• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH KEPEMIMPINAN TOYOTOMI HIDEYOSHI

SEJARAH KEPEMIMPINAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DI JEPANG 3.1 Munculnya Toyotomi Hideyosi Menjadi Penguasa

3.1.1 Pengabdian Toyotomi Hideyoshi sebagai bawahan Oda Nobunaga Oda Nobunaga memiliki impian dahsyat untuk menyatukan Jepang di bawah satu pemerintahan dan mengakhiri zaman peperangan. Inilah yang dibutuhkan oleh bangsa Jepang dan diinginkan masyarakat. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki visi jelas tentang masa depan yang lebih baik, yang dapat menyatukan visinya dan membangkitkan rasa percaya diri pada orang lain. Oda Nobunaga adalah orang seperti itu (Masao Kitami, 2005:33).

Setiap manusia tentu sejak masih kecil sudah memiliki impian-impian yang disukai. Tidak perlu memikirkan apakah akan terwujud atau tidak di kemudian hari. Dengan disertai dengan rasa percaya diri akan membawa peluang yang cukup kuat bisa terwujud akan impian yang diinginkan.

Oda Nobunaga adalah atasan baru Toyotomi Hideyoshi yang juga membuat Toyotomi Hideyoshi tertarik. Toyotomi Hideyoshi berusia 18 tahun ketika bekerja kepada Oda Nobunaga, dan Oda Nobunaga baru berusia 21 tahun, maka Toyotomi Hideyoshi tahu bahwa Oda Nobunaga memiliki masa depan panjang. Usia muda dan visi yang jelas adalah kombinasi yang tidak terkalahkan. Pada saat Toyotomi Hideyoshi memutuskan untuk bergabung dengan Oda Nobunaga, perilaku Oda Nobunaga yang liar dan eksentrik telah menimbulkan kesan bagi banyak orang Jepang, termasuk beberapa dalam organisasinya sendiri bahwa mentalnya tidak stabil. Diam-diam mereka mengkritiknya dengan sebutan Tuan Tolol, tapi Toyotomi Hideyoshi tahu Oda Nobunaga sama sekali tidak bodoh. Oda Nobunaga hanya mencemooh adat istiadat kebiasaan dan pola pikirnya melampaui zamannya. Dengan perilaku Oda Nobunaga yang liar dan eksentrik tentu sangat wajar. Karena menurut

sepengetahuan penulis, seorang pemimpin akan lebih tegas dan disiplin sehingga secara sepintas pemikiran masyarakat Jepang pada saat itu mengkritiknya dengan tuan tolol. Bisa jadi pada saat itu, Oda Nobunaga sudah menjadi seorang shogun atau jenderal. Karena tidak ada catatan sejarah tertulis kapan Oda Nobunaga diangkat menjadi seorang Jenderal.

Pada sebelumnya penulis sudah menyebutkan Oda Nobunaga adalah seorang tuan tanah atau daimyo. Oda Nobunaga naik derajat menjadi seorang shogun karena Oda Nobunaga sudah banyak mengalahkan musuh-musuh yang menjabat sebagai tuan tanah atau seorang jenderal.

Sebagai contoh, Oda Nobunaga adalah orang pertama di Jepang yang menggagas terciptanya prajurit professional. Pada masa itu, para panglima perang biasanya membangun markas permanen di tengah masyarakat petani yang mereka jadikan tentara saat dibutuhkan. Pada zaman peperangan, 80% dari seluruh tentara adalah petani. Begitu pentingnya peranan tentara petani ini sehingga ada semacam kesepakatan tahu sama tahu di antara para panglima untuk menghindari pertempuran pada saat musim tanam dan panen tiba. Oda Nobunaga mengabaikan kebiasaan ini dan membalik persentase petani dan prajurit professional tersebut: prajurit profesional berjumlah sekitar 80% dari keseluruhan tentara (Masao Kitami, 2005:34).

