• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

A. Sejarah Singkat dan Perkembangannya

Menelusuri sejarah singkat perpustakaan Institut Pertanian Bogor (IPB) jauh kebelakang, maka kita akan menemui seorang ibu bernama Lily K. Somadikarya, MSc., yang merupakan salah seorang tokoh di dunia kepustakawanan Indonesia. Beliau mulai menjadi kepala perpustakaan IPB pada tahun 1958. Perpustakaan IPB awalnya merupakan pengabungan antara Perpustakaan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) dan Perpustakaan Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Indonesia. Pada masa itu Perpustakaan di FKH dan Faperta menggunakan skema Klasifikasi Library of Congress. Pada tahun 1964 sistem perpustakaan Faperta dan Perpustakaan Kedokteran Hewan dan Peternakan disatukan. Pada saat itu mulailah digunakan nama perpustakaan Institut Pertanian Bogor, karena fakultas-fakultas dari Universitas Indonesia yang ada di bogor telah memisahkan diri dan dibentuk menjadi Institut Pertanian Bogor (IPB). Pada tahun 1968 Ibu Somadikarya mengundurkan diri dari IPB dan pindah ke Universitas Indonesia. Kepindahan ini pada akhirnya tercatat dalam sejarah dan membuat Ibu Somadikarta menjadi salah seorang pendiri Jurusan Ilmu Perustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia.

Pada tahun 1968-1979 perpustakaan IPB di pimpin oleh Dr. R. Achmad Mukhlis, M.Sc. Pada masa itu banyak staf perpustakaan IPB di sekolahkan

lagi. Namun beliu berani bertindak tegas bila ada staf yang salah memanfaatkan kesempatan yang diberikan. Disamping itu pula beliau banyak mengembangkan berbagai sarana perpustakaan, seperti micro reader, menggunakan bantuan dari Kentucky Contract Team dan MUCIA. Pada masa kepemimpinan bapak Mukhlis, beliau dibantu oleh Komisi Ahli Perpustakaan yang beranggotakan para guru besar.

Pada tahun 1979-1990 perpustakaan IPB dipimpin oleh Drs. Fahidin, BSc. Pada masa kepeminpinan beliau inilah dimulainya era pustakawan dari alumni perguruan tinggi bidang pertanian, terutama dari IPB. Saat itu ada 13 orang sarjana bidang pertanian yang bekerja di perpustakaan IPB. Para sarjana tersebut kemudian disekolahkan lagi baik melalui program non gelar seperti Program Sertifikat untuk Perpustakaan dan Dokumentasi di Universitas Indonesia, maupun program gelar. Beliau juga mengembangkan pendidikan diploma perpustakaan di IPB. Beliau mengembangkan sistem pengumpulan karya tulis staf pengajar IPB yang kemudian dijadikan koleksi khusus. Dari sistem ini kemudian terbit SK Rektor IPB mengenai Wajib Simpan Karya Tulis Staf Pengajar IPB. Pada masa kepemimpinan beliu juga telah dibangun Information Resource Center (IRC) di kampus Darmaga melaui proyek kerjasama IPB dengan University of Wisconsin/USAID. Gedung itu dilengkapi dengan fasilitas dan peralatan yang canggih pada saat itu, yang berkaitan dengan pengolahan dan produksi informasi. Lebih kurang 60% dari gedung tersebut dirancang untuk kegiatan perpustakaan modern, dan lebih kurang 40% untuk kegiatan produksi media informasi (percetakan, audio

