• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUBAGUS M MAULANA YUSUF

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2014

32

madu secara berkala, peningkatan pengamanan habitat, pengayaan habitat dan pembinaan habitat di lokasi bekas perambahan. Kegiatan pembinaan habitat dimaksudkan agar habitat memiliki faktor lingkungan yang dapat mendukung keberadaan dan produktivitas pohon pakan beruang madu, terutama peningkatan pH tanah untuk menurunkan tingkat keasaman tanah gambut. Selain itu, kegiatan pengayaan habitat juga perlu memperhatikan faktor ketebalan gambut dikarenakan hanya jenis Knema cinerea, Ilex cymosa dan Palaquium burckii saja yang banyak ditemukan pada gambut yang tebal.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurahman D. 2006. Biologi Kelompok Pertanian dan Kesehatan. Bandung (ID): Grafindo Media Pratama.

Adimihardja A, Subagyono K, Al-Jabri M. 2006. Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Rawa. Di dalam: Suriadikarta DA, Kurnia U, Mamat HS, Hartatik W, Setyorini D, editor. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian hlm 229-274.

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Jilid 1. Bogor (ID): Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.

Andriesse JP. 2003. Ekologi dan Pengelolaan Tanah Gambut Tropika. Wibowo C, Istomo, penerjemah. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB. Terjemahan dari: Nature and Management of Tropical Peat Soils.

Astuti D. 2006. Konsumsi dan Kecernaan Pakan pada Beruang Madu (Helarctos malayanus) di Taman Margasatwa Ragunan Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Augeri DM. 2005. On the Biogeographic Ecology of the Malayan Sun Bear [dissertation]. Cambridge (GB): University of Cambridge.

Berg CC, Corner EJH. 2005. Moraceae (Ficus). Flora Malesiana 17: 1-730. Bernard HCM. 2009. Orangutan Behavioural Ecology in the Sabangau Peat-

Swamp Forest, Borneo [dissertation]. Cambridge (GB): University of Cambridge.

Broto W. 2003. Teknologi Penanganan Pascapanen Buah untuk Pasar. Jakarta (ID): Agromedia Pustaka.

Chong KY, Tan HTW, Corlett RT. 2009. A Checklist of the Total Vascular Plant Flora of Singapore: Native, Naturalised and Cultivated Species. Singapore (SG): Raffles Museum of Biodiversity Research, National University of Singapore 273 pp.

Danu, Bogidarmanti R. 2012. Pohon Terentang Sebagai Bahan Baku Alternatif Pulp. Tekno Hutan Tanaman 5: 29-35.

Dwijoseputro D. 1980. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Gramedia. Endah J, Abidin Z. 2002. Membuat Tanaman Buah Kombinasi. Jakarta (ID):

33 Fitter AH, Hay RKM. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Andani S, Purbayanti ED, penerjemah; Srigandono B, editor. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. Terjemahan dari: Environmental Physiology of Plants. Fredriksson GM. 2005. Human Sun Bear Conflicts in East Kalimantan,

Indonesian Borneo. Ursus 16: 130-137.

Fredriksson GM, Wich SA, Trisno. 2006a. Frugivory in Sun Bears (Helarctos malayanus) is Linked to El Nino Related Fluctuations in Fruiting Phenology, East Kalimantan, Indonesia. Biological Journal of the Linnean Society 89: 489-508.

Fredriksson GM, Danielsen LS, Swenson JE. 2006b. Impacts of El Nino Related Drought and Forest Fires on Sun Bear Fruit Resources in Lowland Dipterocarp Forest of East Borneo. Biodiversity and Conservation 15: 1271- 1301.

Fredriksson GM. 2012. Effects of El Nino and Large-Scale Forest Fires on The Ecology and Conservation of Malayan Sun Bears (Helarctos malayanus) in East Kalimantan, Indonesian Borneo [dissertation]. Amsterdam (NL): University of Amsterdam.

Gavin DG, Peart DR. 1997. Spatial Structure and Regeneration of Tetramerista glabra in Peat Swamp Rain Forest in Indonesian Borneo. Plant Ecology 131: 223-231.

Hakim A. 2011. Keanekaragaman Metabolit Sekunder Genus Artocarpus (Moraceae). Bioteknologi 8: 86-98.

Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.

Hadrjowigeno S. 1996. Pengembangan Lahan Gambut Untuk Pertanian Suatu Peluang dan Tantangan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Tanah. Bogor (ID): Insititut Pertanian Bogor. 22 Juni 1996.

