• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESENJANGAN ANTAR WILAYAH DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2005 dan 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESENJANGAN ANTAR WILAYAH DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2005 dan 2010"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINGKAT PERKEMBANGAN WILAYAH DAN

HUBUNGANNYA DENGAN KESENJANGAN ANTAR WILAYAH

DI KABUPATEN KUDUS TAHUN 2005 dan 2010

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar Sarjana Sains

Oleh:

OKTAVINA MUSTIKA DEWI NIM.3211409068

JURUSAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Ujian SkripsiFakultas Ilmu SosialUniversitas Negeri Semarang pada: Hari : Selasa

Tanggal :23 April 2013

Pembimbing I

Dr. Purwadhi Suhandini,SU NIP. 19471103 1975011 001

Pembimbing II

Dr. Eva Banowati,M.Si NIP. 19610929 1989012 003

Mengetahui, Ketua Jurusan Geografi

(3)

iii Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Jumat

Tanggal : 26 April 2013

Penguji Utama

Drs. Haryanto, M. Si. NIP.196203151989011001

Anggota I

Dr. Purwadhi Suhandini, SU NIP.19471103 1975011 001

Anggota II

Dr. Eva Banowati,M.Si NIP. 19610929 1989012 003

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

(4)

iv

saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, 26 April 2013

(5)

v

 Hiduplah dengan tujuan maka kamu akan hidup yang sesungguhnya..

 Tidak ada yang tidak bisa kita gapai kecuali rasa malas dan tak mau belajar..

 Mama.. you are my everything..

PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Allah SWT atas segala rahmat yang telah dilimpahkan kepadaku.

2. Kedua orang tuakuHartono (almarhum) dan Yuli Wijayanti yang selalu memberikan kasih sayang , membimbingku dalam setiap langkah dengan doa. 3. Kakakku Hanugerah Wibowo Santika, serta adikku Tri Gusta Wijayanto,

Sarah Harwinda Permata dan Herlina Berlian Nurrahma, kalian lah semangat hidupku.

4. Sahabat terbaikku Febrina Kurniawati yang selalu menemaniku saat suka dan duka selama kuliah.

5. Teman-teman terbaikku dzulfikar, luqman, nova, indah, puji, rima, dinda, astin, niammur, fajar, amad, ganta, amri, nunung,yang memberi warna suka dan duka di Geografi 2009.

6. Teman-teman KKN, nourma, gambang, yuli, maya, mba arin, willy, yasirin, ambon, keluarga baru selama 45 hariyang tak akan terlupakan.

7. Untuk seseorang yang selalu bisa membuatku tersenyum dan semangat menjalani skripsiku, Dimas Aprilianto Pratama.

(6)

vi

kasih sayang dan rahmatNya, skripsi dengan judul “Analisis Tingkat

Perkembangan Wilayah Dan Hubungannya Dengan Kesenjangan Antar Wilayah Di Kabupaten Kudus Tahun 2005 dan 2010” telah dapat terselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmojo, M.Si., Rektor Universitas Negeri Semarang. 2. Dr. Subagyo, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Sosial, yang telah membantu proses

perijinan penelitian.

3. Drs. Apik Budi Santoso, M. Si., Ketua Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang yang telah memberi ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini.

4. Dr. Purwadhi Suhandini, SU., selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan petunjuk, pengarahan, dan bimbingan dengan kesabaran, kesungguhan dan kerelaan hati kepada penulis hingga penulisan skripsi ini dapat selesai.

(7)

vii

7. Bapak dan Ibu Dosen Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

8. Mas Khoirul Anwar, S.Si yang telah mengajarkan banyak hal bermanfaat selama kuliah.

9. Teman-teman Geografi 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, SPW 2009, PIP KALK B 46, dan PAP FE Unnes yang tidak dapat penulis sebutkan namanya, terima kasih telah memberikan banyak kenangan yang tak akan terlupakan.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuannya baik materil maupun spiritual yang diberikan secara langsung dan tidak langsung.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi masyarakat.

Semarang, 26 April 2013

(8)

viii Negeri Semarang.

Kata kunci: Perkembangan Wilayah, Sektor Basis, Sektor Non Basis, Kesenjangan Wilayah

Perkembangan wilayah sangat terkait dengan faktor jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi wilayah, kependudukan dan aksesibilitas wilayah. Selain itu, untuk mendorong perkembangan wilayah juga diperlukan pengembangan dari sektor basis dan non basis untuk memacu perkembangan atau pertumbuhan ekonomi daerahnya pula. Ketersediaan berbagai faktor-faktor tersebut memiliki peranan yang dominan dalam kemajuan suatu wilayah dan hubungannya dengan kesenjangan antar wilayah akibat tidak meratanya hasil-hasil pembangunan. Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) mengetahui perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus dilihat dari jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi tahun 2005 dan 2010, (2) mengetahui sektor unggulan dari berbagai bidang usaha sektor basis dan non basis di Kabupaten Kudus Tahun 2005 dan 2010, (3) mengetahui kesenjangan antar wilayah yang terjadi di Kabupaten Kudus tahun 2005 dan 2010, (4) memberikan arahan pengembangan pembangunan di Kabupaten Kudus.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi, kependudukan, aksesibilitas wilayah, sektor unggulan, dan kesenjangan wilayah. Analisis data dilakukan menggunakan analisis indeks komposit, analisis Locatient Quotient(LQ), dan analisis indeks Williamson.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus pada tahun 2005 dan 2010 yang perkembangannya tinggi berada di Kecamatan Kaliwungu, Jekulodan Gebog sedangkan kecamatan yang perkembangannya rendah berada di Kecamatan Bae. Sektor unggulan yang mengalami peningkatan yaitu sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Kesenjangan wilayah yang memiliki nilai kesenjangan tertinggi berada di Kecamatan Kota sedangkan kesenjangan terendah berada di Kecamatan Gebog.Arahan pengembangan pembangunandapat diarahkan menjadi 3 prioritas, yaitu Prioritas I kecamatan dengan klasifikasi rendah yaitu Kecamatan Bae.Prioritas II kecamatan dengan klasifikasi sedang yaitu meliputi Kecamatan Kota, Jati, Undaan, Mejobo dan Dawe. Prioritas III kecamatan dengan klasifikasi tinggi yaitu meliputi Kecamatan Kaliwungu, Jekulo dan Gebog.

(9)

ix

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

1.6Sistematika Penulisan Skripsi ... 7

BAB IIKAJIAN PUSTAKA 2.1Perkembangan Wilayah ... 9

2.2Komponen Perkembangan Wilayah ... 11

2.2.1 Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi ... 12

2.2.2 Kependudukan... 13

2.2.3 Aksesibilitas Wilayah... 13

2.3Sektor Basis dan Sektor Non Basis ... 14

(10)

x

3.3Variabel Penelitian ... 23

3.4Metode Pengumpulan Data ... 25

3.5Diagram Alir Penelitian ... 26

3.6Metode Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30

4.1Gambaran Umum Wilayah ... 31

4.2.1 Perkembangan Wilayah di Kabupaten Kudus... 42

4.2.1.1Indeks Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi ... 42

4.2.1.2Indeks Kependudukan ... 46

(11)

xi

4.2.3 Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Kudus ... 66

4.3Pembahasan ... 69

4.3.1 Perkembangan Wilayah di Kabupaten Kudus... 69

4.3.2 Sektor Unggulan di Kabupaten Kudus ... 71

4.3.3 Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Kudus ... 72

4.3.4 Arahan Pengembangan Pembangunan di KabupatenKudus ... 74

BAB V PENUTUP ... 78

5.1Kesimpulan ... 78

5.2Saran ... 80

(12)

xii

Tabel 4.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kudus ... 38

Tabel 4.7 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Pendidikan di Kabupaten Kudus ... 42

Tabel 4.8 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Kesehatan di Kabupaten Kudus ... 43

Tabel 4.9 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Peribadatan di Kabupaten Kudus ... 44

Tabel 4.10 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Ekonomi di Kabupaten Kudus ... 45

Tabel 4.11 Perhitungan Indeks Jumlah Penduduk di Kabupaten Kudus ... 46

Tabel 4.12 Perhitungan Indeks Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kudus ... 47

