabbah, dan bahwasanya hal itu bisa dicapai

(

          

         

). Contoh:

(

                         

)

“Jikalau anda dapat melebihi para manusia, Sedangkan anda sendiri dari mereka,

Maka sesungguhnya minyak kasturi, Adalah sebagian darah kijang.”

Artinya: Tidak aneh jika anda dapat mengungguli para manusia, padahal anda juga dari mereka. Sebab bagi anda ada bandingan, yaitu minyak misik (minyak kasturi). Karena ia sebagian daripada darah kijang dan telah dapat melebihi se-luruh darah yang lain. Pada contoh ini terdapat penyerupaan terhadap keadaan orang yang disanjung (

     

) dengan keadaan minyak

(31)

kasturi (

    

). Penyerupaan tersebut secara kandungan makana saja (

         

).

Tasybih dhimni ialah: Tasybih yang di da-lamnya tidak ditetapkan musyabbah dan musyab- bah bih dalam suatau bentu tasybih dari bentuk-bentuk yang telah dikenal. Tetapi keduanya hanya dilirik maknanya dalam susunan kalimat. Hal itu untuk memberikan faedah bahwa hukum yang disandarkan kepada musyabbah adalah suatu hal yang mungkin. Termasuk contoh yang lain ialah:

(

          

) = Orang mukmin itu cermin bagi

orang mukmin lainnya..

6. Untuk menyanjung musyabbah atau mengangga baik terhadapnya (

         

), seperti ucapan penyair:

                                 

“Seolah-olah anda itu matahari,

Sedangkan para raja adalah bintang-bintang, Bila matahari telah terbit,

Maka tidak satu bintangpun yang tampak darinya.” 7. Untuk menganggap buruk terhadap musyabbah

(

            

), sperti ucapan penyair lain:

                               

“Dan bila ia berisnyarat sambil bicara, Seolah-olah dia itu

kera yang tertawa,

Atau perempuan tua yang menampar pipi.”

8. Untuk menganggap baik lagi baru (

     

). Adakalanya musyabbah ditampakkan dalam bentuk yang tidak mungkin secara lazimnya.

(32)

Seperti menyerupakan arang yang didalamnya terdapat bara yang menyala, dengan laut misik yang dihadapkan kepada emas.

Dan adakalanya karena jarangnya kehadiran musyabbah bih didalam hati ketika dikemukakann-yamusyabbah. Seperti ucapan penyair:

                                   

“Lihatnyah kepadanya Seperti sampan dari perak Yang telah dimuatai

Oleh muatan dari ikan ‘Anbar.”

1. Terkadang didatangkan suatu tasybih dalam kandungan makna, tanpa menjelaskannya. Dan tasybih itu dijadikan dalam bentuk suatu pertanda bagi hukum yang disandarkan kepada musyabbab. Seperti ucapan penyair Al-Mutanabbi:

                            

“Barang siapa hina

Maka mudahlah ia menanggungnya, Tidaklah menyakitkan

Bagi mayit yang dilukai.”

Artinya: Orang yang membiasakan ke-hinaan itu akan mudahlah baginya melakukannya dan ia tidak merasa sakit. Pengakuan macam ini tidaklah merupakan hal yang salah. Sebab mayit itu bila dilukai, maka ia tidaklah merasa kesakitan.

(33)

Contoh tersebut mengisyaratkan suatu tasybih secara tidak terang-terangan, dan tidak mengikuti suatu bentuk dari beberapa bentuk tsybih yang te-lah dikenal.

2. Terkadang bentuk tasybih itu dibalik, yaitu musyabbah dijadikan musyabbah bih, dengan demikian maka faedah tasybih itu kembali kepada musyabbah bih, karena mendakwakan bahwa musyabbah lebih sempurna dan lebih jelas dari ada musyabbah bih dalam hubungannya pada wajah syabah.

Tasybih tersebut dinamakan “Tasybih Maqlub” (

   

      

)1 atau “tasybih ma’kus”

(

    

). Contoh:

a. (

             

) = Seolah-olah cahaya

siang itu seperti pelipisnya.

1

Yang dekat kepada macam ini adalah keterangan yang disam-paikan oleh Al-Halabi dalam kitab “Husnut Tawassul” (

  

   

), bahwa tasybih tersebut dinamakan tasybih tafdhil (

    

    

). Yang menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain, baik secara lafaznya atau perkiraannya, kemudian berpindah

dari tasybih untuk mendakwakan bahwasanya musyabbah lebih

utama daripadamusyabbah bih,seperti ucapan penyair: (

                             

)

“Aku mengira keindahanny, Bagaikan bulan purnama yang bercahaya, Dimanakah posisi bulan purnamaDari bandingan keindahan itu.”

