• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Wilayah

2.3 Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Untuk mendorong perkembangan suatu wilayah maka perlu didorong pengembangan sektor basis, yaitu sektor yang semua kegiatannya, baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatannya. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat Exogeneus (tidak bergantung pada kekuatan intern atau permintaan lokal). Pengembangan sektor basis ini akan berpengaruh positif dalam mendorong perkembangan sektor non basis yang bersifat hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal sehingga permintaan pada sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat dan karenanya kenaikan sektor non basis sejalan dengan kenaikan tingkat pendapatan masyarakat setempat (Tarigan, 2005).

Sektor basis merupakan sektor unggulan yang dimiliki oleh suatu wilayah, dimana hal tersebut dihitung dari besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian daerah, sedangkan sektor non basis merupakan sektor yang tidak dijadikan unggulan dalam satu daerah, dimana barang dan jasa hasil produksi yang dihasilkan hanya dapat digunakan di daerahnya sendiri, bahkan terkadang untuk memenuhi kebutuhan di daerahnya harus

15

mendatangkan barang dan jasa sektor tersebut dari daerah lain (Bappeda, 2011).

Beberapa sektor basis dan non basis yang digunakan untuk mendorong perkembangan suatu wilayah dibagi menjadi 9 sektor, yaitu: 1. Sektor Pertanian

Mencakup segala pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biologis (hidup) yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk dikonsumsi, meliputi:

a) Tanaman Bahan Pangan

Segala kegiatan yang menghasilkan komoditi bahan pangan. b) Tanaman Perkebunan

Baik yang diusahakan oleh rakyat, maupun oleh perusahaan perkebunan.

c) Peternakan

Segala kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun oleh perusahaan peternakan.

d) Kehutanan

Kegiatan penebangan segala jenis kayu serta pengambilan daun-daunan, getah-getahan, dan akar-akaran, termasuk kegiatan perburuan.

16 e) Perikanan

Kegiatan penangkapan, pembenihan, budidaya segala jenis ikan dan biota ikan lainnya, baik yang berada di air tawar maupun air asin. 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Mencakup penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian, pemilihan, dan pengambilan segala macam barang tambang, mineral, dan bahan galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, cair, dan gas. Dapat dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi dengan tujuan menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual, dan diproses lebih lanjut, meliputi: pertambangan migas, pertambangan tanpa migas, dan penggalian.

3. Sektor Industri dan Pengolahan

Dibedakan menjadi 2, yaitu industri migas dan non migas: a.) Industri Migas: pengilangan minyak bumi dan gas alam cair.

b.) Industri Non Migas: industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri rumahtangga.

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih a.) Listrik

Mencakup pembangkitan atau penyaluran tenaga listrik, baik yang diselenggarakan oleh Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN) maupun perusahaan non PLN, seperti pembangkit listrik oleh perusahaan pemerintah daerah dan listrik yang diusahakan oleh swasta

17

(perorangan maupun perusahaan) dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dari transmisi dan listrik yang dicuri.

b.) Gas Kota

Mencakup penggunaan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti hotel, restoran dan sebagainya. Gas ini di distribusikan lewat pipa ke beberapa rumah didalam satu kota

c.) Air Bersih

Mencakup proses pembersihan, pemurnian, dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa atau alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah maupun swasta.

5. Sektor Bangunan

Suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya, meliputi kegiatan pembuatan, pembangunan, pemasangan, dan perbaikan semua jenis konstruksi.

6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran a.) Perdagangan

1.) Perdagangan Besar

Kegiatan pengumpulan dan penjualan kembali oleh pedagang dari produsen atau importir ke pedagang besar lainnya, pedagang eceran, perusahaan, dan lembaga yang tidak mencari untung.

18 2.) Perdagangan eceran

Kegiatan pedagang yang pada umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga.

b.) Hotel

Mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan.

c.) Restoran

Mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan.

7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan terdiri dari jasa angkutan jalan raya, angkutan rel kereta api, angkutan laut, angkutan sungai, danau, dan penyebrangan, angkutan udara, serta jasa penunjang angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor.

