• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rangkuman Teori

2.1.6 Sejarah dan Perkembangan Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani menurut Etimologis, yaitu semeion yang memiliki arti tanda. Tanda yang dimaksud adalah tanda yang sudah disetujui dan dianggap memiliki arti untuk hal lain (Wahjuwibowo, 2018).

Secara singkat, semiotika memiliki arti berupa ilmu tentang tanda. Semiotika mengkaji segala hal yang berhubungan dengan sistem tanda (Lantowa et al., 2017)

Sedangkan, secara terminologis, semiotika adalah sebuah upaya untuk mempertanyakan tanda-tanda yang aneh atau belum jelas. Tanda sendiri menurut Littlejohn merupakan dasar dari segala kegiatan komunikasi (Wahjuwibowo, 2018). Semiotika digunakan untuk melakukan analisis mengenai tanda budaya dan pendekatan untuk menganalisis tanda arsitektur (Lantowa et al., 2017).

Semiotika merupakan bidang ilmu yang membahas tentang tanda yang hadir dalam kehidupan manusia. Konsep tanda dalam semiotika digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara absentia (signified) dan tanda (signifier).

Tanda sendiri merupakan gabungan antara penanda (signifier) dan petanda (signified) (Lantowa et al., 2017). Charles Morris membagi semiotika menjadi tiga cabang penyelidikan (Branches of inquiry), yaitu:

1. Sintaktik (syntatics), merupakan cabang semiotika yang membahas tentang hubungan formal antara satu tanda dengan tanda lainnya. Pada cabang ini lebih terfokus pada kaidah tuturan dan interpretasi. Sintaktik juga dikenal sebagai gramatika.

2. Semantik (semantics), yaitu cabang yang mempelajari tentang hubungan tanda dengan designata atau objek acuannya. Designata merupakan tanda yang digunakan dalam tuturan tertentu.

17 3. Pragmatik (pragmatics), adalah cabang yang mempelajari hal mengenai hubungan antar tanda dengan interpreter atau pemakainya. Pragmatik memiliki kaitan dengan aspek komunikasi (Wahjuwibowo, 2018).

Ada pula tokoh-tokoh semiotika, seperti:

1. Ferdinand De Saussure, adalah seorang tokoh semiotika yang berfokus pada semiotika linguistik. Saussure memakai pendekatan anti historis dimana bahasa dilihat sebagai sebuah sistem utuh dan harmonis secara internal atau dinamakan sebagai langue. Saussure memiliki lima pandangan, yaitu signifier (penanda), signified (petanda), langue (bahasa) dan parole (tuturan), form (bentuk) dan content (isi), synchronic (sinkronik) dan diachronic, dan syntagmatic dan associative atau paradigmatik.

2. Roland Barthes, merupakan tokoh semiotika yang mengungkapkan konsep megenai konotasi dan denotasi sebagai hal yang utama dari analisisnya.

Roland Barthes menjadikan tanda (sign) sebagai sistem yang terdiri dari sebuah ekspresi (E) atau hubunagan signifier (R) dengan consent (signified) (C): ERC.

3. Charles Sanders Peirce, adalah tokoh semiotika yang teorinya sering disebut sebagai ‘ground theory’. Artinya, gagasan yang diungkapkan oleh Peirce memiliki sifat menyuruh dan deskripsi yang struktural dalam sistem penandaannya. Peirce mengidentifikasikan partikel dasar tanda guna digabungkan dengan semuka komponen ke dalam struktur tunggal. Dalam membedakan tipe tanda, Peirce mengklasifikasikannya menggunakan tipologi tanda. Selain itu, Peirce juga berpendapat bahwa sebuah tanda (representamen) memiliki kaitan triadik dengan interpretan dan objeknya.

Pada kesempatan ini penulis menggunakan penelitian semiotika Charles Sanders Peirce sebab penulis hendak menemukan tanda-tanda metroseksual menggunakan trikotomi tanda yang terdapat pada analisis semiotika Charles Sanders Peirce (Wahjuwibowo, 2018).

18 2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian terdahulu sebagai pembanding serta untuk memperkaya teori dalam penelitian yang sedang dilakukan. Berikut adalah penelitian terdahulu berupa jurnal nasional, jurnal internasional, dan skripsi yang digunakan sebagai referensi.

