• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertama kalinya daerah yang sekarang ini disebut dengan Sinar Gunung merupakan hutan yang kemudian dikelolah oleh pendatang pertama menjadi area bertani padi darat. Pembukaan hutan sebagai lahan pertanian dengan penebangan dan pembersihan lahan untuk nantinya menjadi lahan pertanian mereka. Setelah penebangan dan pembukaan hutan dilakukan, para pendatang pertama mulai membakar dan membersihkan agar dapat menanam padi darat karena hanya padi darat yang masih bisa dilakukan pertama kali pembukaan lahan. Untuk menanam padi para pendatang tersebut bermodalkan pengetahuan bertani yang dimiliki dari kampung halaman mereka tersebut.

Pada awal tahun 1923-an, ada beberapa keluarga datang ke daerah yang sekarang ini disebut dengan Sinar Gunung. Mereka yang pertama datang ke Sinar Gunung dari berbagai kalangan dari pegunungan yaitu dari Saribudolok, Bangun Purba dan juga Raya. Menurut informan peneliti pendatang yang datang yang masih diingat oleh informan ada beberapa yaitu Alm.Salomo Bangun, Alm.Ramjah Bangun, Alm.Toguh Purba, Alm.Saroyo Damanik, Rottip Saragih dan Ngada Saragih.

Pendatang pertama yang sampai, mencari cara agar untuk tinggal dan bertahan hidup. Salah satu cara yang dibuat yaitu pengukuran lahan yang telah mereka bersihkan bersama untuk menjadi lahan tempat bertani dan juga pembuatan gubuk untuk tempat tinggal sementara. Untuk menjaga kebersamaan dan kekompakan para pendatang, mereka membuka lahan baru di luar area pertanian sebagai lahan tempat tinggal yang layak agar tidak tinggal di gubuk yang berada area pertanian.

Dalam hal pembagian lahan pertapakan, para pendatang melakukan suatu undian untuk mengetahui sebatas mana lahan yang dapat mereka bangun sebagai tempat tinggal mereka. Setelah mereka mengetahui lahan yang akan menjadi tempat tinggal mereka selanjutnya, pembangunan rumah pun dimulai dan nama untuk tempat tinggal pun mulai mereka pikirkan.

Desa ini menurut peneliti sangat aneh disebutkan menjadi nama Sinar Gunung, karena tidak adanya di Desa tersebut Gunung tetapi namanya menjadi Sinar Gunung. Setelah peneliti telusuru dan bertanya kepada informan di Sinar Gunung, barulah peneliti tahu kenapa desa tersebut bernama Sinar Gunung. Sinar Gunung memiliki arti bagi masyarat sinar Gunung yaitu Desa yang bersinar oleh masyarakat dari pegunungan datang membawa perubahan di daerah tersebut dan pada tahun 1954 Sinar Gunung di sahkan oleh Camat Labuhan Deli.

Setelah Sinar Gunung di sahkan, masyarakat mulai bertani padi sesuai dengan lahan yang mereka miliki. Masyarakat Sinar Gunung pun kian bertambah dengan datangnya pendatang berikutnya yang datang untuk memulai kehidupan baru di Sinar Gunung. Para pendatang yang berikutnya merupakan sanak saudara para pendatang terdahulu dengan mereka berhasil bertani dan bertahan hidup di Sinar Gunung, mereka mengabarkan kepada saudara yang berada di kampung halaman mereka dan menyuruh bermigrasi ke Sinar Gunung. Dengan demikian pertambahan penduduk di Sinar Gunung semakin banyak dan pemukiman masyarakat semakin banyak.