Komunikasi terdiri dari kegiatan pos/giro dan jasa penunjang komunikasi. Pos/giro mencakup kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman surat, wesel, dan paket pos yang diusahakan oleh perum pos/giro.

19

Jasa penunjang telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, dan telex. Juga meliputi kegiatan seperti wartel, radio panggil (pager), dan telepon seluler (handphone).

8. Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan a.) Lembaga Keuangan

1.) Bank

Kegiatan yang memberikan jasa keuangan kepada pihak lain. 2.) Jasa Asuransi

Salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya kerugian finansial suatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh terjadinya musibah atau kecelakaan atas barang atau orang tersebut.

3.) Dana Pensiun

Badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.

4.) Pegadaian

Mencakup usaha lembaga perkreditan pemerintah yang bersifat monopoli dan dibentuk berdasarkan ketentuan undang-undang yang tugasnya antara lain membina perekonomian rakyat kecil dengan menyalurkan kredit atas dasar hukum gadai dengan cara yang mudah, cepat, aman, dan hemat kepada petani, nelayan, pedagang

20

kecil, industri kecil yang bersifat produktif, kaum buruh/pegawai ekonomi lemah.

b.) Jasa Penunjang Keuangan

Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjangnya.

c.) Sewa Bangunan

Usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, seperti perkantoran, pertokoan, serta persewaan tanah persil.

d.) Jasa Perusahaan

Mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyjian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan.

9. Sektor Jasa-jasa a.) Jasa Pemerintah

1.) Administrasi pemerintahan dan pertahanan. 2.) Jasa pemerintah lainnya.

3.) Pemerintahan umum, mencakup semua departemen dan non departemen, badan/lembaga tinggi negara, kantor-kantor dan badan yang berhubungan dengan administrasi pemerintahan dan pertahanan.

21 b.) Jasa Swasta

1.) Jasa sosial kemasyarakatan, meliputi: pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan.

2.) Jasa hiburan dan rekreasi, meliputi: bioskop dan gelanggang olahraga.

3.) Jasa perorangan atau rumahtangga, meliputi: jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, jasa pembantu rumahtangga, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu. Menurut Priyono et al. (2007), sektor basis atau non basis tidak bersifat statis tetapi dinamis sehingga dapat mengalami peningkatan atau bahkan kemunduran setiap tahunnya.

Adapun sebab-sebab kemajuan sektor basis adalah: 1. Perkembangan jaringan komunikasi dan transportasi. 2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah. 3. Perkembangan teknologi.

4. Pengembangan prasarana sosial dan ekonomi.

Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah: 1. Adanya penurunan permintaan di luar daerah.

2. Kehabisan cadangan sumber daya. 2.4Kesenjangan Wilayah

Kesenjangan wilayah merupakan suatu ketidakmerataan akibat dari beragamnya karakteristik suatu wilayah (KBBI, 1989). Permasalahan kesenjangan antar wilayah merupakan salah satu persoalan pokok yang

22

dihadapi oleh setiap daerah. Kesenjangan umumnya terjadi karena interaksi berbagai faktor yang menyebabkan tidak semua daerah mengalami perkembangan yang sama, akan tetapi beberapa daerah berkembang lebih cepat daripada daerah yang lain menurut kriteria tertentu. Permasalahan kesenjangan antar wilayah ini menjadi salah satu permasalahan yang harus diprioritaskan untuk ditangani, sebab sangat terkait dengan upaya untuk pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya.

Salah satu ukuran untuk mengetahui adanya kesenjangan perkembangan antar wilayah adalah dengan mengetahui diferensiasi perkembangan masing-masing wilayah kecamatan yang ditunjukkan dengan tingkat perkembangannya. Diferensiasi perkembangan dari masing-masing wilayah tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai perbedaan hasil atau jumlah di berbagai sektor pembangunan wilayah, seperti jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi maupun di sektor basis dan non basis.

Untuk melihat seberapa besar kesenjangan yang terjadi antar wilayah dapat diukur menggunakan rumus Indeks Williamson. Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika semua Yi = Y maka akan dihasilkan indeks = 0, yang berarti tidak adanya kesenjangan ekonomi antar daerah. Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar kecamatan di suatu kabupaten (Rustiadi, 2011).

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait