SEJARAH KEPEMIMPINAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DI JEPANG NIHON NI TOYOTOMI HIDEYOSHI NO SHIKI NO REKISHI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh
IRWAN PRIMA PARLAUNGAN PASARIBU NIM: 080722008
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
SEJARAH KEPEMIMPINAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DI JEPANG NIHON NI TOYOTOMI HIDEYOSHI NO SHIKI NO REKISHI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D Drs.Eman Kusdiyana M.Hum
NIP.19580704 1985120 1 001 NIP.19600919 1988031 1 001
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN
Diterima oleh :
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra
Pada :
Tanggal :
Pukul :
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan
Prof. Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D NIP. 196500909 199403 1 004
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Drs. Nandi S ( )
2. Prof. Hamzon Situmorang, M.S., Ph.D ( )
Disetujui oleh : Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Departemen Sastra Jepang
Ketua Departemen Sastra Jepang,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih-Nya memberikan
kesehatan, pengetahuan, dan kesempatan kepada penulis, sehingga mampu
menyelesaikan skripsi ini dengan tepat waktu.
Skripsi ini berjudul “Sejarah Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi Di
Jepang”. Skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana
dalam bidang Ilmu Sastra Jepang.
Dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis mendapatkan banyak
kesulitan dan selalu diwarnai kesalahan, namun demikian selalu ada harapan
dalam hati penulis untuk selalu melakukan yang terbaik untuk semua pihak yang
telah membantu.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan, dimana
masih terdapat banyak kekurangan baik dari pengkajian kalimat, penguraian
materi, dan pembahasan masalah. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati
penulis akan menyambut kritik dan saran-saran demi kesempurnaan tulisan ini.
Dalam penulisan skripsi ini penulis ingin mengucapkan beribu terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu. Penulis menyampaikan rasa
terima kasih yang tak terhingga terutama kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, M.A., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S, Ph.D selaku Ketua Departemen
Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS, Ph.D selaku dosen pembimbing
yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. (Hontou
4. Bapak Drs. Eman Kusdiyana M. Hum selaku dosen pembimbing II yang
telah begitu banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. (Hontou ni
domou arigato gozaimashita)
5. Seluruh Staff pengajar Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara, yang telah mendidik dan mengajarkan berbagai
pengetahuan kepada penulis.
6. Teristimewa kepada kedua orang tua tersayang Ayahanda S. Pasaribu dan
Ibunda O. Saragih yang selalu memberikan dorongan dan dukungan baik
moril dan materil selama ini. Terima kasih atas doa dan nasihat yang selalu
diberikan sehingga penulis selalu termotivasi untuk menyelesaikan skripsi
ini.
7. Kedua adik tersayang, Sandi Mulia Pasaribu dan Dian Renny Sari Pasaribu.
Terima kasih atas motivasi yang selalu kalian berikan selama ini.
Cerewetnya kalian menjadi spirit untuk penulis.
8. Teristimewa sahabat-sahabat penulis, kak Ade Nasution. Perjuangan kita
bersama akan terkenang selamanya yang selalu ada untuk membantu penulis.
9. Temen-temen seperjuangan di Sastra Jepang Ekstensi 2008. Terima kasih
buat dukungan, doa, dan bantuannya.
10. Buat semua sahabatku baik yang di SMP dan SMA, serta semua sahabat ku
yang telah mendoakan, yang tidak dapat di sebutkan namanya satu persatu.
Terima kasih atas dukungan, motivasi, dan doa kalian. Berkat kalian penulis
selalu bersemangat.
11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
berkontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
khusunya mahasiswa Sastra Jepang.
Medan, April 2010
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……….. iii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Perumusan Masalah……….. 7
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……… 9
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori………. 9
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian……… 12
1.6 Metode Penelitian……… 13
BAB II TOYOTOMI HIDEYOSHI PADA ZAMAN AZUCHIMOMOYAMA 2.1 Masuknya Bangsa Asing Pada Zaman Azuchimomoyama.... 15
2.2 Asal-usul Toyotomi Hideyoshi ... 17
2.3 Wilayah Kekuasaan Toyotomi Hideyoshi……….. 20
2.4 Pembalas Dendaman Toyotomi Hideyoshi Atas Kematian Oda Nobunaga……… 23
2.5 Pernikahan Toyotomi Hideyoshi……… 25
BAB III SEJARAH KEPEMIMPINAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DI JEPANG 3.1 Munculnya Toyotomi Hideyosi Menjadi Penguasa………... 28
3.1.1 Pengabdian Toyotomi Hideyoshi Sebagai Bawahan Oda Nobunaga... 28
3.1.2 Promosi Oda Nobunaga Terhadap Toyotomi Hideyoshi ……….. 34
3.2 Strategi Toyotomi Hideyoshi Dalam Menghadapi Musuh
Klan Oda Nobunaga……….. 38
3.3 Pengangkatan Toyotomi Hideyoshi sebagai
Wakil Kaisar... 40
3.4 Keruntuhan Toyotomi Hideyoshi……….. 43
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan……….. 45
4.2 Saran……… 46
ABSTRAK
SEJARAH KEPEMIMPINAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DI JEPANG
Memahami ilmu sejarah Jepang merupakan hal berguna karena bisa mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di masa lalu. Dari peristiwa yang telah terjadi di masa lalu dapat diambil makna dan nilai apa yang melekat di dalamnya. Khususnya bagi penulis pada kesempatan saat ini dalam penyusunan skripsi, membuat kajian yang berjudul Sejarah Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi di Jepang.
Zaman sejarah Jepang yaitu dimulai zaman Nara, zaman Heian (794-1192) sampai dengan zaman Meiji (1868-sekarang) mengenal sistem pemerintahan di Jepang. Bentuk sistem pemerintahan di Jepang yang dimaksud adalah administrasi pemerintahan, militer, dan penarikan pajak. Dengan peristiwa tersebut dikenal lah gelar-gelar, antara lain: Tenno (kaisar), Shogun (jenderal), Daimyo (tuan tanah), perdana menteri, dan menteri-menteri.
Kaisar (Tenno) adalah penguasa administrasi pemerintahan tertinggi. Shogun (Jenderal) adalah pemegang tampuk kekuasaan dari kalangan militer. Daimyo (tuan tanah) adalah penguasa yang ada terletak dibawah kekuasaan
Shogun (Jenderal).
Pada tahun 710 terdapat keluarga Yamato Chotei di daerah Nara (negara Jepang). Keluarga tersebut muncul sebagai penguasa terkuat di Jepang. Kira-kira abad 5 sudah menguasai hampir seluruh Jepang. Pada abad 6 mendirikan pemerintahan yang disebut Yamato Chotei, rajanya disebut dengan Tenno (kaisar).
Pada perkembangan berikutnya, para kelompok militer Taira dan Genji di undang ke Kyoto untuk mengamankan perang yang terjadi dalam keributan keluarga Fujiwara. Tetapi kemudian keluarga Genji dan Taira pun saling berperang seperti perang Hogennoran tahun 1156 dan Heijinoran tahun 1159. Dalam perang tersebut dimenangkan oleh Keluarga Taira oleh Taira no kyoumori.
Minamoto no yoritomo berhasil mengalahkan keluarga Taira tahun 1185
pada perang Dannoura. Hal ini mengakibatkan kekuasaan berpindah ketangan
Minamoto. Minamoto no yoritomo meminta persetujuan kepada kaisar supaya di
angkat menjadi Shogun (Jenderal) oleh karena itu lah maka sistem keshogunan di
kenal di Jepang hingga zaman Edo (1868). Stabilitas negara Jepang yang dirintis
Minamoto no Yoritomo pada tahun 1185 tidak bertahan lama. Penguasa-penguasa
militer datang dan pergi silih berganti, dan pada tahun 1467 pemerintahan militer
Zaman Perang Antar-Klan, abad berdarah ketika para panglima perang lokal
saling bertarung untuk melindungi daerah kekuasaan.
Pada feodalisme masa pertengahan yang dimaksud adalah zaman Kamakura,
Muromachi, dan Azuchimomoyama. Pada kesempatan kali ini penulis ingin
membahas lahirnya seorang pemimpin menjadi shogun di zaman
Azuchimomoyama pada tahun 1185 – 1600. Pada akhir feodalisme pertengahan
ini muncul shogun yang berasal dari golongan bawah, yaitu Oda Nobunaga,
Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyashu.
Pengertian zaman Azuchimomoyama adalah zaman masa-masa yang recok
karena semua tuan tanah berusaha ingin merebut kekuasaan keshogunan. Dimana
seluruh negeri terjadi keributan-keributan karena orang-orang dari kelas bawah
memberontak ingin menjatuhkan yang atas. Zaman ini disebut juga sengoku jidai,
perang di seluruh negeri. Masa ini berlangsung dari tahun 1573 sampai pada tahun
1603.
Pada zaman Azuchimomoyama ini Oda Nobunaga adalah atasan Toyotomi
Hideyoshi. Alasan Toyotomi Hideyoshi mau mengabdi kepada Oda Nobunaga
adalah karena Oda Nobunaga memiliki visi yaitu menyatukan seluruh wilayah
Jepang dalam masa-masa yang recok. Saat itu Oda Nobunaga sudah menjadi
Shogun (jenderal), sementara Toyotomi Hideyoshi belum. Ketika itu, Toyotomi
Hideyoshi masih menjadi pembantu Oda Nobunaga. Dengan segala kepatuhan
Toyotomi Hideyoshi bekerja dengan rajin dan jujur maka tahap demi tahap
Toyotomi Hideyoshi diangkat menjadi Shogun (jenderal), setelah wafatnya Oda
Nobunaga. Oda Nobunaga sedikit lagi dapat menyatukan visi menyatukan seluruh
wilayah Jepang. Sehingga yang meneruskan visi ini adalah Toyotomi Hideyoshi.
