• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Berdirinya Kereta Api Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM PERKERETAAPIAN SUMUT

2.2 Sejarah Berdirinya Kereta Api Sumatera Utara

Dalam tulisan Luckman (2007: 61) Keberadaan kereta api di Sumatera tidak terlepas dari adanya pengaruh pemerintah kolonial Belanda yang memprakarsai pembangunan sarana transportasi kereta api Deli Spoorweg Maatscappij (DSM) untuk mengangkut hasil perkebunan. Perkembangan yang pesat dari tanaman tembakau sejak abad ke-19 menyebabkan dibangunnya perusahaan kereta api Deli ini. Tujuannya adalah agar transportasi lebih cepat dan tidak terganggu lumpur-lumpur di jalanan ketika musim hujan datang.

Gambar 1: 1890-1905 Kereta Api Dengan Jarak Rel Sempit Untuk Pengangkutan Tembakau Deli Serdang, Sumatera Utara20

       20

Inisiatif pertama pembuatan jalan kereta api ini datang dari tuan Cremer yang merupakan manager “Deli Maatscappij ”. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1883 “Deli Maatscappij” memperoleh konsensi dari pemerintah Belanda untuk membangun jalan kereta api dari Belawan-Medan –Deli Tua-Timbang Langkat (Binjai). Pada bulan juni 1883 konsensi ini dialihkan kepada perusahaan “ Deli Spoorweg Maatscappij” yang baru didirikan oleh “Deli Maatscappij”.

Lima tahun kemudian diperoleh konsensi-konsensi untuk membuka cabang-cabang jaringan lintasan ke Serdang – Perbaungan – Serdang – Hulu. Jaringan lintasan pertama dibuka pada bulan juni 1886 dan seluruh jaringan lintasan 63 mil selesai dalam tahun 1889. Apabila perkebunan-perkebunan baru mulai dibuka arah ke Selatan maka jalan kereta api juga turut menyusul dibuka ke arah selatan tersebut.

Dengan dibukanya tambang-tambang minyak di Pangkalan Brandan dan pangkalan Susu maka dalam tahun 1900 jaringan lintasan baru dibuka pula ke sana. Kesemuanya telah dibuka 162 mil jaringan lintasan dengan 54 stasiun. Perkembangan jaringan lintasan kereta api cukup signifikan sejalan dengan ekspansi pengusaha perkebunan ke beberapa kawasan di Sumatera Timur.

Pada tahun 1888 kawasan-kawasan seperti Belawan, Deli dan Binjai telah dapat dilalui oleh kereta api. Kemudian di tahun 1904 pembangunan kereta api dilanjutkan dengan menghubungkan antara Lubuk Pakam – Bangun Purba. Perkembangan jaringan lintasan kereta api terus bertambah di tahun- tahun berikutnya, terbukti melalui tabel di bawah ini:

Tabel 2.1 Lintasan dan Panjang Rel Kereta Api Deli tahun 1883-1940

Lintas rel Panjang (Km) SK Peresmian

Medan – Labuhan 16.743 No. 17, tgl 23 Jan1883 25 Juli 1886 Medan – Binjai 20.888 No. 17, tgl 23 Jan 1883 01 Mei 1887 Medan – Deli Tua 11.249 No. 17, tgl 23 Jan 1883 04 Sep 1887 Labuhan – Belawan 6.162 No. 17, tgl 23 Jan 1883 16 Feb 1888 Medan – Serdang 20.122 No. 09, tgl 28 Apr 1988 01 Jul 1889 Serdang – Perbaungan 17.668 No. 09, tgl 28 Apr 1988 07 Feb 1890 Binjai – Selesai 10.576 No. 01, tgl 20 Jun1889 19 Des 1890 Kp. Baru – Arnhemia 14.872 No. 62, tgl 26 Jun 1906 01 Okt 1907 Pakam – Bangun Purba 27.936 No. 25, tgl 13 Jul 1901 10 Apr 1904 Selesai – Kuala 9.943 No. 33, tgl 11 Aug1901 05 Nov 1902 Bamban – Perbaungan 30.350 No. 02, tgl 12 Feb 1900 11 Apr 1902 Bamban – Rantau Laban 10.680 No. 24, tgl 20 Sep 1901 02 Mar 1903 Stabat – Rantau Laban 22.428 No. 01, tgl 13 Jul 1900 20 Juni 1903 Stabat – Binjai 24.036 No. 01, tgl 13 Jul 1900 01 Aug 1904 Tanjung Pura – Brandan 19.505 No. 01, tgl 13 Jul 1900 15 Des 1904 Deli Tua – P. Batu 3.035 No. 28, tgl 10 Jun 1915 01 Des 1915 Brandan – Besitang 14.990 No. 56, tgl 26 Okt 1917 29 Des 1919 Besitang – P. Susu 9.510 No. 56, tgl 26 Okt 1917 01 Des 1921 Tebing – Siantar 48.464 No. 02, tgl 25 Aug1914 05 Mei 1916 Rt. Laban – Tj. Balai 95.602 No. 14, tgl 19 Sep 1912 06 Aug 1915 Tj. Balai – Tlk. Nibung 4.592 No. 14, tgl 19 Sep 1912 01 Feb 1918 Kisaran – Membang Muda 57.111 No. 06, tgl 13 Des 1926 19 Aug 1937 Membang Muda – Milano 44.199 No. 07, tgl 24 Okt 1928 19 Aug 1837 Milano – Rt. Prapat 12.562 No. 07, tgl 24 Okt 1928 19 Aug 1937 Total Panjang Rel 553.223

Sumber: Deli Spoorweg Maatschappij21

2.2.1 Peralian Sumatra Timur Menjadi Sumatera Utara

Pada awalnya Sumatera Utara merupakan suatu pemerintahan yang bernama Gouvernement Van Sumatera dan dipimpin oleh seorang Gubernur yang berkedudukan di Medan. Sumatera Utara terdiri dari daerah-daerah administratif yang dinamakan keresidenan22. pada Sidang 1 Komite Nasional daerah (KND)

Provinsi Sumatera diputuskan untuk dibagi menjadi 3 sub Provinsi yaitu sub Provinsi Sumatera Utara (terdiri dari Keresidenan Aceh, Keresidenan Sumatera Timur dan Keresidenan tapanuli), sub Provinsi Sumatera Tengah dan sub Provinsi

       21

Deli Spoorweg Maatschappij: Kontribusi Perkebunan Deli Dalam Pengembangan Transportasi di Sumatera Utara oleh Erond L.Damanik, M.Si yang terdapat pada http://Pussisunimed.wordpress.com/2010/01/28/deli-spoorweg-maatschapappij-kontribusi-

perkebunan-deli-dalam-pengembangan-transportasi-di-sumatra-utara/ diakses 20 November 2013 22

Keresidenan adalah sebuah pembagian administratif dalam sebuah Provinsi pada masa Hindia Belanda di Indonesia waktu itu, keresidenan biasanya terdiri dari beberapa kabupaten.

Sumatera Selatan. Melalui Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1948 tanggal 15 April 1948, pemerintah menetapkan Sumatera menjadi 3 Provinsi yang masing- masing berhak mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri yakni Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan Sumatera Selatan. Pada tanggal 15 tersebut juga ditetapkan sebagai hari jadi Provinsi Sumatera Utara.

Pada Awal tahun 1949 diadakan reorganisasi pemerintah di Sumatera. Dengan keputusan pemerintah Darurat RI tanggal 17 Mei 1949 Nomor 22/Pem/PDRI jabatan Gubernur Sumatera Utara ditiadakan. Selanjutnya, dengan ketetapan Pemerintah Darurat RI tanggal 17 Desember 1949 dibentuk Provinsi Aceh dan Provinsi Tapanuli/ Sumatera Timur yang kemudian dengan Peratutan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950, ketetapan ini dicabut dan kembali dibentuk Provinsi Sumatera Utara. Tanggal 7 Desember 1956 diundangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan perubahan peraturan pembentukan Provinsi Sumatera Utara yang intinya Provinsi Sumatera Utara wilayahnya dikurangi dengan bagian-bagian yang terbentuk sebagai Daerah Otonomi Provinsi Aceh23.