(34)

b. (

                

) = Seolah-olah bunga harum taman itu seperti kebaikan jalan hidupnya.

c. (

            

) = Seolah olah air itu

dalam kejernihannya seperti wataknya.

d. Seperti ucapan penyair Muhammad bin Wuhaib Al –Himyari:

                           

“Dan tampaklah waktu pagi Seolah-olah permulaan cahayanya Seperti wajah khalifah

Yang sedang disanjung-sanjung.”

Penyair menyerupakan awal cahaya pagi dengan wajah sang khalifah, untuk menyam-paikan sangkaan bawa wajah kahlifah itu lebih semurna dari pada awal chaya pagi dalam kai-tanya dengan wajah syabah. Inilah suatu eanifes-tasi dari beberapa manifeseanifes-tasi seni dan keinda-han.

Yang dikenal adalah menyerupakan wajah yang indah dengan bulan purnama, dan menyerupakan bentuk tubuh dengan batang pohon dalam hal tegak lurus dan melengkungnya. Tetapi penyair memang mem-baliknya untuk tujuan mubalaghah.Demikian itu ika dimaksudkan untuk menyamakan hal yang bernilai sempurna dnegan hal yang bernilai ku-rang dalam hubungannya pada wajah syabah. Bila kedua hal itu sama, maka sebaiknya berpin-dah dari tasybih menuju musyabahah., karena

(35)

untuk menghindarkan upaya menguatkan salah satu dari dua hal yang sama atas lainnya.

Tasybih maqlub ini juga dinamakan ta- sybih mun’akis, ialah tasybih yang dalam ben-tuknya itu wajah syabah dikembalikan kepada musyabbah bih. Yaitu ketika dikehendaki me-nyerupakan hal yang bernilai kurang dengan hal yang bernilai lebih, dalam pada itu hal yang pokok disamakan dengan cabang untuk maksud mubalaghah. Macam bentuk ini berlaku me-nyimang dari kebiasaan dalam bentuk tasybih dan jarang terjadi, seperti ucapan penyair Al-Buhturi:

                                      

“Dalam terbitnya bulan purnama

Terdapat suatu dari kebaikan-kebaikannya Dan bagi sebuah batang

Ada bagian dari kelenturannya.”

Dan seperti firman Allah SWT. Yang menceritakan keadaan orang-orang kafir:

           

“Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba.” (Al-Baqarah: 275)

Contoh diatas dalam pengertian bahwa sistem riba itu seperti jual beli. Orang-orang kafir membaliknya untuk menyatakan sangkaan mereka bahwa riba menurut mereka adalah lebih halal dari pada jual beli. Sebab tujuannya adalah laba atau keuntungan, sedangkan keun-tungan itu lebih tampak dalam riba dari pada

(36)

dalam jual beli. Jadi menurut mereka sistim riba itu lebih nyata halalnya dari pada jual beli.

Sebagian daripada bentuk dan gaya tasybih itu ada yang lebih kuat daripada sebagian lainnya dalam arti mubalagah- nya dan kejelasan maksud yang ditunjukkannya. Oleh karena itu bentuk-bentuk tasybih mempunyai tiga macam ting-katan, yaitu:

a. Lebih luhur dan lebih sempurna, yaitu tasbih wajah syabah dan perabotnya dibuang. Contoh:

(

    

) = Keberanian Ali laksana harimau.

Tentang macam ini, anda dapat mendakwakan adanya makna yang tunggal antara musyabbah dan musyabbah bih, karena dibuangnya perabot tasybih.Dan dapat melakukan penyerupaan da-lam segala hal, karena dibuangnya perabot ta- sybih. Oleh karena itu tasybih macam ini di-namakan “tasybih baligh” (

          

)

Tasybih baligh ialah tasybih yang mengandung makna jauh dan aneh (

   

  

), jadi bila keadaan wajah syabah itu

sedi-kit nampaknya, yang memerlukan didalam menunjukkannya kepada upaya memutar pikiran, maka yang demikian itu lebih berkesan dihati dan lebih berkesan di hati. Dan kekuatan kesemurnaan yang dicapai dari tasybih adalah berbeda-beda. Lantaran perbedaan beberapa bentuk yang ditetapkan. Bentuk tasybih yang

(37)

paling lemah dalam kesempurnaannya ialah tsybih yang didalamnya menyebutkan seluruh rukun-rukunnya. Sedangkan bentuk yang paling kuat nilai kesempurnaannya adalah tasybih yang didalamnya membuang wajah syabah dan perabottsybih tetapi menyebutkanmusyabah.

