• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: LANDASAN TEORI

3) SEEKING SOCIAL SUPPORT

Strategi yang dilakukan oleh individu yang mengalami stres dengan cara meminta pertolongan dari orang lain. Pertolongan yang diharapkan dari orang lain dapat berupa materi atau non materi. Bentuk perilaku yang termasuk di dalamnya antara lain:

a) Help and Guidance yakni mencoba untuk mencari

bantuan dan arahan dari orang lain yang mungkin lebih berpengalaman dalam menghadapi masalah

yang sedang dihadapi oleh individu.

b) Seeking social support for emotional reasons yakni mencari dukungan sosial yang digunakan oleh individu sebagai kekuatan untuk bertahan menghadapi

masalahnya.

c) Affirmation of Worth yakni dengan cara mencari penegasan dari orang lain mengenai nilai atau manfaat yang bisa diambil dari apa yang telah dialami.

d) Tangible Aid yakni mencari dukungan nyata dari orang lain berupa materi seperti mendapatkan uang atau penghasilan.

Stephen Worchel dan Wayne Shebilske (1989)

mengemukakan pendapat yang sedikit berbeda dari yang telah diungkapkan di atas mengenai strategy coping yakni meliputi :

1) Cognitive Responses a) Reappraisal

Melihat dan mencari sesuatu yang baik dari hal buruk yang dialami oleh seseorang.

b) Belief in self efficacy

Percaya terhadap diri dan perasaan bahwa diri sendiri mampu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.

2) Informational Responses

Mencari informasi terkait dengan situasi yang membuat seseorang tertekan dan membantu dalam proses pemecahan masalah serta dapat juga mengembangkan tanggapan yang efektif untuk mengatasi tekanan yang dialami.

3) Behavioral Responses

Mencari dukungan sosial pada orang-orang yang sudah benar-benar paham terhadap situasi yang menekan individu.

Caplan (dalam Ismudiyati, 2003) menegaskan bahwa kehadiran sumber-sumber dukungan yang sesuai merupakan determinan utama bagi penyesuaian diri individu dalam menghadapi peristiwa-peristiwa yang menekan.

Aldwin dan Ravenson (dalam Setianingsih, 2003) memberikan pandangan yang lain mengenai aspek perilaku coping yang digunakan untuk meredakan ketegangan emosi antara lain:

1) Pelarian diri dari masalah yaitu usaha dari individu untuk meninggalkan masalah dengan membayangkan hal-hal yang lebih baik.

2) Pengurangan beban masalah, yaitu usaha untuk menolak merenungkan sesuatu masalah dan bertindak seolah-olah tidak terjadi apa-apa.

3) Penyalahan diri yakni tindakan pasif yang berlangsung dalam batin kemudian baru pada masalah yang dihadapi dengan jalan menganggap bahwa masalah terjadi karena kesalahannya.

4) Pencarian arti yakni usaha untuk menemukan kepercayaan baru atau sesuatu yang penting dari kehidupan.

c. Sumber-sumber Coping

Pada setiap orang memerlukan energi yang dijadikan sumber kekuatan dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Sumber-sumber coping ini dapat digunakan untuk membantu menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Hal-hal ini akan membantu mendukung kesuksesan proses coping dari setiap individu yang dikemukakan oleh Lazarus dan Folkman (1984), yaitu :

1) Health and Energy

Kesehatan merupakan hal yang penting untuk coping. Orang yang merasa dirinya lebih kuat dan lebih sehat akan lebih bisa bertahan terhadap stres.

2) Positive Beliefs

Pandangan terhadap diri seseorang secara positif dan memiliki perilaku positif dapat menjadi sumber coping yang signifikan.

3) Internal Locus of Control

Apabila seseorang mempunyai internal locus of control, dapat memiliki perasaan bahwa mereka dapat mengatur semua hal yang terjadi dalam hidupnya.