Harris LD. 1984. The Fragmented Forest: Island Biogeography Theory and The Preservation of Biotic Diversity. Chicago (US): University of Chicago Press. Irwan ZD. 2010. Prinsip-Prinsip Ekologi, Ekosistem, Lingkungan dan

Pelestariannya. Jakarta (ID): PT. Bumi Aksara.

Istomo. 2002. Kandungan Fosfor dan Kalsium serta Penyebarannya pada Tanah dan Tumbuhan Hutan Rawa Gambut (Studi Kasus di Wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Bagan, Kabupaten Rokan Hilir, Riau) [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kartono AP. 2000. Teknik Inventarisasi Satwaliar dan Habitatnya. Bogor (ID): Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

Kitchener AC, Asa CS. 2010. Bears and Canids. International Zoo Yearbook 44: 7-15.

Kochummen KM. 1989. Anacardiaceae. Di dalam: Ng FSP dan Phil D, editor. Tree Flora of Malaya a Manual for Foresters. Volume Four. Selangor [MY]: Longman Malaysia.

Kramer PJ, Kozlowski TT. 1979. Physiology of Woody Plants. Florida (US): Academic Press, Inc.

Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. New York (US): Harper & Row Publisher.

Kusmana C, Istomo. 1995. Ekologi Umum. Bogor (ID): Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

34

Lakitan B. 2008. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta (ID): Rajagrafindo Persada.

Lambert FR, Marshall AG. 1991. Keystone Characteristics of Bird-Dispersed Ficus in a Malaysian Lowland Rain Forest. Journal of Ecology 79: 793-809. Latifah S. 2005. Inventory and Quality Assessment of tropical Rainforests in the

Lore Lindu National Park, Sulawesi, Indonesia. Gottingen [DE]: Cuvillier Verlag.

Lekagul B, McNeely JA. 1977. Mammals of Thailand. Thailand (TH): Association for the Conservation of Wildlife.

Leighton M, Leighton DR. 1983. Vertebrate Responses to Fruiting Seasonality Within a Bornean Rain Forest. Di dalam : Sutton SL, Whitmore C, Chadwick AC, editor. Tropical Rain Forest: Ecology and Management. Oxford (GB): Blackwell hlm 181–196.

Linatoc AC. 1999. Ecology and Taxonomy of Mangifera sp. (Anacardiaceae) in the 50 Ha Plot of Pasoh Forest Reserve, Negeri Sembilan, Peninsular Malaysia [thesis]. Selangor (MY): University Putra Malaysia.

Litz RE. 2009. The Mango: Botany, Production and Uses. 2nd Edition. Oxfordshire (GB): CABI.

Ludwig JA, Reynolds JF. 1988. Statistical Ecology: A Primer on Methods and Computing. New York (US): Wiley.

Mangoendidjojo W. 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Maryanto I, Achmadi AS, Sinaga MH. 2007. Nama Daerah Mamalia di Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Press.

Maryanto I, Achmadi AS, Kartono AP. 2008. Mamalia Dilindungi Perundang- undangan Indonesia. Jakarta (ID): LIPI Press.

Medway L. 1978. The Wild Mammals of Malaya (Peninsular Malaysia) and Singapore.Second Edition. Kuala Lumpur (MY): Oxford University Press. Meijaard E, Sheil D, Nasi R, Augeri D, Rosenbaum B, Iskandar D, Setyawati T,

Lammertink M, Rachmatika I, Wong A, Soehartono T, Stanley S, Gunawan T,

O’Brien T. 2006. Hutan Pasca Pemanenan, Melindungi Satwaliar dalam Kegiatan Hutan Produksi di Kalimantan. Bogor (ID): CIFOR.

Meryandini A, Widosari W, Maranatha B, Sunarti TC, Rachmania N, Satria H. 2009. Isolasi Bakteri Selulolitik dan Karakterisasi Enzimnya. Makara 13: 33- 38.

Mirmanto E, Muhidin A, Yosman. 2003. Penelitian Pendahuluan Tentang Pola Percabangan dan Perakaran Hutan Rawa Gambut di Sebangau, Kalimantan Tengah. Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Noor M. 2001. Pertanian Lahan Gambut, Potensi dan Kendala. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Parnata AS. 2010. Meningkatkan Hasil Panen dengan Pupuk Organik. Jakarta (ID): AgroMedia Pustaka.

Payne J, Francis CM, Phillipps K, Kartikasari SN. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. Jakarta (ID): Prima Centra.

Poole RW. 1974. An Introduction to Quantitative Ecology. New York (US): McGraw-Hill.