Oda Nobunaga juga inovatif dalam berbagai bidang lain. Tidak seperti penguasa lain sezamannya, mencari anak buah dari latar belakang dan daerah berbeda-beda. Oda Nobunaga mempekerjakan orang berdasarkan kemampuan bukan karena garis keturunan, dan memberikan penghargaan atas dasar kinerja bukan senioritas. Berita tentang metode perekrutan yang tidak biasa ini menarik perhatian tenaga-tenaga kompeten dari seluruh penjuruh negeri. Oda Nobunaga juga menerapkan pendekatan yang tidak ortodoks dalam pertempuran, tanggap melihat keunggulan teknologi baru dan memaksimalkan senjata api dalam strategi militer. Oda Nobunaga mengerahkan tiga ribu tentara bersenapan dalam Pertempuran Nagashino (Masao Kitami, 2005:35).

Karena Toyotomi Hideyoshi tidak berpendidikan dan dari kalangan jelata, beberapa organisasi besar dan tangguh yang dipimpin oleh para penguasa tersohor hampir mustahil mau mempekerjakan Toyotomi Hideyoshi. Tapi Toyotomi Hideyoshi mengambil sisi positif dari situasi demikian dengan pemikiran bahwa klan yang lebih kecil akan memberi kemungkinan pekerja baru bertemu langsung dengan pemimpin. Semakin dalam Toyotomi Hideyoshi memahami Oda Nobunaga, semakin Toyotomi Hideyoshi yakin bahwa ia adalah pemimpin yang paling tepat untuk Toyotomi Hideyoshi mengabdi. Pilihlah pemimpin yang memiliki visi.

Toyotomi Hideyoshi memulai pekerjaan dengan bekerja kepada Oda Nobunaga sebagai pembawa sandal. Orang-orang di dekat Toyotomi Hideyoshi menganggap remeh pekerjaan nya, tapi Toyotomi Hideyoshi sangat mensyukuri posisi awal nya dan mengerjakannya dengan sepenuh hati dan jiwa. Kebijakan Toyotomi Hideyoshi adalah selalu melakukan tugas sebaik-baiknya. Apa pun pekerjaan yang ditugaskan oleh atasan, tidak peduli seberapa remeh.

Pekerjaan Toyotomi Hideyoshi selanjutnya adalah seorang pelayan, yang sebagian besar tugasnya adalah mengurus kebutuhan pribadi Oda Nobunaga, dan Toyotomi Hideyoshi berjuang untuk mengambil perhatian dari kinerja yang diberikannya.

Sebagai contoh, terjadi kebakaran di kastil. Toyotomi Hideyoshi terbangun jauh sebelum tanda bahaya diserukan dan secepat mungkin menuju kandang kuda. Toyotomi Hideyoshi bisa mendengar ringkikan kuda-kuda yang ketakutan dan orang-orang yang berlarian karena panik, sosok-sosok gelap berlatar belakang api. Sementara itu, Oda Nobunaga dengan cepat berpakaian dan bergegas. Tepat pada saat Oda Nobunaga ke luar dari kepulan asap, Toyotomi Hideyoshi muncul dengan kuda Oda Nobunaga yang sudah berpelana, sehingga Oda Nobunaga bisa segera menunggangi dan memimpin semua orang ke tempat aman (Masao Kitami, 2005:37).

Sikap Toyotomi Hideyoshi mencerminkan loyalitas yang cukup menyenangkan bagi Oda Nobunaga. Disamping dengan loyalitas, tentu memiliki sikap yang cekatan dan juga terampil. Inilah merupakan fondasi yang diterapkan Toyotomi Hideyoshi dalam wujud keseriusannya kepada Oda Nobunaga.

Begitu Toyotomi Hideyoshi bekerja pada Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi mempelajari karakteristik Oda Nobunaga dengan saksama. Setiap tindakan Oda Nobunaga menjadi contoh yang dipelajari Toyotomi Hideyoshi sungguh-sungguh. Usaha teramat keras yang Toyotomi Hideyoshi lakukan untuk memahami junjungannya menghasilkan pengetahuan mendalam tentang sifat Oda Nobunaga dan apa yang Oda Nobunaga suka dan tidak suka lakukan. Semakin banyak yang Toyotomi Hideyoshi pelajari, semakin besar bakti Toyotomi Hideyoshi pada Oda Nobunaga.

