• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagian untuk keseluruhan

EUFEMISME PADA TUTURAN PERKAWINAN MASYARAKAT BATAK TOBA

4.1 Tipe Eufemisme

4.1.5 Sebagian untuk keseluruhan

Dalam berbicara, tak jarang kita menemukan adanya pemerincian. Rincian yang cukup panjang bila disebutkan satu per satu akan memakan waktu yang cukup banyak pula. Untuk mengatasi hal tersebut, si penutur sebaiknya hanya menyebutkan sebagian saja, apalagi kalau benda-benda yang akan dirinci tersebut mempunyai makna/sifat yang sama.

Contoh : (38a) […]

[…] raja Pos teman lahir, raja Pos teman sekampung, raja Pos raja ni dongan tubu, raja ni dongan sahuta, raja ni

anak perempuan raja Pos sahabat, terutama raja parboruon, raja ni aleale, tarlobilobi raja ni hulahula

Pos orangtua perempuan [….] [….]

‘raja saudara semarga, kawan sekampung, anak perempuan, sahabat, terutama para hulahula kami.

Ungkapan raja ni dongan tubu, raja ni dongan sahuta, raja ni parboruon, raja ni aleale, tarlobilobi raja ni hulahula pada (25a) di atas digunakan untuk menyapa para tamu/ undangan satu per satu. Padahal ungkapan tersebut sebenarnya bisa disampaikan dengan hanya mengatakan tu hamu angka

na pinarsangapan seperti halnya dalam bahasa Indonesia disebutkan “kepada

hadirin yang saya hormati”.

(38b) […] tu hamu angka na pinar-sangapan […] PREP 2.Jm para yang 1.Tg- hormati [….]

[….] ‘kepada saudara/saudari yang kami hormati.

4.1.6 Hiperbola

Agar maksud yang akan disampaikan kedengaran lebih baik, seorang penutur sering mencari berbagai kosakata yang dianggap lebih indah atau

berkesan. Namun tak jarang juga kata-kata yang digunakan tersebut menimbulkan makna yang berlebihan bahkan berbeda jauh dari makna sebenarnya.

Contoh :

(39a) […] jadi sai Tuhan-ta parasi roha i ma ma-malos i […] jadi semoga Tuhan-1.Jm pemurah hati DEM PART AKT-balas DEM

marlipat ganda

berlipat ganda Prep 2.Jm semua yang tu hamu sude na hu- parsangapi hami.(HG.219)

1.Tg muliakan 1.Jm.

‘biarlah Tuhan yang membalas berlipat ganda kepada kalian semua yang kami muliakan.’

Pada contoh (39a) di atas terdapat ungkapan yang melebih-lebihkan, yaitu ungkapan marlipat ganda ‘berlipat ganda’. Karena rasa terima kasih yang sangat besar atas kehadiran para undangannya, penutur sengaja menggunakan ungkapan tersebut dengan tujuan agar si pendengar/tamu juga merasa berbahagia. Wujud kebahagiaan yang penutur rasakan tertuang dalam ungkapan yang dilebih-lebihkan karena makna ungkapan marlipat ganda ‘berlipat ganda’ tidak mempunyai batas sampai di mana jumlah atau kapasitas balasan yang dimaksud. Agar makna yang dimaksud tidak berlebihan, ungkapan tersebut dapat dilesapkan seperti bentuk (39b) berikut.

(39b) […] jadi sai Tuhan-ta parasi roha i ma ma-malos i […] jadi semoga Tuhan-1.Jm pemurah hati DEM PART AKT-balas DEM

tu hamu sude na hu- parsangapi hami. Prep 2.Jm semua yang 1.Tg muliakan 1.Jm.

‘biarlah Tuhan yang membalasnya kepada kalian semua yang kami muliakan.’

Selanjutnya pada (40a) tung hamu do nahupangasahon hami ‘kalianlah yang kami andalkan’ disampaikan oleh pihak pengantin laki-laki selaku

penyelenggara pesta kepada keluarga/sanak saudara yang hadir pada pesta yang mereka selenggarakan. Pada beberapa acara adat dalam masyarakat Batak Toba terdapat sumbangan sukarela dari para tamu/keluarga yang dinamakan tuppak ‘sumbangan’. Tuppak biasanya diberikan kepada pihak pengantin laki-laki selaku penyelenggara pesta dengan tujuan untuk meringankan beban mereka.

(40a) […] tung hamu do na hu-pangasahon hami […] hanya 2.Jm PART yang 1.Jm-andalakan 1.Jm [….]

[….] (PPU.232)

‘kalianlah yang kami andalkan’

Jumlah sumbangan yang diterima tidak dipaksakan atau ditentukan, tergantung kemampuan masing-masing. Oleh karena itu, akan terkesan berlebihan bila penutur (pihak pengantin laki-laki/penerima tuppak) mengungkapkan kalimat di atas sebab sumbangan yang diberikan para tamu hanyalah tambahan dan tidak akan mungkin bisa diandalkan. Makna kalimat tersebut akan terlihat dengan jelas (tidak berlebihan) dengan menggunakan teknik ganti seperti pada bentuk berikut ini.

(40b) […] tung makkirim do roha-nami dipangurupion-muna [….] […] sangat berharap PART hati- 1.Jm bantuan- 2.Jm [….]

‘kami sangat mengharapkan bantuan kalian’ Bentuk lain dapat kita lihat pada contoh di bawah ini. (41a) Ndang na tarbalos

tidak yang terbalas 1.Jm DEM Prep 2.Jm para yang hami i tu hamu angka na pinar-sangapan [….] (PPU.238)

1.Tg- muliakan [….]

‘kami tidak akan mampu membalasnya kepada kalian yang kami muliakan’ Pada (41a) ndang na tarbalos hami i ‘kami tidak akan mampu membalasnya’ merupakan ucapan terima kasih juga menggambarkan rasa rendah

diri si penutur yang berlebihan. Penutur dalam hal ini tidak mungkin tidak mampu membalas kebaikan para tamunya. Dengan menghadiri pesta yang mereka (para undangan) selenggarakan di masa yang akan datang dan memberikan tuppak sepantasnya sudah cukup mampu membalas kebaikan tersebut. Oleh karena itu, ungkapan yang berlebihan tersebut dapat diganti menjadi seperti konstruksi di bawah ini.

(41b) Mauliate hu- pasahat hami di sude pambahenan-muna i. terima kasih 1.Tg-sampaikan 1.Jm Prep semua perbuatan- 2.Jm DEM. sai Tuhan-ta ma na ma- malos i tu hamu

semoga Tuhan-1.Jm PART yang AKT-balas DEM Prep 2.Jm na pinar-sangapan.

yang 1.Tg- muliakan.

‘Terima kasih untuk kebaikan kalian. Biarlah Tuhan yang membalasnya kepada kalian yang kami muliakan.’

Pada berbagai acara adat masyarakat Batak Toba sering ditemukan kata “raja”. Kata sapaan ini biasanya ditujukan untuk orang-orang tertentu (orang yang mempunyai kedudukan tinggi). Kata “raja” ini memang terkesan berlebihan sebab masyarakat Batak Toba tidak mengenal sistem kerajaan dan tidak ada seorang raja yang memerintah. Sebagaimana pernah disinggung sebelumnya, dalam masyarakat Batak Toba terdapat sistem Dalihan na Tolu ‘tungku yang tiga’, yaitu hula-hula ‘orang tua istri’, dongan tubu ‘teman lahir’ atau ‘saudara yang semarga’, dan boru ‘anak perempuan’ atau ‘saudara perempuan ayah dan suami’. (42a) I ma tutu angka raja

DEM PART betul para raja-1.Jm [….]

-nami [….] (MS.342)

Dari ketiga elemen Dalihan na Tolu, hulahula mempunyai kedudukan yang paling tinggi dan sangat dihormati sehingga dalam setiap upacara adat masyarakat Batak Toba, kata “raja” selalu ditujukan untuk menyapa hulahula.

(42b) I ma tutu angka hulahula- nami DEM PART betul para orangtua istri-1.Jm ‘Begitulah para hulahula kami’

Dokumen terkait