35 Rahayu S. 2005. SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran. Bandung (ID):

Alfabeta.

Rasnovi S. 2006. Ekologi Regenerasi Tumbuhan Berkayu pada Sistem Agroforest Karet [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Reksohadiprodjo S. 1988. Pakan Ternak Gembala. Yogyakarta (ID): BPFE. Rinsema WT. 1993. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta (ID): Bhatara Karya Aksara. Rosmarkam A, Yuwono NW. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta (ID):

Kanisius.

Rugayah R. 2004. Pengumpulan Data Taksonomi. Di dalam Rugayah R, Widjawa EA, dan Praptiwi. Pedoman Penumpulan Data Keanekaragaman Flora. Jakarta (ID): Pusat Penelitian Biologi LIPI.

Sarwono J. 2006. SPSS 14 Panduan Cepat dan Mudah. Yogyakarta (ID): Penerbit Andi.

Sastrapradja S, Adisoemarto S, Boeadi, Munaf HB, Pranowo. 1982. Beberapa Jenis Mamalia. Bogor (ID): Lembaga Biologi Nasional-LIPI.

Schwarzenberger F, Fredriksson G, Schaller K, Kolter L. 2004. Fecal steroid analysis for monitoring reproduction in the sun bear (Helarctos malayanus). Theriogenology 62: 1677-1692.

Servheen C. 1998. Sun Bear Conservation Action Plan. Di dalam: Servheen C, Herrero S dan Peyton B, editor. Status Survey and Conservation Action Plan Bears. Newbury (GB): The Nature Conservation Bureau hlm 219-224.

Shanahan MJ. 2000. Ficus Seed Dispersal Guilds: Ecology, Evolution and Conservation Implications [dissertation]. Leeds (GB): University of Leeds. Smith RL. 1977. Element of Ecology and Field Biology. New York (US): Harper

and Row.

Soerianegara I, Indrawan A. 2005. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor (ID): Laboratorium Ekologi Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Sudomo A. 2007. Pengaruh Jumlah Mata Tunas Terhadap Kemampuan Hidup

dan Pertumbuhan Setek Empat Jenis hibrid Murbei. Jurnal Pemulaiaan Tanaman Hutan 1: 1-8.

Sunarjono H. 2008. Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Cetakan 6. Bogor (ID): Swadaya.

Timm NH. 2002. Applied Multivariate Analysis. New York (US): Springer-Verlag. [TIIP] Tropenbos International Indonesia Programme. 2010a. Buku I Data dan

Informasi Dasar Penilaian Menyeluruh Nilai Konservasi Tinggi Semenanjung Kampar. Bogor (ID). Tidak dipublikasikan.

[TIIP] Tropenbos Internasional Indonesia Programme. 2010b. Buku III: Penilaian Menyeluruh Nilai Konservasi Tinggi PT. RAPP Ring Semenanjung Kampar. Tidak Dipublikasikan.

Triono T, Mansur M, Waluyo EB, Sidiyasa K, Yafid B, Kalima T, Marfuah, Ismail, Arifin Z, Anggana. 2010. Evaluasi Kelimpahan Jenis, Populasi, Habitat dan Status Regenerasi Beberapa Jenis Gonystylus Terpilih (Non Gonystylus bancanus). Bogor (ID): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam, Badan Litbang Kehutanan.

Wahyudi T, Panggabean TR, Pujiyanto. 2006. Panduan Lengkap Kakao, Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Depok (ID): Swadaya.

36

Wee YC, Tsang KC, Chan M, Chan YM, Ng A. 2008. Oriental Pied Hornbill: Two Recent Failed Nesting Attempts on Mainland Singapore. BirdingASIA 9: 72-77.

Winangun YW. 2005. Membangun Karakter Petani Organik Sukses dalam Era Globalisasi. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Winarso S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Yogyakarta (ID): Gava Media.

Wong ST. 2002. The Ecology of Malayan Sun Bears (Helarctos malayanus) in the Lowland Tropical Rainforest of Sabah, Malaysian Borneo [thesis]. Montana (US): University of Montana.

Wong ST, Servheen CW, Ambu L. 2002. Food Habits of Malayan Sun Bears in Lowland Tropical Forest of Borneo. Ursus 13: 127-136.

Wong ST, Servheen CW, Ambu L. 2004. Home range, movement and activity patterns, and bedding sites of Malayan sun bears Helarctos malayanus in the Rainforest of Borneo. Biological conservation 119 (2): 169-181.

