• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : MAKANAN DAN REPRODUKSI IKAN TILAN

(Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) DI SUNGAI MUSI

Nama Lengkap : SYARIFAH NURDAWATI

Nomor Pokok : C151060181

Program Studi : ILMU PERAIRAN

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. M.F. Rahardjo, DEA Ketua

Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Ilmu Perairan Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, MS

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Illahi Rabbi atas segala karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul “Makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi” dapat penulis selesaikan. Tesis yang menjadi syarat bagi penulis untuk memperoleh magister sains, ditulis dalam lima bagian (bab). Bab pertama berisikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, perumusan masaalah dan tujuan penelitian; bab ke dua berisi tinjauan pustaka yang merupakan kerangka teoritis; bab ke tiga menguraikan waktu, lokasi, deskripsi stasiun penelitian dan cara pengambilan sampel serta analisis data; bab ke empat berisikan hasil dan pembahasan serta bab ke lima menguraikan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr Ir. M.F. Rahardjo, DEA, Bapak Dr. Ir. Djadja Subardja Sjafei dan Bapak Dr. Ir. Mas Tri Djoko Sunarno, MS selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan sumbangan pemikiran, arahan dan bimbingan selama penyusunan tesis.

2. Bapak Dr. Ir. Sulistiono MSc selaku dosen penguji dan Bapak Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS selaku ketua Program Studi Ilmu Perairan atas bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa SPs IPB.

3. Bapak Dr. Ir. Ali Suman selaku Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum yang telah memfasilitasi penelitian ini dan memberikan dukungan moril dalam rangka penyelesaian tesis ini.

4. Keluarga penulis yang telah banyak memberikan dukungan dan doa

5. Rekan-rekan Pascasarjana AIR khususnya minat MSP : Lisa Sopia Siby, Ahmad Zahid, pak Mustakim, Naning, mba Nuning dan Yuyun atas kebersamaan selama ini.

6. Wahyu Yuliani, Mulyoko, Pak Ruslan, Charles, Tina, Dewi, Prawira, Shelly Tutupoho dan rekan-rekan di Laboratorium Bio Makro I.

7. Rekan-rekan dari BRPPU : Muhammad Ali, Sigit, Dwi, Darman (Alm), Alam, Bu Etty Nurhayati, Pak Misbah dan Pak Sipon yang telah membantu penulis dalam rangka pengumpulan data.

8. Bapak-bapak dan ibu-ibu dari Pusat Riset Perikanan Tangkap yang telah banyak memberikan dukungan moril bagi penulis dalam rangka penyelesaian karya ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak yang memerlukannnya.

Bogor, 5 Agustus 2009 Penulis

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan pada tanggal 26 Desember 1960. Pendidikan formal SD diselesaikan di Pekanbaru serta SMP dan SMA di Medan. Pendidikan sarjana (S1) diselesaikan di Fakultas Perikanan Universitas Riau, Pekanbaru pada

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan dan sekarang penulis bekerja pada Balai Riset Perikanan Perairan Umum, BRKP, Departemen Kelautan dan Perikanan di Palembang.

Pada tahun 2006 penulis melanjutkan pendidikan Pascasarjana (S2) di

Program Studi Ilmu Perairan (AIR), dengan minat Manajemen Sumberdaya Perairan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Dalam usaha menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana, penulis melakukan penelitian dengan judul “Makanan dan Reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia Bleeker 1850) di Sungai Musi”. Sebagian hasil penelitian untuk tesis ini sudah disampaikan pada Seminar Nasional Tahunan VI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan pada tanggal 25 Juli 2009 dengan judul Kebiasaan makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaeniaBleeker 1850) di Sungai Musi dan akan dimuat di Jurnal Iktiologi Indonesia (JII).

