• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sekilas kabupaten Jombang

Bab IV Pembahasan

4.2 Sekilas kabupaten Jombang

Kabupaten Jombang terletak di perlintasan jalur selatan jaringan jalan Jakarta-Surabaya yang secara geografis terletak antara 112° 03’ 46,57’’ – 112° 27’ 21,26’’ Bujur Timur dan antara 7° 20’ 48,60’’ – 7° 46’ 41,26’’ Lintang Selatan

. dengan luas wilayah 1.159,50 Km2. Ibukota Kabupaten Jombang terletak pada ketinggian ± 44 m.d.p.l. Kabupaten Jombang terbagi menjadi 21 kecamatan yang terdiri dari 302 desa dan 4 Kelurahan serta 1.258 dusun. Apabila ditinjau dari komposisi jumlah desa/kelurahan maka Kecamatan Sumobito memiliki jumlah desa terbanyak yaitu 21 buah. Menurut Hasil Sensus tahun 2010 penduduk kabupaten Jombang adalah 1.201.557 jiwa terdiri dari 597.219 Laki-laki dan 604.338 Perempuan.

Kabupaten Jombang memiliki iklim tropis, dengan suhu rata-rata 20o-34o C. Menurut klasifikasi Schmidt-Ferguson, Kabupaten Jombang termasuk tipe iklim B (basah). Curah hujan rata-rata per tahun adalah 1.800 mm. Berdasarkan peluang curah hujan tahunan, wilayah Kabupaten Jombang tergolong beriklim sedang sampai basah. Di bagian tenggara dan timur,

curah hujan sedikit lebih besar. Sebagian besar wilayah Kabupaten Jombang merupakan wilayah datar hingga bergelombang. Kecamatan Bandar Kedungmulyo, Kecamatan Perak Kecamatan Gudo, Kecamatan Diwek, Kecamatan Ngoro, Kecamatan Jodoroto, Kecamatan Peterongan, Kecamatan Megaluh, Kecamatan Tembelang, Kecamatan Kesamben, dan Kecamatan Ploso berada pada kemiringan lahan 0 - 2%. Kecamatan Mojowarno dan Kecamatan Jombang berada pada kemiringan 0-5%. Kecamatan Kecamatan Kabuh berada pada kemiringan 0 - 40%. Kecamatan Bareng, Kecamatan Mojoagung dan Kecamatan Plandaan merupakan kecamatan yang mempunyai kemiringan bervariasi dari datar hingga terjal 0 - >40%. Kecamatan Wonosalam, Kecamatan Kudu dan Kecamatan Ngusikan merupakan wilayah yang berada pada kategori bergelombang hingga terjal.

Pertumbuhan ekonomi daerah diukur berdasarkan pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB sendiri diukur berdasarkan perhitungan nilai tambah barang dan jasa pada sembilan sektor usaha yang dominan di masyarakat, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian,

sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan sektor jasa-jasa.

PDRB menurut lapangan usaha atau menurut sektor produksi merupakan jumlah dari nilai tambah bruto yang dihasilkan oleh unit kegiatan ekonomi yang beroperasi di suatu wilayah dalam periode waktu tertentu. Dengan demikian data PDRB dapat pula menggambarkan kemampuan suatu wilayah atau daerah mengelola sumber daya alam serta faktor produksi lainnya. PDRB disajikan dengan dua cara. Pertama, PDRB atas dasar harga berlaku, sedang yang kedua yaitu PDRB atas dasar harga konstan 2000 yang berguna untuk melihat trend atau membandingkan besaran-besaran PDRB antar tahun. Secara rinci perkembangan PDRB dan Pendapatan regional adalah sebagai berikut:

Rincian 2009*) 2010**)

I. ATAS DASAR HARGA BERLAKU

1. PDRB ( Juta Rp.) 12.451.498,62 14.060.872,14

2. PDRB Perkapita (Rp.) 10.411.474 11.693.937

3. Pendapatan Regional ( Juta Rp.) 11.977.454 13.538.585

4. Pendapatan Regional Perkapita (Rp.) 10.015.096 11.259.569

5. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

( Jiwa )

1.195.940 1.202.407

II. ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000

1. PDRB ( Juta Rp.) 5.972.302,39 6.327.278,13

2. PDRB Perkapita (Rp.) 4.993.814 5.262.177

3. Pendapatan Regional ( Juta Rp.) 5.850.083,60 6.200.954,08

4. Pendapatan Regional Perkapita (Rp.) 4.891.620 5.157.117

5. Jumlah Penduduk Pertengahan Tahun

( Jiwa )

1.195.940 1.202.407

Sumber : Jombang dalam Angka 2011, BPS * angka sementara

** angka sangat sementara

Laju pertumbuhan ekonomi daerah tahun 2009 apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya mengalami sedikit penurunan, yaitu dari sebesar 5,78% pada

Perkembangan PDRB, PDRB Perkapita, dan Pendapatan Regional Kab. Jombang 2009-2010

tahun 2008 menjadi sebesar 5,28% pada tahun 2009. Hal ini terjadi diduga sebagai akibat dari adanya pengaruh krisis global sehingga mengakibatkan terjadinya perlambatan pertumbuhan di beberapa bidang. Faktor lainnya diduga adalah akibat pergeseran kondisi iklim dan cuaca yang tidak menentu yang menyebabkan penurunan hasil panen pertanian. Namun demikian secara umum kondisi perekonomian makro Kabupaten Jombang masih cukup baik, karena masih mampu memberikan pertumbuhan yang positif selama tahun 2009 bahkan perekonomian wilayah Kabupaten Jombang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi wilayah Provinsi Jawa Timur.

Perkembangan laju pertumbuhan ekonomi per tahun Kabupaten Jombang tahun 2001- 2010 dapat digambarkan secara rinci pada tabel berikut ini.

Sumber : Jombang dalam Angka 2011, BPS

Sedangkan struktur ekonomi Kabupaten Jombang bertumpu pada empat sektor utama yang secara tradisional menyangga ekonomi kita sebagai penyerap tenaga kerja terbesar. Namun kalau kita lihat lebih jauh

Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jombang Tahun 2001-2010 Grafik 4.1. 3 3,5 4 4,5 5 5,5 6 6,5 Th 2001 Th 2002 Th 2003 Th 2004 Th 2005 Th 2006 Th 2007 Th 2008 Th 2009 Th 2010

peranan keempat sektor tersebut secara alamiah mengikuti trend bahwa sektor pertanian akan terus mengecil peranannya sedang kedua sektor yang lain, yaitu sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran akan selalu merupakan kebalikannya..merupakan tumpuan nafkah sebagian besar penduduk.

Empat Sektor Dominan dalam Struktur Ekonomi Kabupaten Jombang 2010 Grafik 4.2. JASA-JASA; 11,96 PERDAG. HOTEL DAN RESTO; 34,60 INDUSTRI PENGOLAHAN; 10,97 PERTANIAN; 29,31

Sumber : Jombang dalam Angka 2011, BPS

Selebihnya, sektor jasa-jasa berfluktuasi tanpa kaitan langsung dengan trend tersebut. Walaupun demikian sebagai sikap pemulihan banyak orang menaruh harapan besar pada agribisnis dan agroindustri sebagai pengembangan sektor pertanian, karena sudah tidak tertarik lagi pada konsep pergeseran struktural dan "trickle down effects" seperti yang sudah-sudah.

Menurunnya andil sektor pertanian bukan berarti sektor ini tidak tumbuh, melainkan karena tingkat kecepatan tumbuhnya kalah cepat dengan sektor lain, misalnya sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Namun demikian pada tahun ini pertumbuhan sektor pertanian meningkat, padahal tiga sektor raksasa lain justru melambat. Hampir semua subsektornya menunjukkan gairah. Dengan demikian momentum revitalisasi pertanian dapat dilanjutkan. Selanjutnya Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran selalu tumbuh subur walaupun kali ini tampak memperlambat langkahnya, sehingga tetap dapat dikatakan sebagai sektor yang paling luwes sekaligus cepat berubah, terutama untuk

yang kecil dan informal. Mudah sekali orang masuk pasar sektor ini, sehingga banyak pakar yang memuji perdagangan kecil informal merupakan bumper ketika terjadi krisis ekonomi yang baru lalu karena keluwesannya menyerap pengangguran dan tenaga kerja tak terdidik.

Dokumen terkait