Tabel 4.13 Perhitungan Indeks Luas Wilayah di Kabupaten Kudus ... 48

Tabel 4.14 Perhitungan Indeks Jarak Ke Ibukota Kabupaten Kudus (dalam km) ... 49

Tabel 4.15 Perhitungan Indeks Panjang Jalan di Kabupaten Kudus (dalam km) ... 50

Tabel 4.16 Perhitungan Indeks Perkembangan Wilayah Kabupaten Kudus Tahun 2005 ... 83

(13)

xiii Tabel 4.20 Perhitungan Kesenjangan Wilayah

di Kabupaten Kudus Tahun 2010 ... 66 Tabel 4.21 Skala Prioritas Arahan Pengembangan Pembangunan

(14)

xiv

Gambar 4.2 Peta Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Kudus Tahun 2005 . 55 Gambar 4.3 Peta Pertumbuhan Wilayah Kabupaten KudusTahun 2010 .. 56 Gambar 4.4 Peta Pertumbuhan Wilayah Kabupaten Kudus

Tahun 2005 dan 2010 ... 57 Gambar 4.5 Peta Persebaran Sektor Unggulan di Kabupaten Kudus

Tahun 2005 ... 63 Gambar 4.6 Peta Persebaran Sektor Unggulan di Kabupaten Kudus

Tahun 2010 ... 64 Gambar 4.7 Peta Kesenjangan Wilayah Kabupaten Kudus

Tahun 2005 dan 2010 ... 68 Gambar 4.8 Peta Arahan Pengembangan Pembangunan

(15)

xv

(16)

xvi

Kabupaten Kudus Tahun 2005 ... 83 Lampiran 2 Tabel 4.17 Perhitungan Indeks Perkembangan Wilayah

Kabupaten Kudus Tahun 2010 ... 84 Lampiran 3 Tabel PDRB dan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga

Berlaku Menurut Bidang Usaha di Kabupaten Kudus

(jutaan rupiah) ... 85 Lampiran 4 Perhitungan LQ di Kabupaten Kudus ... 87 Lampiran 5 Tabel Sektor Unggulan Tahun 2005 di Kabupaten Kudus .... 96 Tabel Sektor Unggulan Tahun 2010 di Kabupaten Kudus ... 96 Lampiran 6 Perhitungan Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Kudus ... 97 Lampiran 7 Gambar Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan merupakan tuntutan bagi masyarakat untuk mencapai kemajuan, karena penduduk makin bertambah besar jumlahnya, maka kebutuhannya pun bertambah jumlahnya, jenisnya, dan kualitasnya, seiring dengan perkembangan kemajuan peradaban manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Salah satu tujuan pokok pembangunan daerah adalah mengembangkan pembangunan wilayah-wilayah yang ada di dalamnya terutama dalam hal perkembangan antar wilayah di daerah tersebut (Adisasmita, 2010).

Perkembangan suatu wilayah sangat terkait dengan faktor jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi wilayah, kependudukan dan aksesibilitas wilayah. Ketersediaan faktor tersebut memiliki peranan yang dominan dalam kemajuan suatu wilayah. Pusat perkembangan suatu wilayah yang umumnya juga berfungsi sebagai pusat pelayanan biasanya mempunyai fasilitas sarana yang lebih besar secara kuantitas dan kualitas sesuai dengan fungsi dan peranannya yang harus mampu memberikan pelayanan bagi wilayah sekitarnya.

(18)

2

kenyataannya fasilitas-fasilitas sarana sosial ekonomi justru terkonsentrasi di pusat kota yang menjadikan daerah pusat ini akan semakin dipadati penduduk yang menuntut lebih banyak lagi fasilitas sarana sosial ekonomi. Kebutuhan penduduk wilayah di luar pusat kota yang belum terpenuhi mendorong arus penduduk menuju ke pusat-pusat fasilitas sarana sosial ekonomi, yaitu di pusat kota. Perencanaan yang merata di semua wilayah yang tidak hanya di pusat kota saja menjadi sangat penting, karena hal tersebut merupakan pendorong aktivitas ekonomi wilayah dan akan berpengaruh terhadap perkembangan suatu wilayah.

Namun, permasalahan pokok yang senantiasa dihadapi dalam pembangunan antar wilayah tidak pernah terlepas dari adanya persoalan kesenjangan. Salah satu kesenjangan itu tampak pada tidak meratanya hasil-hasil pembangunan, dimana suatu wilayah dapat mencapai perkembangan yang sangat maju sedangkan wilayah lain masih terbelakang.

(19)

3

karena Kabupaten Kudus yang dilalui jalur nasional pantura sehingga aksesibilitas wilayahnya pun mempunyai peranan dalam memacu tingkat perkembangan wilayah.

Tabel 1.1 PDRB Kabupaten Kudus Atas Dasar Harga Berlaku

Bidang Usaha Harga Berlaku

2005 2010

1. Pertanian 446.634 886.992

2. Penggalian 6.390 6.609

3. Industri Pengolahan 12.844.125 19.742.458 4. Listrik, Gas & Air Bersih 74.875 131.503

5. Bangunan 246.809 457.798

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 5.084.180 8.272.931 7. Angkutan & Komunikasi 293.616 422.536

8. Lembaga Keuangan 373.489 709.068

9. Jasa-jasa 414.300 833.908

PDRB 19.784.423 31.463.806

PDRB Perkapita 26.949.261 41.283.120 Sumber: PDRB Kabupaten Kudus, Tahun 2006 dan 2011

(20)

4 1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diambil kesimpulan suatu permasalahan antara lain:

1. Bagaimana perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus dilihat dari jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi tahun 2005 dan 2010?

2. Bagaimana sektor unggulan dari berbagai bidang usaha sektor basis dan non basis di Kabupaten Kudus tahun 2005 dan 2010?

3. Bagaimana kesenjangan antar wilayah yang terjadi di Kabupaten Kudus tahun 2005 dan 2010?

4. Bagaimana arahan pengembangan pembangunan di Kabupaten Kudus?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui perkembangan wilayah dari jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi di Kabupaten Kudus tahun 2005 dan 2010.

2. Mengetahui sektor unggulan dari berbagai bidang usaha sektor basis dan non basis di Kabupaten Kudus tahun 2005 dan 2010.

3. Mengetahui kesenjangan antar wilayah yang terjadi di Kabupaten Kudus tahun 2005 dan 2010.

4. Memberi arahan pengembangan pembangunan di Kabupaten Kudus.

1.4Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(21)

5

b) Menambah referensi pengetahuan bagi pembaca mengenai perkembangan wilayah, kesenjangan, serta arahan pengembangan pembangunan di Kabupaten Kudus.

2. Manfaat Praktis

a) Memberikan sumbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus yang berkaitan dengan perencanaan daerah.

b) Sebagai bahan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Kudus dalam penyusunan kegiatan yang berkaitan dengan perencanaan wilayah.

1.5Batasan Istilah

Batasan istilah dimaksudkan agar pembaca mudah dalam menangkap isi dan memperoleh gambaran dari penelitian ini, beberapa istilah itu adalah: 1. Perkembangan Wilayah

(22)

6

jumlah fasilitas sarana sosial dan ekonomi yang mempengaruhi dalam menunjang kebutuhan penduduk di wilayah tersebut.

2. Sektor Basis

Sektor basis merupakan sektor unggulan yang dimiliki oleh suatu wilayah, dimana hal tersebut dihitung dari besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian daerah Pembangunan (Bappeda, 2011). 3. Sektor Non Basis

Sektor non basis merupakan sektor yang tidak dijadikan unggulan dalam satu daerah, dimana barang dan jasa hasil produksi yang dihasilkan hanya dapat digunakan di daerahnya sendiri, bahkan terkadang untuk memenuhi kebutuhan di daerahnya harus mendatangkan barang dan jasa sektor tersebut dari daerah lain (Bappeda, 2011).

4. Kesenjangan Wilayah

(23)

7 1.6Sistematika Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi disusun dengan menggunakan sistematika yang berdasarkan panduan skripsi, yaitu: bagian awal (prawacana), bagian isi skripsi (pokok skripsi), dan bagian akhir skripsi. Secara sistematis disajikan sebagai berikut.

Skripsi ini secara garis besar dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Bagian Awal (prawacana), Bagian Pokok, dan Bagian Akhir.