Bukti dari pengabdian Toyotomi Hideyoshi yang mendalam kepada Oda Nobunaga adalah ‘Serangan Air’ yang terkenal terhadap Benteng Takamatsu pada tahun 1582. Saat mengepung benteng itu, sebuah gagasan melintas untuk menghalangi akses persediaan dan bantuan musuh dengan cara membelokkan sungai agar membanjiri kastil dan daerah sekitarnya. Strategi ini menjamin kejatuhan Takamatsu, tapi ketimbang menghantamnya dengan pasukan Toyotomi Hideyoshi sendiri, Toyotomi Hideyoshi mengirimkan berita kepada Oda Nobunaga untuk pergi ke Takamatsu untuk mengambil alih komando dan mendapatkan penghargaan atas kemenangan tersebut. Toyotomi Hideyoshi telah mempelajari kunci keberhasilan untuk maju selangkah ke depan (Masao Kitami, 2005:45).

Jangan juga lupa dengan ide-ide atau akal pikiran yang jitu. Terutama dalam menghadapi musuh-musuh di dalam pertempuran. Tidak bisa dengan cepat menerapkan ide-ide dalam bertempur, maka hasil yang ditemukan adalah kekalahan dalam medan perang. Disamping juga ide-ide yang sudah tepat, maka harus ada juga persiapan-persiapan. Intinya adalah terdapat ide-ide yang cepat dan persiapan yang mantap maka akan di dapatkan kemenangan di medan perang.

Pengabdian Toyotomi Hideyoshi selanjutnya adalah saat Oda Nobunaga hanya memberinya waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugas untuk membangun kembali Benteng Kiyosu. Toyotomi Hideyoshi berumur 21 tahun saat seorang lawan yang sangat tangguh, Yoshimoto, pemimpin Klan Imagawa dan penguasa provinsi-provinsi pesisir, akan menginvansi daerah kekuasaan Oda Nobunaga. Terpaan angin topan yang garang telah menimbulkan kerusakan pada sepanjang kurang lebih tiga ratus meter tembok yang terbuat dari batu yang mengelilingi Benteng Kiyosu, markas besar Oda Nobunaga. Seandainya tentara Yoshimoto menyerang sebelum tembok selesai diperbaiki, maka klan Oda Nobunaga bakal jadi seperti kawanan domba yang dibantai.

Oda Nobunaga mengumpulkan pengikutnya dan menugaskan lima ratus orang untuk memperbaiki tembok itu secepat mungkin. Namun hari demi hari berlalu tanpa kemajuan yang berarti. Pengikut senior mencurigai ada mata-mata yang telah dikirim oleh Yoshimoto dan telah menyogok beberapa pekerja untuk memperlambat proses pemugaran. Marah mendengarnya, Oda Nobunaga memanggil mandor kepala dan meminta penjelasan tentang keterlambatan tersebut, tapi pria itu memberi jawaban yang tidak jelas dan melemparkan kesalahan pada pekerjanya.

Kembali ke area konstruksi, si mandor mulai mencaci-maki anak buahnya karena ketololan dan kemalasan mereka. Saat itu Toyotomi Hideyoshi belum meraih pangkat sebagai prajurit infanteri. Meski demikian, secara tidak resmi, Toyotomi Hideyoshi bertekad memainkan peran apa pun agar bisa memenuhi visi Oda Nobunaga menyatukan Jepang dan mengakhiri Zaman peperangan.

Dengan keyakinan yang besar Toyotomi Hideyoshi mengambil alih tugas mandor tersebut untuk membangun kembali Benteng Kiyosu. Toyotomi Hideyoshi berpikir keras tentang bagaimana cara mengerjakan pekerjaan itu, dan sama sekali tidak bisa tidur. Akhirnya, dengan kuas dan kertas Toyotomi Hideyoshi mencoba menggambarkan detail rencana konstruksi, dan semacam

pendekatan untuk memberi inspirasi kepada pekerja-pekerja (Masao Kitami,2005:56).