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GAMBAR ... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii 1. PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar belakang... 1 1.2 Perumusan masalah... 1 1.3 Tujuan penelitian... 2 2. TINJAUAN PUSTAKA... 3 2.1 Klasifikasi ... 3 2.2 Habitat ... 4 2.3 Makanan... 5 2.4 Reproduksi ... 6 3. METODE PENELITIAN... 8 3.1 Waktu dan lokasi... 8 3.2 Deskripsi stasiun ... 8 3.3 Alat dan bahan... 10 3.4 Pengambilan sampel... 11 3.5 Analisis laboratorium ... 12 3.6 Analisis data ... 14 4. HASIL DAN PEMBAHASAN... 15 4.1 Hasil ... 15 4.2 Pembahasan... 30 KESIMPULAN... 39 DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN... 46

DAFTAR TABEL

Tabel halaman 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data ... 10 2. Parameter dan metoda analisis sifat fisik-kimia perairan dan

biologi... 11 3. Tingkat kematangan gonad ikan menurut Nikolsky (1963)... 13 4. Jumlah, kisaran panjang dan berat ikan dari bulan Desember

2007 – Bulan Juli 2008... 16 5. Jumlah, kisaran dan rata-rata panjang dan berat ikan tilan

jantan (Mastacembelus erythrotaenia) yang tertangkap dari

bulan Desember 2007 – Juli 2008... 17 6. Jumlah, kisaran dan rata-rata panjang dan berat ikan tilan

betina (Mastacembelus erythrotaenia) yang tertangkap dari

bulan Desember 2007 – Juli 2008... 17 7. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) secara umum... 20 8. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan waktu pengambilan

contoh ... 22 9. Indeks bagian terbesar (%) jenis makanan ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan stasiun... 23 10. Tingkat kematangan gonad ikan tilan berdasarkan Nikolsky

(1963)... 24 11. Berat gonad, IKG dan fekunditas ikan tilan TKG IV, V dan VI

Berdasarkan stasiun dan waktu pengambilan contoh... 27 12. Selang ukuran diameter telur (mm) dan persentase jumlah

telur ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) TKG IV dan V... 27 13. IKG rata-rata ikan tilan jantan dan betina dari bulan Februari

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) ... 3 2. Peta lokasi penelitian di Sungai Musi... 9 3. Sebaran frekuensi panjang ikan tilan (Mastacembelus

erythrotaenia) di Sungai Musi berdasarkan stasiun (dalam

ekor)... 18 4. Sebaran frekuensi panjang ikan tilan (Mastacembelus

erythrotaenia) di Sungai Musi berdasarkan bulan... 19 5. Makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) secara

umum... 21 6. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan dan

betina berdasarkan stasiun... 25 7. Persentase tingkat kematangan gonad ikan tilan jantan

(TKG I –IV) dan betina (TKG I- VI) Dari bulan Desember

2007-Juli 2008... 26 8. Grafik sebaran diameter telur ikan tilan (Mastacembelus

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Foto stasiun penelitian ... 48 2. Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tilan di

lima stasiun pengamatan... 49 3. Makanan ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia)... 54 4. Uji Khi Kuadratterhadap rasio kelamin ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) secara keseluruhan... 55 5. Uji Khi Kuadratterhadap rasio kelamin ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan stasiun... 56 6. Uji Khi Kuadratterhadap rasio kelamin ikan tilan

(Mastacembelus erythrotaenia) berdasarkan bulan ... 58 7. Foto gonad ikan tilan TKG III, IV dan V... 60 8. Jumlah ikan jantan dan betina yang tertangkap berdasarkan

TKG di setiap stasiun dan waktu... 61 9. Nilai pengamatan sifat fisika-kimia perairan di lima stasiun

penelitian selama musim penghujan, peralihan dan musim

kemarau... 62

I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Sungai Musi merupakan sungai terpanjang di Sumatera dan memiliki keanekaragaman jenis ikan yang cukup tinggi yaitu sebanyak 121 jenis ikan, salah satu jenis ikan tersebut adalah ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) yang berdistribusi di Sungai Musi bagian tengah dan bagian hilir (Utomo et al.2007).