Oda Nobunaga wafat dibunuh oleh anak buahnya sendiri yang bernama
Akechi Mitshuhide. Maka yang membalas dendam kematian Oda Nobunaga
adalah Toyotomi Hideyoshi. Akechi Mithsuhide dapat ditaklukan Toyotomi
Hideyoshi dengan cara gencatan senjata. Senjata diperoleh dari bangsa Portugal
memiliki senjata, Toyotomi Hideyoshi juga dapat menyerang daimyo-daimyo
(tuan-tuan tanah) kecil lainnya dan berhasil menyelesaikan penyatuan seluruh
wilayah Jepang. Dalam 3 tahun setelah kematian Oda Nobunaga, Toyotomi
Hideyoshi menguasai setengah wilayah Jepang yang merupakan daerah terpadat
dan juga terkaya, termasuk wilayah seluas 38.600 kilometer persegi yang belum
pernah terjamah pengaruh Oda Nobunaga. Puncak karir Toyotomi Hideyoshi
adalah sebagai Daijodaijin (wakil Kaisar) yang diangkat oleh Kaisar Go Yozei.
Toyotomi Hideyoshi lahir tahun 1536 di Nakamura (negara Jepang).
Asal-usul Toyotomi Hideyoshi dari kecil memiliki awal yang sederhana. Dari kecil
bertekad ingin menjadi seorang pemimpin di Jepang. Selain miskin, tidak
berpendidikan, bukan berasal dari silsilah keluarga masyhur yaitu anak dari petani
penggarap miskin, dan badan yang pendek. Tetapi Toyotomi Hideyoshi tidak
membiarkan segala kekurangan itu menentukan nasib nya, melainkan memiliki
semangat hidup yang jarang terlihat di dunia ini. Ambisi nya dapat tercapai
menjadi seorang wakil Kaisar. Toyotomi Hideyoshi adalah orang pertama yang
mendapat gelar wakil kaisar tanpa adanya ikatan hubungan darah dengan kaum
bangsawan atau kekeluargaan.
Keruntuhan Toyotomi Hideyoshi muncul karena kesombongan nya, ingin
memperluas wilayah kekuasaan ke Korea dan China sehingga menimbulkan
Perang Tujuh Tahun. Namun Toyotomi Hideyoshi gagal dalam mewujudkannya.
Sehingga Toyotomi Hideyoshi wafat dalam pertempuran melawan Korea pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Zaman sejarah Jepang yaitu dimulai dari zaman Nara, zaman Heian
(794→1192) sampai dengan zaman Meiji (1868→sekarang). Dari urutan-urutan
zaman sejarah Jepang yang telah terjadi maka dikenal lah sistem pemerintahan di
Jepang. Bentuk sistem pemerintahan di Jepang yang dimaksud adalah administrasi
pemerintahan, militer, dan penarikan pajak. Dengan peristiwa tersebut dikenal lah
gelar-gelar, antara lain; Tenno (Kaisar), Shogun (Jenderal), Daimyo (tuan tanah),
perdana menteri dan menteri-menteri. Penulis akan memberikan
penjelasan-penjelasan tentang bagaimana pengertian Tenno (Kaisar), Shogun (Jenderal), dan
Daimyo (tuan tanah).
Dalam sistem Ritsuryou, Kaisar (Tenno) adalah penguasa administrasi
pemerintahan tertinggi ( Situmorang, 2006:13). Dengan kesimpulan semua orang
patuh (taat) kepada Kaisar. Dalam administrasi pemerintahan ini kaisar
merupakan gelar tertinggi di Jepang. Saudara-saudara kaisar adalah menjadi
bangsawan. Para bangsawan kerabat Tenno ini bertugas melaksanakan pekerjaan
birokrasi di istana maupun di daerah. Kekuasaan kaisar sebenarnya hanya terbatas
pada menganugerahkan gelar resmi, terutama gelar Shogun (jenderal) (Masao
Kitami, 2005:xiii). Hal ini juga merupakan kekuasaan seorang kaisar di Jepang.
Sistem Ritsuryou adalah sistem pengaturan tentang penggunaan
(pemilikan) tanah (Situmorang, 2006:13). Sistem pada masa itu dikenal dengan
sistem Kochikomin (wilayah umum dengan masyarakat umum). Pada masa itu
tidak dikenal pemilikan tanah secara pribadi dan penguasaan atas diri orang secara
pribadi. Tetapi kemudian para bangsawan kerabat Kaisar tersebut banyak yang
menguasai tanah secara pribadi. Sehingga mereka membutuhkan tenaga kerja
kelompok-kelompok kecil di daerah yang semakin lama semakin kuat dan tidak
membayar pajak kepada Kaisar.
Dengan latar belakang banyaknya para bangsawan kerabat kaisar yang
menguasai tanah secara pribadi yang semakin lama semakin kuat dan tidak
membayar pajak kepada Kaisar, maka Kaisar mengambil tindakan untuk
menciptakan pekerjaan keamanan (militer). Shogun (Jenderal) adalah pemegang
tampuk kekuasaan dari kalangan militer (Masao Kitami, 2005:xiv). Secara resmi
berada di bawah kaum bangsawan adalah Shogun (jenderal), namun sebenarnya
kaum bangsawan dan kaisar sendiri tidak memiliki otoritas terhadapnya.
Pemegang komando militer tertinggi ini dapat disamakan dengan perdana menteri.
Keshogunan diwariskan turun-temurun, tetapi di Jepang sudah sempat 3 keluarga
yang menjadi Shogun (jenderal), yaitu: Keluarga Minamoto dengan pusat di
Kamakura, sehingga zamannya disebut dengan zaman Kamakura. Kemudian
keluarga Taira atau disebut juga Heisi, pusat pemerintahannya adalah di
Muromachi, sehingga zamannya disebut dengan zaman Muromachi (1333-1568),
kemudian keluarga Tokugawa memusatkan pemerintahannya di Edo atau Tokyo
(1603-1867). Di era feodal selama 700 tahun dimulai dari tahun 1185-1867,
negara Jepang berada dibawah pemerintahan militer.
Daimyo (tuan tanah) adalah penguasa yang ada terletak dibawah
kekuasaan Shogun (Jenderal). Sistem Feodal (Hokenseido) di Jepang merupakan
kekuasaan Daimyo (tuan tanah) yang memiliki petani sendiri di setiap
wilayah-wilayah dan memungut pajak dari petani sebagai pendapatan utama ( Situmorang,
2006:82). Situasi seperti ini kaum petani lah yang dirampas hak nya sehingga
membuat kaum petani berada di posisi yang tertekan tidak mendapatkan
kesejahteraan dari Daimyo (tuan tanah).
Penulis akan memberikan penjelasan-penjelasan tentang bentuk
pemerintahan yang telah terjadi dengan membuat bagan zaman sejarah Jepang
yang dimulai dari zaman Nara→zaman Heian (794→1192) sampai kepada zaman
Mari perhatikan bagan nomor 1.
Zaman Nara→Zaman Heian (794→1192)
TENNO
● Daimyo (tuan tanah) ● Daimyo (tuan tanah) ● Daimyo (tuan tanah) shoen
Mari perhatikan bagan nomor 2
Zaman Kamakura, Muromachi, Azuchimomoyama, dan Edo (1192-1868)
TENNO SHOGUN
● Daimyo (tuan tanah) ● Daimyo (tuan tanah) ● Daimyo (tuan tanah)
Mari perhatikan bagan nomor 3
zaman Meiji (1868→sekarang)
TENNO
PERDANA MENTERI
Pada tahun 710 terdapat keluarga Yamato Chotei membangun istana di
daerah Nara (negara Jepang). Zaman ini berlangsung kira-kira 70 tahun, dimana
Nara menjadi ibukota. Tetapi kemudian karena banyak para bangsawan yang
tinggal di daerah sudah menjadi kuat maka banyak terjadi keributan-keributan.
Ditambah lagi karena kesulitan kehidupan petani pada pemerintah Chotei,
mengakibatkan banyak petani pindah ke bangsawan (kekizoku) atau pemerintah
daerah. Oleh karena itu pada zaman Nara pemerintah daerah menjadi kuat
(Situmorang, 2006:11). Keluarga tersebut muncul sebagai penguasa terkuat di
Jepang. Kira-kira abad 5 sudah menguasai hampir seluruh Jepang. Pada abad 6
mendirikan pemerintahan yang disebut Yamato Chotei, rajanya disebut dengan
Kaisar (tenno ).
Pada akhirnya, keluarga Yamato Chotei kesulitan mempertahankan
pemerintahan sentralisasi negara dan mulai ‘mendelegasikan’ administrasi
pemerintahan, militer, dan penarikan pajak (Masao Kitami, 2005:xii). Dengan
peristiwa tersebut dikenal lah gelar Tenno (Kaisar), Shogun (Jenderal), dan
Daimyo (Tuan tanah ).
Pada perkembangan berikutnya, para kelompok militer Taira dan Genji
di undang ke Kyoto untuk mengamankan perang yang terjadi dalam keributan
keluarga Fujiwara. Tetapi kemudian keluarga Genji dan Taira pun saling
berperang seperti perang Hogennoran tahun 1156 dan Heijinoran tahun 1159.
Dalam perang tersebut dimenangkan oleh Keluarga Taira oleh Taira no kyoumori.
Mulai saat inilah bushi menjadi sangat berpengaruh dalam pemerintah pusat.
Ketika itu sistem Ritsuryou menjadi hancur, berubah menjadi sistem Ujizoku
(kekerabatan). Kemudian Tairano Masakado menikahi putri Fujiwara dengan
maksud untuk mengadakan persekutuan supaya dapat juga menjadi keluarga
Sekkan. Tetapi ternyata setelah kalah dalam peperangan heiji tahun 1159,
keluarga Minamoto no yoritomo memperkuat prajurit nya di Jepang bagian timur
yaitu di Kamakura (Situmorang, 2006:15).