Literatur Penelitian Terdahulu

Judul Representasi Laki-Laki Metroseksual Dalam Iklan Vaseline Men Face Moisturizer

Nama Peneliti Arnie Mellawatie, Eni Maryani, Nindi Aristi Lokasi Penelitian Universitas Padjajaran

Teknik Analisis Data

Analisis Semiotika Roland Barthes

Hasil Penelitian Jurnal ini berisi tentang keberadaan metroseksual yang ada pada sebuah iklan Vaseline Men Face Moisturizer TVC.

Penelitan dari jurnal ini memfokuskan pada empat scene yang memiliki tanda-tanda metroseksual yang paling dominan. Tanda-tanda tersebut terdiri dari bentuk tubuh laki-laki, kulit wajah, produk kosmetik, dan ketertarikan wanita pada laki-laki metroseksual. Kelima hal tersebut dijadikan tanda penting yang membangun makna dan struktur teks terkait metroseksual. Metode yang digunakan adalah metode semiotika oleh Roland Barthes. Peneliti menganalisis tanda-tanda metroseksual berdasarkan tanda denotasi dan konotasi. Peneliti juga menganalisis dengan melihat teks sebagai rangkaian peristiwa yang membentuk

19 sejumlah narasi atau cerita. Sedangkan mitos yang ditemukan adalah mitos maskulinitas dalam konsep metroseksual dan mitos tokoh idola laki-laki metroseksual.

Perbedaan Objek penelitian pada penelitian ini adalah pesan yang ada pada sebuah iklan Vaseline Men Face Moisturizer TVC, sedangkan objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah musik video Seventeen berjudul Thanks.

Judul Representasi Pria Metroseksual pada Iklan OVO-Tokopedia Edisi Playcoy Nama Peneliti Wa Ode Sitti Nurhaliza, Ratna Puspita, Pipit

Dwi Lestari

Lokasi Penelitian Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Bekasi

Teknik Analisis Data

Analisis Semiotika John Fiske

Hasil Penelitian Dalam jurnal ini membahas tentang fenomena laki-laki metroseksual pada iklan OVO-Tokopedia edisi Playcoy. Peneliti menggunakan metode semiotika John Fiske.

Dalam iklan ini pria metroseksual ditampilkan melalui cara berpakaian trendi dengan aksesoris yang digunakan di tokoh pria. Pada iklan OVO-Tokopedia edisi Playcoy menampilkan pria pekerja, sukses, narsis dan percaya diri. Hal ini terlihat dari penampilan, kostum, perilaku hingga gesture serta ekspresi tokoh pria. Level representasi terdiri dari kode teknis berupa pengambilan gambar dan lighting dan representasi konvensional. Ada pula level ideologi dalam iklan OVO-Tokopedia edisi Playcuy merepresntasikan

20 pria metroseksual yang ditampilkan dari tampilan yang memberi kode verbal dan non-verbal. Iklan ini merepresentasikan pria metroseksual yang konsumerisme, kapitalisme dan narsisme.

Perbedaan Objek penelitian pada penelitian ini adalah pesan yang ada pada sebuah iklan OVO-Tokopedia edisi Playcoy dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis semiotika John Fiske, sedangkan objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah musik video Seventeen berjudul Thanks dan teknik analisis data yang digunakan adalah analisis semiotika Charles Sanders Peirce.

Judul Representasi Metroseksual Pada Fashion Stefandy Yanata Harilasso (Analisis Semiotika Roland Barthes Terhadap Foto Stefandy Yanata Harilasso Pada Akun Instagram @Andyyanata)

Nama Peneliti Anisa Dwi Pramesti, Dina Anik Rahayu, Ade Kusuma

Lokasi Penelitian Universitas Pembangunan Nasional

“Veteran” Jawa Timur Teknik Analisis

Data

Metode Analisis Semiotika Roland Barthes

Hasil Penelitian Jurnal ini membahas tentang metroseksual yang muncul sebab masyarakat modern dan perkotaan, gaya berpakaian mengalami pergeseran yang cukup berarti. Gaya berpakaian menjelaskan identitas sosial seseorang. Pandangan tradisional membedakan pakaian dan aksesoris berdasarkan gender tertentu. Merah muda atau

21 pink adalah warna untuk perempuan, sedangkan biru identik dengan laki-laki.

