• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEDIMENTASI, SRATIGRAFI DAN TERDAPATNYA MINYAK BUMI

Dalam dokumen Bahan Geomigas Unhas (Halaman 110-124)

GEOLOGI MINYAK BUMI DI INDONESIA X.1 PENDAHULUAN

X.2.1 SEDIMENTASI, SRATIGRAFI DAN TERDAPATNYA MINYAK BUMI

Sekitar 30-juta tahun di pertengahan jaman Cretaceous, pada akhir jaman dinosaurus, lebih dari 50% dari cadangan minyak dunia yang sudah diketahui terbentuk. Cadangan lainnya bahkan diperkirakan lebih tua lagi. Dari sebuah fosil yang diketemukan bersamaan dengan minyak bumi dari jaman Cambrian, diperkirakan umurnya sekitar 544 sampai 505-juta tahun yang lalu.

Para geologis umumnya sependapat bahwa minyak bumi terbentuk selama jutaan tahun dari organisme, tumbuhan dan hewan, berukuran sangat kecil yang hidup di lautan purba. Begitu organisme laut ini mati, badannya terkubur di dasar lautan lalu tertimbun pasir dan lumpur, membentuk lapisan yang kaya zat organik yang akhirnya akan menjadi batuan endapan (sedimentary rock). Proses ini berulang terus, satu lapisan menutup lapisan sebelumnya. Lalu selama jutaan tahun berikutnya, lautan di bumi ada yang menyusut atau berpindah tempat.

Deposit yang membentuk batuan endapan umumnya tidak cukup mengandung oksigen untuk mendekomposisi material organik tadi secara komplit. Bakteri mengurai zat ini, molekul demi molekul, menjadi material yang kaya hidrogen dan karbon. Tekanan dan temperatur yang semakin tinggi dari lapisan batuan di atasnya kemudian mendestilasi sisa-sisa bahan organik, lalu secara perlahan mengubahnya menjadi minyak bumi dan gas alam. Batuan yang mengandung minyak bumi tertua diketahui berumur lebih dari 600-juta tahun. Yang paling muda berumur sekitar 1-juta tahun. Secara umum batuan dimana diketemukan minyak berumur antara 10-juta dan 270-juta tahun.

Sedimentasi dimulai pada permulaan Tersier, biasanya oligosen, tetapi pada beberapa tempat (Kalimatan) dimulai pada eosen. Pada Akhir Mesozoikum, seluruh daerah cekungan telah dilipat, diintrusi, diangkat dan didenudasi, sehingga seluruh batuan yang berumur pra-tersier dianggap sebagai batuan dasar (Basement). Walaupun tidak seluruhnya terdiri dari batuan beku atau dimetamorfasekan, akan tetapi batuan tersebut telah tertektonisasi, sehingga kecil kemungkinan untuk terdapatnya minyakbumi.

Pematahan bongkah terjadi pada permulaan tersier, sehingga terjadi relief lagi dan sedimentasi dimulai biasanya bersifat non-marin, kadang-kadang dimulai dengan aktifitas volkanik (Jawa Barat). Permulaan sedimentasi ini biasanyaterjadi

pada oligosen, tetapi pada beberapa tempat misalnya Kalimantan dimulai pada eosen.

Untuk itu adanya daur (cyclus) terestris yang mendahului daur marin, yang merupakan pula lapisan penghasil sunda. Biasanya daur sedimentasi ini terbatas pada basinal deeps(grabens), tidak merata, dan terisolir di sana sini. Minyak yang terdapat di sini bersifat parafin berat.