Minamoto no yoritomo berhasil mengalahkan keluarga Taira tahun 1185
Minamoto. Minamoto no yoritomo meminta persetujuan kepada kaisar supaya di
angkat menjadi Shogun (Jenderal) oleh karena itu lah maka sistem keshogunan di
kenal di Jepang hingga zaman Edo (1868). Pada tahun 1185, Minamoto no
Yoritomo, seorang panglima perang dari provinsi timur dan masih punya
hubungan darah dengan keluarga kaisar, membangun pemerintahan militer negara
yang pertama, dan Jepang memasuki era feodal (1185-1867). Negara Jepang
berada di bawah pemerintahan militer selama hampir 700 tahun. Stabilitas negara
Jepang yang dirintis Minamoto no Yoritomo pada tahun 1185 tidak bertahan lama
(Masao Kitami, 2005:xii). Penguasa-penguasa militer datang dan pergi silih
berganti, dan pada tahun 1467 pemerintahan militer runtuh yang menyebabkan
Jepang terjun dalam kekacauan. Maka dimulailah Zaman Perang Antar-Klan, abad
berdarah ketika para panglima perang lokal saling bertarung untuk melindungi
daerah kekuasaan.
Pada feodalisme masa pertengahan yang dimaksud adalah zaman
Kamakura, Muromachi, dan Azuchimomoyama. Pada kesempatan kali ini penulis
ingin membahas lahirnya seorang pemimpin menjadi shogun di zaman
Azuchimomoyama pada tahun 1185 – 1600. Pada akhir feodalisme pertengahan
ini muncul shogun yang berasal dari golongan bawah, yaitu Oda Nobunaga,
Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyashu. Mereka masing-masing adalah tuan
tanah di wilayah yang disebut dengan Daimyo (tuan tanah). Masing-masing
menjadi shogun (jenderal) setelah berhasil mengalahkan shogun yang sedang
berkuasa di daerah tersebut (Situmorang, 2006:83).
Mereka muncul dari daerah-daerah yang subur di sekitar sungai Ibi dan
Yahagi. Nampaknya kesuburan daerah mereka telah memberi andil dalam
pembentukan bushi yang professional sehingga mampu mengalahkan bushi dari
keshogunan sebelumnya.
Oda Nobunaga lahir tahun 1534 adalah seorang daimyo di Owarinokuni
atau Prefecture Aichi sekarang. Visi Oda Nobunaga adalah menyatukan seluruh
kemudian Oda Nobunaga dibunuh oleh anakbuahnya sendiri Akechi Mitshuhide
tahun 1582. Selanjutnya Toyotomi Hideyoshi membunuh Akechi mitshuhide dan
kemudian mendirikan istana di Osaka. Visi Toyotomi Hideyoshi juga sama
dengan Oda Nobunaga. Pemerintahan Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi ini
disebut dengan zaman Azuchimomoyama (1573-1603).
Toyotomi Hideyoshi lahir tahun 1536 di Nakamura adalah anak dari
petani miskin dari Owari no Kuni (Aichiken) yang menjadi bushi yang mengabdi
kepada Oda Nobunaga dan meningkat terus menjadi bushinya shogun. Yang
melanjutkan proyek Oda Nobunaga adalah Toyotomi Hideyoshi (Masao Kitami,
2005:6). Toyotomi Hideyoshi menjadi Kanpaku (penasehat Tenno) dan tahun
berikutnya setelah menjadi Daijodaijin pada tahun 1590 dia berhasil
menyelesaikan penyatuan seluruh Jepang (Siriizu Jijyou, 1988:26).
Penulis terkesan dengan sejarah kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi,
yang pada awalnya adalah anak petani miskin bisa menjadi pemimpin di Jepang.
Adapun alasan penulis terkesan adalah usaha atau kemampuan Toyotomi
Hideyoshi dalam meraih kepemimpinan dilihat dari segi fisiknya, status sosialnya,
ciri khas kepemimpinan, dan sejarahnya. Dilihat dari segi fisik, Toyotomi
Hideyoshi bertubuh pendek, berbobot 50 kg hanya setinggi 150 cm serta bungkuk
tampaknya menutup peluang untuk berkarir di bidang militer, tidak atletis, tidak
berpendidikan, berwajah jelek (keriput), daun telinga besar, matanya dalam,
tubuhnya kecil, membuat dia tampak seperti kera, sehingga orang memberinya
julukan “monyet” seumur hidupnya (Masao Kitami, 2005:ix). Dengan segala
kekurangan itu, Toyotomi Hideyoshi memiliki semangat hidup yang jarang
terlihat di dunia ini. Dilihat dari status sosialnya Toyotomi Hideyoshi lahir dari
sebuah keluarga miskin di Nagoya. Dilihat dari asal-muasalnya yang sederhana,
orang sama sekali tidak menyangka Toyotomi Hideyoshi akan menjadi terkemuka.
Dilihat dari ciri khas kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi, dengan latar
belakang tidak memiliki kemampuan bela diri, menggunakan akal pikiran
diyakininya, memiliki kecerdasan dan keahlian, bernegoisasi yang menakjubkan
untuk mengungguli para pesaingnya yang berdarah biru dan menjadi penguasa
seluruh Jepang (Masao Kitami, 2005:x).
Dilihat dari sejarah Toyotomi Hideyoshi beranjak dari kemiskinan saat
negara Jepang dalam kekacauan, Toyotomi Hideyoshi mampu menjadi pemimpin
tertinggi Jepang dan menyatukan negeri. Pada tahun 1590 Toyotomi Hideyoshi
telah menjadi pemimpin tertinggi negara. Ia dinobatkan sebagai wakil kaisar oleh
kaisar Go Yozei dan menikmati kekuasaan bagaikan raja. Kaisar memberinya
nama keluarga (nama belakang) Toyotomi, yang berarti ‘menteri yang dermawan’
(Masao Kitami, 2005:xi).
Sejarah Jepang sangat penting sebagai sumber penambah wawasan ilmu
sejarah khususnya sejarah Jepang. Dengan mengetahui perkembangan sejarah
Jepang memungkinkan tiap orang untuk mempelajarinya dan menggali
sumber-sumber informasi yang lebih banyak tentang sejarah Jepang. Oleh karena itu
penulis ingin membahas Sejarah Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi di
Jepang.
1.2 Perumusan Masalah
Untuk dapat memahami sejarah Jepang dengan baik, setiap pembelajar
bahasa Jepang harus banyak membaca buku-buku sejarah dengan rajin. Karena
sejarah Jepang sungguh sangat memiliki makna dan tingkat pencapaian yang luar
biasa atau memukau. Antara lain dalam skripsi ini membahas tentang Sejarah
Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi di Jepang. Munculnya makna dan tingkat
pencapaian dalam sejarah Jepang berdampak besar pengaruhnya bagi Negara
Jepang.
Disebutkan Toyotomi Hideyoshi adalah keluarga orang bawah karena dia
dilahirkan dari keluarga petani miskin dan tidak memiliki hubungan darah saudara
dengan kaisar. Toyotomi Hideyoshi yang serba kekurangan di fisik dan keuangan,
Jepang. Toyotomi Hideyoshi tentu pada mulanya bertekad untuk menjadi shogun
pada zaman Azuchimomoyama. Akan tetapi perlu diketahui sebelum dia menjadi
shogun, Toyotomi Hideyoshi adalah seorang tuan tanah (daimyo).
Tekad Toyotomi Hideyoshi bisa terwujud sebagai shogun awalnya
adalah mengabdi kepada Oda Nobunaga. Pada saat itu visi Oda Nobunaga adalah
menyatukan seluruh wilayah Jepang. Begitu juga dengan Toyotomi Hideyoshi
memiliki visi yang sama. Namun pada waktu kemudian Oda Nobunaga wafat
dibunuh oleh bawahannya yang bernama Akechi Mitshuhide. Lalu kemudian
Toyotomi Hideyoshi berhasil membunuh Toyotomi Hideyoshi. Dengan
keberhasilannya maka dengan begitu dia memegang tampuk kepemimpinan
dengan mendirikan benteng di Osaka (negara Jepang). Benteng itu dijadikan
sebagai pangkalan dan menjalankan penyatuan Jepang.
Dilihat dari ciri khas kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dengan latar
belakang tidak memiliki kemampuan bela diri, tetapi dia lebih menggunakan akal
pikiran daripada tubuh serta memiliki kecerdasan dan keahlian bernegoisasi yang
menakjubkan. Inilah ciri khas kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi sehingga bisa
menjadi pemimpin di Jepang.
Berdasarkan latar Belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat
dikemukakan perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perjuangan Toyotomi Hideyoshi dari orang bawah bisa menjadi
pemimpin di Jepang.
2. Bagaimana ciri khas kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi sehingga bisa
menjadi pemimpin di Jepang.
3. Kapan Toyotomi Hideyoshi bisa memegang tampuk kepemimpinan dan
menjalankan visi menyatukan seluruh wilayah Jepang.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Setiap sejarah tentu memiliki peristiwa budaya dan politik. Negara
Jepang, Indonesia, Perancis, Jerman, Arab Saudi dan Negara-negara lainnya di
dunia ini masing-masing memiliki peristiwa budaya dan politik. Begitu juga
dengan negara Jepang yang memiliki peristiwa budaya dan politik tersendiri
dalam perubahan yang berdampak besar bagi masyarakat Jepang.
Banyak sekali terdapat periode dalam sejarah Jepang. Setiap periode
tersebut mempunyai maknanya masing-masing. Oleh karena itu penulis
membatasi permasalahan sebagai berikut:
1. Jepang memiliki susunan birokrasi pemerintahan dari Tenno (Kaisar),
Shogun (Jenderal), dan Daimyo ( Tuan tanah).