4) Social skills

Kemampuan untuk bersosialisasi menjadi hal yang penting untuk bisa menghadapi situasi yang penting, memulai pembicaraan dan mengekspresikan diri mereka.

5) Social Support

Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada situasi stres seperti dilukai orang lain, tragedi yang dialami, kehilangan orang yang dicintai.

6) Material Resources

Uang dapat meningkatkan jumlah pilihan untuk menghilangkan situasi penyebab stres.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam memutuskan pemilihan coping

Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi seseorang dalam memutuskan coping apa yang akan digunakan. Hal tersebut diungkapkan oleh Aldwin dan Ravenson (dalam Setianingsih, 2003):

1) Usia

Perilaku coping yang digunakan akan berbeda pada setiap tingkat usia. Pada orang yang memiliki usia matang akan cenderung menggunakan Problem Focused Coping

2) Pendidikan

Semakin tinggi tingkat pendidikan, akan mempunyai penilaian yang lebih realistis. Individu yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi akan cenderung memilih untuk memecahkan masalah.

3) Status sosial ekonomi

Orang yang mempunyai status sosial ekonomi yang rendah akan mempunyai tingkat stres yang tinggi terutama dalam masalah ekonomi. Orang yang memiliki penghasilan yang cukup akan memiliki kepercayaan diri untuk menyelesaikan masalaha yang dihadapi.

4) Dukungan sosial

Dukungan sosial yang positif berhubungan dengan berkurangnya kecemasan dan depresi. Individu yang memiliki komunitas yang memberi dukungan terhadap dirinya akan lebih mudah dalam menyelesaikan suatu masalah.

5) Jenis Kelamin

Jenis kelamin pria dan wanita mempunyai cara yang berbeda dalam menghadapi suatu masalah. Pria seringkali berfokus pada penyelesaian masalah sedangkan wanita lebih sering berfokus pada penurunan emosi.

6) Karakteristik kepribadian

Pada setiap karakteristik kepribadian akan mempunyai perilaku coping yang berbeda. Individu yang ekstravert apabila menghadapi suatu masalah akan berusaha menyelesaikannya dan seringkali juga akan melibatkan orang lain. Sedangkan orang yang intravert lebih cenderung tidak menyelesaikan masalah, biasanya hanya menurunkan emosi (Emotion Focused Coping)

7) Pengalaman

Pengalaman merupakan bahan acuan atau perbandingan individu dalam menghadapi suatu kejadian yang hampir sama. Individu yang sering menghadapi suatu masalah, seringkali lebih mampu menyelesaikan masalah dengan bertolak pada pengalaman-pengalaman yang pernah dialami.

Jung (dalam Sriningsih, 2004) membedakan kepribadian manusia menjadi dua kategori beserta dengan kekhasannya, antara lain:

1) Introvert

Individu ini memiliki kecenderungan pemalu dan lebih suka menyendiri. Energi psikisnya ditujukan ke dalam dunia subjektif. Cenderung memikirkan dunianya sendiri dan sulit dipengaruhi oleh dunia luar, apabila dihadapkan situasi penyebab stres cenderung menarik diri.

2) Ekstravert

Individu ini memiliki kecenderungan tidak pemalu, lebih banyak menggunakan waktunya bersama-sama dengan orang lain daripada sendirian. Energi psikisnya ditujukan ke arah dunia luar. Golongan ini biasanya ramah, optimistis, dan apabila berhadapan dengan situasi penyebab stres akan mencari kelompok dan kemudian membahasnya.

Bem (dalam Pujibudojo dan Prihanto, 2000) memberikan pendapat bahwa pada wanita ada yang memiliki karakteristik androgin. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan lebih baik, karena mereka akan mampu memerankan karakteristik yang lebih adaptif sesuai dengan tuntutan yang ada. Individu ini memiliki harga diri yang tinggi , lebih kompeten, lebih fleksibel dan lebih efektif dalam hubungan interpesonal.

Dokumen terkait