       23

Sejarah Provinsi Sumatera Utara terdapat pada www.kemendagri.go.id/pages/profil- daerah/provinsi/detail/12/sumatera-utara#sejarah diakses 10 desember 2013

2.2.2 Pengaruh Kondisi Geografis Terhadap Perkebunan di Sumatera Utara

Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 1o– 40 Lintang Utara dan 98o –

100o Bujur Timur yang pada tahun 2004 memiliki 18 kabupaten dan 7 kota serta

terdiri dari 328 kecamatan. Secara keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan serta memiliki luas daratan sebesar 72.981,23 km2. 24

Wilayah Sumatera Utara sendiri terdiri dari daerah pantai, daratan rendah dan daratan tinggi serta pegunungan Bukit Barisan yang membujur di tengah- tengah dari Utara ke Selatan. Berdasarkan topografi daerah, Sumatera Utara di bagi atas 3 bagian yakni bagian timur dengan keadaan yang relatif datar, bagian tengah bergelombang sampai berbukit dan bagian barat merupakan daratan bergelombang. Wilayah pantai timur yang merupakan daratan rendah seluas 24.921,99 km2 atau 34,77% dari luas wilayah. Sumatera Utara sendiri memiliki

iklim yang termasuk tropis dan dipengaruhi oleh angin passat dan angin Muson. Provinsi ini juga memiliki kelembaban udara rata-rata78% - 91% dengan curah hujan (800-4000)mm/ tahun dan mendapat penyinaran matahari sebesar 43%25.

Keadaan tanah dan iklim tersebut menjadikan daerah Sumatera Utara menjadi daerah yang subur. Kondisi alam yang menguntungkan ini sangat cocok

       24

Geografis Sumatera Utara terdapat pada www.disdik.sumutprov.go.id/provilsumut.php diakses 10 desember 2013

  25

Topografi dan iklim terdapat pada

www.kanwilsumut.djpbn.depkeu.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=3&Item id=3 diakses 10 desember 2013

untuk ditanami tanaman- tanaman bernilai ekonomis. Tanaman-tanaman tersebut seperti tembakau, karet,coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, dan kayu manis. Tanaman- tanaman ini dikelolah oleh perkebunan milik Belanda. Sebelum kedatangan Kolonial Belanda dan tumbuhnya perkebunan-perkebunan besar wilayah sumatera Utara merupakan hutan belantara yang memiliki keuntungan ekonomis yang kecil.26

2.2.3 Sekilas Tentang Kehadiran Deli Maatschappij

Pada tahun 1858, Holandia berhasil membuat pemimpin kesultanan Siak tunduk dan menjadi bagian dari Hindia-Belanda. Ini diatandai dengan ditandatanganinya Perjanjian Siak antara Sultan Siak dengan Hollandia pada tahun tersebut. Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa Kesultanan Siak dan daerah-daerah takhlukannya merupakan bagian dari kekuasaan Hollandia di Hindia Belanda.

Sebuah kesultanan kecil di pantai timur Sumatera yang tanahnya subur serta menghasilkan lada, pinang, pala, gambir, dan tembakau yang diekspor ke Semenajung Malaya juga ikut tunduk. Kesultanan kecil ini berpusat pada sebuah kota yang bernama Labuhan. Kota Labuhan ini memiliki Sultan bernama Mahmud Perkasa Alam. Sultan inilah yang menandatangani Acte van Verband yakni suatu perjanjian antara kesultanan Deli dengan kerajaan Hollandia pada tahun 1862. Pada perjanjian itu Sultan Deli mengakui kekuasaan Sultan Siak yang telah

       26

Dona Sofia: Keberadaan Angkutan Kereta Api di Sumatera Timur (Skripsi 2004) jurusan sejarah fakultas sastra USU, hal: 18

tunduk pada Hollandia yang dengan demikian Sultan Deli juga tunduk pada Hollandia.