2. Perjuangan Toyotomi Hideyoshi menjadi pemimpin di Jepang.
3. Ciri khas kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi di Jepang.
4. Sejarah Toyotomi Hideyoshi di Jepang.
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
a. Tinjauan Pustaka
Sejarah jepang adalah sebuah metode yang menunjukkan perkembangan
sesuatu dalam proses waktu (Situmorang, 2006:5). Sejarah Jepang digolongkan
kedalam 2 bagian yaitu:
1. Zaman prasejarah di Jepang.
2. Zaman sejarah di Jepang.
Berdasarkan zaman Prasejarah Jepang dibagi atas 2 zaman yaitu:
a. Zaman Jomon.
Setelah perang dunia kedua berakhir zaman sejarah Jepang menjadi lebih
panjang, yaitu bukan dimulai abad 8, tetapi dimulai dari abad ke 4 dan kemudian
zaman prasejarah dilanjutkan dengan penelitian arkeologi, sehingga ditemukan
zaman prasejarah Jomon dan Yayoi (Situmorang, 2006:5).
Berdasarkan zaman sejarah Jepang dibagi atas 7 zaman yaitu:
a. Zaman Nara.
b. Zaman Heian (794-1192).
c. Zaman Kamakura (1192-1333).
d. Zaman Muromachi (1338-1573).
e. Zaman Azuchimomoyama (1573-1603).
f. Zaman Edo (1603-1868).
g. Zaman Meiji hingga perang dunia II (1868 - 1945).
Sebelum Meiji restorasi, pemerintahan keshogunan berada di tangan
keluarga Tokugawa (1603-1867). Dalam masa ini, Tokugawa memantapkan ide
pengabdian diri berdasarkan ajaran Konfusionis. Yaitu mengajarkan pengabdian
bertingkat, yang akhirnya seluruh masyarakat Jepang pada waktu itu
pengabdiannya bertumpu di tangan shogun (Situmorang, 2006:90).
Jepang sebagai negara feodal di tahun 1185-1867 berada di bawah
pemerintahan militer selama hampir 700 tahun. Feodal adalah penguasaan lahan
tanah yang terpecah belah sebagai faktor produksi melalui kekuatan militer
(Masao Kitami, 1990:xii). Dimana kaum feodal menyediakan keamanan bagi
petani sehingga para petani dapat mengerjakan lahannya. Sedangkan pembagian
hasil ditentukan oleh Tuan feodal sehingga petani tidak bisa hidup menjadi kuat,
tetapi harus selalu tergantung pada tuannya.
Lahirnya seorang pemimpin menjadi shogun di zaman
keributan-keributan karena orang-orang dari kelas bawah memberontak ingin
menjatuhkan yang atas. Zaman ini disebut juga sengoku jidai, perang di seluruh
negeri. Masa ini berlangsung dari tahun 1573-1603 (Situmorang, 2006:83).
Perang Sekigahara pada tahun 1600 antara Tokugawa Ieyashu melawan
keluarga Toyotomi Hideyoshi, ketika itu Toyotomi Hideyoshi sendiri sudah wafat,
perang dimenangkan oleh Tokugawa Ieyashu. Toyotomi Hideyoshi sendiri wafat
dalam perang melawan Korea pada waktu itu. Kemenangan Tokugawa Ieyashu ini
melahirkan zaman baru di Jepang waktu itu yang disebut dengan zaman Edo
(Situmorang, 2006:83).
Pada tahun 1590 Toyotomi Hideyoshi telah menjadi pemimpin tertinggi
negara Jepang. Ia dinobatkan sebagai wakil kaisar oleh kaisar Go Yozei dan
menikmati kekuasaan bagaikan raja. Kaisar memberinya nama keluarga (nama
belakang) Toyotomi, yang berarti ‘menteri yang dermawan’ (Masao Kitami,
2005:xi)
b. Kerangka Teori
Sesuai dengan judul skripsi ini, teori atau pendekatan yang digunakan
untuk mengetahui Sejarah Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi di Jepang adalah
pendekatan sejarah Jepang.
Dalam sejarah Jepang masa kecil Toyotomi Hideyoshi dimulai dengan
gonta-ganti pekerjaan. Hidup sebagai pedagang keliling cukup berat, khususnya
bagi pemula yang berumur lima belas tahun. Toyotomi Hideyoshi tidur di jalanan
dan berhari-hari tidak makan. Kadang-kadang sampai mengemis.
Akhirnya Toyotomi Hideyoshi berhasil mendapatkan pekerjaan, betapa
pun remeh dan singkat, yaitu bekerja sebagai tukang kayu, pembuat tong, penjaja
ikan keliling, pengrajin logam, pemotong rumput, pembantu tukang tungku
batubara, pedagang minyak keliling, dan pengasah pisau. Toyotomi Hideyoshi
mahir dalam jual-beli, membaca watak pelanggan dan pemimpin, dan menebak
Di provinsi asal Toyotomi Hideyoshi (Owari), hidup seorang
panglima perang muda bernama Oda Nobunaga, yang ayahnya bernama Nobuhide,
yang pernah menjadi majikan ayah Toyotomi Hideyoshi. Dengan begitu
Toyotomi Hideyoshi memilih Oda Nobunaga sebagai majikan baru nya. Lalu
timbul masalah tentang bagaimana menarik perhatian Oda Nobunaga. Agar
rencana berjalan mulus, Toyotomi Hideyoshi membayar seorang kenalan yang
bekerja pada klan Oda seratus keping koin tembaga untuk memberitahu secara
persis kemana dan kapan Oda Nobunaga akan melakukan perjalanan.
Saat Oda Nobunaga berkuda perlahan mendekati gerbang, Toyotomi
Hideyoshi melompat maju dan merebahkan diri dihadapan Oda Nobunaga,
membungkuk begitu rendah sehingga alis mata Toyotomi Hideyoshi menyapu
tanah. Toyotomi Hideyoshi mengatakan bahwa Toyotomi Hideyoshi hendak
mengabdi atau melayani kepada Oda Nobunaga (Masao Kitami, 2005:21). Mulai
dari sinilah, awal karir perjalanan Toyotomi Hideyoshi bisa menjadi pemimpin di
Jepang.
Di zaman Azuchimomoyama kelihatan perlombaan kekuatan bushi atau
serdadu semakin meluas di seluruh Jepang, bukan hanya diantara keturunan
Heishi dan Minamoto saja. Pada akhir feodalisme pertengahan ini muncul shogun
yang berasal dari golongan bawah, yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi,
dan Tokugawa Ieyashu. Mereka masing-masing adalah tuan tanah di wilayah
yang disebut dengan Daimyo. Masing-masing menjadi shogun setelah berhasil
mengalahkan shogun yang sedang berkuasa di daerah tersebut (Situmorang,
2006:83).
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana perjuangan Toyotomi Hideyoshi dari orang
2. Untuk mengetahui bagaimana ciri khas kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi
sehingga bisa menjadi pemimpin di Jepang.
3. Untuk mengetahui kapan Toyotomi Hideyoshi bisa memegang tampuk
kepemimpinan dan menjalankan visi menyatukan seluruh wilayah Jepang.
4. Untuk mengetahui mengapa Toyotomi Hideyoshi mau mengabdi kepada Oda
Nobunaga.
b. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang diperoleh bila penelitian ini dilakukan adalah:
1. Memperkaya khasanah ilmu pengetahuan bidang ilmu sejarah jepang,
khususnya Sejarah Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi di Jepang.
2. Menambah informasi pengetahuan tentang ilmu sejarah jepang di Jurusan
Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.
3. Menumbuh kembangkan akan kesenangan membaca buku-buku tentang ilmu
sejarah Jepang di kalangan pelajar, khususnya Sejarah Kepemimpinan
Toyotomi Hideyoshi di Jepang.
1.6 Metode Penelitian
Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode
penelitian deskriptif (descriptive research) yaitu suatu metode penelitian yang
bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis. Dan penulis juga akan
menggunakan metode kepustakaan (library research), yaitu metode yang
menggunakan pengumpulan data-data atau berbagai informasi dengan cara
pengumpulan data dari beberapa buku atau referensi yang berkaitan dengan
pembahasan (Isyandi, 2003:13).
Metode penelitian adalah keseluruhan proses berpikir dari mulai
menemukan permasalahan peneliti menjabarkannya dalam suatu kerangka teoritis
tertentu, serta pengumpulan data bagi pengujian empiris sampai dengan
penjelasan dan penarikan kesimpulan yang diteliti (Malo Manasse, 1995:35).
tersebut terkumpul, penulis berusaha menuturkan, menganalisa,
mengklasifikasikan, dan lain sebagainya. Kemudian dituangkan dalam bentuk
karya tulis. Tahap akhir berupa penarikan kesimpulan dari data-data yang telah
diteliti, kemudian dari kesimpulan yang diambil dapat diberikan saran-saran yang
BAB II
TOYOTOMI HIDEYOSHI PADA ZAMAN AZUCHIMOMOYAMA 2.1 Masuknya Bangsa Asing Pada Zaman Azuchimomoyama
Pengertian zaman Azuchimomoyama adalah zaman masa-masa yang
recok karena semua tuan tanah berusaha ingin merebut kekuasaan keshogunan.
Dimana seluruh negeri terjadi keributan-keributan karena orang-orang dari kelas
bawah memberontak ingin menjatuhkan yang atas. Zaman ini disebut juga
sengoku jidai, perang di seluruh negeri. Masa ini berlangsung dari tahun 1573
sampai pada tahun 1603 (Situmorang, 2006:17).
Kekuasaan keshogunan mempunyai hak kekuasaan di dalam militer.
Tuan tanah memiliki petani nya masing-masing di setiap wilayah. Lalu hasil kerja
keras dari petani diserahkan kepada tuan tanah, selanjutnya tuan tanah harus
menyerahkan kembali kepada Shogun. Dengan berlatar belakang masalah seperti
ini sudah jelas orang-orang dari kelas bawah memberontak ingin menjatuhkan
yang atas. Kaum petanilah yang sangat dirugikan disini.
Zaman Azuchimomoyama merupakan masa feodalisme pertengahan.