1. Bagian Awal

Bagian awal skripsi (prawacana) terdiri dari: sampul berjudul, lembar berlogo UNNES (sebagai halaman pembatas), halaman judul dalam, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian karya ilmiah, motto dan persembahan, prakata, sari, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan lampiran.

2. Bagian Pokok

Bagian Pokok terdiri dari lima bab yaitu:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

(24)

8

Bab III Metodologi Penelitian, berisi tentang lokasi dan obyek penelitian, data-data penelitian, variabel penelitian, metode pengumpulan data, diagram alir penelitian serta metode analisis data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,. mengupas hasil penelitian dan pembahasan yang meliputi gambaran umum wilayah, hasil penelitian dan pembahasan penelitian.

Bab V Kesimpulan dan Saran, berisikan kesimpulan tentang hasil penelitian dan saran yang berisikan masukan-masukan bagi pihak-pihak yang terkait.

3. Bagian Akhir

(25)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1Perkembangan Wilayah

Tingkat perkembangan suatu wilayah pada dasarnya merupakan fungsi dari lingkungan alam, penduduk, dan kegiatan ekonomi dan sosial. Interaksi antara lingkungan alam, penduduk, dan kegiatan ekonomi dan sosial pada gilirannya akan mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah (Budiharjo, 1995). Komponen berbagai fungsi tersebut seperti lingkungan alam berhubungan dengan aksesibilitas wilayah yang meliputi luas wilayah, jarak ke ibukota kabupaten dan panjang jalan, sedangkan dari segi penduduk berhubungan dengan jumlah penduduk dan kepadatannya, serta kegiatan ekonomi dan sosial berhubungan dengan jumlah fasilitas sarana sosial dan ekonomi yang mempengaruhi dalam menunjang kebutuhan penduduk di wilayah tersebut.

Secara geografis perkembangan wilayah cenderung tidak seimbang, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan berbagai macam jenis potensi baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya. Menurut Myrdal, pertumbuhan ekonomi suatu wilayah dapat menyebabkan berbagai kesenjangan. Ada dua kekuatan penting yang dikemukakan Myrdal yakni: 1. Wilayah-wilayah yang telah lebih maju menciptakan keadaan yang

(26)

10

2. Wilayah-wilayah yang telah lebih maju menciptakan keadaan yang mendorong perkembangan wilayah-wilayah yang masih terbelakang (spread effects).

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya backwash effects adalah: 1. Corak perpindahan penduduk dari wilayah yang masih terbelakang ke

wilayah maju. Adanya perkembangan ekonomi di wilayah-wilayah yang lebih maju merupakan daya tarik bagi tenaga kerja yang berpendidikan/berkualitas untuk meningkatkan taraf hidup yang lebih baik. Sedangkan di wilayah terbelakang, yang ada hanyalah orang-orang yang umumnya lebih konservatif. Keadaan demikian tidak menguntungkan bagi perkembangan wilayah yang masih terbelakang karena setiap saat kehilangan putra-putra daerahnya yang bermutu.

2. Arus investasi yang tidak seimbang. Permintaan modal di wilayah terbelakang biasanya sangat minimal, disamping itu produktivitasnya pun sangat rendah sehingga tidak merangsang bagi penanaman modal dari luar, bahkan modal dari dalam justru terus mengalir ke luar (wilayah yang lebih maju) karena lebih terjamin untuk menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi.

(27)

11

4. Adanya jaringan-jaringan pengangkut yang lebih maju, sehingga kegiatan produksi dan perdagangan dapat dilaksanakan lebih efisien (menguntungkan). Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka perkembangan wilayah yang sudah maju akan semakin meningkat, sebaliknya wilayah terbelakang akan semakin terbelakang.

2.2Komponen Perkembangan Wilayah

Komponen perkembangan wilayah adalah suatu pokok bahasan yang mempunyai peranan dalam pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan dalam menganalisis perkembangan wilayah. Oleh karena itu, komponen tersebut harus merupakan sesuatu yang akan dihitung atau diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat perkembangan di suatu wilayah. Prinsip utama dalam perkembangan wilayah adalah pengembangan sektor yang paling potensial sebagai sektor penggerak dan diterapkan pada daerah yang tepat sehingga terjadi penjalaran pertumbuhan (Rustiadi, 2011).

Tingkat perkembangan wilayah dapat dilihat secara sederhana menggunakan tiga komponen, sebagai berikut:

1. Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi: sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan, dan sarana ekonomi.

2. Kependudukan: jumlah penduduk dan kepadatan penduduk.

(28)

12

Tingkat perkembangan wilayah merupakan ukuran peringkat secara relatif yang menyatakan kemajuan yang dicapai oleh setiap wilayah sebagai

hasil aktivitas pembangunan (Budiharjo, 1995 dalam Muta’ali, 2003). Oleh

karena itu, untuk mengukur tingkat perkembangan wilayah dapat diukur dengan tingkat pencapaian dari tujuan pembangunan, seperti mengatasi

masalah kesenjangan (Todaro, 1984 dalam Muta’ali, 2003).

2.2.1 Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi

2.2.1.1 Sarana Sosial

Sarana sosial merupakan segala pelayanan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau non pemerintah yang mempunyai pengaruh langsung atau pengaruh nyata menurut fungsi sosial dari pelayanan tersebut kepada penggunanya yang meliputi:

1. Sarana kesehatan: rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, puskesmas keliling, balai pengobatan, apotik.

2. Sarana pendidikan: TK, SD, SMP, SMA, SMK, Perguruan Tinggi. 3. Sarana peribadatan: masjid, mushola, gereja, pura, wihara, klenteng. 2.2.1.2 Sarana Ekonomi

(29)

13 2.2.2 Kependudukan

2.2.2.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan sekumpulan orang banyak yang mendiami suatu tempat atau wilayah dalam kurun waktu tertentu.

2.2.2.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah. Antara daerah yang satu dengan daerah yang lain tentunya tidak mempunyai tingkat kepadatan yang sama.

2.2.3 Aksesibilitas Wilyah

2.2.3.1 Luas Wilayah

Luas wilayah dalam hubungannya dengan perkembangan wilayah sangat berkaitan dengan ketersediaan lahan yang masuk dan berkembangnya daerah pertumbuhan yang baru, sebagaimana diketahui bahwa luas wilayah bersifat tetap (statis), sedangkan manusia dan segala macam kegiatannya senantiasa berkembang dan melakukan mobilitas (dinamis).

2.2.3.2 Jarak Ke Ibukota Kabupaten (dalam Km)

(30)

14 2.2.3.3 Panjang Jalan

Dalam menunjang kelancaran transportasi dan kemudahan aksesibilitas diperlukan adanya prasarana jalan yang memadai dan dalam kondisi yang baik, yaitu panjang jalan. Semakin banyak jalan yang menghubungkan antar daerah maka akan semakin berkembang daerah tersebut.

2.3Sektor Basis dan Sektor Non Basis

Untuk mendorong perkembangan suatu wilayah maka perlu didorong pengembangan sektor basis, yaitu sektor yang semua kegiatannya, baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah karena kegiatannya. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi dari permintaan yang bersifat Exogeneus (tidak bergantung pada kekuatan intern atau permintaan lokal). Pengembangan sektor basis ini akan berpengaruh positif dalam mendorong perkembangan sektor non basis yang bersifat hanya untuk memenuhi kebutuhan lokal sehingga permintaan pada sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat dan karenanya kenaikan sektor non basis sejalan dengan kenaikan tingkat pendapatan masyarakat setempat (Tarigan, 2005).

(31)

15

mendatangkan barang dan jasa sektor tersebut dari daerah lain (Bappeda, 2011).