Di atas daur ini terdapat suatu transgresi marin dengan sedimentasi lebih luas kecuali beberapa peninggian batuan dasar. Biasanya terdapat suatu pasir dasar, yang berasal dari paparan sunda, akan tetapi peninggian batuan dasar

merupakan sumber yang baik dari sedimen detritus. Lapisan reservoir ini biasanya menumpang (on-Lapping) terhadap peninggian batuan dasar terhadap paparan sunda. Permulaan miosen yaitu pembentukan lapisan gamping yang sangat luas,

terutama di laut jawa. Periode ini rupanya merupakan tergenangnya seluruh daerah cekungan, dari sabang sampai ke tarakan. Tidak banyak lagi peninggian

batuan dasar yang masih menonjol di permukaan laut (kekecualian antara lain

terdapat di daerah tinggi Lampung, lengkung Karimun Jawa). Perkembangan terumbu (reef development) terjadi pada bagian yang tinggi, seperti daerah Baturaja, paparan seribu dan lain-lain. Nama formasi gamping ini adalah formasi

Baturaja, formasi kujung, dan formasi Berai.

Di Sumatra gamping ini tidak begitu terkembang secara luas, hanya terisolir di sana-sini seperti misalnya: Baturaja di cekungan palembang, Gamping kubu di

sumatra tengah, formasi telaga. Di kalimantan timur, perkembangan gamping itu tidak diketahui terbatas pada jazirah mangkalihat. Gamping ini terbukti pula produktif seperti misalnya: Lapangan Kitty (cekungan sunda), Lapangan raja (Gas

sumatra selatan). Minyak yang dihasilkan bersifat aspal. Transgresi maximal terjadi di miosen tengah, dimana pada umumnya serpih marin agak dalam diendapkan dan pada umumnya sering dianggap batuan induk minyakbumi antara lain formasi Gumai, sumatera selatan. Ketidakselarasan intra-Miosen pada umumnya tidak didapatkan. Sedimentasi berlangsung terus sewaktu bukit barisan dan pegunungan jawa selatan mulai diangkat dan tererosi. Pada akhir miosen terjadi suatu regresi yang berlangsung terus selama pliosen. Regresi ini menghasilkan lapisan reservoir penting, yang bersifat paralis/ litoral, seperti formasi keutapang (di Sumatra Utara), formasi air benakat (Sumatra Selatan),

formasi ngrayong (Jawa Timur) dan formasi Balikpapan/ palubalang di Kalimantan Timur.

Minyakbumi yang dihasilkan dari formasi regresi ini bersifat parafin ringan

(400-600 API Gravity) atau aspal (Mangunjaya, Sumatra Selatan, Tarakan/Bunyu, Kalimantan). Regresi ini berlangsung dengan sedimentasi non-marin dan diikuti dengan perlipatan pada jaman plio-pleistosen. Dilaut Jawa (Bagian barat) regresi

ini tidak mencapai sedimentasi non marin dan suatu lapisan gamping diendapkan

yaitu formasi parigi. Sering pula pengendapan ini dikatakan sebagai daur

sedimentasi kedua (Transgresi kedua). Waktu perlipatan utama dari lapisan tersier adalah jaman plio-pleistosen.

Akan tetapi pematahan-tumbuh pada batuan dasar juga mempengaruhi pelipatan

pada oligosen dan miosen bawah, sehingga sering struktur pada lapisan atas

tidak sesuai dengan lipatan pada lapisan sebelah bawah. Adanya

ketidakselarasan dalam oligosen (antara daur non-marin dan marin) diperkirakan terdapat di sumatra tengah dan di laut jawa sebelah barat. Sampai kini lipatan

dengan patahan yang mengikutinya merupakan perangkap utama minyakbumi. Perangkap stratigrafi mulai ditemukan di sumatra selatan. Sejumlah lipatan

biasanya mengelompok dalam antiklinorium, yang sering pula merupakan

peninggian batuan dasar atau pengangkatan. X.2.2 DAERAH CEKUNGAN MINYAK Potensi sektor energi terutama minyak dan gas bumi (migas) di Indonesia

saat ini 70 persen diantaranya terdapat di cekungan-cekungan Tersier lepas

pantai dan lebih dari separuhnya terletak di laut dalam (Badan Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Energi Sumber Daya Mineral). Saat ini terindikasi sedikitnya 66 cekungan migas di seluruh Indonesia, sebagian besar berada di darat dan laut dangkal perairan territorial dan hanya beberapa cekungan yang berada pada landas kontinen (cekungan busur muka), 16 cekungan sudah berproduksi, 8 cekungan berpotensi, dan 42 cekungan belum

dieksplorasi.

