BAB III LAPORAN BASIL PENELITIAN
1. Sejarah Berdirinya Yonif 411 Kostrad Salatiga
a. Latar belakang pembentukan Yonif 411 /Pandawa
1) Masa sebelum pembentukan Batalyon K
Antara tahun 1945-1950 merupakan masa pergolakan
revolusi Indonesia merdeka, dimana negara yang baru dilahirkan
ini mencari bentuk pemerintahan yang sesuai dengan alam
masyarakat Indonesia. Tahun-tahun ini merupakan masa penuh
tantangan bagi rakyat Indonesia dan kekacauan sistem
pemerintahan merupakan hal yang wajar bagi sebuah bangsa yang
baru merdeka. Hal ini dapat kita lihat dari kurangnya perhatian
pemerintah terhadap pemerintah terhadap pertumbuhan
Militer/Tentara Nasional Indonesia. Pemerintah masih
mengendalikan kekuatan diplomasi, karena hal ini merupakan satu-
satunya pilihan untuk menghadapi pemerintah Belanda yang masih
ingin menguasai Indonesia.
Dalam situasi yang tidak tertentu, tahun 1950 di Jawa
Tengah tepatnya di daerah Solo berdiri Brigade 5 yang kemudian
berubah menjadi Brigade Penembahan Senopati (Brigade Petugas)
dan mempunyai 3 Batalyon masing-masing Batalyon 351
41
berkedudukan di Klaten dengan Komandannya Mayor Soenitiyoso,
Batalyon 352 serta Batalyon 353 dengan Komandannya Mayor
Sudigdo. Batalyon 351 kemudian mendapat tugas operasi APRA
dan penumpasan DI/TII Kartosuwiryo di daerah Jawa Barat. Pada
tahun 1951 ketiga Batalyon tersebut dilebur menjadi 4 Batalyon
masing-masing dengan nama Batalyon 415, Batalyon 416,
Batalyon 417 dan Batalyon 418 keseluruhan dibawah Resimen
Infanteri 15 Batalyon 415 yang dipimpin oleh Mayor Sudigdo dan
berkedudukan di Kleco (Solo) hanya berusia 1 tahun sebab pada
tahun 1952 telah diubah menjadi namanya menjadi Batalyon 444.
Begitupun Batalyon 416, Batalyon 417 dan Batalyon 418
direorganisai menjadi Batalyon 445 dan Batalyon 446. Karena
Mayor Sudigdo dipindah-tugaskan, maka pimpinan Batalyon
diserahkan kepada Mayor Sudiro untuk kemudian pimpinan
Batalyon diserah-terimakan kepada Mayor Ranaoewidjojo.
Batalyon 444 berkedudukan di Kleco (Solo) dan selama itu
Batalyon 444 menjalankan tugas antara lain penumpasan DI/TII
Jawa Tengah (eks Kapten Djami), penumpasan pemberontakan
Batalyon 426 Kudus, pemadaman pemberontakan PRRI/Permesta
tahun 1958 dan tugas operasi pembersihan sisa-sisa DI/TII tahun
1959 sebanyak 3 kali. Komandan Batalyon diserah-terimakan dari
Mayor Ranoe Widjojo kepada Mayor Moecalis. Pada tahun 1952
berbunyi "KANTI PANDAWA TRUS MANUNGGAL". Surya
Sangkala ini mengandung angka 2591 yang diartikan sebagai tahun
terbentuknya Batalyon yakni pada tahun 1952.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa masih
kurang teratumya organisasi militer terutama kalangan Angkatan
Darat. Reorganisasi satuan dalam waktu relatif singkat maupun
pergantian pimpinan dalam masa waktu yang tidak teratur
mencerminkan bahwa organisasi militer di Indonesia masih belum
menemukan bentuknya yang difinitif, pemerintah berpendapat
bahwa di Indonesia belum cukup memadai untuk menghadapi dari
luar. Akibatnya organisasi militer di Indonesia mengalami
hambatan untuk berkembang.