Sinar Gunung mayoritas Penduduknya adalah etnis Simalungun. Masyarakat Sinar Gunung mayoritas bermarga Purba, Saragih dan Damanik. Tetapi setelah banyaknya masyarakat etnis Simalungun yang bermukin ke Sinar Gunung sekarang ini bertambah berbagai macam marga yaitu :

- Saragih - Damanik - Sipayung - Sinaga - Girsang

Dari sekian banyaknya etnis Simalungun yang bermukim dari berbagai tempat dari Kabupaten Simalungun dari daerah yaitu :

- Saribudolok - Dolok Silau - Pematang Raya - Bangun Purba - Panei - Nagori dolok

Terbentuknya Sinar Gunung sebagai wilayah pemukiman baru, maka banyak pendatang dari berbagai etnis datang ke Sinar Gunung, misalnya dari etnis Karo, dan juga Batak Toba. Mayoritas etnis di Sinar Gunung merupakan etnis simalungun karena pendatang pertama dan kebanyakan masyarakat di Sinar Gunung merupakan etnis Simalungun. Bahasa sehari-hari yang digunakan di Sinar Gunung adalah bahasa simalungun sebagai bahasa lokal dan bahasa Indonesia.

2.3Keadaan Penduduk

2.3.1 Jumlah Penduduk

Penduduk di Sinar Gunung menurut hasil laporan dari kantor kepala desa berjumlah 793 jiwa. Dengan jumlah keluarga sebanyak 199 KK. Jumlah penduduk dengan jenis kelamin

laki-laki sebanyak 407 jiwa dan jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 386 jiwa. Dalam satu keluarga rata-rata memiliki 4-7 jiwa, hanya beberapa saja yang memiliki anggota keluarga 8-10 jiwa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel II - 2

Jumlah Penduduk Sinar Gunung

No Nama Dusun Jenis Kelamin Jumlah Keluarga Laki-laki Perempuan

1 Dusun XIII 192 209 99

2 Dusun XIV 215 177 100

Jumlah 407 386 199

Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2013

Jumlah penduduk Sinar Gunung yang lebih banyak ada pada usia 20-30 tahun sedangkan usia yang lebih rendah ada pada usia 0-1 tahun. Seperti terlampir pada tabel berikut :

Tabel II - 3

Komposisi Penduduk Sinar Gunung Menurut Umur No Usia

(Tahun)

Dusun Jumlah (Jiwa)

Dusun XIII Dusun XIV

1 0 – 1 7 6 13 2 1 – 5 26 25 51 3 5 – 6 17 13 30 4 7 – 12 72 69 141 5 13 – 15 45 42 87 6 16 – 18 33 36 69 7 20 – 30 90 92 182 8 35 – 45 52 50 102 9 45 – 50 35 32 67 10 51 – Ke atas 24 27 51 Jumlah 401 392 793

Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2013

Tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk yang terbesar adalah kelompok usia mapan untuk bekerja, yaitu umur 20-30 tahun. Masyarakat Sinar gunung dalam usia ini sudah banyak yang bekerja maupun sudah menikah. Banyaknya masyarakat Sinar Gunung yang

menikah muda mengakibatkan angka kelahiran di Desa ini juga banyak. Hal ini berdampak pada jumlah pertubuhan penduduk yang semakin banyak, yaitu adanya kepedulian masyarakat akan program keluarga berencana (KB). Laju pertumbuhan penduduk Desa Sinar Gunung dibatasi dengan program KB dari pemerintah, kepedulian pemerintah untuk mengatasi laju pertumbuhan penduduk direspon baik oleh penduduk Sinar Gunung.

2.3.2 Agama

Masyarakat Sinar Gunung keseluruhan beragama kristen berdasarkan data dari kantor kepala desa, yaitu Kristen Protestan dan Katolik. Tempat ibadah, terdapat 3 (tiga) bangunan gereja, yaitu 2 (dua) Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) dan satu Gereja Katolik. Dari keseluruhan umat yang ada di Sinar Gunung tersebut, umat GKPS merupakan yang paling banyak jemaatnya dibandingkan dengan Katolik, ini dikarenakan adanya 2 unit Gereja GKPS yang ada di Sinar Gunung tersebut. Bangunan Gereja yang ada di Sinar Gunung ini bukan hanya digunakan warga desa setempat saja, tetapi dipakai juga oleh warga desa lainnya. Keseluruhan kegiatan kebaktian diadakan pada hari Minggu pagi hingga siang hari.