Sedang atau mutawassithat (

     

), yaitu tasybih yang hanya membuang perabotnya saja, seperti ucapan anda:

(

     

) = Ali laksana harimau kerani-

annya.

Atau wajah syabah- nya dibuang, seperti ucapan anda:

(

     

) = Si Ali laksana harimau keberani-

annya.

Penjelasan tentang hal tersebut adalah jika anda menyebutkan wajah syabah, maka berarti anda membatasi pada penyerupaan. Jadi anda tidak meninggalkan jalan untuk berpikir dalam perkiraan bahwasanya penyerupaan itu pada sebagian besar dari beberapa sifat. Sebagaimana halnya jika anda menyebutkan perabot tasybih, maka berarti anda menentukan adanya perbe-daan antara musyabbah dan musyabbah bih, dan tidak meninggalkan suatu bab untuk menunjukkan makana mubalagahah.

b. Paling rendah tingkatnya, yaitu tasybih yang di dalamnya menyebutkan wajah syabah dan perabot tasybih. Ketika demikian maka tasybih

(38)

macam ini kehilangan dua macam keistimewaan tersebut diatas.

Terkadang tjuan daripada tasybih itu memang baik dan indah dan inilah cara yang luhur yang dituju oleh hati para sastrawan. Mereka sungguh telah dapat mencapainya dengan segala keindahan, seperti ucapan Ibnu Nubatah dalam menyifati seekor kuda yang putih lagi bercahaya:

Terkadang seorang mutakallim tidak diberi penjelasan untuk memahami wajah syabah, atau dapat mencapainya secara sempurna. Alangkah layaknya semisal contoh ini untuk diingkari dan dicela karena memang buruk, sehingga pikiran yang sehat tentu tidak menyukainya.

Dari keterangan terdahulu dapatlah dketahui bah-wasanya:

a. Tasybih mursal (

        

) adalah:

       

“Yasybih yang disebutkan perabotnya.” b. Tasybih makkad (

        

) adalah:

        

“Tasybih yang dibuang perabotnya.” c. Tasybih mujmal (

        

) adalah:

            

“Tasybih yang dibuang wajah syabh-nya.” d. Tasybih mufashal (

        

) adalah:

             

“Tasybih yang disebutkan wajah syabah- nya.”

(39)

               

“Tasybih yang dibuang perabotnya dan wajah syabah-nya.”

f. Tsybih dhimni (

        

) adalah:

                    

           

                            

“Tasybih yang didalamnya tidak ditetapkan musyabbah dan musyabbah bih-nya dalam sua- tu bentuk dari beberapa bentuk tasybih yang dikenal, tetapi keduanya hanya diisyaratkan dalam susunan kalimat.”

Tasybih macam ini dikemukakan untuk mem-berikan faedah bahwasanya hukum yang disandarkan kepada musyabbah itu merupakan hal yang mungkin.

Contohnya:

Contohnya seperti ucapan penyair:

            

                   

“Janganlah anda mengingkari

Kosongnya orang mulia dari kekayaan Karenan banjir itu memusuhi

Terhadap tempat yang tinggi.”

Maksudnya: Janganlah engkau, hai wanita, mengingkari kosongnya lelaki mulia dari kekayaan. Sebab hal itu tidaklah mengherankan. Karena beberapa puncak gunung. Merupakan tempat-tempat yang pa-ling tiggi, jelas banjir tak bisa menggenanginya. Dalam contoh tersebut, orang yang cerdik ten-tu bisamenetapkan adanya tasybih, tetapi ia

(40)

tidak menunjukkan secara terang-terangan. Bahkan ia mengemukakan jumlah yang bebas menyendiri. Ia menyembunyikan makna itu dalam bentuk petanda. Jadi tasybih tersebut tidak mengikuti aturannya itu dalam bentuk pertanda. Jadi tasybih tersebut tidak mengikti aturannya yang asal, yaitu dihadirkan dalam kandungan makana tanpa djelaskan, dan jadikan dalam bentuk pertanda terhadap ho-kum yang disandarkan kepada musyabbah. Se-bagaimana terdahulu penjelasannya. Terka-dang dimaksudkan juga untuk mengalahkan prasangka bahwa musyabbah dan musyabbah bih itu sama dalam kaitannya pada wajah syabah. Jadi tasybih ditinggalkan begitu saja karena mendakwakan persamaan tanpa ada-nya yang lebih kuat.

(41)

Perkataan “Al-Majaz” (



) dikeluarkan dari fi’il madhi (

   

), artinya melewati. Para Ulama menamakan suatu lafaz yang dipindahkan dari kehendak makna asalnya dengan perkataan “Majaz” karena mereka melewatkan lafaz tersebut dari makna aslinya.