2) Penggabungan Batalyon 444 dan Batalyon 446 menjadi
Batalyon K
Tahun 1961 Resimen Infantri 15 berubah namanya menjadi
Brigade Infantri 6 dan Batalyon dilingkungan Brigade Infantri 6
pun direorganisasi masing-masing menjadi Batalyon 444, Batalyon
445 dan Batalyon 446 dan Batalyon 451. Batalyon 444 dipimpin
berturut-turut oleh Mayor Marwotosoeko, Mayor Soeryo Soesilo,
(Eks) Mayor Kaderi. Sedangkan Bataryon 446 dipimpin berturut-
turut oleh Mayor Samsoeharto, Mayor Soerono dan Mayor
43
Pada tahun 1961 Batalyon-batalyon dalam jajaran Brigade
Infantri 6 secara bergantian ditugaskan di daerah CBN I dan Jawa
Barat dalam operasi pemulihan keamanan dalam negeri.
Sedangkan dari bulan April 1654 sampai dengan bulan Mei 1965
seluruh Batalyon yang tergabung dalam jajaran Brigade Infantri 6
melaksanakan tugas operasi dalam rangka penumpasan DI/TII
Kahar Muzakar di daerah Sulawesi.
Pada tanggal 1 Agustus 1965 Batalyon-Batalyon dalam
jajaran Brigade Infantri 6 direorganisasi menjadi Batalyon I
Batalyon L dan Batalyon M. Batalyon K inilah yang nantinya akan
menjadi Batalyon 411, Batalyon L berkedudukan di Kleco Solo
dan dipimpin oleh (Eks) Mayor Kaderi.
b. Masa peralihan
1) Peristiwa tahun 1965 dan pengaruhnya terhadap Batalyon K
Tahun 1965 merupakan lembaran hitam bagi bangsa
Indonesia dimana pada tanggal 30 September 1965 terjadi
pemberontakan PKI, Partai Komunis Indonesia berusaha untuk
meggulingkan pemerintah yang sah dan menggantikan idiologi
Pancasila dengan idiologi komunis. Dalam peristiwa ini telah
gugur 6 orang Jenderal sebagai akibat dai kekejaman PKI.
Sebelum meletusnya gerakan PKI, sebenarnya sudah timbul
beberapa gerakan yang menunjukkan bahwa di Indonesia akan
Ada beberapa move terutama di daerah Jawa Tengah, yang
merupakan proloog peristiwa G 30 S/PKI.
Bulan Mei 1965, yakni pada hari ulang tahun PKI yang ke
45, seluruh massa kekuatan PKI mengadakan long mars dari
Banyuwangi ke Anyer dengan memamerkan panji-panji PKI. Long
mars ini rupanya mempunyai tujuan untuk menunjukkan kepada
rakyat khususnya di pulau Jawa akan kekuatan PKI. Disamping itu,
di daerah Solo dan sekitarnya ada beberapa peristiwa yang
menunjukkan aksi kekuatan PKI, antara lain aksi Pemuda rakyat
yang menentang pembebasan tanah di daerah Klaten. Di Boyolali,
barisan Tani Indonesia juga menunjukkan aksi menentang
pembebasan tanah.
Pada pertengahan tahun 1965 Komandan DODIK 5 Klaten
pernah meminta bantuan Dandim Klaten untuk melatih dasar-dasar
kemiliteran bagi pemuda rakyat dan Gerwani, tetapi permintaan ini
ditolak. Peristiwa lain adalah terjadinya baku hantam antara
prajurit Batalyon 451 dengan anggota GMNI ketika GMNI
mengadakan long mars dari Klaten ke Jogja. Dalam peristiwa
tersebut, seorang anggota Batalyon 451 di serang oleh anggota
GMNI secara beramai-ramai sehingga prajurit tersebut terluka dan
berakibat ia memanggil teman-temannya sesama anggota Yon 451
45
bertemu dengan Pemuda Marhaen dapat dipastikan akan terjadi
perkelahian.