Adanya metroseksual di Indonesia memberikan fenomena baru tentang gaya hidup dan selera laki-laki perkotaan yang modern. Hal tersebut memiliki peneliti ingin meneliti tentang representasi metroseksual yang ditampilkan pada akun Instagram

@andyyanata atau Stefandy Yanata Harilasso, seorang selebgram yang modis dan merupakan seorang pecinta kecantikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotika Roland Barthes. Peneliti menemukan bagaimana gaya berpenampilan laki-laki yang modern, tanpa menghilangkan unsur maskulinitas seperti halnya sosok yang tegas, kuat, dan mendominasi, tapi juga berani menunjukan sisi feminitas dalam foto-foto Stefandy di akun Instagram @andyyanata.

Hasil penelitian ini juga menjelaskan bahwa metroseksual adalah gambaran identitas dan gaya hidup yang tercermin dari gaya berpakaian laki-laki modern dan perkotaan.

Perbedaan Objek penelitian pada penelitian ini adalah tanda-tanda metroseksual pada gaya berpakaian Stefandy Yanata Harilasso pada akun instagram @Andyyanata, sedangkan objek penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah musik video Seventeen berjudul Thanks.

Judul Penerimaan Penggemar K-Pop Terhadap Gambaran Pria Soft Masculine Boyband

22 EXO di Music Video “Miracle in

December”

Nama Peneliti Pratiwi Try Astuti

Lokasi Penelitian Universitas Kristen Petra Surabaya Teknik Analisis

Data

Metode Analisis Resepsi

Hasil Penelitian Pada jurnal ini membahas tentang bagaimana penggemar K-Pop beranggapan mengenai fenomena pria soft masculine di video musik

“Miracle in December” milik boyband Korea Selatan bernama EXO. Teori yang digunakan oleh peneliti adalah teori resepsi dan pria soft masculine. Metode yang digunakan adalah reception analysis yang terdiri dari tiga kriteria yaitu tender charisma, purity dan politeness. Soft masculine merupakan konstruksi dari maskulinitas Jepang, Hollywood, dan maskulinitas konfusianisme.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan observasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa dua informan menerima keberadaan pria soft masculine yang ditunjukkan EXO dalam music video “Miracle in December”.

Sedangkan dua informan lain tidak menolak namun memberikan pandangan tersendiri tentang soft masculine. Informan juga mengaitkan dengan konteks cultural setting yang mereka miliki yaitu pengalaman dan pengetahuan.

Perbedaan Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah metode analisis resepsi, sedangkan teknik analisis data yang

23 dilakukan oleh peneliti adalah metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce.

Judul Analisis Semiotika Representasi Pria Metroseksual dalam Video Musik Seventeen “Thanks”

Nama Peneliti Grace Harpono, H.H Daniel Tamburian Lokasi Penelitian Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas

Tarumanagara Teknik Analisis

Data

Metode Analisis Semiotika Roland Barthes

Hasil Penelitian Anggota Seventeen menunjukan cuplikan yang berisi representasi pria metroseksual dalam video musik seperti penggunaan riasan wajah, aksesoris, pakaian, dan gaya rambut.

Dalam penelitian ini meneliti kehidupan pria di perkotaan yang mengikuti perkembangan zaman dengan melakukan perawatan diri agar terlihat menarik. Penulis dalam penelitian ini juga memhamai bagamana cara penyampaian pesan melalui gambar dan lirik yang ada pada video musik.

Perbedaan Penelitian ini dilakukan dengan teknik analisis data semiotika Roland Barthes, sedangkan teknik analisis data yang digunakan oleh penulis adalah teknik analisis data semiotika Charles Sanders Peirce.

Judul Prettiness as a Shield: The Romantic Perpetuation of Patriarchy through the Representation of Pretty Boy in Popular Korean Dramas in Malaysia

Nama Peneliti Soh Weng Khai, Juliana Abdul Wahab Lokasi Penelitian Universiti Sains Malaysia

24 Teknik Analisis

Data

Metode Analisis Konten Kualitatif

Hasil Penelitian Fenomena adanya laki-laki cantik sudah diakui di wilayah Asia terutama sejak maraknya Korean Wave pada tahun 1990 akhir dimana orang-orang melihat tampilan laki-laki pada drama Korea yang memiliki kedua sisi maskulin dan feminim. Laki-laki tersebut memiliki ciri-ciri tubuh yang tinggi, wajah kecil, gaya berbusana yang baik, sifat yang romantis. Keberadaan laki-laki cantik disebut sebagai bentuk maskulinitas baru.

