m
Il
Ine
komunikasi yang baik menjadi Kunci dalam penanganan suatu bencana dan juga agar tidak menjadi kepanikan oleh masyarakat”ungkap Maria Paulina Ruwano YD∅ADI yang juga Mahasiswi aktif semester 5 program studi ilmu komunikasi Universitas Bunda Mulia.
Menurut Maria Paulina Ruwano YD∅ADI, kenapa sebagai kunci penanganan suatu bencana, karena di saat sebelum adanya bencana, komunikasi bencana menjadi modal utama masyarakat dalam berjaga jaga jika suatu ketika terjadi bencana, disaat bencana dengan adanya komunikasi tepat maka akan cepat tertangani, dan pasca bencana, dengan komunikasi yang tepat daerah yang terkena bencana akan lebih cepat melakukan recovery dan bangkit.
“Selain berjaga jaga, masyarakat juga dapat bertindak dengan cepat apa yang harus dilakukan ketika bencana itu datang, inilah peran media untuk mencapaikan informasi kepada masyarakat, agar mereka bersikap waspada. Nah, media yang efektif untuk menyampaikan informasi tersebut, salah satunya adalah melalui radio pemancar, karena radio pemancar ini bebas pulsa dan tidak terganggu oleh sinyal”, ucap Maria Paulina Ruwano YD∅ADI.
Maria Paulina Ruwano YD∅ADI juga menjelaskan bahwa realitanya banyak warga masyarakat yang belum mengerti soal komunikasi bencana ini, karena itulah di perlukan adanya upaya untuk mengedukasi masyarakat. Disinilah sebenarnya, amatir radio yang tergabung dalam ORARI dapat mengedukasi
masyarakat, melalui kegiatan bukan hanya sebagai dukungan komunikasi saja pada saat terjadinya bencana, yang mendukung 100% dalam hal komunikasi maupun terjun dalam lokasi bencana, melainkan justru dapat melakukan sosialisasi tentang komunikasi bencana tersebut.
“Saya berharap ORARI dapat tetap eksis melakukan kegiatan kegiatan sosial di tengah pandemic covid-19, bukan hanya berperan memberikan dukungan komunikasi saja, melainkan dapat
melakukan kegiatan misalnya menggelar Webinar tentang komunikasi bencana, dengan mengundang peserta mahasiswa, pelajar, ibu-ibu rumah tangga dan
komponen masyarakat lainnya sehingga dapat membentuk sikap kewaspadaan dalam menghadapi bencana”, pungkas Maria Paulina Ruwano YD∅ADI gadis kelahiran Jakarta, 10 Juni 2000 silam, mengakhiri perbincangannya dengan eMag ORARI.
JAKARTA - Setiap tahunnya, Indonesia selalu memperingati tanggal 17
September sebagai hari Palang Merah Indonesia (PMI). PMI adalah sebuah organisasi perhimpunan nasional di Indonesia yang bergerak dalam bidang sosial kemanusiaan. PMI memiliki beberapa kegiatan dibidang penanggulangan bencana, pelayanan kesehatan, pembinaan relawan, donor darah dan yang lainnya. Setelah melewati perjalanan panjang, Pengurus Besar Palang Merah Indonesia (PMI) berhasil dibentuk pada tanggal 17 September 1945. Saat itu, Mohammad Hatta, yang juga Wakil Presiden RI, dipilih menjadi ketua pertama PMI, itulah sekelumit tentang Palang Merah Indonesia.
