• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Wilayah .1 Letak, Luas dan Batas Wilayah .1 Letak, Luas dan Batas Wilayah

4.3.2 Sektor Unggulan di Kabupaten Kudus

Sektor unggulan di Kabupaten Kudus yang mengalami peningkatan pada tahun 2005 dan 2010 yaitu sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor industri pengolahan dalam kurun waktu 5 tahun telah memberikan kontribusi yang tinggi dibandingkan sektor-sektor yang lain, karena seperti telah diketahui sebelumnya bahwa sektor industri pengolahan merupakan penyumbang utama terhadap PRDB Kabupaten Kudus, sedangkan untuk melihat sektor basis dan non basis setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Kudus dapat dilihat pada Lampiran 5.

Kabupaten Kudus adalah salah satu Kabupaten yang memang unggul di sektor industri pengolahan. Sektor yang unggul tersebut berada paling banyak di Kecamatan Kota, seperti telah diketahui kecamatan Kota merupakan Ibukota Kabupaten yang merupakan pusat segala kegiatan sosial ekonomi, berbagai pabrik-pabrik industri ternama yang ada seperti, Pabrik

72

Djarum Kudus, PR Nojorono, Pabrik Industri Jenang Sinar Tiga-tiga, Pabrik Mubarokfood Cipta Delicia, jenang Asia Aminah, jenang Karomah, jenang Dua Keris dan jenang Menara.

Sektor/bidang usaha yang menjadi sektor unggulan kedua yaitu sektor listrik, gas dan air bersih. Selain sektor industri pengolahan yang menjadi unggulan, sektor listrik, gas dan air bersih juga mempunyai peranan yang sangat penting guna mendukung aktivitas industri pengolahan. Oleh karena itu, selama kurun waktu 5 tahun sektor listrik, gas dan air bersih juga mengalami peningkatan.

Analisis penentuan sektor unggulan diperlukan sebagai dasar untuk perumusan pola kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Kudus di masa mendatang, sehingga kebijaksanaan pembangunan ekonomi dapat di arahkan untuk menggerakkan sektor-sektor yang berpotensi unggulan. Pemerintah Kabupaten Kudus dapat menentukan alokasi dan prioritas anggaran untuk sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih secara signifikan untuk memacu perkembangan atau pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga mendorong tercapainya kesejahteraan masyarakat.

4.3.3 Kesenjangan Wilayah di Kabupaten Kudus

Kesenjangan wilayah yang terjadi di Kabupaten Kudus pada tahun 2005 dan 2010 yang memiliki nilai kesenjangan tertinggi yaitu berada di Kecamatan Kota dengan nilai sebesar 0,17 naik menjadi 0,18 dimana semakin besar nilai indeks kesenjangannya (mendekati nilai 1) maka semakin besar pula tingkat kesenjangan antar wilayahnya. Kesenjangan tinggi yang terjadi di

73

Kecamatan Kota ini disebabkan karena Kecamatan Kota merupakan Ibukota Kabupaten Kudus, dimana segala kegiatan perekonomian sudah pasti terkonsentrasi di pusat kota. Selain itu di Kecamatan ini juga menyumbang kontribusi yang tinggi terhadap PDRB dan PDRB perkapita daerah sehingga tingkat kesenjangannya pun terlihat sangat mencolok dibandingkan kecamatan-kecamatan yang lain.

Kecamatan dengan kesenjangan terendah berada di Kecamatan Gebog dengan nilai kesenjangan 0,01 dimana semakin kecil nilai indeks kesenjangannya maka semakin kecil pula tingkat kesenjangan antar wilayahnya. Kesenjangan terendah yang terjadi di Kecamatan Gebog disebabkan karena faktor PDRB dan PRDRB Perkapita pada Kecamatan ini tidak mempunyai kontribusi yang besar terhadap pendapatan daerah.

Secara keseluruhan perhitungan kesenjangan wilayah di Kabupaten Kudus ini memiliki rentan nilai kesenjangan yang rendah karena nilai hanya berkisar kurang dari 1, hal ini disebabkan karena perhitungan yang digunakan hanya mengacu pada rumus Indeks Williamson yang hanya menggunakan variabel jumlah penduduk, PDRB dan PDRB Perkapitanya saja sehingga hanya menghasilkan nilai antara 0 sampai 1, dan apabila nilai semakin mendekati 1 maka kesenjangan semakin tinggi.

Dampak yang terjadi dari adanya kesenjangan wilayah ini dapat mengakibatkan banyaknya pengangguran, kemiskinan dan rendahnya kualitas sumber daya manusia karena wilayah yang sudah maju akan menjadi semakin

74

maju sedangkan wilayah yang belum maju akan semakin tertinggal dengan kurangnya jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi beserta aksesibilitasnya.

Orang-orang pastinya akan lebih banyak yang pindah ke wilayah yang sudah maju dengan berbagai fasilitas sarana sosial ekonomi yang mudah dijangkau dan menyediakan berbagai lapangan pekerjaan dibandingkan tinggal di daerah yang masih tertinggal dengan sulitnya aksesibilitas, rendahnya fasilitas sarana sosial ekonomi dan tidak adanya pekerjaan, karena biasanya di daerah yang belum maju ini upah pekerjaan lebih sedikit dibandingkan daerah yang sudah maju.

Oleh karena itu, Pemerintah Daerah seharusnya lebih memperhatikan terhadap wilayah yang belum maju agar tidak terjadi kesenjangan yang begitu mencolok antara Kecamatan Kota dengan Kecamatan Gebog. Selain itu juga harus mengoptimalkan potensi setiap wilayah secara seimbang baik dalam segi jumlah sarana fasilitas sosial ekonomi, jumlah penduduk dan aksesibilitasnya maupun pendapatan daerah setiap masing-masing Kecamatan. 4.3.4 Arahan Pengembangan Pembangunan di Kabupaten Kudus

Berdasarkan hasil penelitian dapat dibuat beberapa rekomendasi atau sebagai arahan pengembangan pembangunan di Kabupaten Kudus, khususnya kebijakan pembangunan dalam hal perencanaan pembangunan fasilitas sarana sosial ekonomi dan sektor unggulan yang diharapkan atau bertujuan untuk: 1. Melakukan pemerataan pembangunan sehingga diharapkan tidak terjadi

pemusatan hanya pada Kecamatan tertentu dan mengurangi timbulnya kesenjangan antar wilayah.

75

2. Pemanfaatan sumber daya yang ada pada masing-masing wilayah untuk mendukung kegiatan pembangunan baik sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya dengan memegang teguh aspek kelestarian pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan .

3. Pembangunan fasilitas sarana sosial ekonomi dan sektor unggulan yang memadai diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penduduk sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan penduduk tersebut.

4. Memberikan arahan pembangunan bagi pihak yang akan melakukan pengembangan daerah dengan menggunakan aturan-aturan menurut rencana tata ruang kota yang ada, sehingga sasaran pembangunan yang akan dilakukakan dapat berjalan sesuian rencana.

Berikut akan dipaparkan arahan pengembangan pembangunan wilayah masing-masing kecamatan di Kabupaten Kudus dengan mempertimbangkan faktor jumlah fasilitas sarana sosial ekonomi, kependudukan dan aksesibilitas wilayah yang berdasarkan keterangan dari hasil perhitungan indeks komposit pada masing-masing kecamatan yang telah diperoleh keterangan dan menunjukkan bahwa kecamatan yang memiliki klasifikasi rendah berada pada prioritas I, klasifikasi sedang berada pada prioritas II, dan klasifikasi tinggi berada pada prioritas III. Setelah diklasifikasikan pada prioritas tersebut dapat ditentukan sektor yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil perhitungan LQ di tiap kecamatan yang ada pada Lampiran 4 dan 5.

76

Tabel 4.21 Skala Prioritas Arahan Pengembangan Pembangunan di Kabupaten Kudus

Kecamatan

Indeks

Komposit Selisih Klasifikasi Prioritas *Sektor yang dapat dikembangkan 2005 2010

Kaliwungu 268.66 339.93 71.27 Tinggi III Indusri, Pertanian

Kota 703.19 732.53 29.34 Sedang II Perdagangan, Lembaga

Keuangan, Jasa, Listrik.

Jati 457.47 480.95 23.48 Sedang II Perdagangan, Lembaga

Keuangan, Jasa, Listrik.

Undaan 115.57 136.63 21.06 Sedang II Perdagangan, Lembaga

Keuangan, Jasa, Listrik.

Mejobo 180.83 188.05 7.22 Sedang II Perdagangan, Lembaga

Keuangan, Jasa, Listrik.

Jekulo 271.61 375.58 103.97 Tinggi III Industri, Pertanian

Bae 250.83 202.49 -48.34 Rendah I Bangunan, Angkutan

Gebog 209.14 326.45 117.31 Tinggi III Industri, Pertanian

Dawe 411.44 457.54 46.1 Sedang II Perdagangan, Lembaga

Keuangan, Jasa, Listrik.

Sumber: Analisis Data Sekunder, Tahun 2005 dan 2010 Keterangan:

*Sektor yang dapat dikembangkan (Lampiran 4 dan 5)

Berdasarkan Tabel 4.21 terlihat bahwa, arahan pengembangan pembangunan di Kabupaten Kudus dapat diklasifikasikan menjadi 3 prioritas, yaitu:

1. Prioritas I adalah kecamatan dengan klasifikasi rendah yaitu Kecamatan Bae, yang sebaiknya diarahkan untuk sektor bangunan dan angkutan. 2. Prioritas II adalah kecamatan dengan klasifikasi sedang yaitu meliputi

Kecamatan Kota, Jati, Undaan, Mejobo dan Dawe, yang sebaiknya diarahkan untuk sektor perdagangan, lembaga keuangan, jasa, dan listrik. 3. Prioritas III adalah kecamatan dengan klasifikasi tinggi yaitu meliputi

Kecamatan Kaliwungu, Jekulo dan Gebog, yang sebaiknya untuk sektor industri dan pertanian.

78 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus menunjukkan bahwa wilayah yang perkembangannya tinggi di tahun 2005 dan 2010 yaitu di Kecamatan Kaliwungu, Jekulo dan Gebog, hal ini disebabkan karena kecamatan-kecamatan tersebut mengalami perkembangan dari berbagai jumlah fasilitas sarana sosial ekonominya, di Kecamatan Kaliwungu didominasi oleh sarana ekonomi yang tinggi, Kecamatan Jekulo didominasi oleh sarana peribadatan, dan Kecamatan Gebog didominasi oleh sarana pendidikannya. Selain itu ketiga kecamatan tersebut juga dilalui jalur nasional pantura, yang menyebabkan aksesibilitasnya pun tinggi. Kecamatan yang perkembangannya rendah adalah Kecamatan Bae dimana dari sarana pendidikan, kesehatan, peribadatan maupun ekonominya mendapatkan nilai yang paling rendah diantara kecamatan-kecamatan yang lain. Letak kecamatan-kecamatan ini hanya berada pada jalan lokal yang biasa dilalui penduduk sekitar di wilayah tersebut.

2. Sektor unggulan di Kabupaten Kudus yang mengalami peningkatan di tahun 2005 dan 2010 yaitu sektor industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor listrik, gas dan air bersih menjadi sektor unggulan kedua yang mempunyai peranan sangat penting guna

79

mendukung aktivitas industri pengolahan. Sektor yang unggul tersebut berada paling banyak di Kecamatan Kota, seperti telah diketahui kecamatan Kota merupakan Ibukota Kabupaten yang merupakan pusat segala kegiatan sosial ekonomi, oleh karena itu, Kecamatan Kota memiliki kontribusi yang cukup tinggi pula dalam pendapatan daerah. 3. Kesenjangan wilayah yang terjadi di Kabupaten Kudus di tahun 2005 dan

2010 yang memiliki nilai kesenjangan tertinggi yaitu berada di Kecamatan Kota dengan nilai sebesar 0,17 naik menjadi 0,18 dimana semakin besar nilai indeks kesenjangannya (mendekati nilai 1) maka semakin besar pula tingkat kesenjangan wilayahnya. Kecamatan dengan kesenjangan terendah berada di Kecamatan Gebog dengan nilai kesenjangan 0,01. Secara keseluruhan perhitungan kesenjangan wilayah di Kabupaten Kudus ini memiliki rentan nilai kesenjangan yang rendah karena nilai hanya berkisar kurang dari 1. Perhitungan yang digunakan hanya mengacu pada rumus Indeks Williamson yang hanya menggunakan variabel jumlah penduduk, PDRB dan PDRB Perkapitanya saja sehingga hanya menghasilkan nilai antara 0 sampai 1, dan apabila nilai semakin mendekati 1 maka kesenjangan semakin tinggi.

4. Arahan pengembangan pembangunan di Kabupaten Kudus dapat diarahkan dengan:

a) Prioritas I adalah kecamatan dengan klasifikasi rendah yaitu Kecamatan Bae, yang sebaiknya diarahkan untuk sektor bangunan dan angkutan.

80

b) Prioritas II adalah kecamatan dengan klasifikasi sedang yaitu meliputi Kecamatan Kota, Jati, Undaan, Mejobo dan Dawe, yang sebaiknya diarahkan untuk sektor perdagangan, lembaga keuangan, jasa, dan listrik.

c) Prioritas III adalah kecamatan dengan klasifikasi tinggi yaitu meliputi Kecamatan Kaliwungu, Jekulo dan Gebog, yang sebaiknya untuk sektor industri dan pertanian.

B. Saran

Dari kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti memberikan saran antara lain:

1. Pemerintah Daerah seharusnya lebih memperhatikan terhadap wilayah yang belum maju agar tidak terjadi kesenjangan yang begitu mencolok antara Kecamatan yang satu dengan yang lain.

2. Sektor-sektor yang berpotensi tinggi dalam mempengaruhi perkembangan wilayah di Kabupaten Kudus perlu mendapatkan perhatian lebih dari Pemerintah Daerah agar dapat dikelola dengan baik.

3. Badan Pembangunan Perencanaan Daerah dan Badan Pusat Statistik, agar terus melakukan pendataan atau pembaharuan data setiap tahunnya agar data yang diperoleh lebih akurat.

81

Dokumen terkait