Beberapa daerah di indonesia memiliki cekungan-cekungan dan berpotensi sebagai penghasil minyak seperti tang terlihat pada gambar berikut:

Gambar X.3 Penyebaran daerah cekungan Minyak Di Indonesia

Dari beberapa daerah cekungan minyak yang terdapat di Indonesia, beberapa diantaranya diuraikan sebagai berikut :

 Daerah cekungan Sumatra Utara

Daerah ini meliputi suatu jalur sempit yang terbentang dari Medan sampai ke Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini jelas dibatasi oleh singkapan-singkapan pra-tersier. Dikatakan bahwa yang dikenal sebagai lempung hitam (black clay) dan

batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan non-marin. Trangresi baru dimulai dengan batu pasir peunulin atau batupasir Belumai, yang tertindih oleh formasi telaga yang merupakan lapisan reservoir utama. Daerah cekungan ini terdiri dari cekungan yang dikendalikan oleh patahan

batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman paseh ( paseh deep). Di sini juga letak daerah terangkat blok Arun, yang dibatasi oleh patahan yang menjurus ke utara selatan. Cekungan paseh membuka ke arah utar lepas- pantai, ke sebelah selatan terdapat depresi tamiang dan depresi medan. Di antara kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan disana formasi peunulin/telaga/ Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak ditemukan dalam formasi Diski Batumandi, lebih ke selatan lagi terdapat depresi siantar dan kemudian daerah cekungan dibatasi oleh lengkung asahan (sebagai bagian paparan sunda yang

menjorok) dari daerah cekungan sumatra tengah. Struktur daerah cekungan sumatra utara diwakili oleh berbagai lipatan yang relatif ketat yang membujur barat-laut-tenggara yang dibarengi oleh sesar naik. Di sini diketahui bagian barat relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di plio-plistosen. Semua unsur

struktur yang lebih tua direfleksikan pada paleotopografi batuan dasar, Seperti misalnya blok arun yang menjurus utara-selatan.

Di daerah tersebut terdapat beberapa lapangan minyak, rantau ditemukan

pada tahun 1929 dengan kedalaman reservoir antara 300 sampai 1500 meter

dalam formasi keutapang. Mimyak yang dihasilkan bersifat parafin ringan (API

48.50). Lapangan ini memperlihatkan waterdrive yang sangat kuat. Produksi

kumulatif sampai tahun 1970 telah melampui 100 juta barrel. Diski dan

Batumandi minyak ditemukan di sumur explorasi diski dan batumandi sebelah

barat medan dalam formasi peunulin (Telaga limestone). Namun sampai kini

belum dapat diproduksikan, karena sifat reservoirnya yang kurang baik.

Lapangan gas arun yang terletak di propinsi Aceh 225 kilometer sebelah

baratlaut medan ditemukan oleh mobil oil pada tahun 1971. Lapangan ini terletak

di antara pegunungan barisan dan selat malaka. Gas dan kondensat terdapat

dalam terumbu dan batuan karbonat yang bersekutu, tebalnya melebihi 300 meter

dan berumur miosen bawah dan tengah. Formasi ini sesuai dengan anggota

telaga. Atap reservoir terdapat pada kedalaman kira-kira 3000 meter. Terumbu karbonat ini terdapat pada peninggian paleotopografi yang membujur utara

selatan dan membawahi sutu lapisan batupasir (Belumai), perangkap akumulasi

ini merupakan perangkap stratigrafi murni dengan gasnya yang terjebak dalam

fasies terumbu yang berpori-pori dan tertutup serpih dari formasi Baong. Potensi laoangan ini ditujukkan oleh produktifitas sumur yang melebihi setengah milyar

kaki per kubik. Cadangan terbukti 17 trillion gas mengandung 15 persen CO2 dan sedikit nitrogen. Luas reservoir 42000 acres. Lapangan gas lainnya lho sukon

sebelah timur lapangan arun.  Cekungan Sumatera Selatan Cekungan Sumatera Selatan terletak memanjang berarah Barat laut -