Hari berikutnya, para pekerja itu, lima ratus orang banyaknya, berkumpul di area konstruksi. Perawakan mereka yang kasar, wajah mereka yang cemberut menyiratkan mereka sudah siap menerima makian tentang keterlambatan seperti biasa. Oda Nobunaga hanya memberi waktu tiga hari untuk menyelesaikan tugas, tapi Toyotomi Hideyoshi menghabiskan hari pertama hanya dengan dua agenda: memberikan pengarahan tentang pekerjaan apa yang akan mereka lakukan, dan mengadakan pesta untuk para pekerja. Pada saat memberikan pengarahan, Toyotomi Hideyoshi menekankan alasan mengapa mereka harus melakukan pekerjaan itu secepat mungkin.

Adapun isi arahan Toyotomi Hideyoshi adalah: seandainya kita diserang hari ini, benteng pertahanan kita akan jatuh dan setiap orang di Benteng Kiyosu, termasuk kalian dan keluarga kalian, akan musnah. Inilah mengapa kita mesti mengerjakan pemugaran ini secepat yang kita bisa (Masao Kitami, 2005:57). Kemudian Toyotomi Hideyoshi memasang peta benteng di antara dua tonggak dan menjelaskan bagaimana proyek itu akan dikerjakan. Untuk mempercepat proses penyelesaian, Toyotomi Hideyoshi membagi kelima ratus pekerja dalam sepuluh tim yang akan bersaing satu dengan yang lain.

Kepada setiap anggota tim yang tercepat, Oda Nobunaga akan memberi kalian tambahan dari upah kerja harian, bonus teristimewa sebesar lima ratus koin tembaga, tentu akan ditinjau dari kecepatan, kualitas juga akan dievaluasi. Pekerjaan asal-asalan akan dianggap sebagai tindakan mata-mata dan yang melakukannya akan mendapat ganjaran setimpal. Oda Nobunaga sudah menyiapkan banyak makanan dan minuman, jadi bersenang-senanglah dan isi perut kalian. Kata-kata tadi disambut teriakan gembira oleh pekerja-pekerja. Mandor mereka sebelumnya meneriakkan perintah tanpa henti dan mengancam dengan hukuman; sebaliknya Toyotomi Hideyoshi malah menggunakan waktu untuk menjelaskan alasan di balik pekerjaan ini, dan metode

kerja khusus untuk menyelesaikannya. Toyotomi Hideyoshi memperlakukan mereka sebagai manusia sewajarnya yang layak mendapatkan penjelasan dan memberikan hadiah tambahan jika bekerja dengan baik.

Saat pekerja tiba di area konstruksi keesokan harinya, mereka memulai pekerjaan disertai teriakan penuh semangat. Setiap pekerja, masing-masing memfokuskan perhatian sebaik mungkin pada tugas yang diberikan. Mengenakan pakaian kerja sederhana, Toyotomi Hideyoshi berkeliling dari satu tim ke tim yang lain, membuat para buruh bekerja lebih besemangat lagi. Atas dedikasi mereka, tentu mereka berhasil menyelasaikan pekerjaan itu hanya dalam waktu tiga hari. Termasuk hari yang digunakan untuk berpesta. Kemudian Toyotomi Hideyoshi membagikan bonus untuk setiap anggota tim yang menang setelah tembok berhasil dibangun kembali dengan gemilang, dan berterima kasih kepada setiap anggota tim secara pribadi (Masao Kitami, 2005:61).

Saat Oda Nobunaga kembali ke benteng dan melihat Perbaikan sudah selesai dilakukan, Oda Nobunaga hampir tidak memercayai penglihatannya. Oda Nobunaga menatap Toyotomi Hideyoshi dan seulas senyum yang jarang singgah di wajah Oda Nobunaga. Dan atas kinerja Toyotomi Hideyoshi sebagai mandor konstruksi pada proyek Benteng Kiyosu, pangkat Toyotomi Hideyoshi naik ke tingkat prajurit. Toyotomi Hideyoshi telah mengambil langkah besar pertama menuju tingkat yang lebih tinggi dalam karier kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi. Jadilah seorang pemimpin, bukan seorang atasan (Masao Kitami, 2005:62).