Dalam politik pemerintahan terjadi persaingan antara
golongan yang pro dan kontra PKJ. DN Aidit sebagai ketua PKI
pernah mengusulkan kepada Presiden Soekarno agar kaum buruh
dan tani dipersenjatai sehingga merupakan angkatan ke 5 dalam
Angkatan Bersenjata. Tetapi hal ini mendapat tantangan yang keras
dari Jenderal AH Nasution. Apakah ini merupakan tindakan untuk
menghimpun kekuata bersenjata? Dari kejadian-kejadian tersebut
di atas jelas bahwa PKI cenderung mempengaruhi massa untuk
mengadakan gerakan subversi menentang pemerintah Indonesia.
Pada hakekatnya, peristiwa G 30 S/PKI juga organisasi
militer baik dikalangan TNI AD, AU dan Polri. Banyak diantara
unsur-unsur pimpinan dalam lingkungan Angkatan Darat yang
terlibat baik langsung maupun tidak langsung pada peristiwa ini.
Dilingkungan Brigade Infantri 6, unsur-unsur PKI telah asuk
sampai pada tingkat Batalyonnya, diantaranya unsur Batalyon K
terlibat dalam peristiwa ini.
Salah satu peristiwa yang menggambarkan keterlibatan
unsur pimpinan Batalyon K adalah usaha dari Komandan Batalyon
yaitu (Eks) Mayor Kaderi untuk menggerakkan 1 Batalyon yang
dipimpinnya meninggalkan Home base menuju Semarang dengan
persenjataan yang lengkap, berangkatlah para prajurit Batalyon K
menuju Semarang tanpa mereka sadari apa tujuannya, sebab
sebagai seorang prajurit mereka harus patuh dan loyal terhadap
perintah atasan.
Tetapi usaha ini dapat digagalkan karena ketika pasukan
baru masuk Srondol, sudah diperintahkan untuk kembali ke Home
Base, dari gerakan ini dapat diketahui bahwa ada unsur pimpinan
Batalyon K yang terlibat langsung dengan PKI. Sebagai tindakan
pengamanan terhadap Batalyon K yang dipimpinnya terlibat G 30
S/PKI dan Batalyonnya mempunyai kekuatan senjata lengkap,
maka diambil suatu tindakan terhadap seluruh personel yaitu
Batalyon K di BP ke Kalimantan selama 18 bulan. Tindakan ini
mempunyai tujuan :
a) Menjauhkan pasukan dari situasi pergolakan
b) Menahan Komandan Batalyon agar tidak dapat menggerakkan
pasukannya untuk mengacaukan daerah Solo dan sekitarnya
Maka pada bulan Oktober 1965, Batalyon K diberangkatkan ke
Kalimantan Selatan. Satu bulan kemudian unsur-unsur pimpinan
Batalyon K yang terlibat G 30 S/PKI dipanggil ke Jawa Tengah
untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya dan jabatannya
47
2) Batalyon K menjadi Batalyon Infantri 411
Selama masa BP di Kalimantan Selatan, Batalyon K
bertugas mengamankan wilayah Kalimantan Selatan dikenal
dengan Operasi Dwikora yang mencakup tugas pembinaan
teritorial. Berdasarkan Surat Keputusan Pangdam Vll/Diponegoro
Nomor : Skep-8/2/1966 tanggal 7 Pebruari 1966 dan Sun Perintah
Komandan Brigade Infantri 6 Nomor : Sprin-4119/5/1966 tanggal
3 Mei 1966, maka Batalyon K berubah menjadi Batalyon Infantri
4 1 1/Pandawa.
Bulan Mei 1967 setelah tugas Operasi Dwikora selesai,
Pasukan Yonif 411 kembali ke pulau Jawa, langsung dipindahkan
dari Kleco ke Klaten. Jabatan Komandan Batalyon diserah
terimakan dari Letkol Bambang Soesilo kepada Letkol Soegiri.