Deli kemudian mulai didatangi pengusaha Hollandia Jacobus Nienhuys pada tahun 1863. Nienhyus dan Sultan Mahmud Perkasa Alam membuat suatu persetujuan dimana orang Hollandia mulai diberi kesempatan untuk membuka perkebunan tembakau di Deli.

Gambar 2: Kebun Tembakau Deli 27

Nienhuys pun mendapat konsesi dari sultan tersebut. Jika pada awalnya tanaman tembakau di Deli ditanam dan dikelola secara tradisional oleh para penduduk lokal, maka sejak kedatangan Nienhuys tanaman tembakau ditanam pada kebun yang lebih luas dan dikelola oleh orang asing.

       27 

Gambar 3: Jacobus Nienhuys28

Pada tahun 1869, Nienhuys memindahkan kantor perkebunannya Deli Maatschappij bergeser menjauhi kota sang sultan. Kantor tersebut didirikan pada sebuah kampong bernama Medan Putri. Sekeliling Kampong yang masih hutan belukar merupakan potensi besar bagi perluasan kebun-kebun tembakau. Kampong ini juga berada di jalur jalan antara kota Labuhan dan Deli Tua.

Gambar 4: Pembukaan Hutan Untuk Kebun Tembakau29

Orang-orang dari labuhan dan Deli Tua menjadikan kampong ini sebagai tempat berkimpul untuk berdagang pada waktu-waktu tertentu. Posisi yang strategis ini

       28

Sumber gambar Lucman, 2007 dalam Sejarah Medan Tempo Doeloe 

29

yang membuat Nienhuys memilih kampong Medan putri sebagai pusat pengaturan kebun-kebun tembakaunya (Alexander: 2012: 39-41).

Memasuki tahun 1870-an, komoditas perkebunan tidak hanya terfokus pada tembakau saja namun telah merambah ke komoditas lainnya seperti karet, coklat, teh, dan kelapa sawit. Demikian juga halnya dengan perkebunan tidak lagi terkonsentrasi di Deli tetapi sudah memasuki daerah lain seperti Binjai, Langkat, Serdang, Padang (Tebing Tinggi), Siantar dan Simalungun.

Gambar 5: Stasiun Medan pada tahun 188430

Mengingat pesatnya perkembangan perusahaan perkebunan Deli maka dibangunlah jaringan kereta api di tanah Deli tersebut pada tahun 1883 yakni Deli Spoorweg Matschappij yang mana transportasi kereta api ini digunakan sebagai

       30

Sumber gambar:Op.Cit Luchman. Hal: 65

sarana pengangkutan komoditas perkebunan dari pedalaman menuju pusat kota Medan di sekitar Esplanade (Lapangan Merdeka).

Gambar 6: Lapangan Merdeka Sebelum 189031

Prospek yang menjanjikan dari sektor perkebunan Sumatera Timur ini telah mendorong penataan disejumlah bidang untuk mendukung pengembangan kota Medan dan Sumatera Utara saat ini untuk menjadi kawasan yang maju dan Modern. Sehingga pada akhirnya Medan menjadi ibu kota Sumatera Utara pada tahun 1907. Kemudian pasca Indonesia merdeka memasuki awal tahun 1950-an , kabinet pemerintahan Indonesia di bawah kendali Bung Karno melakukan nasionalisasi aset pemerintah kolonial Belanda menjadi milik pemerintah Indonesia.32

       31

Sumber gambar: Ibid, hal 64 32

2.2.4 Kaitan Perkembangan Kereta Api Sumatera Utara Dengan Kereta Api Indonesia

Kehadiran kereta api di Sumatera Utara tidak terlepas dari sejarah kemunculan kereta api pertama di Indonesia yang pembangunannya pertama kali dilakukan di Jawa tepatnya di desa Kemijen Jum’at tanggal 17 Juni 1864 oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Mr. L.A.J Baron Sloet van den Beele. Pembangunan diprakarsai oleh “Naamlooze Venootschap Nederlandsch Indische Spoorweg Maatschappij” (NV. NISM) yang dipimpin oleh Ir. J.P de Bordes dari Kemijen menuju desa Tanggung (26 Km) dengan lebar sepur33 1435 mm. Ruas

jalan ini dibuka untuk angkutan umum pada hari sabtu, 10 agustus 1867.