Beberapa sektor basis dan non basis yang digunakan untuk mendorong perkembangan suatu wilayah dibagi menjadi 9 sektor, yaitu: 1. Sektor Pertanian

Mencakup segala pengusahaan dan pemanfaatan benda-benda biologis (hidup) yang diperoleh dari alam dengan tujuan untuk dikonsumsi, meliputi:

a) Tanaman Bahan Pangan

Segala kegiatan yang menghasilkan komoditi bahan pangan. b) Tanaman Perkebunan

Baik yang diusahakan oleh rakyat, maupun oleh perusahaan perkebunan.

c) Peternakan

Segala kegiatan pembibitan dan budidaya segala jenis ternak dan unggas dengan tujuan untuk dikembangbiakan, dibesarkan, dipotong, dan diambil hasil-hasilnya, baik yang dilakukan oleh rakyat maupun oleh perusahaan peternakan.

d) Kehutanan

(32)

16 e) Perikanan

Kegiatan penangkapan, pembenihan, budidaya segala jenis ikan dan biota ikan lainnya, baik yang berada di air tawar maupun air asin. 2. Sektor Pertambangan dan Penggalian

Mencakup penggalian, pengeboran, penyaringan, pencucian, pemilihan, dan pengambilan segala macam barang tambang, mineral, dan bahan galian yang tersedia di alam, baik berupa benda padat, cair, dan gas. Dapat dilakukan di bawah tanah maupun di atas permukaan bumi dengan tujuan menciptakan nilai guna dari barang tambang dan galian sehingga memungkinkan untuk dimanfaatkan, dijual, dan diproses lebih lanjut, meliputi: pertambangan migas, pertambangan tanpa migas, dan penggalian.

3. Sektor Industri dan Pengolahan

Dibedakan menjadi 2, yaitu industri migas dan non migas: a.) Industri Migas: pengilangan minyak bumi dan gas alam cair.

b.) Industri Non Migas: industri besar, industri sedang, industri kecil, dan industri rumahtangga.

4. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih a.) Listrik

(33)

17

(perorangan maupun perusahaan) dengan tujuan untuk dijual. Listrik yang dibangkitkan meliputi listrik yang dijual, dipakai sendiri, hilang dari transmisi dan listrik yang dicuri.

b.) Gas Kota

Mencakup penggunaan gas bumi untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti hotel, restoran dan sebagainya. Gas ini di distribusikan lewat pipa ke beberapa rumah didalam satu kota

c.) Air Bersih

Mencakup proses pembersihan, pemurnian, dan proses kimiawi lainnya untuk menghasilkan air minum, serta pendistribusian dan penyalurannya secara langsung melalui pipa atau alat lain ke rumah tangga, instansi pemerintah maupun swasta.

5. Sektor Bangunan

Suatu kegiatan yang hasil akhirnya berupa bangunan/konstruksi yang menyatu dengan lahan tempat kedudukannya, baik digunakan sebagai tempat tinggal atau sarana lainnya, meliputi kegiatan pembuatan, pembangunan, pemasangan, dan perbaikan semua jenis konstruksi.

6. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran a.) Perdagangan

1.) Perdagangan Besar

(34)

18 2.) Perdagangan eceran

Kegiatan pedagang yang pada umumnya melayani konsumen perorangan atau rumah tangga.

b.) Hotel

Mencakup kegiatan penyediaan akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan sebagai tempat penginapan.

c.) Restoran

Mencakup usaha penyediaan makanan dan minuman jadi yang pada umumnya di konsumsi di tempat penjualan.

7. Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor angkutan terdiri dari jasa angkutan jalan raya, angkutan rel kereta api, angkutan laut, angkutan sungai, danau, dan penyebrangan, angkutan udara, serta jasa penunjang angkutan. Kegiatan pengangkutan meliputi pemindahan penumpang dan barang dari suatu tempat ke tempat yang lain dengan menggunakan alat angkut atau kendaraan, baik bermotor maupun tidak bermotor.

(35)

19

Jasa penunjang telekomunikasi meliputi kegiatan pemberian jasa kepada pihak lain dalam hal pengiriman berita melalui telegram, telepon, dan telex. Juga meliputi kegiatan seperti wartel, radio panggil (pager), dan telepon seluler (handphone).

8. Sektor Lembaga Keuangan, Sewa Bangunan dan Jasa Perusahaan a.) Lembaga Keuangan

1.) Bank

Kegiatan yang memberikan jasa keuangan kepada pihak lain. 2.) Jasa Asuransi

Salah satu jenis lembaga keuangan bukan bank yang usaha pokoknya menanggung resiko-resiko atas terjadinya kerugian finansial suatu barang atau jiwa manusia yang disebabkan oleh terjadinya musibah atau kecelakaan atas barang atau orang tersebut.

3.) Dana Pensiun

Badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.

4.) Pegadaian

(36)

20

kecil, industri kecil yang bersifat produktif, kaum buruh/pegawai ekonomi lemah.

b.) Jasa Penunjang Keuangan

Mencakup kegiatan pedagang valuta asing, pasar modal, dan jasa penunjangnya.

c.) Sewa Bangunan

Usaha persewaan bangunan dan tanah, baik yang menyangkut bangunan tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal, seperti perkantoran, pertokoan, serta persewaan tanah persil.

d.) Jasa Perusahaan

Mencakup kegiatan pemberian jasa hukum (advokat dan notaris), jasa akuntansi dan pembukuan, jasa pengolahan dan penyjian data, jasa bangunan/arsitek dan teknik, jasa periklanan dan riset pemasaran, jasa persewaan mesin dan peralatan.

9. Sektor Jasa-jasa a.) Jasa Pemerintah

1.) Administrasi pemerintahan dan pertahanan. 2.) Jasa pemerintah lainnya.

(37)

21 b.) Jasa Swasta

1.) Jasa sosial kemasyarakatan, meliputi: pendidikan, kesehatan, riset/penelitian, palang merah, panti asuhan.

2.) Jasa hiburan dan rekreasi, meliputi: bioskop dan gelanggang olahraga.

3.) Jasa perorangan atau rumahtangga, meliputi: jasa perbengkelan/reparasi kendaraan bermotor, jasa pembantu rumahtangga, tukang cukur, tukang jahit, tukang semir sepatu. Menurut Priyono et al. (2007), sektor basis atau non basis tidak bersifat statis tetapi dinamis sehingga dapat mengalami peningkatan atau bahkan kemunduran setiap tahunnya.

Adapun sebab-sebab kemajuan sektor basis adalah: 1. Perkembangan jaringan komunikasi dan transportasi. 2. Perkembangan pendapatan dan penerimaan daerah. 3. Perkembangan teknologi.

4. Pengembangan prasarana sosial dan ekonomi.

Sedangkan penyebab kemunduran sektor basis adalah: 1. Adanya penurunan permintaan di luar daerah.

2. Kehabisan cadangan sumber daya. 2.4Kesenjangan Wilayah

(38)

22

dihadapi oleh setiap daerah. Kesenjangan umumnya terjadi karena interaksi berbagai faktor yang menyebabkan tidak semua daerah mengalami perkembangan yang sama, akan tetapi beberapa daerah berkembang lebih cepat daripada daerah yang lain menurut kriteria tertentu. Permasalahan kesenjangan antar wilayah ini menjadi salah satu permasalahan yang harus diprioritaskan untuk ditangani, sebab sangat terkait dengan upaya untuk pemerataan pembangunan beserta hasil-hasilnya.

Salah satu ukuran untuk mengetahui adanya kesenjangan perkembangan antar wilayah adalah dengan mengetahui diferensiasi perkembangan masing-masing wilayah kecamatan yang ditunjukkan dengan tingkat perkembangannya. Diferensiasi perkembangan dari masing-masing wilayah tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai perbedaan hasil atau jumlah di berbagai sektor pembangunan wilayah, seperti jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi maupun di sektor basis dan non basis.

(39)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Lokasi dan Obyek Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kudus Provinsi Jawa Tengah dengan obyek penelitian yaitu jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi, kependudukan, aksesibilitas wilayah, sektor unggulan dari berbagai bidang usaha yaitu sektor basis dan non basis, dan kesenjangan wilayah.

3.2Sumber Data

3.2.1 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak secara langsung tetapi dari berbagai instansi terkait seperti BPS, Bappeda, dan laporan-laporan hasil penelitian serta publikasi lain.

3.2.2 Data Primer

Data primer diperoleh dari pengamatan lapangan sebagai data pendukung yang berupa dokumentasi gambar-gambar.