Tugas Letkol Soegiri adalah membersihkan personel sisa-sisa
pengauh PKI. Setelah Pasukan menempati pangkalan di Klaten,
oleh Letkol Soegiri seluruh Pasukan dicutikan dengan maksud
mengamankan alat persenjataan. Pada masa cuti tersebut, para
perwira yang dicurigai terlibat G 30 S/PKI dibebas tugaskan dan
Bintara/Tamtama yang dicurigai dipindah tugaskan ke Irian Jaya.
Sisa pasukan hanya 61 orang. Untuk mengisi kekosongan, Letkol
Soegiri menerima 104 orang.
Tugas operasi yang pernah dilaksanakan oleh Yonif
a) Bintara dari Brigif 4, 399 orang Tamtama dari DODIK 5
Klaten serta beberapa orang Perwira dari AKABRI. Saat
itulah, yakni peremajaan personel Batalyon yang bersih dari
pengaruh PKI dijadikan sebagai hari lahir Batalyon Infantri
4 1 1/Pandawatanggal 01 Juni 1967.
b) Tugas Operasi yang dilaksanakan oleh Yonif 411 adalah
pembersiha dan penangkapan sisa-sisa G 30 S/PKI diantaranya
yang dapat ditangkap adalah (eks) Peltu Markaban, (eks) Pelda
Bimo, Towijan alias Marjo Soeharjo gembong PKI CDB Jawa
Tengah.
c) Pada tahun 1974 berdasarkan ST Danbrigif 6 Nomor :
ST/1058/XII/l 974 tanggal 14 Desember 1974, Home Base
Yonif 411 dipindahkan dari Klaten ke Salatiga (tetapi masih
*
tinggal 1 Kompi Senapan) dan pada tahun 1978 berdasarkan
Surat Keputusan Pangdam VII/Diponegoro Nomor : Skep
/1 1/1/1978 tanggal 20 Januari 1978, status organik Yonif 411
Brigif 6 beralih dari KODAM VII/Diponegoro ke KOSTRAD,
pada tahun 1986 sevara keseluruhan 1 Batalyon penuh di
49
c. Perkembangan Yonif 411/6/2 Kostrad sebagai alat kekuatan Hankam
dan Kekuatan Sosial
1) Yonif 411/6/2 Kostrad sebagai Alat Kekuatan Hankam
Sebagai sebuah satuan tempur yang merupakan satuan
tanggap cepat, Yonif 411/Pandawa selalu siap untuk menghadapi
tugas yang dibebankan oleh pemerintah, dalam hal ini Departemen
Hankam.
a) Penugasan dalam negeri
(1) Pada tahun 1968-1969 penghancuran sisa-sisa G 30
S/PKI di daerah Solo dengan hasil cukup memuaskan
yakni tertangkapnya beberapa gembong PKI beserta
berapa pucuk senjata.
(2) Pada tahun 1972 beberapa orang personel Yonif
411/Pandawa mengikuti tugas operasi di Kalimantan
Barat untuk menumpas PGRS dengan hasil beberapa
musuh tertawan dan tertembak mati serta tersitanya
berapa alat persenjataan tugas operasi ini gugur 1 orang
Bintara kesehatan yakni Sertu Chamidjo.
(3) Pada tahun 1976 Yonif 411/Pandawa melaksanakan
tugas operasi di daerah Timor-Timur.
(4) Pada tahun 1976 Yonif 411/Pandawa melaksanakan
tugas operasi selama 8 bulan yang merupakan BP
melaksanakan tugas di daerah Tinior-timur 7 bulan
bergabung dengan RTP 6 Kostrad.
(6) Pada tahun 1982-1983 Yonif 411/Pandawa
melaksanakan tugas di daerah Timor-Timur selama 7
bulan dengan hasil 43 orang GPK tertangkap/terbunuh
beberapa pucuk senjata, munisi dapat disita serta
ditemukan 1 buah PRC pada operasi ini telah gugur 2
orang dan luka tembak/terbakar 11 orang.