Gereja pertama yang ada di Sinar Gunung adalah gereja katolik. Setelah beberapa tahun adanya gereja katolik, berdirilah gereja GKPS Sinar Gunung. Berdirinya gereja GKPS Sinar Gunung karena perbedaan bahasa yang digunakan waktu kebaktian. Gereka katolik menggunakan bahasa indonesia dalam acara kebaktian minggunya sedangkan gereja GKPS menggunakan bahasa simalungun dalam kebaktian minggunya. Perbedaan bahasa yang digunakan juga menjadi pemicu perbedaan jumlah umat yang ada di GKPS dan katolik.

Perbedaan jumlah umat yang lebih mendominan di GKPS dikarenakan adanya rasa kurang suka dengan cara kebaktian di Katolik, hal ini dikarenakan bahasa yang digunakan dalam acara kebaktian di Katolik dengan GPKS berbeda. Perbedaan ini yang merupakan

alasan mengapa ada yang masuk ke Katolik dan ke GKPS. Seperti paparan dari informan peneliti mengatakan :

“saya dulunya gereja di katolik, tapi di katolik bahasanya pake bahasa Indonesia kurang ngerti jadinya, jadi pindahlah ke GKPS karena menggunakan bahasa simalungun disana”.

Dari paparan informan diatas, peneliti dapat melihat bahwa bahasa yang digunakan dalam acara kebaktian dulunya mempengaruhi jumlah umat yang ada pada gereja di Sinar Gunung.

Gereja GKPS memiliki dua gedung gereja yaitu gereja GPKS Sinar Gunung dan gereja GKPS Suka Mulia. Adanya dua gereja GKPS ini karena danya tampung yang ada di gereja GKPS Sinar Gunung melebihi kapasitas gedung gereja, sehingga terbentuklah gedung gereja GKPS yang baru yang berada di dusun IX Suka Mulia. Terbentuknya gereja GKPS di dusun IX karena adanya lahan milik masyarakat Sinar Gunung di dusun tersebut.

Masyarakat Sinar Gunung yang keseluruhan merupakan beragama Kristen mengakibatkan tidak adanya bangunan Mesjid di Sinar Gunung, tetapi berada di kampung jawa dekat dengan Sinar Gunung. Walau tidak adanya umat muslim di Sinar Gunung, masyarakat Sinar Gunung dengan umat muslim yang ada di kampung jawa tetap saling menghargai keyakinan masing-masing dan tidak adanya pemaksaan keyakinan. Terbukti pada saat umat kristian, umat muslim tidak ada mengganggu dan begitu juga sebaliknya. Hal ini membuktikan adanya tolerasnsi antar umat beragama yang dilakukan oleh masyarakat Sinar Gunung.

2.3.3 Pendidikan

Masyarakat Sinar Gunung sekarang ini semakin menyadari akan pentingnya pendidikan formal. Sehingga para orangtua dengan bekerja keras berusaha menyekolahkan

anak-anaknya hingga ke tingkat lebih tinggi. Di Sinar Gunung hanya memiliki 1 unit sekolah dasar SD GKPS sebagai sarana belajar-mengajar, itu pun tidak semuanya bersekolah di SD GKPS tersebut karena fasilitas yang kurang memadai dan tenaga Guru yang kurang. Kebanyakan orang tua menyekolahkan anak-anak mereka bersekolah tingkat SD di luar dari Desa Sinar Gunung, salah satu sekolah yang lebih banyak diminati oleh masyarakat Sinar Gunung yaitu SD Santo Paulus yang berada di Martubung. Keberadaan anak-anak di Santo paulus bersekolah dikarenakan fasilitas yang memadai dan tenaga guru yang cukup.