Majaz merupakan sebagian sarana Ilmu Bayan yang terbaik untuk menjelaskan makna. Karena dengan majaz itu suatu makna bisa tampak bersifat nyata. Oleh karena itu bangsa Arab sangat suka menggunakan bentuk majaz itu. Sebab mereka cenderung untuk memperluas kalimat, dan juga cenderung untuk menunjukkan banyaknya arti suatu lafaz.

Disamping itu, di dalam banyaknya makna ter-simpan kehalusan perkataan. Dengan demikian dapat dicapai kepuasan tersendiri. Karena itulah majaz ba-nyak ditemukan dalam perkataan bangsa Arab.

       

           

(42)

“Majaz adalah lafaz yang digunakan pada selain arti yang ditetapkan karena adanya persesuaian serta qari- nah (pertanda) yang menunjukkan ntuk tidak menghendaki makna aslinya.”

‘Alaqah 2 atau persesuaian antara makna hakiki

dan makna majaz terkadang “musyabahah”, artinya penyerupaan, dan terkadang “ ghairu musyabahah ”, atinya bukan penyerupaan. Ila persesuaian itu meru-pakan penyerupaan, maka majaz disebut “isti’arah ”

(

    

), dan jika bukan penyerupaan, maka disebut

“majaz mursal” (

       

). Adapun qarinah 3 atau per-2

Persesuaian atau‘alaqahadalah: (

                            

)

Persesuaian yang menghubungkan antara makna yang dipin-dahkan dan makna yang dipindahi.”

Disebut‘alaqah karena dengan hal itu makna yang kedua dapat berkait dan bersambung dengan makna yang pertama. Dengan demikian hati langsung berpindah dari makna yang pertama menuju makna yang kedua. Dengan diisyaratkannya melihat persesuaian, maka dikecualikanlah ucapan yang keliru atau

ghalath.Seperti ucapan anda:

(

     

) = Ambillah kitab ini!, dengan mengisyaratkan kepada seekor kuda misalnya. Sebab dalam contoh ini tak ada persesuaian yang bisa dilihat.

3Pertanda atauqarinahadalah

(

                      

            

)

“Hal yang dijadikan oleh mutakallim sebagai petunjuk bahwa dia menghendaki dengan suatu lafaz itu pada selain makna aslinya.”

Dengan dibatasinya pertanda atau qarinah dengan ke-tentuan “menghalangi untuk menghendaki makna asli,” maka dikecualikanlah bentuk “kinayah” (



). Sebab qrinah-nya tidak menghalangi untuk menghendaki makna asli.

(43)

tanda yang menunjukkan arti yang dikehendaki, ka-dang-kadang berupa lafaz yang diucapkan atau lafzi-

yah (

    

) dan adang-kadang berupa keadaan atau

haliyah (

   

) sebagaimana akan diterangkan.

Majaz terbagi menjadi empat macam, yaitu: 1. Majaz Mufrad Mursal (

           

)

2. Majaz Mufrad bil Isti’arah (

            

) 3. Majaz Murakab Mursal (

           

)

4. Majaz Murakab bil Isti’arah (

             

)

                                   

                   

             

        

“Majaz Mursal adalah kata yang sengaja digunakan untuk menunjukkan selain arti aslinya karena melihat persesuaian yang bukan penyerupaan serta

Adapun qarinah itu adakalanya lafziyah dan adakalanya

haliyah.

a. Qarinah lafziyahadalah:

(

         

     

)

Qarinah yang diucapkan dalam susunan kalimat.”

b.Qarinah haliyahadalah:

(

                  

)

“Qarinah yang hanya dipahami dari keadaan mutakallim atau dari kenataan yang ada.”

Adapun qarinah yang menentukan makna yang dikehendaki, yaitu makna majaz, maka tidak merupakan syarat.

(44)

adanya pertanda yang menunjukkan untuk tidak menghendaki makana aslinya.”

Majaz Mursal ini mempunyai persesuaian atau ‘alaqh yang cukup banyak, yaitu:

1. (

    

), sebab yaitu:

                            

“Adanya makana yang dipindahkan itu merupa- kan sebab dan memberi pengaruh pada lainnya.” Contoh:

(

         

) = Binatang itu makan tumbuh-

tumbuhan.

Lafaz (

  

) diberi makna “tumbuh-tumbuhan” (

  

), sebab lafaz (

  

) yang artinya hujan merupakan sebab bagi tumbuh-tumbuhan itu.

Qarinah- nya adalah “lafziyah ”, yaitu lafaz (

  

). Sebab ‘alaqah- nya dianggap dari segi makan yang dipindahkan.