Dalam jurnal ini, peneliti meneliti drama Korea berjudul Moon Embracing the Sun dan The Heirs yang menampilkan laki-laki Korea yang terlihat feminim dari beberapa scene dan cara pengambilan gambar secara close up serta penggunaan pakaian dengan warna terang dan beragam. Mereka pun tidak menutupi emosi dan perasaan mereka. Dalam jurnal ini juga disebutkan bahwa metroseksual menganggap diri mereka berbeda dari feminim dan queer.

Namun, fenomena laki-laki cantik dianggap pula berbeda dari maskulinitas pada umumnya dan lebih dipandang sebagai tampilan yang feminim.

Perbedaan Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah metode analisis konten kualitatif dan objek yang diteliti adalah drama Korea, sedangkan teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah metode

25 analisis semiotika Charles Sanders Peirce dan objek yang diteliti adalah video musik.

Judul The Impact of Korean Wave on Malaysian Metrosexual Grooming Attitude and Behaviour: The Moderating Role of Visual Media Consumption

Nama Peneliti Loke Mun Sin, Bahiyah Omar

Lokasi Penelitian Universiti Tunku Abdul Rahman Malaysia, Universiti Sains Malaysia

Teknik Analisis Data

Partial Least Square (PLS)

Hasil Penelitian Jurnal ini membahas tentang bagaimana hal-hal yang identik dengan budaya Korea seperti drama, musik, dan selebriti mempengaruhi perilaku orang-orang metroseksual di Malaysia dalam melakukan perawatan diri dan penerapan perilaku konsumtif. Dalam jurnal ini, peneliti menggunakan teori sebab akibat dan model cultural diamond. Dalam jurnal ini juga membahas tentang pengaruh peran media terutama pada fenomena Korean Wave yang ditampilkan di berbagai media. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan survey kepada 205 metroseksual yang ada di Malaysia mengenai penerapan budaya-budaya yang dibawa oleh Korean Wave terhadap kehidupan sehari-hari. Hasil dari penelitian menunjukan adanya perilaku perawatan diri dan kecantikan yang dibawa dari budaya Korea yang diterapkan di kehidupan bermasyarakat dan penggunaan media yang menunjukan tentang kehidupan selebriti di Korea turut andil dalam memberikan

26 pengaruh tersebut. Dengan adanya fenomena metroseksual memberikan peluang bagi pasar produk kecantikan dan perawatan Korea.

Perbedaan Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah Partial Least Square (PLS) dan objek yang diteliti adalah masyarakat, sedangkan teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce dan objek yang diteliti adalah video musik.

Judul Males, Media and Metrosexuality: An Exploratory Study of Persuasion Nama Peneliti Jaiman Preet Kaur, Dr. Jagmeet Bawa Lokasi Penelitian IKG Punjab Technical University,

Kapurthala, Punjab Teknik Analisis

Data

Analisis varians (Analysis of variance)

Hasil Penelitian Jurnal ini dibuat berdasarkan adanya peningkatan fenomena dimana laki-laki mulai menunjukan ketertarikan mereka pada bidang fashion dan kecantikan. Mereka mulai mementingkan penampilan mereka dengan penggunaan produk dan kelayanan kecantikan untuk merawat diri mereka. Fenomena tersebut lah yang melahirkan metroseksual di lingkungan sosial dimana adanya peralihan bentuk maskulinitas tradisional. Fenomena ini memberi kesempatan pada dunia periklanan untuk mempromosikan produk dan jasa dalam bidang kecantikan. Peneliti dalam jurnal ini meneliti dampak media pada keberadaan laki-laki metroseksual yang memiliki karakter

27 maskulinitas yang berbeda dari bentuk karakter maskulinitas tradisional. Laki-laki metroseksual meningkatkan rasa percaya diri mereka dengan perawatan diri yang dilakukan.

Penelitian dalam jurnal ini dilakukan dengan analisis statistik melalui SPSS. Dalam jurnal ini, peneliti menganalisis data dengan pendapat yang didapat dari kelompok demografi yang berbeda untuk mengetahui hal tentang pengaruh dari iklan terhadap fenomena metroseksual dan perbedaan laki-laki metroseksual dengan laki-laki-laki-laki yang memiliki maskulinitas tradisional.

Perbedaan Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti sebelumnya adalah analisis varians (Analysis of variance) dan objek yang diteliti adalah masyarakat, sedangkan teknik analisis data yang dilakukan oleh peneliti adalah metode analisis semiotika Charles Sanders Peirce dan objek yang diteliti adalah video musik.