3.1.2 Promosi Oda Nobunaga terhadap Toyotomi Hideyoshi

Dengan keberhasilan Toyotomi Hideyoshi dalam melaksanakan tugas membangun kembali Benteng Kiyosu. Oda Nobunaga mempromosikan Toyotomi Hideyoshi menjadi tingkat prajurit. Promosi ini berkelanjutan diberikan Oda Nobunaga kepada Toyotomi Hideyoshi karena Toyotomi Hideyoshi selalu berhasil tepat pada waktunya dan semangat perjuangan yang luar biasa.

Promosi merupakan hak yang bisa diterima bawahan dari atasannya. Promosi bisa diterima tentu dengan hasil kerja keras yang maksimal dan tidak ceroboh dalam hal bertindak. Promosi bukan hanya bisa sekali diterima akan tetapi bisa menjadi lebih sering dan lebih cepat di dapatkan, asalkan dengan ketekunan. Dalam penulisan skripsi ini, Toyotomi Hideyoshi dengan cepat memperoleh promosi atau kedudukan karier yang diberikan Oda Nobunaga. Karena Toyotomi Hideyoshi dengan tekun melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan Oda Nobunaga. Bahkan yang bukan pekerjaan yang di tugaskan Oda Nobunaga dikerjakan oleh Toyotomi Hideyoshi. Inilah yang membuat Oda Nobunaga menjadi bangga. Penulis akan menjelaskan bentuk tindakan nyata yang dilakukan Toyotomi Hideyoshi dalam hal melancarkan serangan pada Provinsi Mino. Dengan keberhasilannya ini, Oda Nobunaga mengangkat Toyotomi Hideyoshi sebagai jenderal atau shogun.

Pada tahun 1566, Oda Nobunaga melancarkan serangan pada Provinsi Mino, namun mendapatkan perlawanan yang cukup hebat. Pada peristiwa ini Oda Nobunaga memberikan pangkat seorang jenderal yang menguasai sebanyak tiga ribu orang prajurit kepada Toyotomi Hideyoshi (Masao Kitami, 2005:66). Toyotomi Hideyoshi berhasil membangun benteng di Sunomata.

Oda Nobunaga menyimpulkan bahwa satu-satu jalan untuk menaklukkan provinsi tetangga itu adalah dengan membangun benteng di Sunomata. Desa Sunomata terhampar di perbatasan Owari-Mino, terletak di bantaran yang terbentuk dari pertemuan tiga sungai. Daerah itu adalah sebuah lokasi ideal untuk melancarkan serangan ke Provinsi Mino. Tapi itu juga bagian dari daerah kekuasaan musuh. Oda Nobunaga telah dua kali memerintahkan jenderalnya untuk membangun benteng itu, dan keduanya telah gagal, serta kehilangan begitu banyak prajurit sehingga area konstruksi merah oleh darah. Saat Oda Nobunaga mengumpulkan para pengikutnya dan mengumumkan bahwa Oda Nobunaga akan melakukan percobaan ketiga kalinya, tetapi semua orang keberatan. Tidak ada diantara mereka yang mau menerima atau melakukan tugas ini. Karena tidak ada

yang berani, maka Oda Nobunaga menjadi marah dan mengatakan pengecut menyebut diri sebagai prajurit Oda Nobunaga (Masao Kitami, 2005:63).

Melihat hal ini, Toyotomi Hideyoshi yang pertama angkat bicara dan mengatakan mau menerima atau melaksanakan tugas untuk membangun benteng di Sunomata buat Oda Nobunaga. Respon Oda Nobunaga pun senang dengan Toyotomi Hideyoshi. Tindakan pertama Toyotomi Hideyoshi adalah mengirim mata-mata ke Benteng Saito di Inabayama untuk menaksir pergerakan tentara lawan dan membuat semacam pengalih perhatian jauh dari daerah sekitar Sunomata. Selanjutnya Toyotomi Hideyoshi menugaskan para profesional: penebang kayu untuk memotong kayu gelondongan; juru mudi untuk membawa potongan-potongan kayu ke hilir; tukang bangunan dan mandornya; pandai besi untuk membuat peralatan.