2. (

     

) akibat, yaitu:

                           

“Adanya makana yang dipindahkan merupakan hal yang disebabkan dan akibat bagi sesuatu yang ain.”

Contoh:

               

“Dan menurunkan untukmu rezeki dari langit.” (Al-Mukmin: 13)

Ayat tersebut ditafsiri dengan:

(



          

) = Hujan yang menyebabkan

(45)

3. (

   

) keseluruhan, yaitu:

                       

“Adanya makna yang dipindahkan menyimpan hal yang dimaksudkan dan lainnya.”

Contoh:

            

  

“Mereka menyumbat telinganya dengan jarinya.” (Al-Baqarah: 19)

Ayat di atas ditafsiri dengan (

    

), artinya anak jari mereka.

Pertanda atau qarinah- nya adalah keadaan (

   

), yaitu mustahilnya memasukkan jari dalam telinga. Contoh yang lain:

(

        

) = Aku telah minum air sungai Nil.

Yang dimaksudkan pada contoh di atas adalah sebagian dari air sungai Nil dengan pertanda atau qarinah berupa lafaz (

   

).

Juz’iyah (

    

) bagian, yaitu:

      

         

“Adanya lafaz yang disebutkan menyimpan mak- na sesuatu yang lain.”

Contoh: (

                 

)

“Gubernur telah menyebarkan mata-matanya di kota.”

Contoh di atas ditafsiri dengan: (

    

) Jadi lafaz (

   

) adalah majaz mursal, alaqah- nya adalah juz’iyah. Sebab setiap spionase adalah ba-gian dari pada mata-mata di kota. Qarinah- nya adalah kecenderungan (

    

).

(46)

               

“Hendaklah ia memerdekakan seorang hamba sa- haya yang beriman.” (An-Nisa”: 92)

4. (

   

) yang menetapi, yaitu:

                         

“Adanya sesuatu pasti terwujud di kala sesuatu yang lain terwujud.”

Contoh:

(

     

) =Cahaya telah terbit.

Contoh tersebut diberi mkna matahari. Jadi lafaz (

  

) adalah majaz mursal, alaqah- nya adalah lazimiyah. Sebab, cahaya (

   

) akan terwujud ketika matahari terbit. Yang dianggap disini adalah kelaziman yang khusus, yaitu tidak dapat dipisahkan.

5. (

      

) yang ditetapkan, yaitu:

  

  

                   

“Adanya sesuatu pasti terwujud ketika sesuatu yang lain terwujud.”

Contoh:

(

     

 

) = Matahari itu telah memen-

uhi tempat.

Lafaz (

  

) diberi makna cahaya. Jadi lafaz

(

  

) adalah majaz mursal. Alaqh- nya adalah

malzumiyah. sebab bila matahari terwujud, maka terwujudlah cahaya. Qarinah- nya adalah lafaz

(

 

)

6. (

  

) alat, yaitu:

Referensi

Dokumen terkait

Untuk lebih mudah dalam penyelesaian atau penulisan Skripsi ini dibutuhkan teori-teori dasar yang dapat menjelaskan atau ada hubungannya dengan judul yang diambil yaitu

1) Penguatan gerak isyarat, misalnya anggukan atau gelengan kepala, senyuman, kerut kening, acungan jempol, wajah mendung, wajah cerah, sorot mata yang sejuk bersahabat atau

Panduan pengambilan foto frontal dalam keadaan senyum juga hampir sama dengan teknik foto frontal wajah dan bibir dalam keadaan istirahat, selanjutnya pasien diinstruksikan

• dikenal juga sebagai Pemrogaman Berbasis Objek (PBO) merupakan metode untuk membuat suatu blok kode yang dapat terdiri dari beberapa Atribut dan Function, tujuannya agar kode

Menjelaskan teknik perawatan kulit wajah Mengembangkan materi, struktur konsep dan pola berpikir untuk mendukung mata pelajaran Perawatan Kulit Wajah Tidk Bermasalah.

Pada sesi ini menjelaskan tentang salah satu tujuan utama dari EA Program dimana tujuannya adalah untuk mendukung dan meningkatkan strategi dari enterprise dan

Peter A (Wiena RW, 1995: 7) menjelaskan bahwa stres merupakan gambaran keadaan yang dikenal selama ini selalu menggambarkan keadaan yang senantiasa dihindari dari

Sedangkan setelah dikenalnya wabah Covid-19 tenaga kesehatan dikenal sebagai pembawa virus, masyarakat menjaga jarak dengan kita, mereka takut sama kita misalnya ketika kita dalam