Tenggara di bagian Selatan Pulau Sumatera. Luas cekungan ini sekitar 85.670

km2 dan terdiri atas dua sub cekungan yaitu: sub cekungan Jambi dan sub

cekungan Palembang. Sub cekungan Jambi berarah Timur laut - Barat daya sedangkan Sub cekungan Palembang berarah Utara - Barat Laut - Selatan - Tenggara dan diantara keduanya dipisahkan oleh sesar normal Timur laut - Barat

Gambar X.1 : Peta lokasi cekungan Sumatera Selatan (Hadipandoyo, 2007)

Stratigrafi daerah cekungan ini pada umumnya dapat dikenal satu daur besar yang terdiri dari suatu transgresi yang diikuti regresi. Formasi yang terbentuk dalam fase transgresi dikelompokan menjadi kelompok Telisa (Formasi

Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai). Sedangkan yang terbentuk dalam fase regresi dikelompokan menjadi kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim, dan Formasi Kasai).

Formasi Talang Akar merupakan transgresi marin yang sebenarnya dan dipisahkan dari Formasi Lahat oleh suatu ketidakselarasan yang memiliki

pengangkatan regional dalam oligosen Tua Atas dan Oligosen Tengah. Sebagian dari formasi Talang Akar adalah fluviatil sampai delta dan marine dangkal. Di

beberapa tempat, batupasir terlokalisasi pada daerah tinggi atau dekat paparan sunda. Formasi ini merupakan lapisan reservoir yang utama di Sumatera Selatan.

Formasi Baturaja terdiri dari batugamping yang merupakan terumbu yang

tersebar di sana-sini. Formasi ini tidak terbentuk dalam Cekungan Jambi, begitu pula dalam bagian tertentu dari Cekungan Palembang. Terumbu Formasi Baturaja

Formasi Gumai yang terdapat diatasnya mempunyai penyebaran yang luas, pada umumnya terdiri dari serpih dalam. Formasi Gumai sebagai batuan induk untuk semua minyak di Sumatera Selatan. Hal ini berdasarkan extraksi

hidrokarbon dari serpih formasi tersebut. Minyak bumi terbentuk setelah pengendapan maka akan bermigrasi secara lateral ke Formasi Talang Akar, sehingga minyak bumi dalam formasi ini bersifat parafin berat. Pelipatan Pliopleistosen menyebabkan minyak bumi tersebut diubah menjadi parafin ringan dan migrasi vertikal ke dalam Formasi Air Benakat dan Formasi Muara Enim.

Formasi Lahat terdapat sebelum regresi utama dan pada umumnya merupakan sedimentasi non-marin. Formasi ini diendapkan dalam bongkah- bongkah yang terpatahkan ke bawah. Sedimen terdiri dari kipas aluvial, fluvial dan

sebagian terbentuk di delta. Pada bagian atasnya adalah lempung tufaan dan batupasir tufaan yang berasal dari transgresi marine.

Formasi Air Benakat merupakan permulaan endapan regresi dan terdiri dari

lapisan pasir pantai. Penyebarannya jauh lebih luas dari formasi sebelumnya. Lapisan batupasir disini juga merupakan lapisan reservoir yang penting.

Formasi Muara Enim lebih merupakan endapan rawa sebagai fasa akhir regresi dan pada formasi ini terdapat batubara yang penting, seperti yang ditemukan di Bukit Asam (Koesoemadinata, 1980).