Di Sungai Musi penyebaran ikan tilan di sungai utama, anak sungai dan rawa lebak (Utomo et al. 1992; Samuel et al. 2003; Nurdawati et al.2005; Utomo et al. 2005; 2007) dan di bagian hilir sungai (Aida et al. 2007). Ikan tilan banyak diperdagangkan sebagai ikan hias di Jambi yang dipasarkan antar pulau dan ke luar negeri seperti ke Singapura dan Malaysia (Dinas Perikanan Jambi 1993). Pemanfaatan ikan tilan sebagai ikan hias dan ikan konsumsi mengakibatkan penurunan hasil tangkapan baik di sungai Batanghari maupun di Sungai Musi (Wardoyo et al. 2002; Utomo et al. 2007).

Penurunan hasil tangkap menunjukkan turunnya jumlah ikan ini di alam. Pada gilirannya hal ini akan memberikan efek terganggunya kontinuitas produksi ikan tilan pada masa yang akan datang. Salah satu upaya menjaga kontinuitas produksi dilakukan melalui upaya budidaya, yang didahului dengan upaya domestikasi. Upaya ini memerlukan informasi biologi ikan tilan, antara lain reproduksi dan makanan; yang sifatnya masih terbatas. Informasi tentang kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan di Sungai Musi belum ada. Berdasarkan hal tersebut di atas dilakukan penelitian makanan dan reproduksi ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) di berbagai tempat yang berkaitan dengan waktu.

1.2 Perumusan masalah

Ikan tilan merupakan salah satu ikan ekonomis penting yang belum banyak diketahui aspek biologinya terutama aspek kebiasaan makanan dan reproduksi. Belum diketahui apakah kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan berbeda di berbagai tempat dalam satu rangkaian sungai. Belum diketahui juga

apakah musim juga dapat merubah kebiasaan makanan ikan tilan dan kapan dan dimana ikan tilan melakukan aktifitas pemijahan.

Ikan tilan hidup di berbagai tipe habitat antara lain anak sungai dan sungai utama. Beragamnya tipe habitat menyebabkan organisme makanan ikan tilan akan beragam pula. Jenis organisme apa saja yang menjadi makanan ikan tilan dan apakah ada perubahan jenis makanan bertalian dengan perubahan waktu dan tempat. Apakah ikan tilan memijah dipengaruhi oleh musim atau ikan tilan dapat memijah sepanjang tahun. Bagaimana tipe pemijahan ikan tilan dan dapatkah ikan tilan memijah diperairan yang dipilih sebagai stasiun. Hal yang belum diketahui apakah aktifitas reproduksi ikan tilan terkait dengan waktu. Aktifitas biologi ikan tilan pada musim penghujan dan musim kemarau berhubungan erat dengan tempat dan kualitas lingkungan perairan. Penelitian kebiasaan makanan dan reproduksi yang berhubungan dengan tempat dan musim akan dapat menjawab pertanyaan ini.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengkaji kebiasaan makanan dan reproduksi ikan tilan di berbagai tempat di Sungai Musi pada musim penghujan dan pada musim kemarau.

2.1 Klasifikasi

Berdasarkan Fis

(Gambar 1) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Filum : Subfilum : Superkelas : Kelas : Subkelas : Infrakelas : Ordo : Subordo : Famili : Genus : Species : Sinonim : : Nama daerah : Nama umum :

Gambar 1. Ikan tilan (

Famili Mastacembelidae genera yaitu Genus

spesies), (Berra 2001). memiliki tubuh yang Mastacembelidae dengan

2 TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan Fishbase (2007); Kottelat et al.(1993), klasifikasi ikan t adalah sebagai berikut :

Animalia Chordata Vertebrata Osteichthyes Actinopterygii Neopterygii Teleostei Perciformes Mastacembeloidei Mastacembelidae Mastacembelus

Mastacembelus erythrotaeniaBleeker, 1850 Mastacembelus argus Günther, 1861 Macrognathus erythrotaeniaBleeker, 1850 Iwak tilan (Palembang)

Ikan tilan (Indonesia), Fire spiny eel (Inggeris)

Gambar 1. Ikan tilan (Mastacembelus erythrotaeniaBleeker 1850

Mastacembelidae yang tersebar di Asia Tenggara terdiri Genus Macrognathus (12 spesies) dan Genus Mastacembelus

2001). Mastacembelus erythrotaenia merupakan jenis tubuh yang paling panjang dari semua jenis ikan Mastacembelidae dengan panjang maksimum 90 cm (Rainboth 1996

(1993), klasifikasi ikan tilan

Bleeker, 1850 Günther, 1861

Bleeker, 1850 Ikan tilan (Indonesia), Fire spiny eel (Inggeris)

Bleeker 1850)

Tenggara terdiri atas dua Mastacembelus (13 merupakan jenis ikan yang jenis ikan dari famili (Rainboth 1996 dalam Berra

2001). Di Indonesia terdapat tujuh jenis ikan tilan-tilanan yang berasal dari genus Mastacembelus dan Genus Macrognathus (Kottelat et al. 1993). Jenis-jenis tersebut yaitu Mastacembelus unicolor, Mastacembelus erythrotaenia, Mastacembelus armatus, Mastacembelus notopthalmus. Macrognathus aculeatus, Macrognathus keithi dan Macrognathus maculatus.

2.2 Habitat

Ikan tilan (Mastacembelus erythrotaenia) merupakan jenis ikan air tawar yang hidup di sepanjang sungai mulai dari bagian hilir sampai ke bagian hulu sungai. Ikan tilan ditemui di sungai-sungai besar, danau dan waduk di

Semenanjung Malaysia (Ng dan Tan 1999; Fishbase 2007), Thailand

(Vidthayanon dan Premcharoen 2002; Saowakoon et al. 2005; Tannil 2006), Vietnam (Hoa et al. 2006) dan Kamboja (Lim et al. 1999).

Di Indonesia ikan tilan menghuni sungai sungai besar di Sumatera dan Kalimantan antara lain Sungai Batanghari, Sungai Barito dan Sungai Kapuas (Robert 1989; Nurdawati dan Said 1995; Dudley 1996; Utomo dan Asyari 1999; Rupawan et al. 2005;), anak sungai (Hadiaty 2001; Yustina 2001), sungai-sungai kecil yang berada pada ketinggian 150-300 m di atas permukaan laut (Haryono 2006).

Beberapa tipe habitat yang dihuni oleh ikan tilan adalah tipe sungai (Samuel et al. 2003), anak sungai (Yustina 2001; Gaffar dan Fatah 2006), danau banjiran dan hutan rawa air tawar (Dudley 1996); waduk (Nastiti et al. 2006) . Selanjutnya Rachmatika (2001) mengemukakan bahwa habitat ikan tilan di DAS Mendalam di Kalimantan Barat terdapat di sekitar Desa Nanga Hovat yang airnya lebih dalam dan arusnya tidak begitu deras.

Di Sungai Musi ikan tilan merupakan jenis ikan yang hidup di perairan sungai (Samuel et al. 2003), di Sungai Lempuing yang merupakan anak sungai Komering yang terdapat rawa banjiran (Utomo et al. 2001) dan hutan rawa air tawar (Sunarno et al. 2003) namun populasinya lebih banyak tertangkap di bagian hilir sungai (Aida et al. 2007).

2.3 Makanan

Kebiasaan makanan ikan mencakup kualitas dan kuantitas makanan yang dimakan oleh ikan sedangkan kebiasaan makan adalah cara ikan mendapatkan makanannya. Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan dapat dilihat hubungan ekologi diantara organisme di perairan misalnya bentuk-bentuk pemangsaan, saingan dan rantai makanan. Jadi makanan dapat merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan sedangkan macam makanan satu spesies ikan biasanya bergantung kepada umur, tempat dan waktu (Effendie 1979).

