• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Transportasi mempunyai peran ganda dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah yang berperan sebagai urat nadi kegiatan ekonomi dan sebagai komoditas industri pelayanan jasa. Mobiltias penduduk dari daerah satu ke daerah yang lain semakin meningkat sehingga kebutuhan alat transportasi dirasa sangat penting. Meningkatnya industri jasa transportasi angkutan udara maupun darat menyebabkan terjadinya persaingan harga tiket dan pelayanan sehingga menyebabkan penawaran lebih kecil dari permintaan.

PO. Rosalia Indah adalah salah satu industri pelayanan jasa transportasi darat bis dengan trayek Jawa dan Sumatera. Pada saat berdiri tahun 1991 hanya memiliki 11 bis kelas ekonomi dengan jurusan Solo – Blitar PP. Sampai saat ini armada yang dimiliki telah mencapai sebanyak 139 bis yang terdiri 8 bis kelas Super Eksekutif, 70 bis kelas Eksekutif, 8 kelas VIP, 20 kelas PATAS, 18 kelas Ekonomi, 6 khusus Pariwisata dan 9 bis sebagai Cadangan. Kapasitas kursi masing-masing kelas yaitu 22 kursi kelas Super Eksekutif, 32 kursi kelas Ekonomi, 32 kursi kelas VIP, 54 kursi kelas PATAS dan 54 kursi kelas Ekonomi.

Permintaan dan penawaran masing-masing kelas rata-rata per hari yaitu : supply kelas Super Eksekutif 88 kursi tetapi demand 66 penumpang, supply kelas Eksekutif 1.120 kursi tetapi demand 946 penumpang, supply kelas VIP 128 kursi tetapi demand 102 penumpang, supply kelas PATAS 540 kursi tetapi demand 432 penumpang, supply kelas Ekonomi 488 kursi tetapi demand 413 penumpang. Penelitian ini bertujuan mengoptimalkan penggunaan armada sehingga tercapai keuntungan yang maksimal

Berdasarkan hasil analisis Metode Jaringan dan Linier Programing diketahui keuntungan operasional perjalanan per hari kelas Super Eksekutif : Rp. 4.785.000, Eksekutif: Rp. 78.575.000, VIP: Rp. 4.010.000, PATAS: Rp. 22.145.000, Ekonomi : Rp. 18.438.000 dan total pendapatan perhari Rp. 127.953.000 atau Rp. 7.677 juta perbulan. Setelah dikurangi biaya operasional perbulan sebesar Rp. 7.374 juta maka laba perbulan sebesar Rp. 302 juta. Terdapat beberapa trayek yang rugi atau keuntungan dibawah 60% dari biaya operasional yaitu : Super Eksekutif : Solo – Jakarta (-15%), Eksekutif : Surabaya – Merak (43%), Ponorogo – Lampung (6%), Karanganyar – Merak (46%), Solo – Lampung (24%), VIP : Blitar – Bogor (51%), Solo – Merak (39%) dan PATAS : Kediri – Jakarta (-4%).

Hasil optimalisasi melalui alternatif-1 dengan cara kelas Super Eksekutif dan Eksekutif menghentikan sementara trayek yang rugi sehingga keuntungan Super Eksekutif menjadi Rp. 6.060.000 dan Eksekutif menjadi 83.250.000. Untuk kelas VIP mengubah jurusan Solo –Merak menjadi Sragen – Merak sehingga keuntungan menjadi Rp. 4.225.000. Sedangkan kelas PATAS dan Ekonomi kondisi tetap tidak dioptimasi maka keuntungan yang diperoleh meningkat menjadi Rp. 134.118.000. atau perbulan sebesar Rp. 8.047 juta. Setelah dikurangi biaya operasional maka laba perbulan sebesar Rp. 672 juta. Tetapi alternatif-1 menimbulkan dapak sosial yang tinggi yaitu pengurangan jumlah armada yang menimbulkan pengurangan pegawai.