3.3Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002). Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi 4. Sektor Unggulan

2. Kependudukan 5. Kesenjangan Wilayah

(40)

24 Tabel 3.1 Variabel Penelitian

No Variabel Penelitian Jenis Data Sumber Data

Jumlah Mushola, Masjid, Gerja, Wihara, Pura, Klenteng

a.) Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Kecamatan BPS Kabupaten

a.) Luas Wilayah Luas Wilayah

BPS Kabupaten

Kudus b.) Jarak Ke Ibukota

Kabupaten Jarak Ke Ibukota Kabupaten c.) Panjang Jalan Panjang Jalan

4 Sektor Unggulan Sektor Basis dan Non Basis PDRB Kecamatan, Sumber: Muammar, 2009 dengan modifikasi penulis, 2013

(41)

25 3.4Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Dokumentasi

Merupakan cara dan teknik pengumpulan data melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip, dan juga buku-buku tentang pendapat-pendapat, teori, dalil atau hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah-masalah penelitian (Rachman dalam Manggaraini, 2008). Metode studi dokumentasi yang digunakan dan diolah adalah data-data sekunder dari instansi-instansi yang terkait, antara lain BPS, Bappeda, dan laporan-laporan hasil penelitian serta publikasi lain.

3.4.2 Observasi

(42)

26 3.5Diagram Alir Penelitian

Keterangan :

Input Output

Perkembangan Wilayah

Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi

Kependudukan Aksesibilitas Wilayah

Analisis Tingkat Perkembangan Wilayah

Kesenjangan antar wilayah kecamatan

Arahan Pengembangan Pembangunan Sektor Unggulan

(43)

27 3.6Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Indeks Komposit

Tingkat perkembangan wilayah merupakan hasil dari scalling antara berbagai indeks yang ada dan dapat digunakan dalam menganalisis perkembangan wilayah, baik itu indeks ekonomi, pendidikan, demografi maupun kesehatan. Scalling dilakukan supaya nilai tiap-tiap variabel yang akan digunakan sama rentangnya yaitu nilai terendah 0 dan nilai tertinggi 100.

Cara Scalling :

. 100

(Sumber: Muammar, 2009) Keterangan:

X : Nilai dari variabel

Xmin : Nilai terendah dari variabel Xmax : Nilai tertinggi dari variabel

(44)

28 3.5.2 Analisis Locatient Quotient (LQ)

Analisis Location Quotient (LQ) adalah suatu cara yang digunakan untuk mengklasifikasikan sektor-sektor yang menjadi unggulan, baik kegiatan pertanian, perdagangan, industri maupun jasa melalui besarnya peranan sektor tersebut terhadap perekonomian daerah.

LQir : Ei kec / Ekec Ei kab / Ekab

(Sumber: Rustiadi, 2011) Keterangan:

LQir : Indeks Spasial Regional Ei kec : Sektor (i) PDRB Kecamatan Ekec : Total PDRB Kecamatan Ei kab : Sektor (i) PDRB Kabupaten Ekab : Total PDRB Kabupaten

Kriteria yang dipergunakan dari hasil perhitungan adalah sebagai berikut: LQ = 1 “self sufficient”, yaitu peranan relatif barang dan jasa yang bersangkutan dalam wilayah kecamatan adalah sama dengan peranan relatif barang dan jasa sejenis dalam perekonomian wilayah kabupaten. LQ > 1sektor basis, yaitu daerah tersebut mampu mengekspor barang dan jasa ke luar wilayah, yang disebut sektor basis.

(45)

29

Hasil perhitungan LQ tersebut nantinya akan memperlihatkan bahwa masing-masing wilayah mempunyai sektor unggulan. Dengan pendekatan basis ekonomi, sektor unggulan merupakan sektor yang menjadi penggerak utama perekonomian masyarakat di wilayah tersebut (Muammar, 2009).

3.5.3 Analisis Indeks Williamson

Indeks Williamson merupakan salah satu indeks yang paling sering digunakan untuk melihat kesenjangan antar wilayah. Williamson (1975) merumuskan indeks kesenjangan wilayah dengan rumus :

IW = ( – ) . Pi

(Sumber: Rustiadi, 2011) Keterangan:

IW : Indeks Kesenjangan Williamson Yi : PDRB per kapita kecamatan (i) Y : Rata-rata PDRB perkapita kabupaten

Pi : , dimana fi jumlah penduduk kecamatan (i) dan n adalah total penduduk kabupaten

(46)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Geografi adalah ilmu yang mempelajari hubungan kausal gejala-gejala muka bumi dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di muka bumi, baik yang fisikal maupun yang menyangkut makhluk hidup beserta permasalahannya untuk kepentingan program, proses, dan keberhasilan pembangunan. Semua komponen yang menjadi objek studi geografi dipandang sebagai satu kesatuan yang utuh untuk mensejahterakan masyarakat dengan cara pembangunan.

Objek ilmu geografi ada dua macam, yaitu objek material dan objek formal. Objek material adalah geosfer yang meliputi, atmosfer, litosfer, hidrosfer, biosfer, antroposfer, dan pedosfer. Objek formalnya menekankan pada sudut pandang atau cara memandang dan cara berfikir terhadap suatu gejala di permukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun sosial, yaitu sudut pandang keruangan (spasial) yang mempelajari perbedaan lokasi mengenai sifat-sifat penting, sudut pandang kelingkungan (ekologikal) yang mempelajari mengenai interaksi antar organism hidup dengan lingkungannya dan sudut pandang kompleks wilayah (regional) yaitu kombinasi antara sudut pandang keruangan dan kelingkungan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan keruangan. Analisis keruangan merupakan salah satu ciri geografi. Pendekatan keruangan banyak berhubungan dengan unsur-unsur berikut ini yaitu:

1. Jarak absolute maupun jarak relatif

(47)

31

3. Aksesibilitas yang erat kaitannya dengan topografi yang dimiliki suatu wilayah termasuk penduduk yang bermukim didalamnya. Daerah yang memiliki aksesibilitas yang tinggi akan mempunyai tingkat kemajuan yang lebih pesat dibandingkan dengan daerah yang aksesibilitasnya rendah. 4. Pola atau pattern yaitu perulangan fenomena atau gejala tertentu didalam

lingkup geosfer.

5. Keterkaitan atau conectiveness merupakan besar kecilnya keterkaitan yang menentukan hubungan fungsional antara beberapa tempat.

4.1Gambaran Umum Wilayah

4.1.1 Letak, Luas dan Batas Wilayah

Secara geografis, Kabupaten Kudus terletak pada posisi 110o36’ dan 110o

50’ Bujur Timur serta 6o51’ dan 7o16’ Lintang Selatan. Luas wilayah Kabupaten

Kudus yaitu 42.516 Ha dengan perincian luas per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Kudus

Kecamatan Luas (Ha) Persentase (%)

Kaliwungu 3,271 7,69

Sumber: Kudus Dalam Angka, 2011

(48)

32

Kabupaten Kudus dengan luas sebesar 8,584Ha sedangkan kecamatan dengan luas terkecil berada di Kecamatan Kota dengan luas 1,047Ha. Keterkaitan luas wilayah masing-masing kecamatan dengan perkembangan wilayah sangat terkait dengan ketersediaan faktor penunjang yang bersifat tetap (statis) selain juga karena pengaruh faktor yang terus berkembang (dinamis), seperti manusia. Wilayah dengan luasan yang besar atau kecil akan mempengaruhi banyak sedikitnya permintaan berbagai jenis fasilitas sarana sosial guna menunjang kebutuhan sehari-hari sesuai jumlah penduduknya.