Adapun pada masa feodalisme ini terdapat tiga zaman di dalamnya antara lain;
zaman Kamakura, Muromachi dan Azuchimomoyama. Masa berlansungnya
Zaman Azuchimomoyama dimulai dari tahun 1568 sampai 1600. Pada penulisan
skripsi ini, penulis lebih menjelaskan pada zaman Azuchimomoyama.
Pada zaman peperangan ini, ada banyak jenderal yang tidak dapat
dipercaya, dengan kata lain setan-setan bermulut manis. Zaman
Azuchimomoyama (安土桃山時代) adalah salah satu pembagian periode dalam
sejarah Jepang yang dimulai sejak Oda Nobunaga dan Toyotomi Hideyoshi
menjadi penguasa Jepang dan berakhir ketika Tokugawa Ieyasu berhasil
mengalahkan pasukan pendukung Toyotomi Hideyori dalam pertempuran
Sekigahara tahun 1600. Perang Sekigahara pada tahun 1600 antara Tokugawa
sendiri sudah wafat, perang dimenangkan oleh Tokugawa Ieyashu. Toyotomi
Hideyoshi sendiri meninggal dalam perang melawan Korea pada waktu itu.
Kemenangan Tokugawa Ieyashu ini melahirkan zaman baru di Jepang waktu itu
yang disebut dengan zaman Edo (Situmorang, 2006:83).
Zaman Azuchimomoyama disebut juga zaman Shokuho (織豊時代 ,) yang
penamaannya diambil dari aksara kanji nama keluarga Oda Nobunaga (織 ) untuk
“Shoku” dan aksara kanji nama keluarga Toyotomi Hideyoshi ( 豊 ) untuk “Ho”.
Oda Nobunaga tinggal di istana Azuchi (sekarang prefektur Shiga ) sedangkan
Toyotomi Hideyoshi tinggal di istana Fushimi ( Kyoto ) yang disebut juga sebagai
istana Momoyama sehingga zaman ini disebut zaman Azuchimomoyama
(ensiklopedia bebas, internet).
Zaman Azuchimomoyama muncul shogun yang berasal dari golongan
bawah, yaitu Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi, dan Tokugawa Ieyashu.
Mereka masing-masing adalah tuan tanah di wilayah yang disebut dengan Daimyo.
Masing-masing menjadi shogun yang sedang berkuasa di daerah tersebut
(Situmorang, 2006:83). Oda Nobunaga adalah seorang Daimyo di Owarinokuni
atau Prefecture Aichi sekarang.
Oda Nobunaga mendapat persenjataan dari bangsa Portugal yang masuk
dari Tanega shima, mengakibatkan dia dapat menyerang daimyo-daimyo kecil
lainnya dan mempersatukan seluruh wilayah Jepang (Situmorang, 2006:17).
Bangsa Portugal dan bangsa Spanyol adalah bangsa asing yang masuk
pada zaman Azuchimomoyama. Pada saat itu yang masih berkuasa adalah Oda
Nobunaga, belum tiba bagi Toyotomi Hideyoshi untuk memegang kekuasaan.
Oda Nobunaga memperbolehkan dengan bebas pelaksanaan usaha industri dan
perdagangan, memberikan perlindungan kepada agama Kristen, dan melakukan
perdagangan dengan orang Portugal dan orang Spanyol. Penyebaran agama
Kristen dimulai sejak 1549 pada saat orang Spanyol datang ke Kagoshima
misionaris katolik Fransiscus Xafier. Orang Portugal dan orang Spanyol datang
berdagang untuk menyebarkan agama Kristen, Oda Nobunaga melindungi agama
yang sudah maju dari eropa melalui perdagangan. Oda Nobunaga menjalankan
dengan cepat proyek penyatuan Jepang, tetapi dia meninggal di serang oleh
bawahannya Akechi Mitsuhide sedikit lagi sebelum penyatuan Jepang berhasil
( Siriizu Jijyou, 1988:26).
Setelah Oda Nobunaga wafat maka yang menggantikan tampuk
kekuasaan adalah Toyotomi Hideyoshi. Oleh karena Oda Nobunaga telah
mendapat persenjataan dari Portugal yang masuk dari Tanega Shima, jelaslah
akan beralih tangan ke tangan Toyotomi Hideyoshi. Dengan latar belakang ini,
Toyotomi Hideyoshi yang dulunya daimyo kini beralih menjadi shogun.
Tentu kesimpulannya adalah karena Toyotomi Hideyoshi memiliki
persenjataan, maka dengan mudah menjadi shogun. Sementara daimyo-daimyo
yang lain berperang dengan menggunakan samurai atau pedang, Toyotomi
Hideyoshi dengan memakai senjata. Sudah dapat kita bayangkan dengan pikiran
yang jernih, siapa yang akan menang dalam pertemuran seseorang yang memakai
samurai dengan memakai senjata?
2.2 Asal-usul Toyotomi Hideyoshi
Kisah Toyotomi Hideyoshi memiliki awal yang sederhana. Selain miskin,
tidak berpendidikan, bukan berasal dari silsilah keluarga masyhur yaitu anak dari
petani penggarap miskin, dan badan yang pendek. Tetapi Toyotomi Hideyoshi
tidak membiarkan segala kekurangan itu menentukan nasib nya, melainkan
memiliki semangat hidup yang jarang terlihat di dunia ini. Meski terlahir sebagai
anak petani penggarap, Toyotomi Hideyoshi ingin menjadi pemimpin di Jepang
sebagai wakil kaisar di Jeapng, dan bertekad bahwa ketidaksempurnaan tidak akan
menghalangi. Hal ini patut kita ambil sisi positif nya yaitu jangan langsung
menyerah dengan keadaan yang sudah ada untuk menggapai cita-cita di masa
depan. Jadi perlu semangat juang yang tinggi disertai juga mental yang kuat atau
kokoh.
Toyotomi Hideyoshi lahir pada tanggal 2 Februari 1536 dan meninggal
dari zaman Sengoku hingga zaman Azuchimomoyama. Bentuk peralihan naiknya
derajat Toyotomi Hideyoshi dari anak petani penggarap miskin menjadi daimyo
adalah disebabkan karena Toyotomi Hideyoshi bergabung dengan Oda Nobunaga,
yang memang pada saat itu Oda Nobunaga seorang tuan tanah atau daimyo.
Untuk menjadi tuan tanah Toyotomi Hideyoshi sangatlah berjuang dengan gigih.
Penulis akan menceritakan nya bagaimana bentuk perjuangan Toyotomi
Hideyoshi tersebut menjadi tuan tanah.
Sekilas tentang asal usul orangtua Toyotomi Hideyoshi, penulis ingin
menyampaikan nya. Ayah Toyotomi Hideyoshi mulanya seorang petani, lalu
menjadi prajurit rendahan di ketentaraan Oda Nobunaga, dan berakhir cacat di
medan perang. Ibu Toyotomi Hideyoshi harus membanting tulang sebagai
pembantu penggarap lahan. Setelah kematian ayah Toyotomi Hideyoshi, saat usia
nya tujuh tahun, Ibu nya menikah dengan seorang pria bernama Chikuami, yang
juga petani dan bekas prajurit Oda Nobunaga.
Di provinsi asal Toyotomi Hideyoshi, Owari, hidup seorang panglima
perang muda bernama Oda Nobunaga, yang ayahnya, Nobuhide, pernah menjadi
majikan ayah Toyotomi Hideyoshi. Para pengikut Oda Nobunaga menjulukinya
Halilintar Perang karena kebuasannya di medan pertempuran. Toyotomi
Hideyoshi memutuskan memilih Oda Nobunaga sebagai majikan baru. Akan
tetapi timbul masalah tentang bagaimana menarik perhatiannya. Toyotomi
Hideyoshi memiliki antusiasme yang begitu besar, tapi hampir semua kualifikasi
yang dibutuhkan tidak dimiliki nya, termasuk derajat, garis keturunan, dan
reputasi sebagai seorang kesatria. Perdagangan adalah satu-satunya bidang yang
paling disukai Toyotomi Hideyoshi. Kegiatan tawar-menawar yang rutin
dilakukannya setiap hari telah membantu nya mendapatkan pengetahuan yang
mendalam tentang nilai barang dan jasa, dan telah mengamati bahwa keluarga
samurai, yang menganggap diri mereka terlalu penting untuk mempelajari hal-hal
semacam ini, sering kali begitu payah saat berurusan dengan pedagang.
Agar rencana berjalan mulus, Toyotomi Hideyoshi membayar seorang
kenalan yang berkerja pada klan Oda Nobunaga seratus keping koin tembaga
Nobunaga akan melakukan perjalanan. Itu adalah investasi terbaik yang pernah
dilakukannya (Masao Kitami, 2005:19). Tersirat dalam pemikiran penulis tentang
suatu perbuatan yang dilakukan Toyotomi Hideysohi yakni: apapun akan
dilakukan seseorang, bila ingin melakukan pendekatan terhadap seorang
pemimpin atau atasan. Terutama menyangkut pangkat atau jabatan untuk menjadi
yang lebih bagus.
Bergabung dengan klan Oda Nobunaga adalah titik balik yang
menentukan dalam perkembangan Toyotomi Hideyoshi sebagai seorang
pemimpin. Oda Nobunaga membantu kesuksesan Toyotomi Hideyoshi karena
Oda Nobunaga melihat nilai kerja Toyotomi Hideyoshi yang patut dicontoh dalam
tugas – tugas nonmiliter. Toyotomi Hideyoshi menjadi orang “serbabisa”. Pada
tahun 1554 Toyotomi Hideyoshi mulai bekerja pada Oda Nobunaga. Di hari-hari
awal Toyotomi Hideyoshi bertugas, jarang tidur nyenyak semalaman. Seorang
pelayan mesti berada tidak jauh dari tuannya dan siap ditugaskan kapan saja.