(7) Pada tahun 1985, 1986 dan 1987 Yonif 4 1 1/Pandawa
melaksanakan tugas operasi di daerah Timor-Timur
selama 3 tahun dengan hasil beberapa orang GPK
tertangkap/terbunuh, beberapa pucuk senjata terampas d
an amunisi, 12 orang telah gugur dan beberapa orang
luka tembak.
(8) Pada tahun 1991-1992 Yonif 411/Pandawa
melaksanakan penugasan di daerah Timor-timur dengan
hasil beberapa GPK tertangkap/terbunuh beberapa pucuk
senjata dan amunisi terampas, orang cacat lumpuh
karena jatuh.
(9) Pada tahun 1994-1996 Sprin Pangkostrad
Nomor:Sprin/885/XII/1994, Sprin Pangdivif 2 Kostrad
51
Nomor:Sprin/278/XII/1994 Yonif 411/Pandawa DPP
Letkol Inf. Sonny ES Prasetyo dengan kekuatan 345
anggota melaksanakan penugasan di daerah Timor-
Timur dengan hasil beberapa pucuk senjata terampas dan
beberapa amunusi kerugian personel nihil.
(10) Pada tahun 1996 1 SST Dpp Letda Inf. Teguh Wardoyo
Danton B/411 bergabung dengan 413 Kostrad
melaksanakan tugas di daerah Irian Jaya.
(11) Pada tahun 1998-1999 Sprin Pangkostrad
Nomor:Sprin/95/II/1998, Sprin Pangdivif 2 Kostrad
Nomor:Sprin:68/II/1998, Sprin Danbrigif 6/2 Kostrad
Nomor:Sprin/42/II/1998 Yonif 4 1 1/Pandawa Dpp Letkol
Inf. Bambang Hariyadi Danyonif 411/6/2 Kostrad 450
anggota melaksanakan tugas operasi di daerah rawan
Irian Jaya selama 14 bulan.
(12) Pada tahun 1999-2000 Surat Telegram Pangdivif 2
Kostrad Nomor: ST/821/1999, Sprin Danbrigif 6/2
Kostrad Nomor: Sprin/909/VII/1999 Yonif 4 1 1/Pandawa
Dpp Mayor Inf. Komaruddin. S Danyonif 411/Pandawa
melaksanakan pengamatan di daerah rawan Ambon
(13) Pada tahun 1999-2000, I Kompi Garuda II dari Yonif
411/Pandawa Dpp Kapten Inf. Andi Purwono
melaksanakan tugas di daerah rawan Irian Jaya.
(14) Pada tahun 2000-2001, Surat Perintah Pangkostrad
Nomor: Sprin/497/VII/2000, Kompi Garuda III dari
Yonif 411/Pandawa Dpp Kapten Inf. WS. Turyanto
dengan kekuatan 130 anggota melaksanakan tugas di
daerah rawan Irian Jaya.
(15) Pada tahun 2001-2002, Surat Telegram Pangdivif 2
Kostrad Nomor: ST/1129/2000, Sprin Danbrigif 6/2
Kostrad Nomor: Sprin/549/XII/2005 Yonif 4 1 1/Pandawa
Dpp Letkol Inf. Komaruddin Simanjuntak Danyonif
411/Pandawa dengan kekuatan 505 anggota
melaksanakan penugasan Bhakti TNI di daerah rawan
Aceh.
(16) Pada tahun 2002, I SSK Yonif 411/Pandawa Dpp Lettu
Inf. Wahyudi S.Ag bergabung ke Yonif 412 berangkat
tugas di daerah rawan Aceh.
(17) Pada tahun 2002-2003, I SSK Yonif 411/Pandawa Dpp
Lettu Inf. Muh. Rush bergabung ke Yonif 413 berangkat
53
(18) Pada tahun 2 0 0 3 ,1 SSK Yonif 4 1 1/Pandawa Dpp Kapten
Inf. Wahyudi S.Ag bergabung dengan Yonif 412/Raider
berangkat tugas di daerah rawan Aceh.