Kabupaten Kudus merupakan salah satu Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang dilalui jalur nasional pantura yang menghubungkan antara beberapa Kabupaten di daerah sekitarnya. Batas-batas wilayah di Kabupaten Kudus dapat dilihat sebagai berikut:

Sebalah utara berbatasan dengan Kabupaten Jepara dan Pati Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Pati

Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Grobogan Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Demak

(49)
(50)

34 4.1.2 Kondisi Sosial Ekonomi

4.1.2.1 Sarana Pendidikan

Peranan sarana pendidikan dalam menunjang perkembangan wilayah berfungsi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Perananan sarana pendidikan ini dilihat dari segi jumlah ketersediaan sarananya di wilayah tersebut. Jumlah sarana pendidikan di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Sarana Pendidikan di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(51)

35 4.1.2.2 Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan selain hanya berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan penduduk tetapi juga berfungsi untuk mengendalikan perkembangan/pertambahan penduduk. Ketersediaan sarana kesehatan merupakan salah satu aspek dalam upaya peningkatan kesejahteraan penduduk di wilayah tersebut. Ketersediaan sarana kesehatan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Sarana Kesehatan di Kabupaten Kudus

Kecamatan

RS Puskesmas Pustu Pusling Balai

Pengobatan Apotek Jumlah

2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(52)

36 4.1.2.3 Sarana Peribadatan

Peranan sarana peribadatan dalam menunjang perkembangan wilayah berfungsi sebagai peningkatan kualitas moral dan budi pekerti penduduk. Suatu wilayah yang baik salah satunya dicapai dengan peningkatan kualitas kehidupan beragama dengan tersedianya sarana peribadatan yang memadai. Jumlah sarana peribadatan di Kabupaten Kudus terlihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Sarana Peribadatan di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Mushola Masjid Gereja Pura Wihara Klenteng Jumlah

2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(53)

1

perekonomian guna menunjang perkembangan wilayah. Kegiatan ekonomi dapat berjalan dengan baik apabila didukung dengan sarana ekonomi yang memadai, jumlah sarana ekonomi yang ada di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Sarana Ekonomi di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Pasar Toko

Kelontong

Warung

Makan Koperasi Bank Industri Jumlah

2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010 2005 2010

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(54)

38 4.1.3.1 Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat perkembangan wilayah, karena dari tahun ke tahun pertambahan penduduk semakin meningkat sehingga permintaan akan ketersediaan jumlah fasilitas sarana sosial ekonominya pun juga akan bertambah pula.

4.1.3.2 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk adalah perbandingan antara jumlah penduduk dengan luas wilayah, dimana daerah dengan luas wilayah yang mencukupi walaupun memiliki jumlah penduduk yang banyak, tingkat kepadatannya cenderung akan lebih rendah. Oleh karena itu, kepadatan penduduk juga mempunyai pengaruh dalam tingkat perkembangan wilayah.

Tabel 4.6 Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kudus

Kecamatan Jumlah Kepadatan Penduduk

2005 2010 2005 2010

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(55)

39 4.1.4.1 Luas Wilayah

Luas wilayah dalam hubungannya dengan perkembangan wilayah sangat berkaitan dengan ketersediaan lahan yang masuk dan berkembangnya daerah pertumbuhan yang baru, sebagaimana diketahui bahwa luas wilayah bersifat tetap (statis), sedangkan manusia dan segala macam kegiatannya senantiasa berkembang dan melakukan mobilitas (dinamis). Luas wilayah Kabupaten Kudus dapat dilihat pada Tabel 4.1. pada halaman 31.

4.1.4.2 Jarak Ke Ibukota Kabupaten (dalam km)

Jarak masing-masing tiap kecamatan dengan Ibukota Kabupaten akan mempengaruhi tingkat perkembangan di setiap wilayah, dimana jarak yang paling dekat dengan Ibukota Kabupaten pastinya akan lebih mudah mendapat pengaruh kekotaan dan mempengaruhi tingkat ketersediaan jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi di wilayah tersebut. Pembagian jarak masing-masing tiap kecamatan dengan Ibukota Kabupaten dapat dilihat pada Grafik 4.1 berikut:

Grafik 4.1 Jarak Ke Ibukota Kabupaten (dalam km)

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2011

Berdasarkan Grafik 4.1 terlihat bahwa kecamatan yang memiliki jarak paling dekat dengan Ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Kota yaitu sepanjang 2km, hal

(56)

40

dengan Ibukota Kabupaten adalah Kecamatan Undaan yaitu sepanjang 13km. 4.1.4.3 Panjang Jalan

Dalam menunjang kelancaran transportasi dan kemudahan aksesibilitas diperlukan adanya prasarana jalan yang memadai dan dalam kondisi yang baik, yaitu panjang jalan. Semakin banyak jalan yang menghubungkan antar daerah maka akan semakin berkembang daerah tersebut.

Grafik 4.2 Panjang Jalan di Kabupaten Kudus (dalam km)

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

Berdasarkan Grafik 4.2 terlihat bahwa Kecamatan Dawe menempati urutan pertama dengan panjang jalan seluas 91,8 km pada tahun 2005 menjadi 118.700 km pada tahun 2010. Panjang jalan pada tiap-tiap kecamatan yang saling berjauhan tersebut dihubungkan dengan akses jalan guna menunjang kelancaran transportasi dan kemudahan aksesibilitas. Panjang jalan dalam kondisi yang baik nantinya akan sangat mempengaruhi dalam perkembangan wilayahnya pula.

(57)

41

Perkembangan wilayah pada penelitian ini yaitu menghitung berbagai indeks jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi, kependudukan dan aksesibilitas wilayah yang ada di Kabupaten Kudus. Indeks jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan dan ekonomi. Indeks kependudukan meliputi jumlah dan kepadatan penduduk, serta indeks aksesibilitas wilayah meliputi luas wilayah, jarak ke Ibukota Kabupaten dan panjang jalan. Perhitungan berbagai indeks tersebut dihitung menggunakan rumus:

Cara Scalling:

. 100

Keterangan:

X : Nilai dari variabel

Xmin : Nilai terendah dari variabel Xmax : Nilai tertinggi dari variabel

Setelah itu hasil dari scalling indeks tersebut akan dikompositkan/dijumlahkan, dan hasil penjumlahan tersebut dibuat klasifikasi kelas (tinggi, sedang, rendah). Semakin tinggi nilai yang dihasilkan maka tingkat perkembangan wilayahnya pun akan semakin tinggi pula.

Keterangan Klasifikasi kelas : Rendah = 0 – 33,3

(58)

4.2.1.1 Indeks Jumlah Fasilitas Sarana Sosial Ekonomi

Indeks jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi terdiri atas berbagai jenis sarana sosial ekonomi yang meliputi sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan, serta sarana ekonomi. Berbagai indeks jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi tersebut nantinya akan dilihat bagaimana perkembangannya di tahun 2005 dan 2010.

Sarana Pendidikan

Sarana Pendidikan pada penelitian ini meliputi jumlah fasilitas TK, SD, SMP, SMA, SMK dan Perguruan Tinggi di Kabupaten Kudus. Jumlah fasilitas sarana pendidikan tersebut digunakan untuk mengetahui ketersediaan fasilitasnya terhadap wilayah tersebut dan melihat seberapa besar perkembangannya selama 5 tahun.

Tabel 4.7 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Pendidikan di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Sarana Pendidikan Tahun 2005 Sarana Pendidikan Tahun 2010 Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 98 22,07 Rendah 108 24,35 Rendah

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(59)

43

dengan jumlah 167 sarana, sedangkan yang terendah berada di Kecamatan Undaan dengan total sarana 89 sarana. Dari perhitungan indeks pendidikan tersebut jumlah sarana yang sedikit tidak berarti mengindikasikan kualitas pendidikannya rendah, namun perlu dilihat juga pelayanan sarana pendidikan tersebut terhadap jumlah penduduk yang ada.

Sarana Kesehatan

Sarana Kesehatan pada penelitian ini meliputi jumlah fasilitas Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Balai Pengobatan, dan Apotek di Kabupaten Kudus. Berbagai jumlah fasilitas sarana kesehatan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting untuk mngendalikan perkembangan dan pertumbuhan penduduk selain hanya penting untuk pelayanan kesehatan penduduknya saja.

Tabel 4.8 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Kesehatan di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Sarana Kesehatan Tahun 2005 Sarana Kesehatan Tahun 2010 Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 13 5,55 Rendah 16 0 Rendah

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(60)

44

kesehatannya, sehingga diharapkan masing-masing sarana kesehatan yang ada di setiap kecamatan tersebut dapat memberikan pelayanan yang optimal terhadap jumlah penduduk yang ada di wilayah tersebut.

Sarana Peribadatan

Sarana Peribadatan pada penelitian ini meliputi Masjid, Mushola, Gereja, Pura, Wihara, dan Klenteng di Kabupaten Kudus. Hampir setiap jenis sarana peribadatan yang ada tersebut tersebar merata menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing umat beragamanya di setiap Kecamatan.

