• Tidak ada hasil yang ditemukan

SECARA MAKNAWI Pertama, Berusaha membina hubungan yang harmonis antara suami dan

Visi, Misi dan Tujuan

SECARA MAKNAWI Pertama, Berusaha membina hubungan yang harmonis antara suami dan

isteri. Rumah tangga bahagia adalah kunci kebaikan umat. Sedangkan kebaikan umat

merupakan faktor utama tercapainya kejayaan dan kemuliaan. Maka umat tak mungkin baik, kecuali pondasi paling mendasar dari kehidupan masyarakat, yaitu rumah tangga menjadi baik. Rumah tangga tak mungkin bahagia, kecuali jika

suami dan isteri bersikap baik, tunduk dan patuh dalam menjalankan perintah-perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Demikian juga dengan suami yang baik, ia selalu menunaikan kewajiban-kewajibannya; baik yang berhubungan dengan Rabbnya, keluarga, maupun orang-orang yang menjadi tanggungannya dengan ketulusan hati dan penuh tanggung jawab. Selain itu, dalam urusan rumah tangga, dia tidak serakah, tidak menuntut haknya lebih banyak dari yang semestinya. Dia pun lapang dada, bila haknya berkurang dari yang seharusnya. Pantang menyia-nyiakan kewajiban. Bahkan, ia tunaikan terlebih dahulu kewajibannya sebelum menuntut haknya. Sedangkan seorang isteri yang baik, ialah isteri yang taat kepada Rabbnya, mempergauli suaminya dengan baik, tidak menyia-nyiakan kewajibannya dan tidak menuntut haknya lebih dari semestinya.

Dari rumah inilah akan lahir tokoh-tokoh besar umat.Baik dari kalangan pria atau wanita. Perkawinan adalah ikatan terpenting. Bila ikatan ini berjalan di atas ketakwaan, iman dan kasih sayang, maka umat ini akan tampil dengan kemuliaannya dan disegani. Sebaliknya, jika hak dan kewajiban rumah tangga diabaikan maka rumah tangga akan berantakan. Demikian juga umat akan tercerai-berai dan terhinakan. Oleh sebab inilah Islam hadir untuk memelihara ikatan tersebut, mengokohkannya dan menjaga eksistensinya.

Kedua, Menjaga hubungan yang baik antara anak dan orang tua. Rumah yang penuh kebahagiaan, ialah rumah yang dibangun di atas dasar ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, berpegang teguh dengan adab-adab Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam, dan berbakti kepada orang tua; yaitu dengan berbuat baik, memenuhi seluruh haknya, selalu menaati orang tua dalam perkara yang ma’ruf, menjauhi perkara-perkara yang dibencinya.

Berbakti kepada orang tua merupakan kewajiban yang sangat ditekankan. Oleh sebab itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan dengan perintah untuk mengesakan-Nya, Allah berfirman, yang artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. (QS al Isra’/17: 23).

Juga disebutkan dalam sebuah hadits, Rasullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

h:ﺙ 2D 1 ﺡ #3K m"0 ^ M h2 ^' " M ! :o" h:ﺙ ! :o" h:ﺙ ! :o" [h` H :

“Sungguh celaka, sungguh celaka, sungguh celaka,” ditanyakan kepada beliau: “Siapa, wahai Rasulullah?” (Rasulullah menjawab), “Orang yang menjumpai kedua orang tuanya dalam keadaan usia lanjut salah satunya atau keduanya, lalu ia tidak dapat masuk surga.” (HR. Muslim 4628).

Berbakti kepada orang tua merupakan cahaya penerang bagi rumah kaum Muslimin. Di dalamnya terdapat adab-adab, misalnya: mendengar perkataan mereka, memenuhi perintah mereka, menjawab panggilan mereka, merendahkan diri kepada orang tua dengan penuh kasih sayang, tidak menyelisihi perintahnya, mendoakan dan menjaga kehormatannya setelah mereka wafat, menyambung tali silaturrahmi dengan kerabat-kerabatnya semasa mereka masih hidup dan sesudah wafatnya, tidak durhaka kepada mereka, serta bersedekah atas nama mereka. Dengan demikian rumah-rumah yang dihuni oleh orang-orang yang berbuat baik kepada orang tuanya terasa tenang, tenteram, dan terjaga dari godaan-godaan setan.