(19) Pada tahun 2003 Sprin Pangdivif 2 Kostrad Nomor:
Sprin/86/lII/2003, Sprin Danbrigif 6/2 Kostrad Nomor:
Sprin/76/III/2003 Yonif 4 1 1/Pandawa Dpp Mayor Inf.
Arif Sujatmika Danyonif 4 1 1/Pandawa dengan kekuatan
650 anggota melaksanakan penugasan di daerah rawan
Aceh, mendapatkan tokoh/Gubernur GAM.
(20) Pada tahun 2004-2005 Sprin Pangdivif 2 Kostrad
Nomor:Sprin/486/XI/2005, Sprin Danbrigif Nomor:
Sprin/246/XI/2004 Yonif 4 1 1/Pandawa Dpp Letkol Inf
Achmad Marzuki dengan kekuatan 450 anggota
melaksanakan penugasan di daerah rawan Irian Jaya.
b) Operasi luar negeri
(1) Pada tahun 1976 Yonif 4 1 1/Pandawa melaksanakan
penugasan ke luar negeri selama 7 bulan tergabung
dalam pasukan Garuda VIII.
(2) Pada tahun 1992-1993 Sprin Pangdivif 2 Kostrad
Nomor: Sprin/414/X II/l992 Yonif 4 1 1/Pandawa Dpp
melaksanakan penugasan ke negara Kamboja selama 7
bulan tergabung dalam pasukan Perdamaian Konga XII
C dengan hasil:
(a) Indobat sebagai pelopor kemanunggalan.
(b) Dapat mendamaikan pihak yang bertikai.
(c) Masyarakat menyerahkan beberapa pucuk senjata.
Pengabdian Yonif 411/Pandawa membuktikan bahwa
tidak sedikit bhakti yang telah disumbangkan terhadap
negara sebagai satuan yang merupakan alat Kekuatan
Hankam Negara.
2) Yonif 4 1 1/Pandawa sebagai kekuatan Sosial
Sebagai satuan tempur yang merupakan alat kekuatan
Hankam, Yonif 411/Pandawa juga merupakan kekuatan sosial.
Telah kita ketahui bahwa TNI lahir dari masyarakat dan sudah
kewajibannya pula TNI mengabdi kepada masyarakat.
Peranan Yonif 411/Pandawa dalam masyarakat berupa
tugas sosial kemasyarakatan seperti karya bhakti, donor darah,
bhakti sosial kesehatan, pengamatan Pemilu dan TMD serta
kegiatan sosial lainnya. Dari tahun 1971 sampai tahun 2000 Yonif
4 1 1/Pandawa tiap tahun melaksanakan Karya Bhakti antara lain di
daerah Klaten, Delanggu, Boyolali, Tuntang, Ambarawa, Jatinom,
Cokrotulung, Wonokerto Ambarawa serta daerah Salatiga sebagai
55
latihan. Tugas yang dilaksanakan berupa perbaikan jalan/saluran,
perbaikan jembatan, perbaikan tanggul, rehabilitasi gedung
madrasah, perbaikan masjid dan gereja, pembuatan Pos Kamling,
pembuatan jalan tembus, pembuatan bak air, pembuatan MCK,
penghijauan, membantu panti-panti asuhan, donor darah serta
pengobatan terhadap masyarakat dan penerangan mengenai
kebersihan dan lingkungan hidup yang sehat.
Pada tahun 1981 sampai tahun 1999 Yonif 411/Pandawa
telah melaksanakan beberapa telah melaksanakan beberapa kali
program TMD dari manunggal VI di daerah Boyolali, Yogyakarta,
Sukoharjo, Surakarta, Sragen, Kudus, Salatiga sampai Manunggal
52 di daerah Batang.
Yonif 411/Pandawa selalu berusaha untuk mendekatkan
diri dengan masyarakat. Tahun 1983 pemah dibangun sebuah
poliklinik yang selain Yonif 411/Pandawa juga terbuka untuk
umum dengan fasilitas pelayanan pengobatan, penyediaan obat-
obatan dengan harga relatif murah serta pelayanan laboratorium.