visual,university press), dan kegiatan komunikasi lainnya. Pada tahun 1986 perpustakaan IPB mulai menempati gedung baru di kampus Darmaga, pada tahun ini Perpustakaan IPB menjadi Unit Pelaksana Teknis(UPT) perpustakaan IPB. Dalam rangka penempatan gedung baru ini Perpustakaan IPB dibantu oleh konsultan dari University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat Prof. Leroy Zweifel (Alm). Untuk mewujudkan rancangan fungsi IRC, pada tanggal 11 Januari 1988 diterbitkan SK Rektor No. 003/C/88 tentang pedoman pengolahan dan personalia Lembaga Simber Daya Inforrnasi (LSI) IPB. Lembaga ini menjadi koordinator dan pengarah diantara dua kegiatan, yaitu perpustakaan dan produksi informasi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih baik dalam hal pemanfaatan peralatan/fasilitas maupun pekerjaan/aktivitas. Pada masa kepemimpinan beliau pula pertama kalinya Perpustakaan IPB mulai menggunakan komputer. Komputerisasi Perpustakaan IPB dimulai pada tahun 1986 dengan membangun Sistem informasi perpustakaan (SIMPUS) dengan menggunakan database III Plus. Inilah cikal bakal program otomasi Perpustakaan IPB. Sayang sekali pada saat itu perpustakaan IPB sangat kekurangan staf yang menguasai teknologi komputer. SIMPUS berakhir pada tahun 1989 ketika saat itu Perpustakaan IPB mamutuskan intuk menggunakan CDS/ISIS sebagai perangkat lunak otomasi perpustakaan.

Pada tahun 1990-1991 Perpustakaan IPB dipimpin oleh Drs. Jan Pieter Saragih. Pada masa kepemimpinan yang pendek ini beliau mengisinya dengan mulai membangun basisdata katalog UPT Perpustakaan dengan menggunakan

perangkat lunak CDS/ISIS. Data katalog dengan perangkat lunak yang lama, secara perlahan dan bertahap diketik ulang, mulai dari tahun yang paling baru sampai tahun-tahun yang agal lama.

Pada tahun 1991-1993 Perpustakaan IPB di pimpin oleh DR. Ir. Eriyatno. Pada masa kepemimpinan beliau ada empat hal yang sangat penting telah dilaksanakan yaitu :

a. Dibuatnya Dokumen Prosedur operasional Baku (Standar Operating Procedure/SOP)

b. Penerapan Jabatan fungsional Pustakawan c. Komputerisasi Perpustakaan.

d. Pengembangan Institusi.

Pada tahun 1993-2003 perpustakaan IPB di pimpin oleh Ir. Abdul R. Saleh, Dip. Lib., M. Sc. Beliau lulus dari University College of Wales, Aberystwyth Inggris dan memperoleh gelar Post Graduate Diploma dalam bidang Informasi dan Perpustakaan pada tahun 1990. setahun kemudian ia memperoleh gelar M.Sc. dalam bidang ilmu Informasi (Information Studies) dari University of Sheffield, England. Pada masa kepemimpinannya beliau memberi kesempatan belajar kepada stafnya untuk memperoleh kompetensi akademik setinggi-tingginya. Terbukti selama kepemimpinannya staf yang bergelar S1 dan S2 bertambah secara signifikan. Pengembangan sistem “library housekeeping” sangat menjadi perhatiannya, sehingga pada akhir kepemimpinannya ia berhasil mengintegrasikan layanan mulai dari pengadaan, pengolahan, OPAC, serta sirkulasi, bahkan pencataan pengunjung menjadi suatu sistem terpadu. Pembuatan perangkat lunak sistem informasi

layanan (yang pada mulanya bernama ISISCIR) dimulai sejak ia menjabat kepala (1993). Pada tahun 1994 dan 1995 dilakukan uji coba. Sejak tahun 1996 berganti nama menjadi SIPISIS dan resmi digunakan di Perpustakaan IPB. Dengan keberhasilannya tersebut perpustakaan IPB berhasil menjadi “leader” dan bahkan “tren setter” dibidang otomasi perpustakaan. Keberhasilan lain pada kepemimpinannya adalah membangun koleksi digital. Dimulai pada tahun 1999 dengan men’digitalisasi koleksi disertasi lulusan Program Pascasarjana IPB.

Pada tahun 2003-2007 Perpustakaan IPB di pimpin oleh Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, MSc. Beliau mendapat gelar Master dan Doktoral di bidang Ilmu komputer pada tahun 1989 dan 1993 di University of New Brunswick, Canada. Pada tahun 2003 terbit SK Rektor No: 181/K13/OT/2003 tanggal 6 November 2003, Perpustakaan yang tadinya adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) telah dikembangkan dan ditetapkan oleh pimpinan Institut sebagai pusat pelayanan perpustakaan institut yang berada langsung dibawah rektorat. Dengan ketetapan ini Perpustakaan mencakup peleburan dari UPT Perpustakaan, Lembaga Sumberdaya Informasi, UPT Produksi media Informasi dan IPB Press. Sehubungan dengan hal tersebut, Perpustakaan perlu menjawab tantangan global yang bertumpu pada keunggulan manajemen dan layanan modern untuk mendukung Visi, Misi dan Program Universitas. Dalam masa jabatannya ini Pak kudang mengfokuskan modernisasi tersebut pada 5 target :

a. Item Pustaka b. Layanan Pustaka

c. Organisasi dan Manajemen Pustaka d. Ruang dan Lingkungan Pustaka e. Internetworking.

Pada masa kepemimpinannya pengembangan sistem layanan perpustakaan dikembangkan ke arah layanan digital dan virtual sehingga memungkinkan pengguna perpustakaan akses on-line melalui internet, Ekstranet maupun Intranet. Layanan digital dan virtual ini diberi nama IEL (IPB Electronic Library) dengan alamat homepage (situs):www.iel.ipb.ac.id. Pelayanan yang baru di jaman kepemimpinan pak Kudang adalah program SAC (Self Access Center) yang dirintis melalui Produk DUE-LIKE IPB telah disetujui pimpinan IPB untuk diintegrasikan sebagai suatu layanan yang ada dalam tanggung jawab Perpustakaan IPB untuk belajar mandiri bagi mahasiswa IPB. SAC menyediakan berbagai macam materi perkuliahan dalam bentuk elektronik maupun cetak, peralatan audio visual, dan ruang diskusi yang dapat dipergunakan mahasiswa untuk pembelajaran mandiri (self-learning) di luar perkuliahan formal. Materi kuliah on-line SAC sudah diintegrasikan dengan IEL (IPB Electronic Library).enterprisesperpustakaan.

B. Visi dan Misi Perpustakaan IPB a. Visi Perpustakaan IPB :

Menjadikan Perpustakaan IPB sebagai sistem layanan dan basis pengetahuan global berbasis teknologi informasi yang mendukung riset unggulan bertaraf internasional”

b. Misi Perpustakaan IPB:

a) Menyediakan pusat layanan perpustakaan modern bagi bagi civitas akademika IPB dan masyarakat umumnya.

b) Menyediakan informasi yang mendukung tridharma perguruan tinggi. c) Mengembangkan jaringan perpustakaan global pada lingkup nasional

dan internasional

d) Menciptakan lingkungan gemar membaca yang tertib, nyaman dan bersahabat.

C. Tugas dan Fungsi Perpustakaan a. Tugas Perpustakaan IPB

Tugas Perpustakaan IPB adalah menyediakan layanan dan memproduksi item pustaka dan informasi yang mendukung tridharma perguruan tinggi baik di lingkungan IPB maupun masyarakat luas yang memerlukan. b. Fungsi Perpustakaan IPB

Adapun Fungsi dari Perpustakaan IPB adalah sebagai berikut :

a) Sebagai unit kerja yang menjadi sentral layanan pustaka dan informasi untuk sivitas akademika IPB khususnya dan masyarakat umumnya. b) Sebagai unit kerja yang mengembangkan dan mengelola item pustaka

yang meliputi produk riset, teknologi dan seni, kebijakan, jurnal, buku, majalah baik dalam bentui cetak maupun digital yang dapat diakses di lingkungan IPB maupun diluar IPB.

c) Sebagai unit kerja yang menyediakan sarana baca dan belajar yang nyaman, berkualitas dan lengkap.

d) Sebagai unit kerja yang mengembangkan dan mangkoordinasikan jaringan Perpustakaan IPB sebagai bagian dari jaringan perpustakaan global

Dokumen terkait