Keberadaan ikan tilan di Sungai Tonle Sap di Kamboja sampai ke Danau Besar (Great Lake) yang merupakan rawa banjiran dan tidak dipengaruhi oleh pasang surut, makanannya adalah serangga, cacing dan tanaman air (Lim et al. 1999). Menurut Tannil (2006) komposisi makanan ikan tilan di hilir sungai Tapee Thailand adalah 56,9% ketam, 32% udang, 6% detritus, 4,8% larva serangga dan 0,3% moluska. Makanan ikan tilan berbeda dengan ikan lainnya meski dari genus yang sama yaitu Mastacembelus armatus yang memiliki makanan utama berupa udang dan ikan (Serajuddin dan Mustafa 1994). Selanjutnya jenis ikan yang masih satu famili dengan ikan tilan, Macrognathus pancalus, memakan larva serangga air yang didominasi oleh diptera sebagai makanan utamanya (Suresh et al. 2006). Oleh sebab itu berdasarkan makanannya ikan-ikan dari famili Mastacembelidae tergolong jenis ikan karnivora.

Ikan yang bentuknya sama dengan ikan tilan yaitu ikan sidat (Anguilla marmorata), makanannya terdiri dari ikan, udang, hewan moluska, serangga dan hancuran tumbuhan (debris tumbuhan). Dari nilai indeks bagian terbesar (IP), terlihat bahwa kelompok makanan yang berasal dari ikan merupakan makanan utama ikan sidat dengan IP berkisar antara 88,58-97,30% (Juli) dan antara 86,21- 94,81% (Oktober) (Samuel 2007). Makanan ikan sidat (Anguilla anguilla) di Danau Dutch di Netherland adalah invertebrata dan ikan (Lammens and Visser 1989).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ikan karnivora yang hidup di perairan tawar pada umumnya memangsa oganisme yang hidup di perairan tersebut. Ikan sembilang (Plotossus alblabris) di Sungai Musi dan ikan betutu

(Oxyeleotris marmorata) di rawa Jombor Klaten memanfaatkan udang sebagai makanan utamanya (Aida 2008; Gufriani et al. 2008). Ikan Catfish Schilbe mystus yang hidup di danau dan Mystus gulio yang hidup di perairan estuaria memakan insekta sebagai makanan utamanya (Ayoade et al. 2008; Begum et al. 2008). Ikan-ikan karnivora yang hidup di rawa banjiran Danau Arang-Arang memanfaatkan makanan yang tersedia di perairan antara lain ikan toman (Channa micropeltes), ikan gabus (Channa striata) dan ikan baung (Mystus nemurus) yang hidup di Sungai Batanghari, memangsa ikan sebagai makanan utamanya dan makanan tambahan berupa insekta (Samuel et al. 1995; 2002; Makmur dan Prasetyo 2006).

2.4 Reproduksi

Reproduksi merupakan mata rantai dalam siklus yang berhubungan dengan mata rantai yang lain untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies (Nikolsky, 1963). Reproduksi merupakan aspek yang penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Keberhasilan suatu spesies ikan dalam daur hidupnya ditentukan dari kemampuan anggotanya untuk bereproduksi di lingkungan yang berfluktuasi dan menjaga keberadaan populasinya (Moyle dan Cech, 2004).

Beberapa aspek biologi reproduksi antara lain rasio kelamin, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG), fekunditas dan musim pemijahan. Pemijahan sebagai salah satu bagian dari reproduksi, merupakan mata rantai daur hidup yang menentukan kelangsungan hidup spesies (Effendie 2002). Tingkat kematangan gonad dapat dipergunakan sebagai penduga status reproduksi ikan, ukuran dan umur pada saat pertama kali matang gonad, proporsi jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus reproduksi bagi suatu populasi atau spesies (Nielson, 1983 in Sulistiono et al. 2001).

Nisbah kelamin adalah perbandingan antara ikan jantan dan ikan betina dan berpengaruh terhadap kestabilan suatu populasi di alam dimana rasio 1: 1 merupakan kondisi yang ideal. Berdasarkan Nikolsky (1969) Dari segi tingkah laku pemijahan, perbandingan rasio kelamin dapat berubah menjelang dan selama pemijahan. Pada ikan yang melakukan ruaya untuk memijah terjadi perubahan

nisbah kelamin secara teratur. Pada awalnya ikan jantan dominan dari pada ikan betina, kemudian nisbah kelamin berubah menjadi 1:1 diakhiri dengan dominasi ikan betina.

Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang peranan penting untuk kesinambungan suatu populasi ikan dengan dinamikanya (Effendie, 1979). Ikan-ikan dari famili Mastacembelidae pada umumnya memilki fekunditas yang kecil yaitu berkisar antara 227-8310 butir untuk jenis Macrognathus pancalus (Suresh et al. 2006); 1517-27944 butir untuk jenis Mastacembelus simack (Eroglu dan Sen 2007); 1125 – 5150 butir untuk jenis ikan Mastacembelus erythrotaenia (Tannil 2006).

Indeks kematangan gonad merupakan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh yang nilainya dinyatakan dalam persen. Pertambahan berat gonad akan semakin bertambah dengan bertambahnya ukuran gonad dan diameter telur. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama pemijahan berlangsung hingga selesai (Effendie, 1979). Pada ikan belanak, IKG ikan betina berkisar antara 0,81- 12,79%, sedangkan pada ikan jantan IKG berkisar antara 0,21-1,31% (Sulistiono et al. 2001). Selanjutnya, dijelaskan bahwa nilai IKG ikan tersebut tergantung dari

nilai kematangan gonadnya. Dewantoro dan Rachmatika (2004) dari

penelitiannya terhadap ikan paray (Rasbora aprotaenia) di beberapa sungai kawasan Taman Nasional Gunung Halimun mengungkapkan bahwa secara keseluruhan dilihat dari IKG, ikan paray yang ada di setiap sungai memiliki IKG yang relatif tinggi, jantan (12,2-22,46%) dan betina (10,47-13,48%), demikian pula persentase ikan yang dalam keadaan matang gonad relatif tinggi, untuk jantan (0-28,57%) dan betina (0-33,33%). Untuk ikan Macrognathus pancalus yang masih satu famili dengan ikan tilan, nilai IKG berkisar antara 0,33-7,31 untuk ikan betina dan 0-1,89 untuk ikan jantan (Suresh et al. 2006). Demikian juga dengan ikan Mastacembelus simack yang masih satu genus dengan ikan tilan memiliki IKG berkisar antara 0,012 -21,48% untuk ikan betina dan 0,06 – 3,65% untuk ikan jantan (Eroglu dan Sen 2007).

3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan lokasi

Penelitian makanan dan reproduksi ikan tilan dilakukan selama tujuh bulan yang dimulai dari bulan Desember 2007- Juli 2008. Sampling dan observasi lapangan dilakukan sebanyak tujuh kali yaitu tiga kali yang mewakili musim penghujan (Desember 2007-Februari 2008), tiga kali pada musim peralihan (Maret 2008-Mei 2008) dan satu kali yang mewakili musim kemarau (Juli 2008). Penelitian dilakukan di Sungai Musi bagian hilir mulai dari Pulau Banjar (Mariana) sampai ke Pulau Gundul (Selat Cemara) (Gambar 3).

3.2 Deskripsi stasiun

Pulau Banjar terletak di tengah Sungai Musi yang tutupan lahannya sebagian kecil berupa hutan pedado (Sonneratia acida) dan di bagian yang tidak dimasuki air pasang berupa sawah penduduk. Pada bagian kiri Pulau Banjar merupakan areal perlintasan kapal dan sebelah kanan pulau merupakan areal penangkapan ikan dan sebagian kecil terdapat perkampungan penduduk. Pada bagian pinggir Sungai Musi yang berseberangan dengan Pulau Banjar banyak terdapat permukiman penduduk dan beberapa industri antara lain industri minyak goreng dan industri pembuatan kapal. Stasiun Pulau Banjar dimulai dari Sungai Kundur sampai ke Pulau Burung (Gambar 2, Lampiran 1).

Sungai Borang merupakan bagian dari Sungai Musi yang terpisahkan oleh sebuah pulau yaitu Pulau Borang sehingga membentuk anak sungai (Gambar 2, Lampiran 1). Tata guna lahan di sepanjang Sungai Borang berupa perkampungan penduduk. Sungai Borang dihubungkan oleh sebuah kanal dengan Sungai Kenten yang bermuara ke Selat Bangka. Terdapat beberapa anak sungai yang bermuara ke Sungai Borang antara lain Sungai Kedukan, Sungai Simpang Nyiur dan Sungai Gede yang berhubungan dengan Sungai Sebalik dan Sungai Kenten.