Judul Metrosexual: Emerging and Lucrative Segment for Marketers

Nama Peneliti Sobia Bano, Md Akhir Mohd Sharif Lokasi Penelitian Universiti Teknologi Malaysia Teknik Analisis

Data

-

Hasil Penelitian Jurnal ini berisi tentang bagaimana metroseksual yang muncul di abad ke-21 menantang keberadaan maskulinitas tradisional. Metroseksual adalah pria perkotaan mapan yang menghabiskan penghasilan mereka untuk melakukan

28 perawatan diri. mereka memedulikan penampilan mereka dan turut mengikuti busana tren terbaru. Fenomena ini menyebar di seluruh lapisan dunia. Perkembangan penjualan produk perawatan laki-laki menunjukan bahwa identitas tradisional seorang pria sudah berubah. Perusahaan mulai menghabiskan modal untuk menyediakan pelayanan dari permintaan konsumen pria.

Dalam penelitian ini membahas tentang bagaimana nilai di masyarakat berubah seiring dengan perkembangan dari fenomena metroseksual. Dalam penelitian ini juga dibahas tentang asal-usul maskulinitas dan feminitas, perkembangannya, dan kepudaran peran gender. Berdasarkan dari literasi dan penelitian yang telah dipublikasi, penelitian ini akan membahas tentang berbagai macam statistik mengenai penjualan dan peningkatan penggunaan jasa perawatan pria secara global.

Di akhir penelitian akan dibahas tentang bagaimana metroseksual merupakan segmen yang menguntungkan bagi pemasaran dalam bidang produk perawatan pria yang menunjukan tren positif dan laki-laki yang lebih memiliki pendapatan sekali pakai.

Perbedaan Objek yang diteliti pada jurnal adalah masyarakat, sedangkan objek yang diteliti oleh peneliti adalah video musik.

Judul Motivations to Male Grooming: The New &

the Old Masculinity Nama Peneliti Nandini Likhar

29 Lokasi Penelitian Symbiosis Institute of Business Management,

[SIBM] Bengaluru Teknik Analisis

Data

Analisis konten kualitatif

Hasil Penelitian Jurnal ini membahas dampak dari konsep terbaru maskulinitas dengan konsep tradisionalnya yang mengantarkan pada perubahan dunia yang memotivasi penggunaan produk perawatan bagi pria metroseksual. Penggunaan produk metroseksual yang dulunya dianggap sebagai hal yang feminim seperti di India, yang terkenal secara sejarah memiliki masyarakat yang patrial. Penelitian yang berlangsung dilakukan melalui diskusi secara satu-persatu dengan sepuluh pria metroseksual, yang merupakan pengguna aktif produk perawatan untuk mengetahui apa yang memotivasi mereka dalam menggunakan produk tersebut dan juga mencari tahu tentang faktor sosiokultur di lingkungan mereka yang memperkuat mereka untuk menggunakan produk perawatan tersebut. Responden dalam penelitian ini diberikan pertanyaan berdasarkan produk perawatan dan merk yang mereka sukai, serta penggunaan mereka bersamaan dengan proses diskusi mengenai maskulinitas dan lingkungan sosial. Penelitian ini menemukan tingkatan yang luar biasa dari pengaruh maskulinitas tradisional dan juga tekanan dari masyarakat yang menahan mereka. Tapi, definisi baru mengenai maskulinitas sepertinya memaksa faktor

30 sosialkultur yang baru seperti pekerjaan, perawatan diri, dan penggunaan sosial media untuk meningkatkan penggunaan produk perawatan pria.

Perbedaan Objek yang diteliti pada jurnal adalah masyarakat, sedangkan objek yang diteliti oleh peneliti adalah video musik. Topik bahasan pada penelitian lebih terfokus pada peralihan maskulinitas tradisional ke maskulinitas modern berupa metroseksual, sedangkan topik bahasan yang dibahas peneliti membahas tentang metroseksual.