Alternatif-2 dengan cara semua armada tetap dioperasional tetapi mengubah pemberangkatan bis ke kota lain dengan memperhatikan biaya operasional perjalanan. Kelas Super Eksekutif semula Solo – Jakarta menjadi Karanganyar – Merak maka keuntungan relatif turun menjadi Rp. 4.570.000. Bis kelas Eksekutif semula dari Surabaya 9 bis dikurangi menjadi 6 bis dan dipindah ke kota lain yaitu: Madiun semula 4 bis menjadi 5 bis, Sragen semula 3 bis menjadi 4 bis dan Solo semula 4 bis menjadi 5 bis sehingga keuntungan menjadi Rp. 80.635.000. Untuk armada kelas VIP dan Ekonomi kondisi tetap seperti alternatif-1 dan kelas PATAS dilakukan perubahan jurusan Kediri – Jakarta menjadi Madiun – Bogor maka keuntungan menjadi Rp. 22.345.000. Sehingga total keuntungan semua kelas diperoleh sebesar Rp. 130.213.000 atau perbulan sebesar Rp. 7.812 juta. Setelah dikurangi biaya operasional maka laba perbulan sebesar Rp.438 juta

Alternatif-3 yaitu semua armada tetap dioperasionalkan dengan cara armada kelas Super Eksekutif dikurangi dan pindah menjadi kelas Ekonomi dengan jurusan Madiun – Merak sehingga keuntungan bis kelas Ekonomi menjadi Rp. 17.487.000. Untuk armada kelas Eksekutif, PATAS dan VIP kondisi tetap seperti alternatif-2 maka total keuntungan semua kelas menjadi Rp. 130.752.000 atau perbulan Rp.7.845 juta dan setelah dikurangi biaya operasional maka laba perbulan Rp.470,7 juta. Alternatif-3 lebih tepat untuk perusahaan karena tidak menimbulkan dampak sosial yaitu pengurangan armada dan pegawai.

Bambang Pramudya as Chairman and Hartisari Hardjomidjojo as member.

PO Rosalia Indah is one of land transportation service industry player/provider that servicing the route between Java and Sumatra. Founded in 1991, it started its services with 11 economy class buses that serviced Solo – Blitar to and from route. Until today, its route has been expanding to 139 buses consists of 8 super executive class buses, 70 executive class buses, 8 VIP class buses, 20 PATAS class buses, 18 economy class buses, 6 tourism buses, and 9 substitute buses. Seat capacity for each classes are 22 seats for super executive class, 32 seats for executive class, 32 seats for VIP class, 54 seats for PATAS class, and 54 seats for economy class.

The comparison between supply and demand for each class are : Super Executive Class 88 seats : 66 passengers, Executive Class 1.120 seats : 946 passengers, VIP Class 128 seats : 102 passengers, PATAS class 540 seats : 432 passengers and Economy class 488 seats : 413 passengers. This research aims to optimize the use of routes so it will deliver maximum profit for the company.

Based on the result of Linear Analysis Programming, it is known that the profit of daily operating trip are Rp 126.770.000,00 as a total daily earning. There are some route with less profit which make less than 60% earning below the operating cost, they are : Super Executive Class : Solo – Jakarta route (-15%), Executive Class: Surabaya – Merak route (43%), Ponorogo – Lampung route (6%), Karanganyar – Merak route (46%), Solo – Lampung route (24%), VIP Class : Blitar – Bogor route (51%), Solo – Merak route (39%) and PATAS class : Kediri – Jakarta route (-4%)

The optimum result from alternative 1 by temporarily discontinuing the less benefit route of Super Executive Class dan Executive Class. VIP Class changing the route of Solo – Merak to Sragen – Merak. While for both PATAS class and Economy class with current condition (without optimising efforts) will increase the profit amount of Rp. 132.935.000,00

Alternative 2 is carried out by maintaining the operating current routes but change the bus route to other city with strictly focus on operating cost for each trip. Change the route of Super Executive Class and reducing the number of Executive class fleet from Surabaya,so that the total profit from all class will be Rp 129.030.000,00.

Whereas, for the alternative 3 which maintaining the operating of all routes but reducing the number of route of Super Executive Class and transfer it to Economy class for the route of Madiun – Merak will produce the profit amount of Rp 16.230.000,00. Maintaining the current conditiion for Executive class, PATAS, and VIP class as it is maintained in alternative 2 will sum the total profit amount of all classes to Rp. 129.495.300,00. This alternative is the most appropriate choice for the company since the social effects of reducing the number of routes and employees is none.

Dokumen terkait