Peringatan Hari jadi Palang Merah Indonesia (PMI) selama dua tahun ini, khususnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta, semangat memeriahkannya diubah
menjadi semangat menggalang pemulihan kondisi warga Jakarta. Seperti tahun ini, PMI menyemarakkan HUTnya ke-76 pada 17 September 2021 dengan tema Bergerak Bersama untuk Sesama. Dengan harapan percepatan kebangkitan bangsa Indonesia dari pandemi, khususnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta, yang saat ini kondisinya sudah tidak seburuk beberapa waktu yang lalu, demikian disampaikan H. Rustam Effendi Ketua Palang Merah Indonesia Provinsi DKI Jakarta kepada eMag ORARI, usai melakukan ziarah ke makam Mohammad Hatta, Wakil Presiden pertama RI, yang juga Ketua Palang Merah Indonesia pertama, Jumat,17/9/2021 di
TPU Tanah Kusir, Bintaro, Jakarta Selatan, Jumat (17/9/2021) pagi.
“Dalam Usianya ke 76 ini, kehadiran Palang Merah Indonesia, utama nya PMI Provinsi DKI Jakarta, tidak ada artinya, tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, khususnya dari warga Jakarta. Untuk itulah agar tercapai visi misi PMI, maka tidak ada pilihan PMI harus SIAP. Singkatan dari Siaga, Inovatif, Akuntabel dan Profesional dicintai masyarakat”, ucap H. Rustam Effendi, birokrat pertama yang menjadi Ketua Palang Merah
Indonesia Provinsi DKI Jakarta. Menurut H. Rustam Effendi, dalam permasalahan penanggulangan bencana, dan khususnya Bencana Kesehatan yang disebabkan oleh pandemic covid-19 ini, PMI Provinsi DKI Jakarta berkomitmen untuk berupaya menjadi organisasi yang senantiasa berada di barisan terdepan.
“SIneRgISItAS ORARI dAn PmI dAlAm
kOlAbORASI kemAnuSIAAn membAngun
ketAngguhAn mASYARAkAt”
kO
ment
AR
P
ubl
Ik
Hingga saat ini seluruh relawan terus bergerak, mulai dari memberikan edukasi, sosialisasi, penyaluran bantuan dan lain sebagainya. Termasuk dengan menggalakkan donor plasma konvalesen yang merupakan metode pengambilan darah plasma dari penyintas COVID-19 yang dapat diberikan sebagai terapi untuk pasien COVID-19 yang sedang dirawat, serta kegiatan donor darah. Tentunya semua itu dapat dilakukan dengan kolaborasi berbagai pihak, Pemerintah beserta jajarannya mulai dari tingkat lingkungan Pemprov, Pemkot/Pemkab, Kecamatan dan kelurahan, kemudian dengan berbagai komponen masyarakat, ulama, tokoh agama, organisasi massa, organisasi kepemudaan, termasuk juga dengan ORARI.
“Kolaborasi antar pihak merupakan kunci penting dalam pengentasan pandemi, beban memulihkan keadaan, akan lebih ringan bila dikerjakan bersama atau secara gotong-royong. Alhamdulillah hasil kolaborasi itu, saat ini kondisi Provinsi DKI Jakarta sudah mulai nampak tidak seburuk beberapa waktu yang lalu”, tukas H. Rustam Effendi.
Lebih lanjut Rustam juga
mengungkapkan bahwa pada Tanggal 12 Maret 2009 silam, PMI Pusat dan ORARI pernah membuat nota kesepemahanan yang intinya sama-sama menyadari bahwa pentingnya potensi dan peranan komunikasi radio dalam kegiatan
penanggulangan bencana termasuk pada saat pra bencana, bencana dan pasca bencana. Namun sayangnya di wilayah Provinsi DKI Jakarta, pelaksanaan Nota Kesepahaman tersebut, mengalami kendala yakni keterbatasan sarana komunikasi, masalah kepemilikan izin amatir radio untuk anggota PMI DKI Jakarta agar dapat memberikan bantuan komunikasi disaat-saat bencana.
Kendala lain yang dirasakan oleh relawan PMI adalah dalam penggunaan kata
sandi dan istilah-istilah komunikasi. Contohnya sandi A = PMI
menggunakan sandi AMBON, sedangkan di ORARI menggunakan sandi ALFA, kemudian kendala yang tak kalah
pentingnya adalah terbatasnya kapasitas dalam penggunaan alat transportasi, karena tidak semua anggota ORARI dapat berada didalam kendaraan operasional PMI saat evakuasi, umpamanya. Radio Komunikasi yang dimiliki oleh PMI frekwensinya tidak sama dengan ORARI.
“Pada prinsipnya PMI Provinsi DKI Jakarta membuka pintu selebar-lebarnya bagi ORARI untuk menjalin Kolaborasi Kemanusiaan dalam rangka membangun ketangguhan masyarakat, guna menghadapi situasi kebencanaan di wilayah Provinsi DKI Jakarta”, ucap H Rustam Effendy.
Karena itulah, H. Rustam Effendy berharap, perlunya dibuat MoU antara PMI Provinsi DKI Jakarta dengan ORARI dalam membantu penyelenggaraan penanggulangan bencana,
penyelenggaraan latihan gabungan Bersama antara PMI dan ORARI dengan berbagai skrenario dalam penggunaan alat komunikasi, serta juga di perlukan adanya peran ORARI untuk membantu PMI dalam perizinan dan penggunaan repiter, kemudian tentunya PMI DKI Jakarta perlu membentuk Stasiun Radio yang berkoordinasi dengan ORARI, dalam berbagai kondisi alat komunikasi sangat dibutuhkan.
“Ya, kami sangat berharap
sinergisitas ORARI dengan PMI ini dapat memperkuat kolaborasi kemanusiaan untuk membentuk ketangguhan warga Jakarta dalam menghadapi berbagai situasi kebencanaan“, pungkas H.Rustam Effendi Ketua Palang Merah Indonesia Provinsi DKI Jakarta yang juga mantan Walikota Adm Jakarta Barat.
JAKARTA - Sebagai Staf Khusus ORARI Pusat yang Anggota DPR RI dan bertugas di Komisi I DPR RI, OM Dave Laksono, YDØDAV telah membantu Pengurus ORARI Pusat untuk bertemu dengan Komisi I DPR RI sehingga RPM Kominfo yang tidak lagi memuat ketentuan bahwa setiap pemegang Izin Amatir Radio (IAR) / Amatir Radio tidak diharuskan menjadi Anggota ORARI dapat dihentikan rencana penerbitannya, dan meminta Menteri Kominfo untuk melakukan pembahasan RPM tersebut dengan ORARI, sehubungan dengan hal tersebut, eMag ORARI berkesempatan menghubungi Om Dave
Laksono, YDØDAV melalui telepon selulernya, Rabu,22/9/2021, untuk berbincang bincang, berikut ini petikan perbincangan nya:
eMag ORARI: Selamat siang.
Bagaimana pendapat OM Dave mengenai hal yang kami kemukakan tersebut?
Dave Laksono,YDØDAV: Selamat siang, mas, menurut saya, bahwa setiap amatir radio diwajibkan menjadi anggota ORARI telah diputuskan sejak didirikannya ORARI 53 tahun yang lalu (tahun 1968), untuk mempersatukan beberapa kelompok organisasi Amatir Radio yang ada waktu itu, sehingga dengan demikian hanya Amatir Radio yang memiliki Izin yang dapat menggunakan frekuensi amatir, ketentuan itu mesti diterapkan karena frekuensi tersebut sangat strategis dan berbahaya bila disalahgunakan. Oleh sebab itu,
keberadaan ORARI sebagai satu-satunya wadah bagi amatir radio yang menjadi mitra pemerintah dalam melakukan
pembinaan dan pengawasan lebih dari 40 ribu anggota di
seluruh Indonesia melalui pengurus ORARI Daerah di tingkat Provinsi dan Pengurus ORARI Lokal
di tingkat Kabupaten/ Kota sangat
penting dan justru menguntungkan
serta
memudahkan Pemerintah. Dan mengenai hal ini,