Kunci dalam membangun sebuah benteng secepat mungkin, menurut pendapat Toyotomi Hideyoshi terletak pada persiapan yang rinci dan pembagian pekerjaan menyiapkan komponen-komponen siap pasang untuk selanjutnya dirakit dengan kilat. Semua ini memerlukan pengrajin-pengrajin yang berpengalaman dari berbagai disiplin, sehingga Toyotomi Hideyoshi menugaskan kotak-kotak pekerjaan pada tim-tim khusus, lalu mengarahkan semua orang untuk perakitan terakhir. Untuk mempercepat proses ini, mereka memotong kayu gelondongan di bukit sekitar, sehingga rangka benteng bisa dipasang dengan cepat di tempat.

Toyotomi Hideyoshi mulai merencanakannya ketika menyadari bahwa Toyotomi Hideyoshi tidak memiliki cukup pekerja untuk tugas ini. Dengan banyaknya persahabatan yang sudah dijalin oleh Toyotomi Hideyoshi termasuk dengan Koroku. Koroku adalah pemimpin sebuah geng tentara bayaran. Akhirnya Toyotomi Hideyoshi dan pengikut Koroku berhasil mengumpulkan sekitar dua ribu orang untuk membantu proses konstruksi di Sunomata. Dengan pertolongan dari jaringan kenalan Toyotomi Hideyoshi, benteng tersebut selesai pada bulan September 1566. Pekerjaan itu menghabiskan waktu enam minggu penuh.

Oda Nobunaga menghargai prestasi Toyotomi Hideyoshi dengan cara menjadikannya seorang jenderal dan mengepalai tiga ribu orang prajurit.

3.1.3 Manajerial Toyotomi Hideyoshi dalam Pengaturan Keuangan Rumah

Tangga Oda Nobunaga

Keuangan Rumah Tangga Oda Nobunaga yang menjadi masalah serius adalah persediaan bahan bakar saat Oda Nobunaga memindahkan markas besarnya ke Benteng Kiyosu (MasaoKitami, 2005:40). Harga kayu bakar melonjak tinggi atau mahal. Penyebab harga kayu bakar yang melonjak adalah disebabkan oleh 3 hal yaitu:

1. Kegiatan pembelian sungguh berantakan.

2. Bawahannya yang mengatur perjanjian dengan pedagang.

3. Pedagang lah yang dipercayakan untuk melaksanakan pembelian kayu bakar. Sehingga kayu bakar harus melalui beberapa agen dalam perjalanannya menuju kastil atau benteng.

Peristiwa ini terjadi sebelum Toyotomi Hideyoshi yang memegang kekuasaan persediaan kayu bakar. Setelah Toyotomi Hideyoshi mendengar berita ini, maka dengan segera Toyotomi Hideyoshi mengambil sikap. Tentu dia merubah hal-hal yang menyebabkan harga kayu bakar tersebut melonjak naik. Pada saat itu pengabdiaan Toyotomi Hideyoshi kepada Oda Nobunaga adalah sebagai pengelola kayu bakar menyelidiki pemakaian bahan bakar. Toyotomi Hideyoshi pergi ke dapur untuk menghitung jumlah kayu yang dipakai untuk memasak. Cara Toyotomi Hideyoshi untuk bisa memperbaiki keuangan rumah tangga Oda Nobunaga dengan cara mengurangi biaya bahan bakar.

Pada satu daerah kampung ada terdapat banyak pohon mati. Di kampung itu ada sang pemimpin kampung. Toyotomi Hideyoshi berkata kepada sang pemimpin kampung: Bolehkah aku mengambil pohon mati ini tanpa membayar? Kalau kalian membawanya ke kastil, Toyotomi Hideyoshi akan memberi lima

bibit pohon yang bagus untuk setiap pohon yang mati. Jawab Sang pemimpin kampung adalah setuju. Tidak lama setelah itu, para petani mulai mengantarkan kayu bakar langsung ke markas besar Oda Nobunaga. Oda Nobunaga berkata kepada Toyotomi Hideyoshi mulai sekarang, Benteng Kiyosu tidak perlu membayar biaya bahan bakar sepeser pun secara langsung. Meski demikian, Oda Nobunaga harus mengeluarkan biaya penggantian berupa bibit pohon (Masao Kitami, 2005:43).