Gambar 3: SD GKPS (dokumen pribadi 5 Februari 2014)

Dari segi pendidikan, masyarakat Sinar Gunung sudah mengalami kemajuan walau masih banyak anak yang berstatus tamatan SMA. Semakin tingginya pendidikan dan perkembangan zaman menuntut untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini sebagai bentuk kepedulian masyarakat Sinar Gunung akan pentingnya pendidikan bagi generasi penerus yang lebih berkualitas dalam segi pendidikan dan kehidupan yang lebih baik.

Gambar 4 : suasana belajar di SD GKPS Sinar Gunung (dokumen pribadi 27 Januari 2013

Dapat dilihat pada gambar diatas, ini adalah suasan belajar kelas1 SD yang ada di SD GKPS Sinar Gunung. Peneliti merupakan salah satu staf pengajar di SD GKPS, gambar diatas merupakan murid-murid peneliti.

2.3.4 Mata Pencaharian

90% masyarakat Sinar Gunung awalnya berprofesi sebagai petani, tetap sejak masuk KIM ke dalam wilayah mereka mata pencaharian yang dulunya bertani kini berubah. Perubahan mata pencaharian mereka berubah drastis seiring dengan semakin berkembangnya mata pencaharian yang dimilki masyarakat Sinar Gunung sekarng ini. Diperkirakan 40% sampai 60% yang bertahan berprofesi sebagai petani sedangkan bekerja di KIM sebagai buruh dilakukan masyarakat sekitar 40 % dan ada juga yang melakukan keduanya bersamaan antara bertani dengan bekerja sebagi buruh di pabrik KIM.

Mata pencaharian masyarakat Sinar Gunung ini bervariasi. Mata pencaharian utama adalah bertani padi, walau mereka bekerja sebagai pegawai (PNS), pedagang, buruh pabrik, guru, wirausaha dan juga wiraswasta, dsb; mereka juga tetap bertani. Masyarakat Sinar Gunung mengatakan bahwa tidaklah mungkin mereka dapat hidup hanya mengandalkan gaji

saja. Seperti perkataan salah satu informan peneliti yang bekerja sebagai pegawai swasta mengatakan:

“bahwa hanya mengandalkan gaji tidaklah cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya di zaman yang semakin tinggi kebutuhan hidup pun semakin banyak”.

Dari pernyataan diatas, lebih rinci akan dipaparkan keadaan mata pencaharian di Sinar Gunung dalam sebuah tabel. Sebagai berikut :

Tabel II - 4

Komposisi Penduduk Sinar Gunung menurut Mata Pencaharian No Jenis Mata Pencaharian Jumlah

Dusun XIII Dusun XIV

1 Bertani 76 153

2 Buruh 16 21

3 Pedagang 3 9

4 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3 7

5 Pegawai Swasta 4 53

6 TNI / POLRI 2 2

7 Pensiunan 16 21

Jumlah 120 266

Sumber : Kantor Kepala Desa Tahun 2013

Tabel diatas dapat dilahat bahwa bertani merupakan mata pencaharian yang paling banyak, karena masyarakat Sinar Gunung dari pertama kali datang memiliki keahlian bertani dan adanya lahan yang memadai untuk bertani padi juga faktor masyarakat memiliki profesi sebagai petani. Sedangkan profesi sebagai Polisi/TNI merupakan profesi yang paling sedikit dikarenakan kurang berminatnya masyarakat untuk bekerja sebagai polisi dan susahnya masuk juga mengakibatkan tidak banyaknya masyarakat Sinar Gunung memiliki profesi sebagai polisi.

Selain dari bertani, yang memiliki mata pencaharian lainya itu merupakan mata pencaharian tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang semakin banyak. Masyarakat Sinar Gunung sangat tergantung pada hasil pertanian, dengan adanya pekerjaan lain dan juga

hasil bertani padi dapat mencukupi kebutuhan hidup masyarakat Sinar Gunung. Hal ini menunjukkan bahwa tanah sangat berarti dan dekat dengan kehidupan masyarakat desa terutama bagi para petani.

Dokumen terkait