• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

2. Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar reguler yang menampung atau menerima anak tidak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas serta menyediakan suatu layanan pendidikan yang layak dan memadai bagi perkembangan potensi setiap anak didik.

3. Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya yang memerlukan bantuan khusus dalam belajar.

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI 1. Pendidikan Inklusi

Berikut ini akan dijelaskan kajian teori tentang pengertian pendidikan inklusi, tujuan pendidikan inklusi, karakteristik pendidikan inklusi, dan prinsip dasar pendidikan inklusi.

a. Pengertian Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi adalah pendidikan yang memberikan layanan kepada setiap anak tanpa terkecuali (Rosilawati, 2013: 9). Sedangkan menurut Ilahi (2013: 23), pendidikan inklusi merupakan konsep pendidikan yang tidak membeda-bedakan latar belakang kehidupan anak karena keterbatasan fisik maupun mental. Pendidikan Inklusi memandang setiap anak merupakan manusia yang sederajat meskipun beragam. Oleh karena itu, semua anak memiliki hak yang sama dalam mendapatkan pendidikan, baik anak yang tidak berkebutuhan khusus maupun anak berkebutuhan khusus. Dalam pendidikan inklusi, anak tidak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus menerima pelajaran dalam satu kelas, namun cara pengajaran serta tingkat materi yang diberikan berbeda. Menurut Staub dan Peck (dalam Tarmansyah, 2007: 83), pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang, dan berat secara penuh di kelas.

Memasuki tahun 1990an, dunia mulai menerapkan “sistem pendidikan inklusi”, sebuah sistem pendidikan yang menganggap setiap peserta didik adalah individu yang unik dan memberikan kepada setiap peserta didik untuk menempuh pendidikan di sekolah terdekat dengan rumah tempat tinggal mereka (Rosilawati, 2013: 8). Sekolah reguler terdekat yang dipercaya sebagai sekolah dengan pendidikan inklusi bukan hanya sekedar mau menerima semua anak, terlebih anak berkebutuhan khusus. Sekolah tersebut harus mampu memberikan pengajaran dan fasilitas yang memadai untuk anak didiknya, terutama untuk anak berkebutuhan khusus.

Dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas, pendidikan inklusi diartikan sebagai pendidikan yang diberikan kepada semua anak tanpa memandang latar belakang anak tersebut, baik anak tidak berkebutuhan khusus maupun anak berkebutuhan khusus yang belajar dalam satu kelas reguler.

b. Tujuan Pendidikan Inklusi

Ilahi (2013: 38) menjelaskan pendidikan inklusi ditujukan kepada semua kelompok yang terpinggirkan, tetapi kebijakan dan praktik inklusi anak berkebutuhan khusus telah menjadi perekat utama untuk mengembangkan pendidikan inklusi yang efektif, fleksibel, dan tanggap terhadap keanekaragaman gaya dan kecepatan belajar. Sesungguhnya pendidikan inklusi bukan hanya ditujukan kepada anak yang tidak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus tetapi kepada seluruh anak yang memiliki latar belakang yang berbeda, misalnya anak dengan perbedaan sosial kultural, anak yang memiliki perbedaaan

sosio-emosional, anak yang memiliki kelainan fungsi anggota tubuh, anak yang memiliki kelainan fungsi mental dan intelektual, dan sebagainya. Meskipun pendidikan inklusi ditujukan kepada seluruh anak yang memiliki latar belakang yang berbeda, namun pendidikan untuk anak tidak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus menjadi perekat dalam praktik pendidikan inklusi.

Tiarni (2013: 4) menjelaskan pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanaan pendidikan yang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajar dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Pendidikan inklusi bertujuan untuk melayani anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah layaknya anak-anak lain di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Anak berkebutuhan khusus tidak perlu bersekolah ke SLB yang jaraknya cukup jauh dari tempat tinggalnya karena sebagian besar SLB berada di ibu kota kabupaten, sedangkan keberadaan anak kebutuhan khusus menyebar di seluruh daerah.

Pendidikan inklusi menempatkan semua anak, khususnya anak berkebutuhan khusus belajar bersama-sama dengan anak-anak lain di dalam satu kelas. Sembodo (2008: 7) memaparkan, beberapa manfaat penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak-anak istimewa yang belajar bersama-sama dengan anak-anak lain diantaranya adalah:

1) Meningkatkan interaksi sosial.

2) Lebih banyak tingkah laku normal yang dapat dicontoh oleh mereka. 3) Meningkatkan perkembangan bahasa.

5) Perkembangan dan nilai guna pendidikan bergantung pada program dan intervensi yang dijalankan oleh guru.

Selanjutnya Rosilawati (2013: 10) juga menjelaskan manfaat dan sisi positif lain yang diperoleh dari adanya pendidikan inklusi diantaranya :

1) Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk melakukan analisis situasi pendidikan lokal, mengumpulkan informasi tentang semua anak pada setiap distrik dan mengidentifikasi alasan mengapa mereka tidak sekolah.

2) Mengidentifikasi hambatan berkaitan dengan kelainan fisik, sosial, dan masalah lainnya terhadap akses dan pembelajaran.

3) Melibatkan masyarakat dalam melakukan perencanaan dan monitoring mutu pendidikan bagi semua anak.

c. Karakteristik Pendidikan Inklusi

Pendidikan inklusi pada hakikatnya bertujuan untuk berupaya memberikan peluang sebesar-besarnya kepada seluruh anak Indonesia untuk mendapatkan pelayanan pendidikan yang terbaik dan memadai demi kemajuan masa depan bangsa. Hal ini sesuai dengan yang tertuang pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun 2009 (dalam Ilahi, 2013: 42) yang menyatakan bahwa “sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya”.

Karakteristik pendidikan inklusi menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa (dalam Ilahi, 2013: 44) memiliki empat karakteristik makna, antara lain : 1) Proses yang berjalan terus dalam usahanya menemukan cara-cara merespon

keragaman individu.

2) Mempedulikan cara-cara untuk meruntuhkan hambatan-hambatan anak dalam belajar.

3) Anak kecil yang hadir (di sekolah), berpartisipasi, dan mendapatkan hasil belajar yang bermakna dalam hidupnya.

4) Diperuntukkan utamanya bagi anak-anak yang tergolong marginal, eksklusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar.

Menurut pernyataan-pernyataan yang sudah disampaikan di atas, karakteristik pendidikan inklusi merupakan upaya layanan pendidikan untuk seluruh anak Indonesia, terutama untuk anak-anak yang tergolong terpinggirkan, eksklusif, dan membutuhkan layanan pendidikan khusus dalam belajar. Proses pendidikan tersebut dilakukan secara terus menerus untuk menemukan cara-cara merespon keragaman individu. Hambatan-hambatan yang dihadapi anak dalam belajar harus mendapat kepedulian untuk diruntuhkan.

d. Prinsip Dasar Pendidikan Inklusi

Prinsip dasar pendidikan inklusi sebagai sebuah paradigma pendidikan menekankan pada keterbukaan dan penghargaan terhadap anak berkebutuhan khusus (Ilahi 2013: 48). Pendidikan inklusi merupakan suatu pendidikan yang sangat menghargai pada keberagaman anak didik. Pendidikan inklusi menjamin

akses dan kualitas yang terintegrasi tanpa terkecuali, hal ini menunjukkan bahwa anak berkebutuhan khusus dapat belajar bersama-sama dengan anak tidak berkebutuhan khusus dalam satu kelas. Dokumen internasional sesuai pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi pada Pendidikan Kebutuhan Khusus (dalam Ilahi, 2013: 49) prinsip penyelenggaraan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus adalah semua anak mendapatkan kesempatan yang sama untuk bersekolah tanpa memandang perbedaan latar belakang kehidupannya.

Florian (dalam Ilahi, 2013: 50) menjelaskan bahwa pendidikan inklusi lahir atas dasar prinsip bahwa layanan sekolah seharusnya diperuntukkan bagi semua siswa tanpa menghiraukan perbedaan yang ada, baik siswa dengan kondisi kebutuhan khusus, perbedaan sosial, perbedaan emosional, perbedaan kultural, maupun perbedaan bahasa. Pendidikan inklusi pada prinsipnya tidak hanya untuk anak tidak berkebutuhan saja tetapi untuk seluruh anak, misalnya anak berkebutuhan khusus, anak yang memiliki perbedaan sosial, anak yang memiliki perbedaan emosional, anak yang memiliki perbedaan kultural, dan sebagainya. Jadi, prinsip pendidikan inklusi adalah pendidikan yang memberikan peluang yang sama untuk setiap anak dalam mendapatkan layanan pendidikan yang memadai dan berkualitas.

2. Sekolah Dasar Inklusi

Sekolah dasar adalah jenjang pertama dari lembaga pendidikan formal di Indonesia. Lama pendidikan di sekolah dasar adalah 6 tahun, terdiri dari 6 kelas/tingkat. Ilahi (2013: 87) menjelaskan bahwa sekolah dasar inklusi adalah

sekolah dasar reguler yang menampung atau menerima anak tidak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus dalam satu kelas serta menyediakan suatu layanan pendidikan yang layak dan memadai bagi perkembangan potensi setiap anak didik. Pernyataan Salamanca pada Konferensi Dunia tentang Pendidikan Berkelainan (dalam Ilahi 2013: 83) menjelaskan bahwa sekolah reguler dengan orientasi inklusi merupakan cara yang paling efektif untuk memerangi sikap diskriminatif, menciptakan masyarakat yang terbuka, membangun suatu masyarakat inklusi dan mencapai pendidikan yang efektif kepada mayoritas anak dan meningkatkan efisiensi sehingga menekan biaya untuk keseluruhan sistem pendidikan. Ilahi (2013: 87) menjelaskan bahwa sekolah inklusi adalah sekolah reguler yang mengakomodasikan dan mengintegrasikan anak tidak berkebutuhan khusus dan anak berkebutuhan khusus dalam program yang sama.