Berikut dapat dilihat kolom stratigrafi pada Cekungan Sumatera Selatan

Gambar X.2 : Stratigrafi umum cekungan Sumatera Selatan (Hadipandoyo, 2007)

Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan yang produktif. Hal ini disebabkan terdapat beberapa formasi yang dapat bertindak sebagai batuan induk

yang baik, batuan reservoir yang memadai dan batuan penutup. Jalur migrasinya diperkirakan sesar-sesar yang terjadi di cekungan itu.

Batuan induk yang potensial berasal dari batulempung Formasi Lahat,

batulempung Formasi Talang Akar dan batulempung Formasi Gumai. Formasi yang paling banyak menghasilkan minyak hingga saat ini adalah Formasi Talang Akar, dengan kandungan material organik yang tinggi berkisar antara 0,5-1,5%.

Lapisan batupasir yang terdapat dalam Fomasi Lahat, Talang Akar, Gumai, Air Benakat, dan Muara Enim dapat merupakan batuan reservoir. Selain itu batubatugamping Formasi Baturaja juga berlaku sebagai batuan reservoir.

Batuan tudung pada umumnya merupakan lapisan batulempung yang tebal dari Formasi Gumai, Air Benakat, Muara Enim. Disamping itu, terjadinya perubahan facies kearah lateral dari Formasi Talang Akar dan Baturaja.

Pada umumnya perangkap hidrokarbon di Cekungan Sumatera Selatan merupakan perangkap struktur antiklin. Struktur sesar, baik normal maupun geser dapat bertindak sebagai perangkap minyak. Perangkap stratigrafi terjadi pada batugamping terumbu berbentuk membaji, bentuk kipas dan lensa dari batupasir karena perubahan facies. Migrasi pada umumnya terjadi kearah up-dip serta melalui sesar-sesar yang ada (Hadipandoyo, 2007)

 Daerah Cekungan Jawa Barat Utara

Daerah cekungan jawa barat utara meliputi daerah dataran rendah Jawa Barat utara (dataran rendah jakarta) dan laut Jawa Barat utara daerah dapat dikenal beberapa unsur tektonik sebagai berikut

a. Daerah angkatan Lampung yang memisahkan daerah cekungan palembang dengan daerah jawa barat Utara.

b. Paparan sunda di utara.

c. Jalur peerlipatan bogor di selatan.

d. Daerah pengangkatan Karimun jawa di sebelah timur.

e. Paparan pulau seribu. Unsur yang disebut terakhir ini membagi daerah cekungan daerah jawa barat menjadi :

Cekungan Sunda

Di cekungan ini batu pasir talang akar dalam bagian-baagin danau yang

dinamai Banuwati shale. Formasi talang akar yang menutupinya sangat tebal

dalam bagian-bagian yang dalam akan tetapai menipis ataupun menghilang

kearah paparan Sunda ataupun kedaerah tinggi seperti paparan pulau seribu. Beberapa lapangan minyak bumi didapatkan dalam formasi talang akar yang

bersifat transgresif dan formasi baturaja. Sifat minyak dari kedua formasi ini

berbeda formasi baturaja bersifat aspal tetapi berkadar belerang rendah. Cekungan jawa barat utara dibagi dalam beberapa cekungan kecil atau depresi yaitu depresi Jatibarang, depresi pasir putih, depresi arjuna, depresi

ciputat. Depresi ciputat dibatasi sebelah timur pulau seribu paling bawah

ditemukan formasi jatibarang yang terdiri bahan-bahan vulkanik seperti lava,

basalt, tufa dan breksi yang kemudian tertutup oleh lapisan trangresif dari formasi Cibulakan. Formasi batugamping baturaja tidak terkembangkan dengan baik dan

di wakili sebagi suatu anggota gamping. Kelihatannya transgresi di sini tidak

pernah mencapai laut dalam, dan ekuivalen formasi gumai di sini diwakili

cibulakan bagian atas yang bersifat pasiran. Transgresi formasi parigi yang terdiri