Pohon mati tersebutlah yang digunakan Toyotomi Hideyoshi untuk memperbaiki manajerial keuangan rumah tangga Oda Nobunaga. Pohon mati tersebut ditebang dan kayunya dipakai sebagai bahan bakar. Setiap pohon mati akan diganti dengan bibit pohon yang bagus untuk setiap pohon yang mati

3.2 Strategi Toyotomi Hideyoshi dalam Menghadapi Musuh Klan Oda Nobunaga

Penulis ingin menjelaskan secara tertulis bagaimana strategi Toyotomi Hideyoshi dalam hal menaklukkan seluruh wilayah Kyusu di tahun 1587 dari klan Shimazu, dipinpin oleh seorang komandan bernama Yoshihisa dikenal hingga ke pelosok pulau. Toyotomi Hideyoshi mengirimkan sebuah pesan kepada Yoshihisa untuk menyerah, tapi ia tidak menanggapinya. Lalu Toyotomi Hideyoshi memutuskan mengirim pasukan untuk menggempur wilayahnya.

Strategi Toyotomi Hideyoshi untuk menaklukkan seluruh wilayah Kyusu adalah mengirimkan mata-mata yang menyamar sebagai pedagang, bertugas di Kyusu selama beberapa bulan bahkan ke Satsuma, sebuah daerah yang cukup rawan, sehingga jarang para pengintai bisa kembali dari sana hidup-hidup. Toyotomi Hideyoshi menginginkan para agen nya untuk mencari tahu sebanyak mungkin tentang Klan Shimazu: stabilitas hubungan dalam keluarga , ikatan antara para penguasa dan daerah taklukan Yoshihisa, ketegangan antara sekutu dan lawan, kondisi detail geografisnya. Mata-mata Toyotomi Hideyoshi juga menyelidiki klan-klan lain di pulau itu, merekam posisi benteng-benteng

pertahanan mereka, besar kecilnya pasukan, dan hubungan mereka dengan pihak Shimazu (Masao Kitami, 2005:106).

Toyotomi Hideyoshi hanya bergerak setelah berhasil mengumpulkan segudang data intelijen. Salah satu jenderal andalan Yoshihisa yang tangguh dan ambisius adalah Akizuki. Mata-mata Toyotomi Hideyoshi memberi informasi bahwa Akizuki memilih strategi bertahan habis-habisan. Untuk menetralisir kekuatan lawan yang paling agresif, Toyotomi Hideyoshi memutuskan untuk lebih dulu berhadapan dengan Akizuki. Pasukan jenderal Akizuki bertempur dengan gagah berani tapi kalah jumlah, dan daerah kekuasaanya jatuh ke tangan Toyotomi Hideyoshi. Setelah pasukan utama Toyotomi Hideyoshi mengepung benteng Akizuki, Akizuki keluar untuk mengumumkan penyerahan mutlak tanpa syarat (Masao Kitami, 2005:107).

Tapi Toyotomi Hideyoshi masih harus menghadapi lawan terberat yaitu Yoshihisa. Toyotomi Hideyoshi sudah siap menghadapi momen ini, dan telah menyiapkan hampir seperempat juta tentara, jumlah terbesar yang pernah dihimpun Toyotomi Hideyoshi. Angka ini jauh melampaui kekuatan Yoshihisa. Yoshihisa bertempur dengan kelihaian yang luar biasa, tapi pada akhirnya Toyotomi Hideyoshi tampil sebagai pemenang. Yoshihisa mengibarkan bendera putih lalu datang menemui Toyotomi Hideyoshi berbalut jubah pendeta putih, sebagai tanda pengunduran diri Yoshihisa dari jalan kesatria.

Siapa pun musuh kita dalam medan perang, jika musuh kita sudah tidak berdaya lagi janganlah menghancurkan lagi. Berikan kesempatan kepada musuh yang ada di medan perang untuk bergabung untuk menjadi sahabat, jika musuh

Dokumen terkait