Tabel 4.9 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Peribadatan di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Sarana Peribadatan Tahun 2005 Sarana Peribadatan Tahun 2010 Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 198 12,96 Rendah 210 8,10 Rendah

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(61)

45 Sarana Ekonomi

Sarana Ekonomi pada penelitian ini meliputi Pasar, Toko Kelontong, Warung Makan, Koperasi, Bank, dan Industri di Kabupaten Kudus. Berbagai sarana ekonomi yang ada tersebut berfungsi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari penduduk dan menunjang perkembangan wilayah dalam segi perekonomiannya.

Tabel 4.10 Perhitungan Indeks Fasilitas Sarana Ekonomi di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Sarana Ekonomi Tahun 2005 Sarana Ekonomi Tahun 2010

Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Total

Sarana Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 941 13,38 Rendah 1693 49,52 Sedang

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(62)

46 yang menjadi penyebab bertambah banyaknya jumlah penduduk. Perhitungan indeks jumlah penduduk di tahun 2005 dan 2010 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Perhitungan Indeks Jumlah Penduduk di Kabupaten Kudus

Kecamatan Tahun 2005 Tahun 2010

Jumlah Indeks Klasifikasi Jumlah Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 941 13,38 Rendah 90.219 78,65 Tinggi

Berdasarkan perhitungan indeks jumlah penduduk di Kabupaten Kudus tersebut diperoleh informasi bahwa sekitar 97.800 jiwa bertempat tinggal di Kecamatan Jekulo pada tahun 2010, sedangkan pada tahun 2005 jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Jati dengan jumlah 2099 jiwa.

(63)

47 Kepadatan Penduduk

Kepadatan penduduk sangat terkait dengan luas wilayah dan jumlah penduduk serta antara daerah yang satu dengan daerah yang lain tentunya tidak mempunyai tingkat kepadatan yang sama. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12 Perhitungan Indeks Kepadatan Penduduk di Kabupaten Kudus

Kecamatan Tahun 2005 Tahun 2010

Jumlah Indeks Klasifikasi Jumlah Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 2.648 21,98 Rendah 2.758 23,10 Rendah

(64)

48 4.2.1.3 Indeks Aksesibilitas Wilayah

Luas Wilayah

Perhitungan indeks luas wilayah di Kabupaten Kudus dalam hubungannya dengan perkembangan wilayah akan berbanding terbalik dengan klasifikasinya, hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Perhitungan Indeks Luas Wilayah di Kabupaten Kudus Kecamatan Luas (km2) Indeks Klasifikasi

(65)

49

Jarak Ke Ibukota Kabupaten (dalam km)

Jarak masing-masing tiap kecamatan dengan Ibukota Kabupaten akan mempengaruhi tingkat perkembangan di setiap wilayah, dimana jarak yang paling dekat dengan Ibukota Kabupaten pastinya akan lebih mudah mendapat pengaruh kekotaan dan mempengaruhi tingkat ketersediaan jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi di wilayah tersebut.

Tabel 4.14 Perhitungan Indeks Jarak Ke Ibukota Kabupaten Kudus (dalam km)

Kecamatan Jarak Ke Ibukota

Kabupaten (km) Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 6 63,63 Sedang

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(66)

50 Panjang Jalan

Dalam menunjang kelancaran transportasi dan kemudahan aksesibilitas diperlukan adanya prasarana jalan yang memadai dan dalam kondisi yang baik, yaitu panjang jalan. Semakin banyak jalan yang menghubungkan antar daerah maka akan semakin berkembang daerah tersebut.

Tabel 4.15 Perhitungan Indeks Panjang Jalan di Kabupaten Kudus (dalam km)

Kecamatan

Panjang Jalan Tahun 2005 Panjang Jalan Tahun 2010 Jumlah

(km) Indeks Klasifikasi

Jumlah

(km) Indeks Klasifikasi

Kaliwungu 59.100 45,22 Rendah 61.750 22,09 Rendah

Sumber: Kudus Dalam Angka, Tahun 2006 dan 2011

(67)

51

4.2.1.4 Indeks Perkembangan Wilayah di Kabupaten Kudus

Indeks perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus ini meliputi indeks jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi, indeks kependudukan dan indeks aksesibilitas wilayah, dimana semua indeks tersebut telah dikompositkan/dijumlahkan, dan hasil penjumlahan tersebut dibuat klasifikasi kelas (tinggi, sedang, rendah). Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan 4.17 pada Lampiran 1 dan 2.

Berdasarkan Tabel 4.16 dan 4.17 terlihat bahwa perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus pada tahun 2005 dan 2010 yang memiliki total indeks komposit tertinggi yaitu di Kecamatan Kota, hal ini dikarenakan Kecamatan Kota merupakan Ibukota Kabupaten Kudus sehingga jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi yang ada sudah pasti terkonsentrasi di pusat kota. Selain itu, aktivitas perekonomian di sektor industri dan perdagangannya pun banyak berada di Kecamatan Kota seperti industri PT. Rokok Djarum, PR Nojorono, Mall Matahari, Ramayana, Pasar Kliwon yang menjadikan daerah ini memiliki kontribusi besar di sektor industri dan perdagangan, sehingga daerah ini akan semakin dipadati penduduk yang menuntut lebih banyak lagi fasilitas sarana sosial dan ekonominya.

(68)

52

memadai. Wilayah yang kemampuannya sangat rendah seperti di Kecamatan Undaan ini justru seharusnya membutuhkan tambahan jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi yang jauh lebih besar daripada wilayah yang mempunyai kemampuan membangun sangat tinggi, namun pada kenyataannya jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi selalu terpenuhi di pusat kota saja.

Selain itu, di Kecamatan Undaan cenderung dikenal sebagai rural area, karena memang sebagian besar adalah merupakan daerah perdesaan

dengan nilai tambah andalan dari sektor pertanian, sebaliknya dari sektor industri sangat rendah. Apabila di Kecamatan ini dapat memacu penduduknya untuk lebih meningkatkan sumber daya manusianya dan menerapkan teknologi yang tepat di bidang pertanian dan penduduknya mampu menanam tanaman yang diminati pasar regional, tentunya akan mampu meningkatkan perkembangan di wilayah tersebut.

(69)

53

Berdasarkan Tabel 4.18 terlihat bahwa perhitungan indeks komposit perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus pada tahun 2005 dan 2010 dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelas, yaitu klasifikasi tinggi, sedang dan rendah yang dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.18 Perhitungan Indeks Komposit

Perkembangan Wilayah Kabupaten Kudus

Kecamatan Indeks Komposit Selisih Klasifikasi 2005 2010

Sumber: Analisis Data Sekunder, Tahun 2005 dan 2010 dan Lampiran 1 & 2 Keterangan:

-48,34 – 6,87 Rendah 6,88 – 62,09 Sedang 62,10 – 117, 31 Tinggi

(70)

54

dimana daerah pinggiran kota merupakan daerah yang lebih banyak ditempati untuk bertempat tinggal.

Perkembangan wilayah yang tinggi di Kecamatan Kaliwungu, Jekulo dan Gebog juga dipengaruhi oleh jumlah sarana sosial ekonominya yang tinggi, di Kecamatan Kaliwungu didominasi oleh sarana ekonomi yang tinggi, Kecamatan Jekulo didominasi oleh sarana peribadatan, dan Kecamatan Gebog didominasi oleh sarana pendidikannya. Oleh karena itu, kecamatan-kecamatan tersebut mengalami perkembangan karena meningkatnya berbagai jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi yang dapat memacu bertambahnya jumlah penduduk di kecamatan-kecamatan itu.

Sedangkan wilayah dengan perkembangan yang rendah berada di Kecamatan Bae dengan nilai indeks komposit -48,34, hal ini disebabkan karena rendahnya sarana sosial ekonomi yang ada di kecamatan tersebut berdasarkan perhitungan pada Tabel 4.16 dan 4.17 dimana dari sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan maupun ekonominya mendapatkan nilai yang paling rendah diantara kecamatan-kecamatan yang lain.

(71)
(72)
(73)
(74)

58

4.2.2 Sektor Unggulan di Kabupaten Kudus

Berdasarkan perhitungan yang ada pada Lampiran 4, nilai LQ tiap-tiap sektor yang ada di Kabupaten Kudus pada tahun 2005 dan 2010 menunjukkan bahwa sektor basis yang ada di tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Kudus dengan nilai LQ > 1 adalah sebagai berikut:

1. Sektor Basis Tahun 2005

Kecamatan Kaliwungu: Sektor Industri Pengolahan.