Rosilawati (2013: 18) memaparkan bahwa sekolah inklusi menyediakan program pendidikan yang layak, menantang, tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap siswa maupun bantuan dan dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar siswa-siswanya berhasil. Sekolah inklusi juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya maupun anggota masyarakat lain agar kebutuhan individualnya dapat terpenuhi. Sekolah inklusi merupakan tempat bagi setiap anak untuk dapat diterima menjadi bagian dari kelas, dapat mengakomodir dan merespon keberagaman melalui kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan setiap anak dan bermitra dengan masyarakat. Kurikulum yang

digunakan dalam kelas inklusi berbeda-beda satu anak dengan anak lainnya, menyesuaikan kebutuhan anak.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa sekolah dasar inklusi adalah sekolah dasar reguler dengan pendidikan inklusi yang memberikan layanan pendidikan dan menerima semua anak tanpa memandang latar belakang setiap anak, baik anak yang tidak berkebutuhan khusus maupun anak berkebutuhan khusus.

Di Kabupaten Kulon Progo terdapat 26 sekolah dasar inklusi, selengkapnya seperti yang tercantum dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1 Daftar Sekolah Dasar Inklusi di Kabupaten Kulon Progo

No. Sekolah Dasar Inklusi Kecamatan

1. SD Negeri Gadingan Wates

2. SD Negeri 1 Glagah Temon

3. SD Negeri Bugel Panjatan

4. SD Negeri Butuh Lendah

5. SD Negeri Ngentakrejo Lendah

6. SD Negeri Kalimenur Sentolo

7. SD Negeri Kalikutuk Sentolo

8. SD Negeri Jlaban Sentolo

9. SD Negeri Srikayangan Sentolo

10. SD Negeri Pergiwatu Sentolo

11. SD Negeri Kaliagung Sentolo

12. SD Negeri Ngento Pengasih

13. SD Negeri 1 Ngulakan Pengasih

15. SD Negeri Gunungdani Pengasih

16. SD Negeri Margosari Pengasih

17. SD Negeri Serang Pengasih

18. SD Negeri Kokap Kokap

19. SD Negeri Tanjungharjo Nanggulan

20. SD Negeri 1 Giripurwo Girimulyo

21. SD Negeri 2 Giripurwo Girimulyo

22. SD Negeri Mejing Kalibawang

23. SD Negeri 1 Samigaluh Samigaluh

24. SD Negeri 2 Sungapan Galur

25. SD Negeri Brosot Galur

26. SD Negeri 3 Brosot Galur

Pada tabel 2.1 dapat diketahui bahwa, di Kecamatan Wates terdapat 1 SD inklusi yaitu SD Negeri Gadingan. Di Kecamatan Temon ada 1 SD inklusi yaitu SD Negeri 1 Glagah. Di Kecamatan Panjatan ada SD inklusi yaitu SD Negeri Bugel. Di Kecamatan Lendah ada 2 SD inklusi yaitu SD Negeri Butuh dan SD Negeri Ngentakrejo. Di Kecamatan Sentolo ada 6 SD inklusi yaitu SD Negeri Kalimenur, SD Negeri Kalikutuk, SD Negeri Jlaban, SD Negeri Srikayangan, SD Negeri Pergiwatu, dan SD Negeri Kaliagung. Di Kecamatan Pengasih ada 6 SD inklusi yaitu SD Negeri Ngento, SD Negeri 1 Ngulakan, SD Negeri Widoro, SD Negeri Gunungdani, SD Negeri Margosari, dan SD Negeri Serang. Di Kecamatan Kokap ada 1 SD inklusi yaitu SD Negeri Kokap. Di Kecamatan Nanggulan ada 1 SD inklusif yaitu SD Negeri Tanjungharjo. Di Kecamatan Girimulyo ada 2 SD inklusi yaitu SD Negeri 1 Giripurwo dan SD Negeri 2 Giripurwo. Di Kecamatan

Kalibawang ada 1 SD inklusi yaitu SD Negeri Mejing. Di kecamatan Samigaluh ada 1 SD inklusi yaitu SD Negeri 1 Samigaluh. Sedangkan di Kecamatan Galur ada 3 SD inklusi yaitu SD Negeri 2 Sungapan, SD Negeri Brosot, dan SD Negeri 3 Brosot. Sekolah-sekolah tersebut telah ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Kulon Progo sebagai sekolah dasar inklusi yang mampu memberikan pelayanan pendidikan bagi semua anak.

Dokumen terkait