Wong ST. 2013. Special Moments with Wan-Wan and Mamatai in the BSBCC Forest Enclosure Part I. http://sunbears.wildlifedirect.org/category/mamatai- 2/ [diakses 29 Agustus 2013].

Yasuma S, Alikodra HS. 1990. Mammals of Bukit Soeharto Protection Forest. Samarinda (ID): PUSREHUT Universitas Mulawarman.

37

38

Lampiran 1 Jenis pohon pakan beruang madu di Hutan Lindung Sungai Wain No. Nama latin Suku Bagian yang dimakan

1. Aglaia sp. Meliaceae Buah

2. Alangium ridley Alangiaceae Buah 3. Artocarpus anisophyllus Moraceae Buah 4. Artocarpus dadah Moraceae Buah 5. Artocarpus integer Moraceae Buah 6. Artocarpus nitidus Moraceae Buah 7. Baccaurea bracteata Euphorbiaceae Buah 8. Baccaurea macrocarpa Euphorbiaceae Buah 9. Baccaurea sp. Euphorbiaceae Buah 10. Barringtonia sp. Lecythidaceae Bunga 11. Crypteronia sp. Crypteroniaceae Buah 12. Cryptocarya sp. Lauraceae Buah 13. Dacryodes rostrata Burseraceae Buah 14. Dacryodes rugosa Burseraceae Buah 15. Dehaasia sp. Lauraceae Buah 16. Dialium indum Caesalpiniaceae Buah 17. Diospyros sp.1 Ebenaceae Buah 18. Diospyros sp.2 Ebenaceae Buah 19. Diospyros sp.3 Ebenaceae Buah 20. Durio dulcis Bombacaceae Buah 21. Durio graveolens Bombacaceae Buah 22. Durio lanceolata Bombacaceae Buah 23. Durio oxleyanus Bombacaceae Buah 24. Dysoxylum sp. Meliaceae Buah 25. Eugenia polyanthe Myrtaceae Buah 26. Ficus benjamina Moraceae Buah

27. Ficus lowii Moraceae Buah

28. Ficus sp.1 Moraceae Buah

29. Ficus sp.2 Moraceae Buah

30. Ficus sp.3 Moraceae Buah

31. Ficus sp.4 Moraceae Buah

32. Ficus sp.5 Moraceae Buah

33. Ficus sp.6 Moraceae Buah

34. Garcinia mangostana Guttiferae Buah 35. Garcinia parvifolia Guttiferae Buah 36. Garcinia sp. Guttiferae Buah 37. Horsfieldia sp. Myristicaceae Buah 38. Ilex sp. Aquifoliaceae Buah 39. Knema laterica Myristicaceae Buah 40. Knema sp. Myristicaceae Buah 41. Lansium domesticum Meliaceae Buah 42. Lithocarpus gracilis Fagaceae Buah 43. Lithocarpus sp. Fagaceae Buah 44. Litsea angulata Lauraceae Buah

39 Lampiran 1 Lanjutan

No. Nama latin Suku Bagian yang dimakan

46. Litsea sp.2 Lauraceae Buah

47. Madhuca kingiana Sapotaceae Buah 48. Magnolia sp.1 Magnoliaceae Buah 49. Magnolia sp.2 Magnoliaceae Buah 50. Mangifera caesia Anacardiaceae Buah 51. Magifera foetida Anacardiaceae Buah 51. Mangifera torquenda Anacardiaceae Buah 53. Mangifera sp. Anacardiaceae Buah 54. Microcos sp. Tiliaceae Buah 55. Monocarpia kalimantanensis Annonaceae Buah 56. Nephelium sp. Sapindaceae Buah 57. Palaquium sp. Sapotaceae Buah 58. Polyalthia sp.1 Annonaceae Buah 59. Polyalthia sp.2 Annonaceae Buah 60. Pternandra sp. Melastomataceae Buah 61. Quercus argentata Fagaceae Buah

62. Quercus sp. Fagaceae Buah

63. Santiria oblongifolia Burseraceae Buah 64. Santiria tomentosa Burseraceae Buah 65. Syzigium tawahense Myrtaceae Buah 66. Syzigium sp.1 Myrtaceae Buah 67. Syzigium sp.2 Myrtaceae Buah 68. Syzigium sp.3 Myrtaceae Buah 69. Tetramerista glabra Tetrameristaceae Buah

70. Walsura sp. Meliaceae Buah

71. Xerospermum norhonianum Sapindaceae Buah 72. Xerospermum sp. Sapindaceae Buah Sumber: Fredriksson et al. (2006a).

40

Lampiran 2 Daftar jenis tumbuhan di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti No. Nama lokal Nama latin Suku

1. Ara Ficus stricta (Miq.)Miq. Moraceae 2. Arang-arang Diospyros maingayi (Hiern.) Bakh. Ebenaceae 3. Asam-asam Antidesma coriaceum Tul. Euphorbiaceae 4. Balang-balang Syzygium rostratum DC. Myrtaceae 5. Basung-basung Alstonia pneumatophora Backer ex den Berger Apocynaceae 6. Bengku Madhuca motleyana (de Vriese) J.F.Macbr Sapotaceae 7. Bintangur Calophyllum pulcherrimum Wall. Clusiaceae 8. Cemetik Garcinia sp. Clusiaceae 9. Darah-darah Knema cinerea Warb. Myristicaceae 10. Duku-duku Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr. Meliaceae 11. Durian hutan Durio carinatus Mast. Bombacaceae 12. Garam-garam Stemonurus scorpioides Becc. Icacinaceae 13. Geronggang Cratoxylum arborescens (Vahl) Blume Hypericaceae 14. Idan Xerospermum noronhianum Blume Sapindaceae 15. Jambu-jambu Syzygium claviflorum Roxb. Myrtaceae 16. Jangkang Xylopia altissima Boerl. Annonaceae 17. Kandis Garcinia parvifolia Clusiaceae 18. Katur Dryobalanops sp1. Dipterocarpaceae 19. Kedondong hutan Dacryodes rostrata (Blume) H.J.Lam Burseraceae 20. Kelakap Melanarrhoea sp. Anacardiaceae 21. Kelat kelam Syzygium sp.1 Myrtaceae 22. Kelat merah Acmena acuminatissima (Blume) Merr. &

L.M.Perry Myrtaceae

23. Kelat putih Syzygium inophyllum DC. Myrtaceae 24. Kelumpang Magnolia elegans (Blume) Keng Magnoliaceae 25. Kempas Koompassia malaccensis Benth Caesalpiniaceae 26. Keranji Dialium maingayi Baker Caesalpiniaceae 27. Kopi-kopi Timonius flavescens (Jacq.) Baker Rubiaceae 28. Lalan Canarium sp. Burseraceae 29. Mahang Macaranga semiglobasa J.J. Sm. Euphorbiaceae 30. Malas Parastemon urophyllus (A.DC. ex Wall.) A.DC. Chrysobalanaceae 31. Manggis hutan Garcinia bancana Miq. Clusiaceae 32. Marpoyan Rhodamnia cinerea Jack. Myrtaceae 33. Medang keladi Litsea lanceolata (Blume) Koesterm. Lauraceae 34. Medang lundu Litsea oppositifolia Gibbs. Lauraceae 35. Mempening Quercus sp. Fagaceae

36. Meranti bakau Shorea rugosa Heim Dipterocarpaceae 37. Meranti bunga Shorea teysmanniana Dyer ex Brandis Dipterocarpaceae 38. Mersawa Anisoptera curtisii Dyer ex King Dipterocarpaceae 39. Mesio Ilex cymosa Blume Aquifoliaceae 40. Nangka hutan Artocarpus rigidus Blume Moraceae 41. Nasi-nasi Artocarpus rigidus Blume Moraceae 42. Pakam Syzygium zeylanicum (L.) DC. Myrtaceae 43. Parak Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser Rhizophoraceae 44. Pasak linggo Aglaia rubiginosa (Hiern) Pannell Meliaceae

41 Lampiran 2 Lanjutan

No. Nama lokal Nama latin Suku 45. Pasir-pasir Cotylelobium melanoxylon (Hook.f.) Pierre Dipterocarpaceae 46. Pelawan Tristaniopsis merguensis (Griff.) Wilson &

Waterhouse Myrtaceae 47. Petai hutan Archidendron clypearia (Jack)I.C.Nielsen Fabaceae 48. Piandang Quassia borneensis Noot. Simarubaceae 49. Pisang-pisang Goniothalamus tapis Miq. Annonaceae 50. Pulai Alstonia angustiloba Miq. Apocynaceae 51. Punak Tetramerista glabra Miq. Theaceae 52. Rambai hutan Baccaurea bracteata Muell.Arg. Euphorbiaceae 53. Ramin Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz Thymelaeaceae 54. Rengas Gluta renghas L. Anacardiaceae 55. Resak Vatica rassak (Korth.) Blume Dipterocarpaceae 56. Salakeo Mangifera griffithii Hook.f. Anacardiaceae 57. Samak Syzygium sp.2 Myrtaceae 58. Selumar Jackiopsis ornata (Wall.) Ridsdale Rubiaceae 59. Semaram Palaquium sumatranum Burck Sapotaceae 60. Seminai Palaquium ridleyi K. & G. Sapotaceae 61. Senduk-senduk Endospermum diadenum (Miq.) Airy Shaw Euphorbiaceae 62. Simpoh Dillenia reticulata King Dilleniaceae 63. Sonde Payena leerii (Teijsm. & Binn.) Kurz Sapotaceae 64. Suntai Palaquium burckii H.J.Lam Sapotaceae 65. Tempurung bintang Blumeodendron tokbrai (Blume) Kurz Euphorbiaceae 66. Tenggek burung Euodia lunuankenda (Gaertn.) Merr. Rutaceae 67. Terap Artocarpus elasticus Reinw Moraceae 68. Terentang Camnosperma coriaceum (Jack.) Hall. F.

Ex Steen Anacardiaceae 69. Terpis Polyalthia hypoleuca Hook.f. & Thomson Annonaceae 70. Trenggayun Parartocarpus sp1. Moraceae

42

Lampiran 3 Hasil perhitungan rasio ragam dan nilai tengah jenis tumbuhan pakan beruang madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti

No. Nama lokal Ragam (S2) Nilai tengah (X) Pola sebaran* 1. Ara 0.074 0.058 Mengelompok 2. Arang-arang 4.172 1.188 Mengelompok 3. Balang-balang 0.087 0.072 Mengelompok 4. Bengku 6.200 1.678 Mengelompok 5. Cemetik 0.064 0.058 Mengelompok 6. Darah-darah 1.166 0.611 Mengelompok 7. Durian hutan 0.108 0.087 Mengelompok 8. Idan 3.810 0.375 Mengelompok 9. Jambu-jambu 0.765 0.192 Mengelompok 10. Kandis 0.440 0.154 Mengelompok 11. Kedondong hutan 1.124 0.418 Mengelompok 12. Kelat kelam 0.071 0.034 Mengelompok 13. Kelat merah 9.275 1.779 Mengelompok 14. Kelat putih 10.298 2.462 Mengelompok 15. Kelumpang 0.024 0.014 Mengelompok 16. Keranji 0.116 0.053 Mengelompok 17. Manggis hutan 0.589 0.303 Mengelompok 18. Medang keladi 1.884 0.505 Mengelompok 19. Medang lundu 0.667 0.332 Mengelompok 20. Mempening 0.019 0.010 Mengelompok 21. Mesio 3.492 1.375 Mengelompok 22. Nangka hutan 0.929 0.192 Mengelompok 23. Nasi-nasi 1.237 0.404 Mengelompok 24. Parak 0.221 0.144 Mengelompok 25. Punak 0.654 0.236 Mengelompok 26. Salakeo 1.213 0.620 Mengelompok 27. Samak 0.155 0.063 Mengelompok 28. Semaram 0.042 0.034 Mengelompok 29. Seminai 0.245 0.212 Mengelompok 30. Simpoh 0.155 0.063 Mengelompok 31. Suntai 1.200 0.226 Mengelompok 32. Terap 0.076 0.038 Mengelompok 33. Terentang 1.142 0.602 Mengelompok 34. Terpis 0.311 0.178 Mengelompok *Kriteria pola sebaran: S2=X , maka sebarannya acak; S2<X, maka sebarannya seragam;

43 Lampiran 4 Hasil uji korelasi setiap jenis pohon pakan beruang madu dengan

komponen habitat

Jenis Correlations

pH tanah Ketebalan gambut Intensitas cahaya

Ara Pearson Correlation 0.078 -0.058 0.242** Sig. (1- tailed) 0.117 0.189 0.000 N 234 234 234 Arang-arang Pearson Correlation 0.080 -0.131* -0.049 Sig. (1-tailed) 0.111 0.022 0.230 N 234 234 234 Balang-balang Pearson Correlation -0.028 -0.117* -0.032 Sig. (1-tailed) 0.336 0.037 0.315 N 234 234 234 Bengku Pearson Correlation -0.127* -0.034 -0.089 Sig. (1-tailed) 0.026 0.301 0.088 N 234 234 234 Cemetik Pearson Correlation 0.019 0.033 -0.024 Sig. (1-tailed) 0.385 0.309 0.358 N 234 234 234 Darah-darah Pearson Correlation -0.001 0.171** -0.032 Sig. (1-tailed) 0.493 0.004 0.313 N 234 234 234

Durian hutan Pearson

Correlation 0.046 -0.113* -0.054 Sig. (1-tailed) 0.240 0.042 0.207 N 234 234 234 Idan Pearson Correlation 0.043 0.088 0.060 Sig. (1-tailed) 0.258 0.089 0.180 N 234 234 234 Jambu-jambu Pearson Correlation 0.167** 0.100 -0.020 Sig. (1-tailed) 0.005 0.064 0.378 N 234 234 234 Kandis Pearson Correlation 0.100 0.073 -0.003 Sig. (1-tailed) 0.064 0.135 0.483 N 234 234 234 Kedondong hutan Pearson Correlation 0.093 -0.052 0.121* Sig. (1-tailed) 0.079 0.215 0.033 N 234 234 234

Kelat kelam Pearson

Correlation -0.140* -0.030 -0.052

Sig. (1-tailed) 0.016 0.325 0.216

44

Lampiran 4 Lanjutan

Jenis Correlations

pH tanah Ketebalan gambut Intensitas cahaya

Kelat putih Pearson

Correlation 0.015 0.062 -0.031 Sig. (1-tailed) 0.411 0.172 0.320 N 234 234 234 Kelumpang Pearson Correlation 0.042 0.043 0.052 Sig. (1-tailed) 0.260 0.256 0.215 N 234 234 234 Keranji Pearson Correlation 0.101 -0.248** -0.062 Sig. (1-tailed) 0.061 0.000 0.174 N 234 234 234 Manggis hutan Pearson Correlation 0.067 0.022 0.015 Sig. (1-tailed) 0.152 0.370 0.411 N 234 234 234 Medang keladi Pearson Correlation 0.139* -0.045 0.037 Sig. (1-tailed) 0.017 0.246 0.286 N 234 234 234 Medang lundu Pearson Correlation 0.007 0.120* -0.020 Sig. (1-tailed) 0.460 0.033 0.381 N 234 234 234 Mempening Pearson Correlation 0.086 0.065 -0.008 Sig. (1-tailed) 0.094 0.162 0.450 N 234 234 234 Mesio Pearson Correlation 0.028 0.168** -0.018 Sig. (1-tailed) 0.335 0.005 0.392 N 234 234 234 Nangka hutan Pearson Correlation -0.035 -0.184** -0.031 Sig. (1-tailed) 0.300 0.002 0.319 N 234 234 234 Nasi-nasi Pearson Correlation 0.053 -0.036 0.026 Sig. (1-tailed) 0.210 0.292 0.346 N 234 234 234 Parak Pearson Correlation -0.055 -0.001 -0.005 Sig. (1-tailed) 0.200 0.493 0.471 N 234 234 234 Punak Pearson Correlation 0.027 0.085 -0.095 Sig. (1-tailed) 0.340 0.098 0.074 N 234 234 234 Salakeo Pearson Correlation 0.162** 0.217** -0.064 Sig. (1-tailed) 0.007 0.000 0.166 N 234 234 234

45 Lampiran 4 Lanjutan

Jenis Correlations

pH tanah Ketebalan gambut Intensitas cahaya Samak Pearson Correlation 0.086 0.065 -0.021 Sig. (1-tailed) 0.094 0.162 0.373 N 234 234 234 Semaram Pearson Correlation 0.027 0.104 0.103 Sig. (1-tailed) 0.338 0.057 0.059 N 234 234 234 Seminai Pearson Correlation 0.003 -0.081 -0.063 Sig. (1-tailed) 0.481 0.110 0.167 N 234 234 234 Simpoh Pearson Correlation 0.042 -0.104 -0.037 Sig. (1-tailed) 0.260 0.057 0.287 N 234 234 234 Suntai Pearson Correlation 0.024 0.280** -0.072 Sig. (1-tailed) 0.359 0.000 0.135 N 234 234 234 Terap Pearson Correlation 0.164** 0.071 -0.014 Sig. (1-tailed) 0.006 0.140 0.416 N 234 234 234 Terentang Pearson Correlation -0.115 -0.200** 0.111 Sig. (1-tailed) 0.039 0.001 0.045 N 234 234 234 Terpis Pearson Correlation -0.100 -0.083 0.051 Sig. (1-tailed) 0.064 0.104 0.219 N 234 234 234

*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).

46

Lampiran 5 Hasil perhitungan analisis faktor

KMO and Bartlett's Testa

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .500

Bartlett's Test of Sphericity Approx. Chi-Square 4.825

df 1 Sig. .028 a. Based on correlations Anti-image Matrices pH_tanah ketebalan_gamb ut

Anti-image Covariance pH_tanah .979 -.141

ketebalan_gambut -.141 .979

Anti-image Correlation pH_tanah .500a -.144

ketebalan_gambut -.144 .500a

a. Measures of Sampling Adequacy(MSA)

Communalities

Raw Rescaled

Initial Extraction Initial Extraction

pH_tanah .003 6.047E-5 1.000 .021

ketebalan_gambut .301 .301 1.000 1.000

47 Lampiran 5 Lanjutan

Total Variance Explained

Component

Initial Eigenvaluesa Extraction Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative %

Raw 1 .301 99.073 99.073 .301 99.073 99.073

2 .003 .927 100.000

Rescaled 1 .301 99.073 99.073 1.021 51.051 51.051

2 .003 .927 100.000

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. When analyzing a covariance matrix, the initial eigenvalues are the same across the raw and rescaled solution. Component Matrixa Raw Rescaled Component Component 1 1 ketebalan_gambut .549 1.000 pH_tanah .008 .145

Extraction Method: Principal Component Analysis.

a. 1 components extracted.

Component Score Coefficient Matrixa

Component

1

pH_tanah .001

ketebalan_gambut 1.000

Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.

RINGKASAN

TUBAGUS M. MAULANA YUSUF. Keanekaragaman Jenis Pohon Pakan Beruang Madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti, Riau. Dibimbing oleh AGUS PRIYONO KARTONO dan BURHANUDDIN MASYUD.

Beruang madu termasuk salah satu spesies langka yang ada di Sumatera dan Kalimantan. Areal konservasi PT. RAPP Estate Meranti merupakan habitat beruang madu di Riau, Sumatera. Informasi keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu di areal konservasi PT. RAPP Estate Meranti sampai saat ini belum tersedia. Informasi tersebut dapat dijadikan acuan pengelolaan habitat beruang madu untuk mencegah kurangnya ketersediaan pakan beruang madu.

Penelitian dilakukan di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti yang terletak di Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2012. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu, pola sebaran pohon pakan beruang madu dan faktor lingkungan yang menentukan keberadaan jenis pohon pakan beruang madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti.

Metode penelitian yang digunakan adalah studi pustaka, analisis vegetasi dan observasi lapang. Data yang dikumpulkan meliputi nama jenis, jumlah individu, diameter, tinggi pohon, pH tanah, intensitas cahaya matahari dan ketebalan gambut. Pengumpulan data dilakukan pada setiap petak contoh. Metode pengambilan unit contoh yang digunakan adalah stratified random sampling dengan intensitas sampling 0.1%.

Jumlah jenis pohon pakan beruang madu yang ditemukan di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti sebanyak 34 jenis. Jenis bengku (Madhuca motleyana) merupakan jenis pohon pakan beruang madu yang paling dominan di areal konservasi. Berdasarkan karakteristik abiotik areal konservasi, keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu paling tinggi ditemukan di areal dengan pH tanah 4.5, ketebalan gambut 5m dan intensitas cahaya matahari <10000 lx. Pola sebaran pohon pakan beruang madu adalah berkelompok. Faktor lingkungan yang menentukan keanekaragaman jenis pohon pakan beruang madu di Areal Konservasi PT. RAPP Estate Meranti adalah pH tanah dan ketebalan gambut.

SUMMARY

TUBAGUS M. MAULANA YUSUF. Diversity of Tree Species As Sun Bear Food in Conservation Area of PT. RAPP Meranti Estate, Riau. Supervised by AGUS PRIYONO KARTONO and BURHANUDDIN MASYUD.

Sun bear is one of the rarest species in Sumatera and Kalimantan. Conservation Area of PT. RAPP Meranti Estate is one of the habitat for sun bear in Riau, Sumatera. Information about diversity of tree species as sun bear food sources in this area has not been available until now. These information can be used as a reference for habitat management to prevent the lack of availability of sun bear food.

This research was conducted in Conservation Area of PT. RAPP Meranti Estate, Pelalawan, Riau from June to July 2012. The objectives of this research was to identify the diversity and distribution pattern of tree species as sun bear food, and also to identify the environment factor that determine the diversity of tree species as sun bear food sources.

The methods of this research was literature review, vegetation analysis, and

Dokumen terkait