Judul Konsep Diri Pria Metroseksual (Studi Etnografi Dikota Medan)

Nama Peneliti Mira Silvia Nasution Lokasi Penelitian Universitas Sumatera Utara Teknik Analisis

Data

Studi Etnografi

Hasil Penelitian Skripsi tersebut menjelaskan tentang bagaimana pria metroseksual yang mencintai dirinya sendiri dan memiliki kebutuhan untuk tampil dan diakui oleh lingkungan. Citra yang diciptakan dari penampilannya itu yang memunculkan sebuah konsep diri. Penelitian pada skripsi ini bertujuan untuk mengetahui konsep diri pria metroseksual dengan studi Etnografi di Family Fitness dan Gym Medan Focal Point di Kota Medan. Penelitian yang dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif dan metode penelitian deskriptif atau descriptive research. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan wawancara, observasi lapangan, studi

31 literatur, pencarian di internet, dan dokumentasi. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa pria metroseksual dengan jenis pekerjaan yang berbeda di Family Fitness Focal Point memiliki konsep dirinya masing-masing. Mereka memperhatikan penampilan, etika berkomunikasi, dan cara berkomunikasi yang mereka lakukan. Hal tersebut membentuk konsep diri pria metroseksual berupa seseorang yang ingin menunjukan bahwa mereka adalah seseorang yang menarik dan ingin dihargai oleh lingkungan mereka.

Perbedaan Objek yang diteliti pada jurnal adalah pria metroseksual di Family Fitness dan Gym Medan Focal Point di Kota Medan, sedangkan objek yang diteliti oleh peneliti adalah video musik. Metode yang digunakan dalam skripsi adalah studi etnografi sedangkan peneliti meneliti dengan metode semiotika Charles Sanders Peirce.

Judul Studi Fenomenologi Tentang Dinamika Komunikasi Sosial Pria Metroseksual di Kota Makassar

Nama Peneliti Suci Rachmadani

Lokasi Penelitian Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Teknik Analisis

Data

Studi Fenomenologi

Hasil Penelitian Penelitian pada skripsi ini menggunakan studi fenomenologi sebab dianggap lebih sistematis, komprehensif, dan praktis untuk mengetahui sebuah gejala atau fenomena.

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan

32 dokumentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pria metroseksual di Makassar sangat memerhatikan etika berkomunikasi. Mereka menggunakan komunikasi verbel dan non-verbal yang tepat saat berkomunikasi dengan lingkungan sosial.

Hal ini memberikan bentuk timbal balik yang positif. Mereka ingin dihargai dan diakui oleh masyarakat tanpa dipandang negatif dengan cara berpenampilan mereka.

Perbedaan Objek yang diteliti pada jurnal adalah pria metroseksual di Kota Makassar, sedangkan objek yang diteliti oleh peneliti adalah video musik. Metode yang digunakan dalam skripsi adalah studi fenomenologi, sedangkan peneliti meneliti dengan metode semiotika Charles Sander Peirce.

Judul Citra Diri Pria Metroseksual di Kota Makassar (Studi Kasus Komunikasi Antarpribadi Member Celebrity Fitness) Nama Peneliti Muhammad Taher Rabbani

Lokasi Penelitian Universitas Hasanuddin Teknik Analisis

Data

Metode analisis data interaktif Miles dan Huberman

Hasil Penelitian Penelitian dalam skripsi ini bersifat deskriptif kualitatif. Data yang diambil berdasarkan observasi, wawancara dengan teknik purposive sampling terhadap pria metroseksual, studi literatur, dan pencarian di internet. Teknik analisis data dilakukan dengan metode analisis data interaktif Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukan bahwa citra diri seorang pria metroseksual

33 dibagi menjadi citra diri bagian tubuh seperti penampilan wajah, potongan rambutm bentuk bahu, bentuk lengan, bentuk kaki, serta perut dan citra diri keseluruhan tubuh yang meliputi tinggi badan, berat badan, dan proporsi tubuh.

Perkembangan citra diri tersebut dipengaruhi oleh jenis kelamin, media massa, dan lingkungan. Pria metroseksual berkomunikasi secara verbal dengan bahasa Indonesia yang baik dan terkadang disertai bahasa asing, serta adanya penggunaan aksen tertentu. Sedangkan tampilan non-verbalnya meliputi kinestics, hepatics, paralanguage, artifak, postur tubuh, olfaction, dan warna.

Perbedaan Objek yang diteliti pada jurnal adalah pria metroseksual di Kota Makassar, sedangkan objek yang diteliti oleh peneliti adalah video

Perbedaan Objek yang diteliti pada jurnal adalah pria metroseksual di Kota Makassar, sedangkan objek yang diteliti oleh peneliti adalah video

Dokumen terkait