Ketiga. Hubungan sesama anak-anak di dalam rumah. Menjadi kewajiban orang tua untuk memperhatikan sikap anak-anak terhadap

saudara-saudaranya. Berusaha membimbing mereka menuju kebaikan sesuai dengan kemampuannya. Tekankan anak yang lebih muda untuk menghormati yang lebih tua, dan yang lebih tua menyayangi yang lebih muda.

Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

!# )< :ﺡ# !# 3D h@ﺡ b#( : h J ^ M

Bukan dari golongan kami orang yang tidak mengetahui hak orang yang lebih tua dan tidak menyayangi orang yang lebih muda. (HR. Ahmad). Hendaklah orang tua mengajarkan adab dan sopan santun terhadap sesama mereka, tidak saling mengejek dan merendahkan, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS al Hujurat/49:11).

Begitu juga, hendaknya orang tua memperhatikan dan mengarahkan anak-anak kepada hal-hal yang bermanfaat, dan bukan pada hal-hal yang merusak. (Fiqh Tarbiyatil al Abna’ wa Thaifatu min-Nashaih ath-Thiba’, hlm. 145)

Keempat. Rumah sebagai tempat berdzikir dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

_g gZ+ C h2 #DA /Ah _ 3 h2 #DA /Ah _ 3 C

Perumpamaan rumah yang disebutkan nama Allah di dalamnya dan yang tidak, adalah sebagaimana orang yang hidup dan mati. (HR. Muslim, 779).

Betapa banyak rumah-rumah kaum Muslimin yang sepi dari dzikrullah, bahkan lebih dipenuhi dengan berbagai macam perkara yang mendatangkan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti musik, gambar-gambar makhluk bernyawa, dan berbagai macam bentuk maksiat. Sedangkan rumah-rumah yang di dalamnya selalu diramaikan dengan aktifitas ibadah, adalah rumah yang selalu dikelilingi para malaikat dan membuat setan lari darinya, sebagaimana disebutkan Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits:

I#?3 I"' #?ﺕ /Ah _ 3 # , P hr h,- #% ? :Kﺕ' % '2(`ﺕ

Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan surat al Baqarah. (HR. Muslim).

Juga dalam hadits yang lain, beliau shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

* % Z ] E h2 h,9 ﺕ 2< 43 R! * 3 (` 2 ` Z I 2hR :D ﺡ 6 M &-4# H ﺕ 2<

Jika salah seorang di antara kalian telah selesai dari shalat di masjidnya, maka hendaklah memberikan bagian shalatnya di rumahnya. Sesungguhnya Allah memberikan kebaikan di rumahnya dari sebab shalatnya. (HR. Muslim, 778).

Imam an Nawawi berkata: “Jumhur ulama berpendapat, shalat itu adalah shalat sunnah (yang dikerjakan di rumah) dalam rangka menyembunyikannya (dari pandangan manusia). Juga karena hadits lainnya: ‘sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat yang wajib’, Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan shalat di rumah, karena lebih tersembunyi (dari pandangan manusia), lebih jauh dari sifat riya’, dan lebih terjaga dari perkara-perkara yang menyebabkan terhapusnya suatu amalan. Juga untuk mendatangkan

barakah bagi rumah tersebut, demikian juga turunnya malaikat dan larinya setan darinya”.

Akhirnya kami mengajak kaum Muslimin agar menjadikan rumah-rumah mereka, sebagai rumah yang dipenuhi dengan ruku’, sujud, tilawat, menunaikan hak-hak Allah Subhanahu mengikuti adab-adab Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam, menunaikan hak-hak sesama dan menjauhkan segala perkara-perkara yang mendatangkan kemurkaan dan adzab-Nya. Sehingga rumah-rumah kaum Muslimin pun merupakan surga mereka di dunia sebelum meraih surga di akhirat kelak. (Ustadz Abu Saad Muhammad Nur Huda)

Kajian Islam Terbuka

MUKADIMAH