Kecamatan Kota: Sektor Perdagangan, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

Kecamatan Jati: Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan.

Kecamatan Undaan: Sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa. Kecamatan Mejobo: Sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih,

Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Jasa-jasa.

Kecamatan Jekulo: Sektor Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan.

(75)

59

Kecamatan Gebog: Sektor Pertanian, Penggalian, Industri Pengolahan, Bangunan.

Kecamatan Dawe: Sektor Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

2. Sektor Basis Tahun 2010

Kecamatan Kaliwungu: Sektor Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih.

Kecamatan Kota: Sektor Perdagangan, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

Kecamatan Jati: Sektor Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan.

Kecamatan Undaan: Sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Jasa-jasa.

Kecamatan Mejobo: Sektor Pertanian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Jasa-jasa.

(76)

60

Kecamatan Bae: Sektor Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Angkutan dan Komunikasi.

Kecamatan Gebog: Sektor Pertanian, Industri Pengolahan, Bangunan.

Kecamatan Dawe: Sektor Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

Dari uraian diatas mengindikasikan bahwa pada tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Kudus tersebut dapat memenuhi kebutuhan barang dan jasanya sendiri dari sektor-sektor tersebut (peranan relatif barang dan jasa yang bersangkutan dalam wilayah Kecamatan adalah sama dengan peranan relatif barang dan jasa sejenis dalam perekonomian wilayah Kabupaten), dan daerah tersebut juga mampu mengekspor barang dan jasa yang dihasilkan ke luar daerah, sehingga disebut dengan sektor basis. Sedangkan sektor non basis yang ada di tiap-tiap Kecamatan di Kabupaten Kudus pada tahun 2005 dan 2010 dengan nilai LQ < 1 adalah sebagai berikut:

1. Sektor Non Basis Tahun 2005

(77)

61

Kecamatan Kota: Sektor Pertanian, Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Angkutan dan Komunikasi.

Kecamatan Jati: Sektor Pertanian, Penggalian, Industri Pengolahan, Bangunan, Jasa-jasa.

Kecamatan Undaan: Sektor Penggalian, Industri Pengolahan.

Kecamatan Mejobo: Sektor Penggalian, Industri Pengolahan, Bangunan, Lembaga Keuangan.

Kecamatan Jekulo: Sektor Industri Pengolahan, Bangunan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa..

Kecamatan Bae: Sektor Pertanian, Perdagangan, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

Kecamatan Gebog: Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

Kecamatan Dawe: Sektor Industri Pengolahan. 2. Sektor Non Basis Tahun 2010

Kecamatan Kaliwungu: Sektor Pertanian, Penggalian, Bangunan, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

(78)

62

Kecamatan Jati: Sektor Pertanian, Penggalian, Industri Pengolahan, Listrik, Gas dan Air Bersih, Bangunan, Jasa-jasa.

Kecamatan Undaan: Sektor Penggalian, Industri Pengolahan, Bangunan, Lembaga Keuangan.

Kecamatan Mejobo: Sektor Penggalian, Industri Pengolahan, Bangunan, Lembaga Keuangan.

Kecamatan Jekulo: Sektor Bangunan, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

Kecamatan Bae: Sektor Pertanian, Penggalian, Perdagangan, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa.

Kecamatan Gebog: Sektor Penggalian, Listrik, Gas dan Air Bersih, Perdagangan, Angkutan dan Komunikasi, Lembaga Keuangan, Jasa-jasa. Kecamatan Dawe: Sektor Industri Pengolahan.

(79)
(80)
(81)

65

Industri Pengolahan 0,80 0,83 Naik Listrik, Gas & Air bersih 1,42 1,72 Naik

Bangunan 1,66 1,51 Turun

Perdagangan, Hotel & Restoran 1,25 1,18 Turun Angkutan dan Komunikasi 1,31 1,2 Turun

Lembaga Keuangan 0,82 0,75 Turun

Jasa-jasa 1,19 1,15 Turun

Sumber: Analisis Data Sekunder, Tahun 2005 dan 2010 dan Lampiran 4 Berdasarkan Tabel 4.19 dapat dilihat bahwa perhitungan rata-rata LQ Kabupaten Kudus tahun 2005 dan 2010 untuk semua sektor/bidang usaha yang paling unggul dan mengalami peningkatan adalah sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor industri pengolahan dalam kurun waktu tahun 2005 dan 2010 telah memberikan kontribusi yang tinggi dibanndingkan sektor-sektor yang lain, karena seperti telah diketahui sebelumnya bahwa sektor industri pengolahan merupakan penyumbang utama terhadap PRDB Kabupaten Kudus.

(82)

66

Sektor/bidang usaha yang menjadi sektor unggulan kedua yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Selain sektor industri pengolahan yang menjadi unggulan, sektor listrik, gas dan air bersih mempunyai peranan yang sangat penting guna mendukung aktivitas industri pengolahan, oleh karena itu selama kurun waktu 5 tahun sektor listrik, gas dan air bersih juga mengalami peningkatan.

4.2.3 Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Kudus

Analisis kesenjangan wilayah di Kabupaten Kudus pada penelitian ini menggunakan rumus Indeks Williamson. Indeks kesenjangan Williamson akan menghasilkan indeks yang lebih besar atau sama dengan nol. Jika Indeks lebih besar dari 0 menunjukkan adanya kesenjangan ekonomi antar wilayah. Semakin besar indeks yang dihasilkan semakin besar tingkat kesenjangan antar kecamatan di suatu kabupaten.

Tabel 4.20 Perhitungan Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Kudus

Kecamatan Kesenjangan Wilayah Keterangan

2005 2010

(83)

67

Kecamatan Kota, dimana nilai kesenjangannya sebesar 0,17 naik menjadi 0,18. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar nilai indeks kesenjangan maka akan semakin besar pula kesenjangan antar wilayahnya.

Kesenjangan yang tinggi di Kecamatan Kota ini disebabkan karena Kecamatan Kota merupakan Ibukota Kabupaten Kudus, dimana segala kegiatan perekonomian sudah pasti terkonsentrasi di pusat kota. Selain itu di Kecamatan ini juga menyumbang kontribusi yang tinggi terhadap PDRB dan PDRB perkapita daerah sehingga tingkat kesenjangannya pun terlihat sangat mencolok dibandingkan kecamatan-kecamatan yang lain.

(84)

Gambar

Tabel 3.1 Variabel Penelitian
Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.2 Sarana Pendidikan di Kabupaten Kudus
Tabel 4.3 Sarana Kesehatan di Kabupaten Kudus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu antisipasi dalam menghandle kelemahan masing-masing standar terhadap jaringan nirkabel ini adalah dengan mengupas setiap standarisasi yang dikembangkan oleh IEEE

Berisi tentang kesimpulan dari data–data yang telah dianalisa dan selanjutnya akan diberikan saran dari kesimpulan yang telah didapat terutama bagi pihak

Esse relato serve para ilustrar que a atividade sexual entre pessoas do mesmo sexo não apenas era corriqueira em nosso país como também “aceitável”.. Várias matérias

Menurut Rommers (2001) kelinci Zealand white dengan bobot badan lebih dari 4 kg dan kurang dari 3 kg, yang disapih pada umur 4,5 minggu serta diinseminasi pertama pada umur

Penelitian Sudiarta (2005) menyatakan bahwa transportasi yang membuka akses obyek wisata ke perkotaan memberikan pengaruh pada jumlah wisatawan, namun tidak mengamati

menghubungkan antara Waduk Sutami dan Lahor juga berpengaruh terhadap analisa penelusuran banjir, sehingga pada saat analisa penelusuran banjir Bendungan Sutami dan

Pada PES 2013, akan lebih mudah dalam melakukan dribbling untuk melewati pemain lawan, namun lebih susah dalam melakukan umpan 1-2 jika dibandingkan PES 20121. Trik dalam

PT Kubik Kreasi Sisilain, dinyatakan gugur administrasi karena tidak melampirkan laporan keuangan audited 3 th terakhir, surat jaminan penawaran yang dibuat tidak