Toyotomi Hideyoshi harus mengantisipasi saat-saat tidak biasa, siang atau malam,
ketika Oda Nobunaga mungkin mendadak memutuskan untuk berburu dengan
elang atau berkuda, dan menyiapkan segala sesuatunya lebih awal. Oda Nobunaga
tidak hanya punya satu kuda, tapi banyak. Toyotomi Hideyoshi harus
memperkirakan kuda mana yang ingin ditunggangi Oda Nobunaga di hari tertentu.
Tugas Toyotomi Hideyoshi cukup berat, tapi layak dilakukan. Sebagai
tambahan keuntungan saat bertugas melayani Oda Nobunaga, Toyotomi
Hideyoshi memiliki kesempatan untuk mengenali hampir semua anggota keluarga
Oda Nobunaga dan anggota senior dari klan lainnya. Yang paling penting, melalui
kerja keraslah Toyotomi Hideyoshi berjuang untuk membuktikan bahwa
Toyotomi Hideyoshi layak mendapatkan kepercayaan dari Oda Nobunaga (Masao
Kitami, 2005:24).
Mendapatkan sesuatu kepercayaan dari seorang atasan atau
pimpinan sudah merupakan hal yang harus dipegang teguh dan dijalankan dengan
penuh tanggung-jawab bagi seorang bawahan. Karena dengan menjalankan
mencapai pangkat atau kedudukan yang lebih baik disertai dengan nilai materi
yang akan menyusul.
2.3 Wilayah Kekuasaan Toyotomi Hideyoshi
Bisa dikatakan Toyotomi Hideyoshi memulai karier sebagai pedagang
yang hidup pas-pasan, bekerja sebagai pedagang keliling dan menyambar
pekerjaan apa saja begitu ada kesempatan. Pada tahun 1574, Toyotomi Hideyoshi
mencapai tonggak kepemimpinan: Oda Nobunaga memberi hadiah tanah yang
kemudian akan jadi tempat berdirinya benteng Nagahama, daerah kekuasaan
pertama yang menjadi tanggung jawab. Toyotomi Hideyoshi adalah penguasa
daerahnya sendiri (Masao Kitami, 2005:214). Mengelola wilayah besar
membutuhkan perhitungan dan membuat berbagai keputusan sulit sendirian.
Dengan diangkatnya Toyotomi Hideyoshi menjadi tuan tanah, maka
sudah jelaslah dikatakan Toyotomi Hideyoshi berhasil. Dari anak petani
penggarap miskin yang dulunya tidak memiliki wilayah kekuasaan, sekarang
dengan diangkatnya Toyotomi Hideyoshi sebagai tuan tanah, tentu memiliki
wilayah kekuasaan yang diberikan oleh Oda Nobunaga. Wujud nyatanya adalah
yang sudah disebutkan di atas, Oda Nobunaga memberi hadiah tanah untuk
tempat berdirinya benteng Nagahama. Hadiah yang diberikan Oda Nobunaga
tersebut dimanfaatkan dengan baik oleh Toyotomi Hideyoshi. Penulis
menjelaskan tindakan Toyotomi Hideyoshi sebagai bentuk tanggung jawab nya.
Karena setiap daimyo, atau penguasa wilayah, mengatur kota di
sekelilingnya selain kastilnya, tanggung jawab baru Toyotomi Hideyoshi bukan
lagi hanya urusan ketentaraan tapi juga perniagaan dan administrasi sipil.
Sekarang bukan hanya samurai yang dibutuhkan Toyotomi Hideyoshi, tapi juga
pekerja-pekerja andal yang sanggup menangani seratus jenis pekerjaan berbeda.
Saat itulah Toyotomi Hideyoshi merasa kekurangan tenaga kompeten, dan untuk
pertama kalinya benar-benar menyadari pentingnya sumber daya manusia (Masao
Kitami, 2005:15).
Beberapa hari setelah meraih tanggung jawab berat ini, memikirkan cara
sedikit staf yang berpengalaman,” Toyotomi Hideyoshi memasang pengumuman
untuk mencari tenaga kerja baru, tetapi bagaimana hal untuk bisa melatih mereka
secepat mungkin untuk menangani masalah yang sedang berlansung?”
Hanbei yang menjadi penasehat militer Toyotomi Hideyoshi,
mengatakan “Amati dengan seksama orang-orang yang sedang bekerja.” Artinya
adalah “Jika mereka menyelesaikan tugas dengan benar, beri mereka hadiah.
Kalau mereka gagal tanpa disengaja, beri mereka tugas yang lain. Potong gaji
mereka yang bekerja ceroboh (Masao Kitami,2005:217). Pecat mereka yang
bekerja curang. Dengan pernyataan Hanbei tersebut maka Toyotomi Hideyoshi
menurutinya. Toyotomi Hideyoshi berkelana menelusuri seluruh Propinsi Omi,
bertemu dan bicara dengan ratusan penduduk, dan menemukan kembali
pentingnya mempekerjakan orang-orang yang juga bisa memimpin selain
mengikuti.
Sekarang Toyotomi Hideyoshi adalah penguasa tertinggi Jepang, dan
panglima-panglima perang terhebat sekalipun harus masuk daftar tunggu
bermingu-minggu sebelumnya, hanya untuk bertemu dengannya selama beberapa
menit (Masao Kitami, 2005:185). Wilayah kekuasaan Toyotomi Hideyoshi
selanjutnya adalah Provinsi Mino. Untuk menginvansi Provinsi Mino, yakni
rumah bagi Klan Saito, koroku membantu Toyotomi Hideyoshi membuka jalan
dengan cara menimbulkan kerusuhan di dalam barisan musuh.
Koroku adalah menjadi penasehat Toyotomi Hideyoshi seumur hidup.
Kemana pun dia pergi, koroku tetap mengikutinya. Saat Toyotomi Hideyoshi dan
Koroku berhadapan dengan banyak lawan tangguh dalam Klan Saito, tapi di
antara mereka ada 3 pria yang lebih berbahaya dibandingkan yang lain. Mereka
adalah: Bokuzen, Ittetsu, dan Morinari dikenal sebagai Triumvirat Mino (Masao
Kitami, 2005:188). Tiga samurai yang memiliki keahlian, keberanian, dan
kesetiaan legendaris serta mengabdi pada pemimpin mereka. Toyotomi Hideyoshi
dan Koruku ingin mereka berpihak kepada Toyotomi Hideyoshi dan Koroku, tapi
pendekatan secara langsung tidak akan membuat mereka mengkhianati klan
Korokulah yang mengusulkan kami melakukannya kebalikannya:
yakinkan klan mereka untuk berbalik melawan mereka. Bersama-sama Toyotomi
Hideyoshi dan Koroku menggodok rencana dan menyebarkan isu bahwa prajurit
triumvirat sudah bergabung dengan kami.
Pemimpin Saito yang terkenal bejat bernama Tatsuoki. Tatsuoki yang
kesenangannya akan hiburan cabul membuat akal sehatnya terganggu,
mempercayai isu ini dan mulai meragukan kesetiaan ketiga samurainya, yang
sebenarnya adalah pelindung Tatsuoki yang paling setia (Masao Kitami,
2005:189). Ketiga prajurit, terkejut karena di curigai tanpa alasan, mengadakan
pertemuan diam-diam untuk memutuskan apa tindakan terbaik yang akan mereka
lakukan. Perundingan mereka menghasilkan keputusan untuk bergabung dengan
Klan Oda.
Setelah para triumvirat bergabung dengan Toyotomi Hideyoshi dan
Koroku, tidak ada lagi yang menghalangi untuk menaklukkan Provinsi Mino. Di
Provinsi Mino terdapat benteng Inabayama, berdiri diatas tebing yang
menakjubkan tampak gagah dan menakutkan, sebuah kastil hebat yang dibangun
oleh seorang bekas pedagang minyak andal yang kemudian menjadi panglima
perang Saito yakni bernama Dosan, dijuluki Ular Beludak Mino karena
kekejamannya. Gerbang belakang Inabayama yang superbesar tampak mustahil
ditembus, tapi justru alasan itulah Toyotomi Hideyoshi dan Koroku menduga
memimiliki kelemahan yang tersembunyi. Karena tidak ada pasukan berakal sehat
yang akan berusaha meruntuhkan pertahanan sebesar itu, klan Saito tidak akan
repot-repot menempatkan banyak prajurit untuk menjaganya.
Bersama-sama Koroku dan beberapa anak buahnya yang paling
dipercaya, mengendap-endap di sepanjang jalan setapak menembus hutan
pegunungan menuju bagian belakang benteng, dimana Toyotomi Hideyoshi dan
Koroku berjanji untuk bertemu seorang informan yang setuju untuk menunjukkan
jalan masuk rahasia menembus gerbang belakang. Begitu berada di dalam benteng,
Toyotomi Hideyoshi dan Koroku berhadapan dengan kira-kira selusin prajurit
musuh, yang langsung ditangani dengan senjata sebelum mereka sempat
masuk gerombolan pasukan, akhirnya benteng Inabayama jatuh ke tangan
Toyotomi Hideyoshi pada tahun 1567.
Toyotomi Hideyoshi memberi hadiah kepada Koroku wilayah kekuasaan
dan menjadikannya tuan dalam kastilnya sendiri, dengan kekayaan yang akan
memberinya kehidupan nyaman selamanya. Tapi Koroku ingin terus mengabdi di
samping Toyotomi Hideyoshi dan menyerahkan kastilnya kepada putra Toyotomi
Hideyoshi. Koroku tetap menjadi pengikut Toyotomi Hideyoshi yang setia sampai
takdir yang harus diterima setiap manusia memisahkan. Koroku selalu berkata
akan mengikuti Toyotomi Hideyoshi sampai ke liang kubur, tapi pada akhirnya, di
usia 60 tahun, Koroku meninggal duluan (Masao Kitami, 2005:191).
Dalam 3 tahun setelah kematian Oda Nobunaga, Toyotomi Hideyoshi
menguasai setengah wilayah Jepang yang merupakan daerah terpadat dan juga
terkaya, termasuk wilayah seluas 38.600 kilometer persegi yang belum pernah
terjamah pengaruh Oda Nobunaga (Masao Kitami, 2005:126).
2.4 Pembalas Dendaman Toyotomi Hideyoshi Atas Kematian Oda Nobunaga
Pembunuh Oda Nobunaga adalah Akechi Mitshuhide tahun 1582 yang
merupakan bawahan Oda Nobunaga sendiri. Adapun alasan Akechi Mitshudide
membunuh Oda Nobunaga adalah tentu untuk merebut kekuasaan Oda Nobunaga.
Pada tahun 1570, Oda Nobunaga sudah mendapat gelar wakil shogun dan
menetapkan Kyoto, sebagai ibukota Jepang, sebagai basisnya. (Masao Kitami,
2005:77). Dengan luas wilayah kekuasaan Oda Nobunaga tersebut maka Akechi
Mitshuhide tergiur untuk membunuh Oda Nobunaga. Peristiwa pembunuhan itu
dinamakan kuil Honnoji karena Oda Nobunaga dibunuh di kuil tersebut (Masao
Kitami, 2005:209).
Dalam ilmu pengetahuan sejarah hal tentang untuk mendapatkan suatu
pangkat yang lebih tinggi, akan pasti terlintas bagaimana usaha yang cepat untuk
mendapatkannya. Termasuk salah-satunya adalah dengan bentuk
kejahatan-kejahatan maupun ada juga bentuk-bentuk kecurangan lainnya. Intinya adalah hal
atas perbuatan tersebut. Penulis akan menjelaskan bagaimana bentuk tindakan
membalas dendam Toyotomi Hideyoshi karena Oda Nobunaga dibunuh oleh
bawahannya sendiri.
Cara Toyotomi Hideyoshi membalas dendam atas kematian Oda
Nobunaga adalah dengan gencatan senjata (Masao Kitami, 2005:87). Pasukan
Toyotomi Hideyoshi tiba di kota Himeji, sebelah barat Kyoto. Sementara itu
Akechi Mitshuhide sudah mencaplok Benteng Azuchi, bekas markas besar dan
rumah penyimpanan Oda Nobunaga. Akan tetapi Akechi Mitshuhide melakukan
kesalahan yang sangat fatal. Akechi Mitsuhide bertaruh banyak pada dukungan
klan-klan seperti Klan Hosokawa, yang punya hubungan perkawinan dengan
keluarga Akechi Mitshuhide. Sayangnya keluarga Hosokawa bersimpati dengan
keinginan Oda Nobunaga untuk menyatakan kembali Jepang.
Saat dukungan yang diharapkan gagal untuk diwujudkan, Akechi
Mitshuhide langsung kehilangan pegangan tentang apa yang mesti dilakukannya,
dan setiap menit dalam keragu-raguan membawanya lebih dekat pada kehancuran.
Sementara itu, lebih banyak jenderal Oda yang bergabung dengan pasukan balas
dendam Toyotomi Hideyoshi, termasuk putra ketiga Oda Nobunaga yang bernama
Nobutaka. Saat itu sudah berjumlah 40 ribu orang, jauh melampaui jumlah tentara
musuh (Masao Kitami, 2005:88).
Akechi Mitshuhide akhirnya memutuskan bahwa satu-satunya pilihan
adalah mengonsolidasikan pasukannya dekat Yamazaki, sebuah kota kecil di
pinggiran Kyoto. Menempatkan pasukannya di belakang sebuah sungai, Akechi
Mitshuhide menunggu serangan Toyotomi Hideyoshi di bawah derasnya hujan.
Akechi Mitshuhide telah mencoba untuk menempatkan anak buahnya di dalam
hutan yang tidak jauh dari tempat itu, tetapi salah satu sekutu Toyotomi Hideyoshi
sudah mengambil keuntungan geografis dengan tiba di sana lebih dulu. Begitu
jenderal-jenderal Toyotomi Hideyoshi menaklukan sayap utama dari pasukan
Akechi Mitshuhide, Toyotomi Hideyoshi segera memerintahkan serangan terbuka
dan menghancurkan sisanya. Dengan akhir memilukan, gelandang-gelandangan
yang sedang memulung kemudian menghabisi Akechi Mitshuhide di dalam
Segera saja Toyotomi Hideyoshi mengirim pesan kepada para panglima
perang di segala penjuru bahwa Toyotomi Hideyoshi sudah membalas dendam
pelaku pembunuh Oda Nobunaga. Pada tahun 1582 juga Toyotomi Hideyoshi
mengalahkan Akechi Mitsuhide di Yamazaki. Menyebarkan berita tersebut
dengan cepat sangat penting artinya untuk membuat setiap orang paham bahwa
klan Oda Nobunaga tetaplah perkasa sebagaimana biasanya. Seandainya saja
Toyotomi Hideyoshi ragu-ragu atau setengah-setengah pada hari-hari kritis
tersebut, lawan-lawan Toyotomi Hideyoshi sudah pasti melangkahinya. Karena
Toyotomi Hideyoshi bertindak cepat, keunggulan itu ada di pihaknya. Baik dalam
perdagangan, administrasi, atau di medan perang, pemimpin yang menang akan
memahami Rahasia Kemenangan. Bertindaklah lebih awal untuk selesai lebih
awal.
2.5 Pernikahan Toyotomi Hideyoshi
Dari semua orang yang mengelilingi seorang pemimpin, tidak ada yang
lebih dekat daripada pasangan hidup. Maka manfaatkan bimbingan yang hanya
bisa diberikan oleh pasangan hidup. One, adalah wanita yang kemudian menjadi
istri Toyotomi Hideyoshi, menikah pada tahun 1561 lalu tinggal di benteng
Kiyosu ketika Toyotomi Hideyoshi pertama kali bertemu dengannya. Toyotomi
Hideyoshi saat itu masih anggota junior dalam organisasi Oda Nobunaga tanpa
banyak yang bisa Toyotomi Hideyoshi banggakan, dan One jauh lebih muda dari
Toyotomi Hideyoshi. Tapi Toyotomi Hideyoshi terpikat pada One dan mulai
mengirimnya surat cinta. Ia merespons dan tidak lama kemudian mereka menjadi
sepasang kekasih.
Toyotomi Hideyoshi menikah pada saat dia belum memiliki wilayah
kekuasaan yang cukup. Tetapi Toyotomi Hideyoshi berani mengambil keputusan
ini karena dilatarbelakangi Oda Nobunaga sudah cukup banyak musuh-musuh
yang dikalahkan Oda Nobunaga. Jadi Toyotomi Hideyoshi tidak terlalu khwatir
memikirkan hal ini.
Orang tua One murka saat mengetahui hubungan mereka. Orang tua One
Hideyoshi dibesarkan dengan didikan kampung (Masao Kitami, 2005:206). Meski
tidak bisa menyembunyikan asal-usul pedesaan Toyotomi Hideyoshi, namun
dengan sudah belajar untuk menjaga sikap di depan orang-orang terhormat.
Akhirnya Toyotomi Hideyoshi bisa mengambil hati orang tua One.
Zaman sekarang ini jangan lagi bertolak ukur menilai pandangan yang
lebih sempit. Temukan atau carilah hal-hal yang lebih banyak positif atau yang
baik nya dibandingkan dengan kekurangan dalam hal hubungan asmara. Penulis
tidak setuju dengan sikap orang tua One tersebut.
Upacara pernikahan Toyotomi Hideyoshi dan One berlangsung
sederhana. Mereka menuang sake ke cangkir keramik merah yang buatannya
kasar untuk bersulang dan mengucapkan janji mereka di atas tatami jerami, yang
menutupi lantai rumah petak yang dipinjamkan seorang teman kepada mereka.
Hanya ada dua kamar di rumah sempit itu, tapi setidaknya mereka punya rumah
(Masao Kitami, 2005:207).
Menikahi One adalah berkah keberuntungan. One mengelola rumah
tangga dan membantunya menata hidup. Jabatan Toyotomi Hideyoshi yang
meningkat dalam organisasi Oda, dan akhirnya mereka pindah ke rumah yang
jauh lebih besar. Kemudian Toyotomi Hideyoshi bisa membawa ibunya tinggal
bersama mereka. Itu adalah satu hari yang paling membahagiakan dalam hidup
Toyotomi Hideyoshi.
Bantuan yang diberikan One lebih dari sekedar urusan rumah tangga.
Setelah Toyotomi Hideyoshi menjadi penguasa Benteng Nagahama, Toyotomi
Hideyoshi merancang infrastruktur untuk daerah perkotaan yang akan dibangun
dekat kastil Toyotomi Hideyoshi. Untuk menarik minat para pendatang, Toyotomi
Hideyoshi membebaskan mereka dari kewajiban membayar pajak. Ini adalah
insentif yang luar biasa, dan penduduk desa berbondong-bondong pindah ke sana.
Tapi karena Toyotomi Hideyoshi adalah pemula dalam perencanaan tata kota,
Toyotomi Hideyoshi terkejut karena mendapati kemungkinan daerah tersebut
menjadi terlalu padat dan dengan tergesa-gesa Toyotomi Hideyoshi menarik
kembali kebijakan bebas pajak. Setelah mendengar keluhan dari penduduk kota,
bebas pajak sesegera mungkin (Masao Kitami, 2005:208). Tentu Toyotomi
Hideyoshi kembali memberlakukan kebijakan bebas pajak.
Toyotomi Hideyoshi bekerja tanpa henti: memimpin pasukannya ke
medan perang; melakukan perjalanan melintasi perbatasan provinsi untuk
mendapatkan persediaan bedil dan mesiu; pergi ke Kyoto untuk kunjungan resmi;
dan melakukan lusinan tugas lain. Toyotomi Hideyoshi jarang berada di Benteng
Nagahama dan memercayakan pengelolaan rumah tangga nya seluruhnya kepada
One. Tentu Toyotomi Hideyoshi bangga sekali kepada istrinya dan berterima
kasih atas dukungan yang penuh cinta selama bertahun-tahun. Dengarkan
pendapat pasangan hidupmu (Masao Kitami, 2005:209). Tidak ada pemimpin
yang bisa mencapai keberhasilan sendirian. Semua membutuhkan saran ahli.
BAB III
SEJARAH KEPEMIMPINAN TOYOTOMI HIDEYOSHI DI JEPANG 3.1 Munculnya Toyotomi Hideyosi Menjadi Penguasa
3.1.1 Pengabdian Toyotomi Hideyoshi sebagai bawahan Oda Nobunaga Oda Nobunaga memiliki impian dahsyat untuk menyatukan Jepang di bawah satu pemerintahan dan mengakhiri zaman peperangan. Inilah yang
dibutuhkan oleh bangsa Jepang dan diinginkan masyarakat. Pemimpin adalah
seseorang yang memiliki visi jelas tentang masa depan yang lebih baik, yang
dapat menyatukan visinya dan membangkitkan rasa percaya diri pada orang lain.
Oda Nobunaga adalah orang seperti itu (Masao Kitami, 2005:33).
Setiap manusia tentu sejak masih kecil sudah memiliki impian-impian
yang disukai. Tidak perlu memikirkan apakah akan terwujud atau tidak di
kemudian hari. Dengan disertai dengan rasa percaya diri akan membawa peluang
yang cukup kuat bisa terwujud akan impian yang diinginkan.
Oda Nobunaga adalah atasan baru Toyotomi Hideyoshi yang juga
membuat Toyotomi Hideyoshi tertarik. Toyotomi Hideyoshi berusia 18 tahun
ketika bekerja kepada Oda Nobunaga, dan Oda Nobunaga baru berusia 21 tahun,
maka Toyotomi Hideyoshi tahu bahwa Oda Nobunaga memiliki masa depan
panjang. Usia muda dan visi yang jelas adalah kombinasi yang tidak terkalahkan.
Pada saat Toyotomi Hideyoshi memutuskan untuk bergabung dengan
Oda Nobunaga, perilaku Oda Nobunaga yang liar dan eksentrik telah
menimbulkan kesan bagi banyak orang Jepang, termasuk beberapa dalam
organisasinya sendiri bahwa mentalnya tidak stabil. Diam-diam mereka
mengkritiknya dengan sebutan Tuan Tolol, tapi Toyotomi Hideyoshi tahu Oda
Nobunaga sama sekali tidak bodoh. Oda Nobunaga hanya mencemooh adat
istiadat kebiasaan dan pola pikirnya melampaui zamannya. Dengan perilaku Oda
sepengetahuan penulis, seorang pemimpin akan lebih tegas dan disiplin sehingga
secara sepintas pemikiran masyarakat Jepang pada saat itu mengkritiknya dengan
tuan tolol. Bisa jadi pada saat itu, Oda Nobunaga sudah menjadi seorang shogun
atau jenderal. Karena tidak ada catatan sejarah tertulis kapan Oda Nobunaga
diangkat menjadi seorang Jenderal.
Pada sebelumnya penulis sudah menyebutkan Oda Nobunaga adalah
seorang tuan tanah atau daimyo. Oda Nobunaga naik derajat menjadi seorang
shogun karena Oda Nobunaga sudah banyak mengalahkan musuh-musuh yang
menjabat sebagai tuan tanah atau seorang jenderal.
Sebagai contoh, Oda Nobunaga adalah orang pertama di Jepang yang menggagas
terciptanya prajurit professional. Pada masa itu, para panglima perang biasanya
membangun markas permanen di tengah masyarakat petani yang mereka jadikan
tentara saat dibutuhkan. Pada zaman peperangan, 80% dari seluruh tentara adalah
petani. Begitu pentingnya peranan tentara petani ini sehingga ada semacam
kesepakatan tahu sama tahu di antara para panglima untuk menghindari
pertempuran pada saat musim tanam dan panen tiba. Oda Nobunaga mengabaikan
kebiasaan ini dan membalik persentase petani dan prajurit professional tersebut:
prajurit profesional berjumlah sekitar 80% dari keseluruhan tentara (Masao
Kitami, 2005:34).
Oda Nobunaga juga inovatif dalam berbagai bidang lain. Tidak seperti
penguasa lain sezamannya, mencari anak buah dari latar belakang dan daerah
berbeda-beda. Oda Nobunaga mempekerjakan orang berdasarkan kemampuan
bukan karena garis keturunan, dan memberikan penghargaan atas dasar kinerja
bukan senioritas. Berita tentang metode perekrutan yang tidak biasa ini menarik
perhatian tenaga-tenaga kompeten dari seluruh penjuruh negeri. Oda Nobunaga
juga menerapkan pendekatan yang tidak ortodoks dalam pertempuran, tanggap
melihat keunggulan teknologi baru dan memaksimalkan senjata api dalam strategi
militer. Oda Nobunaga mengerahkan tiga ribu tentara bersenapan dalam
Karena Toyotomi Hideyoshi tidak berpendidikan dan dari kalangan jelata,
beberapa organisasi besar dan tangguh yang dipimpin oleh para penguasa tersohor
hampir mustahil mau mempekerjakan Toyotomi Hideyoshi. Tapi Toyotomi
Hideyoshi mengambil sisi positif dari situasi demikian dengan pemikiran bahwa
klan yang lebih kecil akan memberi kemungkinan pekerja baru bertemu langsung
dengan pemimpin. Semakin dalam Toyotomi Hideyoshi memahami Oda
Nobunaga, semakin Toyotomi Hideyoshi yakin bahwa ia adalah pemimpin yang
paling tepat untuk Toyotomi Hideyoshi mengabdi. Pilihlah pemimpin yang
memiliki visi.
Toyotomi Hideyoshi memulai pekerjaan dengan bekerja kepada Oda
Nobunaga sebagai pembawa sandal. Orang-orang di dekat Toyotomi Hideyoshi
menganggap remeh pekerjaan nya, tapi Toyotomi Hideyoshi sangat mensyukuri
posisi awal nya dan mengerjakannya dengan sepenuh hati dan jiwa. Kebijakan
Toyotomi Hideyoshi adalah selalu melakukan tugas sebaik-baiknya. Apa pun
pekerjaan yang ditugaskan oleh atasan, tidak peduli seberapa remeh.
Pekerjaan Toyotomi Hideyoshi selanjutnya adalah seorang pelayan, yang
sebagian besar tugasnya adalah mengurus kebutuhan pribadi Oda Nobunaga, dan
Toyotomi Hideyoshi berjuang untuk mengambil perhatian dari kinerja yang
diberikannya.
Sebagai contoh, terjadi kebakaran di kastil. Toyotomi Hideyoshi terbangun jauh
sebelum tanda bahaya diserukan dan secepat mungkin menuju kandang kuda.
Toyotomi Hideyoshi bisa mendengar ringkikan kuda-kuda yang ketakutan dan
orang-orang yang berlarian karena panik, sosok-sosok gelap berlatar belakang api.
Sementara itu, Oda Nobunaga dengan cepat berpakaian dan bergegas. Tepat pada
saat Oda Nobunaga ke luar dari kepulan asap, Toyotomi Hideyoshi muncul
dengan kuda Oda Nobunaga yang sudah berpelana, sehingga Oda Nobunaga bisa
segera menunggangi dan memimpin semua orang ke tempat aman (Masao Kitami,
Sikap Toyotomi Hideyoshi mencerminkan loyalitas yang cukup
menyenangkan bagi Oda Nobunaga. Disamping dengan loyalitas, tentu memiliki
sikap yang cekatan dan juga terampil. Inilah merupakan fondasi yang diterapkan
Toyotomi Hideyoshi dalam wujud keseriusannya kepada Oda Nobunaga.
Begitu Toyotomi Hideyoshi bekerja pada Oda Nobunaga, Toyotomi
Hideyoshi mempelajari karakteristik Oda Nobunaga dengan saksama. Setiap
tindakan Oda Nobunaga menjadi contoh yang dipelajari Toyotomi Hideyoshi
sungguh-sungguh. Usaha teramat keras yang Toyotomi Hideyoshi lakukan untuk
memahami junjungannya menghasilkan pengetahuan mendalam tentang sifat Oda
Nobunaga dan apa yang Oda Nobunaga suka dan tidak suka lakukan. Semakin
banyak yang Toyotomi Hideyoshi pelajari, semakin besar bakti Toyotomi
Hideyoshi pada Oda Nobunaga.
Bukti dari pengabdian Toyotomi Hideyoshi yang mendalam kepada Oda
Nobunaga adalah ‘Serangan Air’ yang terkenal terhadap Benteng Takamatsu pada
tahun 1582. Saat mengepung benteng itu, sebuah gagasan melintas untuk
menghalangi akses persediaan dan bantuan musuh dengan cara membelokkan
sungai agar membanjiri kastil dan daerah sekitarnya. Strategi ini menjamin
kejatuhan Takamatsu, tapi ketimbang menghantamnya dengan pasukan Toyotomi
Hideyoshi sendiri, Toyotomi Hideyoshi mengirimkan berita kepada Oda
Nobunaga untuk pergi ke Takamatsu untuk mengambil alih komando dan
mendapatkan penghargaan atas kemenangan tersebut. Toyotomi Hideyoshi telah
mempelajari kunci keberhasilan untuk maju selangkah ke depan (Masao Kitami,
2005:45).
Jangan juga lupa dengan ide-ide atau akal pikiran yang jitu. Terutama
dalam menghadapi musuh-musuh di dalam pertempuran. Tidak bisa dengan cepat
menerapkan ide-ide dalam bertempur, maka hasil yang ditemukan adalah
kekalahan dalam medan perang. Disamping juga ide-ide yang sudah tepat, maka
harus ada juga persiapan-persiapan. Intinya adalah terdapat ide-ide yang cepat dan