Stasiun Pulau Burung dimulai dari Pulau Burung sampai ke muara Sungai Upang. Pulau Burung merupakan muara sungai Borang dan Sungai Sebalik. Di kiri kanan Pulau Burung berupa hutan semak belukar dan sebagian kecil kayu pedado (Sonneratia acida). Tata guna lahan di sepanjang stasiun Pulau Burung berupa sawah dan kebun penduduk (Gambar 2, Lampiran 1).

Sumber : Bakosurtanal

Gambar 2. Peta Lokasi penelitian di Sungai Musi

Keterangan: 1. Stasiun 1 (Pulau Banjar) 2. Stasiun 2 (Sungai Borang) 3. Stasiun 3 (Pulau Burung) 4. Stasiun 4 (Pulau Gundul) 5. Stasiun 5 (Sungai Upang)

Pulau Gundul merupakan stasiun yang sudah mendekati muara Sungai Musi dan dimasuki beberapa anak sungai antara lain sungai yang terbesar adalah Sungai Selat Cemara. Stasiun penelitian ini mulai dari muara Sungai Upang sampai ke Sungai Selat Cemara di Parit 5. Tata guna lahan di Selat Cemara sebagian besar berupa sawah pasang surut dan vegetasi di pulau Gundul hampir seluruhnya berupa kayu pedado (Sonneratia acida), di sepanjang Pulau Gundul hampir tidak ditemukan permukiman penduduk (Lampiran 1).

Di Desa Upang, Sungai Musi terpecah dua dimana di bagian kiri ke arah Pulau Gundul disebut dengan Sungai Musi dan di bagian kanan disebut Sungai Upang. Hampir seluruh vegetasi yang terdapat di sepanjang stasiun Sungai Upang berupa kayu pedado (Sonneratia acida) (Lampiran 1). Stasiun Sungai Upang dimulai dari pertemuan antara Sungai Upang dengan Sungai Musi sampai ke muara Sungai Saleh. Tata guna lahan di sepanjang Sungai Upang merupakan lahan pertanian sawah pasang surut sampai ke Sungai Saleh. Sungai Upang merupakan jalur transportasi perahu motor nelayan yang menangkap ikan di laut.

3.3 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan dalam pengumpulan data

Jenis alat dan bahan Keterangan

Alat

1. Alat Tangkap Pancing, sondong, jaring, belat, strum

2. Blanko Untuk mencatat hasil tangkapan, Kualitas air

3. Timbangan

Tingkat ketelitian 1 g (ikan besar) dan 0,001 g (gonad)

4. Ember plastik besar Wadah untuk mengawetkan ikan

5. Papan ukur Mengukur panjang ikan

Bahan 1. Ikan Tilan

2. Formalin 40% Mengawetkan ikan

3. Paraform komersial Pengawet telur

Alat yang digunakan di laboratorium antara lain timbangan digital dengan ketelitian 1 g, peralatan bedah, mistar, mikroskop, botol sampel, mikrometer

okuler, gelas objek, pipet tetes, gelas ukur, cawan petri, alat tulis, kantong plastik dan wadah ikan contoh.

3.4 Pengambilan sampel

Pengambilan contoh ikan dilakukan selama lima hari penangkapan untuk setiap bulannya. Sampling dilakukan dengan menggunakan alat tangkap nelayan yang tidak selektip seperti alat tangkap belat (Seine net), strum (elektrofishing) serta alat tangkap lainnya seperti jaring kantong (trammel net), rawai (long lines) dan pancing (hook and line) (Lampiran 2). Alat tangkap tidak selektif digunakan agar semua ukuran ikan dapat tertangkap di setiap lokasi. Alat tangkap pancing dan elektrofishing digunakan untuk menangkap ikan tilan pada musim penghujan

Dokumen terkait