dari batugamping yang bersifat terumbu. Regresi terakhir diwakili oleh formasi

Cisubu yang umumnya bersifat marin. Minyak terdapat dalam formasi jati barang

dan formasi cibulakan dan juga dalam formasi ekuivalen baturaja. Lapangan jatibarang a. Lapangan randengan : lapangan ini mewmproduksi dari lapidsan Cibulakan

dari perangkap suatu kubah kecil lapangan-lapangan lain yang ditemukan

pada tahun 1978-1979 adalah lapangan Camara, kandanghaur dan tugu (dari formasi parigi). b. Lapangan kompleks arjuna (lepas pantai) : kompleks ini merupakn kumpulan lapangan minyak yang mulai dengan diketemuannya struktur e pada tahun

1969 dan disusul oleh struktur b dan k. minyak ditemukan terutama dalam lapisan pasir Cibulakan atas dengan beberapa interval.

Struktur jumlah lapisan pasir kedalaman(kaki)

e 4 2300-3200

k 3 2700-3800

c. Lapangan arimbi terletak di utara Cirebon dan menghasilkan dari terubu gamping formasi batu raja.

Daerah cekungan jawa timur

Derah cekungan ini meliputi pulau jawa dan palung jawa timur utara Madura. Daerah cekungan yang pertama lebih merupakan epikontinental dan

beberapa unsur tektonik. Pencekungan laut Jawa timur

a. Daerah pengangkatan Karimun Jawa disebelah jawa barat b. Monoklin selatan kelanjutan selatan karimun jawa

c. Palung pati, yang berkelanjutan ke pertelukan florence barat dan berorentasi timur laut barat daya.

d. Lengkung (kubat) bawean merupakan daerah positif

e. Cekungan florens timur sebelah tenggara lengkung bawean dan mencekubg florence cekung sendiri merupakan setengah grabean.

f. Arah positif merupakan cekungan florence timur dan batasnya bersifatpatahan g. Depresi masalombo suatu cekungan terdpatdisebelah timurarah positif JSI

trend. Depresi membuka ke depresi Madura utara.

h. daerah tinggi masalembo merupakan elemen tektonik paling timur daerah cekungan daerah Jawa timur dan membatasi dari dalam laut flores.

i. Pertelukan JS 20 merupakan suatu depresi yang penting yang membuka ke barat ke graben tuban utara ke cekungan Madura.

Cekungan Jawa timur Madura

Daerah cekunagn ini lebih merupakan geosinklin, dengan ketebalan sedimen tersier mungkin melebihi 6000 meter. Suatu hal khas dari cekungan ini adalah Timur-Barat, dan kelihatannya merupakan gejala tektonik tersier muda.

Di sebelah selatan, cekungan yang memanjang timur-barat ini dibatasi oleh pegunungan kendeng, yang menerus ke pantai Selatan Madura, dengan sedimen Tersier terlipat sangat ketat, yang dibarengi sesar-sesar naik.

Pada umumnya di sini dapat dibedakan dua jalur sedimentasi di sini :

a. Jalur Rembang-madura. Di sini fasa regresi didapatkan dalam sedimen klastik yang merupakan reservoir minyak.

b. Jalur randublatung-selat madura, yang pada umumnya terdiri dari sedimen halus seperti serpih napal, dengan tekanan lebih (over pressure), sehingga mengakibatkan diapair serpih. Dalam arah

utara-selatan terjadi perubahan fasies dari sedimen cekungan epikontinen ke geosinklin. Dalam hal ini terutama formasi Kujung menjadi gamping cekungan. Dasar cekungan ini belum pernah ditembus oleh pemboran, demikian pula lapisan dasarnya. Lapisan tertua adalah formasi Kujung yang terdapat dalam fasies cekunganyang berumur Te. Di atasnya terdapat formasi tuban (Tf1-2) yang pada bagian atasnya terdapat dalam

fasa regresif dan terkembangkan dalam fasies pasir (anggota Ngarong),

yang merupakan reservoir minyakpenting. Formasi ini dibatasi dari formasi yang ada di atasnya, yaitu formasi kawengan, oleh suatu

ketidakselasan yang menghilang berwujud sedimentasi menerus dalam jalur randublatung selat Madura.

c. Formasi Kawengan yang terdiri dari anggota Wonocolo, anggota ledok dan anggota mundu merupakan lapisan reservoir penting, dan berumur

Miosen atas Pliosen. Formasi paling atas adalah formasi Lidah, yang

berumur Pliosen sampai pleistosen. Formasi Lidah dan formasi Kewengan berubah fasies menjadi gamping terumbu formasi madura.

Terdapatnya Minyak bumi

Di cekungan jawa timur Utara ini minyak terutama ditemukan dalam fasa regresif anggota ngarayong dan formasi kawengan yang transgresif di atasnya, terutama dalam anggota wonocolo.

Di formasi fasa transgresif sampai kini belum ditemukan. lapangan minyak di Jawa timur dapat dikelompokkan ke dalam 2 daerah minyak yaitu daerah cepu, dan daerah Kruka-surabaya.

Daerah Cepu

Lapisan reservoir terutama didapatkan dalam batupasir anggota ngrayom. Tujuhpuluh tiga persen produksi daerah ini didapatkan dari interval ini. Porositas rata-rata adalah 18 % dan berkurang ke arah ESE. Ketebalan bersih lapisan minyak Lapangan semanggi 35-45 meter, Nglob : 100-110 meter dan Kawengan : 40 meter.

Lapisan minyak lain adalah anggota wonocolo yang terdiri dari sisipan gamping pasiran, dan batupasir gamping halus di bagian bawahnya. Secara total telah ditemukan 11 lapis minyak. Juga anggota ledok yang terdiri dari kalkrenit pasiran yang ditandai glaukonit dan perlapisan silang siur kadang-kadang merupakan reservoir.

Perangkap di daerah ini teutama merupakan struktur lipatan yamg menjurus baratlaut-tenggara yang disebabkan pelipatan akhir pliosen dan barat- timur yang disebabkan gerakan pleistosen sampai resen. Struktur antiklin pada

umumnya disertai sesar naik yang miring ke arah utara, malahan pada kedua belah sayatnya (lapangan kawengan) minyak yang didapatkan pada umumnya

bersifat parafin, terutama kawengan yang bersifat parafin berat. Lapangan minyak yang penting ialah keawean. Lapangan ini merupakan kulminasi antiklin

kidangan-wonocolo kawengan. Lapangan ini ditemukan pada tahun 1984 dan dewasa ini masih diproduksikan. Minyak ditemukan dalam lapisan pasir anggota ngrayong dan womocolo dan terdapat dalam antiklin asimetri dengan sesar naik pada sayap selatannya. Yang termasuk kawengan yaitu: Kidangan,Dandangil, Wonocolo.

Daerah minyak surabaya

Pada daerah ini minyak didapatkan dalam anggota wonocolo. Sangat khas adalah anggota mundu yang berkembang sebagai lapisan pasir yang terdiri dari cangkang giobigerina.

Daerah cekungan kalimantan timur

Daerah cekungan tersier kalimantan timur dibatasi di sebelah barat oleh

paparan stabil sunda dari kalimantan barat yang merupakan suatu kompleks batuan dasar pra-tersier, batuan beku dan metamorf yang telah stabil, di bagian barat laut oleh daerah tinggi kucing yang juga terdiri dari batuan pra-tersier yang

terlipat ketat.

Dibagian selatan daerah cekungan ini bersambungan dengan cekungan epikontinen laut jawa timur. Unsur tektonik berikut membagi daerah kalimantan

Dalam dokumen Bahan Geomigas Unhas (Halaman 110-124)