Akibat keberhasilan NV. NISM membangun jalan Kereta api antara Kemijen – Tanggung tersebut kemudian berkembang dan dilakukan pembangunan lagi pada tanggal 10 Februari 1870 dapat menghubungkan kota Semarang – Surakarta (110 Km), keberhasilan pembangunan tersebut mendorong minat investor untuk membangun jalan kereta api di daerah lainnya. Sehingga pada tahun 1864 – 1900 pembangunan jalan kereta api semakin panjang dan tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1867 panjang jalan kereta api baru mencapai 25 km, di tahun 1870 menjadi 110 km dan tahun-tahun berikutnya terus bertambah yakni pada tahun 1880 mencapai 405 km, tahun 1890 menjadi 1.427 km serta pada tahun 1900 menjadi 3.338 km.

       33

Tidak hanya di Jawa saja, pembangunan jalan kereta api juga dilakukan di Aceh (1874), Sumatera Utara (1886), Sumatera Barat (1891), Sumatera Selatan (1914), bahkan tahun 1922 di Sulawasi juga telah dibangun jalan kereta api sepanjang 47 Km antara Makasar – Takalar, yang pengoperasiannya dilakukan tanggal 1 Juli 1923. Sampai dengan tahun 1939, panjang jalan kereta api di Indonesia mencapai 6.811 km. Tetapi, pada tahun 1950 panjangnya berkurang menjadi 5.910 km, kurang lebih 901 km hilang dan diperkirakan karena dibongkar semasa pendudukan Jepang dan diangkut ke Burma untuk pembangunan jalan kereta api di sana.

Jalan kereta api sering disebut dengan rel dan di Indonesia semula rel dibedakan dengan lebar sepur 1.067 mm; 750 mm (di Aceh) dan 600 mm dibeberapa lintas cabang dan tram kota. Jalan rel yang dibongkar semasa pendudukan Jepang (1942 – 1943) sepanjang 473 km, sedangkan jalan kereta api yang dibangun semasa pendudukan Jepang adalah 83 km antara Bayah – Cikara dan 220 km antara Muaro – Pekanbaru. Ironisnya, dengan teknologi yang seadanya, jalan kereta api Muaro – Pekanbaru diprogramkan selesai pembangunannya selama 15 bulan yang memperkerjakan 27.500 orang, 25.000 diantaranya adalah Romusha. Jalan yang melintasi rawa-rawa, perbukitan, serta sungai yang deras arusnya ini, banyak menelan korban yang makamnya bertebaran sepanjang Muaro – Pekanbaru.

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945, karyawan kereta api yang tergabung dalam “Angkatan Moeda Kereta Api”

(AMKA) mengambil alih kekuasaan perkeretaapian dari pihak Jepang. Peristiwa bersejarah yang terjadi pada tanggal 28 September 1945, pembacaan pernyataan sikap oleh Ismangil dan sejumlah anggota AMKA lainnya, menegaskan bahwa mulai tanggal 28 September 1945 kekuasaan perkeretaapian berada di tangan bangsa Indonesia. Orang Jepang tidak diperkenankan lagi campur tangan dengan urusan perkeretaapian di Indonesia.

Inilah yang melandasi ditetapkannya 28 September 1945 sebagai hari kereta api di Indonesia, serta dibentuknya Djawatan Kereta Api Republik Indonesia (DKARI). Pada tahun 1971 menjadi PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api), di tahun 1991 menjadi PERUMKA (Perusahaan Umum Kereta Api), kemudian pada tahun 1998 berganti menjadi PT. Kerteta Api (Persero) dan terakhir pada tahun 2010 sampai dengan sekarang ini berganti menjadi PT. Kereta Api Indonesia (Persero)34. PT. KAI ini merangkul seluruh perusahaan kereta api

yang ada di Indonesia termasuk salah satunya adalah PT.KA Sumatera Utara.

Dokumen terkait