• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II WADAH BUDI DAYA IKAN

4.1 Seleksi Induk

4.1.1 Selective breeding

Selective breeding adalah suatu program breeding yang mencoba untuk memperbaiki nilai pemuliabiakan (breeding value) dari suatu populasi dengan melakukan seleksi dan per-kawinan hanya pada ikan-ikan yang terbaik. Hasil yang akan diperoleh

adalah induk yang terseleksi yang mempunyai karakteristik lebih baik dari populasi sebelumnya. Selective breeding menurut Tave (1995) dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Seleksi individu/massa 2. Seleksi famili

Pada ikan teknik seleksi dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu seleksi massa/individu dan seleksi famili. Seleksi induk secara individu ini disebut juga dengan seleksi massa. Seleksi massa/individu adalah seleksi yang dilakukan dengan memilih individu-individu dengan performan terbaik. Seleksi ini merupakan teknik seleksi yang paling sederhana dengan biaya lebih murah dibandingkan seleksi lainnya. Hal ini dikarenakan pada seleksi individu hanya memerlukan fasilitas dan peralatan sedikit (kolam, jaring, hapa, dan lain-lain), pencatatan data lebih singkat sehingga akan lebih mudah dilakukan. Seleksi individu dapat diterapkan pada ikan nila jika nilai heritabilitas ikan nila ini lebih besar dari 0,25, waktu pemijahan harus ber-samaan dan culling top 5–10% (Tave, 1995). Induk yang baik secara alami dapat dihasilkan melalui seleksi secara ketat dan tepat terhadap sekelompok ikan, pengalaman menunjukkan bahwa untuk mendapatkan induk 50 ekor yang

sesuai kriteria diperlukan 2.000 ekor calon induk.

Seleksi famili adalah seleksi dengan mempergunakan performans dari saudaranya baik saudara tiri sebapak (half sib) atau saudara sekandung (full sib). Saudara tiri sebapak adalah keluarga (famili) yang dibentuk oleh sekelompok anak yang berasal dari satu bapak dengan beberapa induk betina (Half sib), karena pada ikan satu induk jantan dapat membuahi lebih dari satu induk betina, maka anak-anak yang dihasilkan dari bapak yang sama dengan induk betina yang berbeda ini disebut dengan saudara tiri sebapak. Sedangkan setiap keluarga/famili yang berasal dari satu bapak dengan satu induk disebut saudara sekandung (full sib), dan pada ikan budi daya ada juga yang melakukan perkawinan di mana satu jantan hanya membuahi satu induk betina. Seleksi famili dapat diterapkan untuk ikan jika nilai heritabilitas ikan tersebut lebih kecil atau sama dengan 0,15. Seleksi famili merupakan alternatif seleksi yang dapat dilakukan apabila pengaruh lingkungan sulit dikontrol. Dalam seleksi famili ada dua jenis seleksi yaitu seleksi dalam famili (within-family) dan seleksi di antara famili (between family). Seleksi within family sebaiknya diterapkan untuk

seleksi pertumbuhan pada ikan, karena masing-masing famili dipelihara pada kolam terpisah dan ikan dengan pertumbuhan terbaik dipilih dari masing-masing famili, sehingga semua famili akan terwakili. Cara ini dilakukan merupakan salah satu cara untuk mengantisipasi adanya perbedaan umur akibat tidak terjadinya proses pemijahan secara serempak. Dari hasil penelitian pada ikan nila, di antara ketiga teknik seleksi yaitu seleksi individu, seleksi within family, dan between family, ternyata seleksi within family lebih efisien hasilnya dibanding-kan dengan seleksi individu atau between family.

Pada saat akan membudidayakan ikan setiap pembudidaya harus sudah memahamii karakter fenotipe setiap individu ikan yang akan dibudidayakan dengan memperhatikan ciri-ciri morfologinya. Ciri-ciri morfologi setiap ikan budi daya yang harus diamati

adalah karakter morfometrik dan karakter meristik. Karakter morfometrik adalah bentuk tubuh dari setiap ikan budi daya seperti panjang total tubuh, panjang standar, panjang kepala, tinggi badan, dan lain-lain. Sedangkan karakter meristik yang dapat diukur antara lain jumlah sisik pada linea lateralis, jumlah jari-jari sirip punggung, jumlah jari-jari lemah sirip dada, jumlah jari-jari lemah sirip perut, jumlah jari-jari sirip dubur, jumlah tapis insang pada lengkung insang bagian luar (gill racker), jumlah vertebrae, dan jumlah tulang rusuk. Dengan memahami karakter-karakter yang harus dipunyai oleh induk ikan yang unggul berdasarkan karakteristik setiap jenis ikan.

Menurut Tave (1995) perbandingan strategi keuntungan serta kerugian dari seleksi individu (A), seleksi within family (B), dan seleksi between family (C) dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Perbandingan strategi, keuntungan dan kerugian dari seleksi individu (A), seleksi within family (B) dan seleksi between family (C) (Tave, 1985)

Tipe Strategi Keuntungan Kerugian

A Memilih individu

yang terbaik, hubung-an famili tidak penting.

B Memilih individu

yang terbaik dari setiap famili.

C Memilih famili yang

terbaik berdasarkan nilai rata-rata famili, nilai individual tidak dipertimbangkan.

Tidak efektif ketika h2 = 0,15, sehingga sangat sukar untuk memilih ikan yang terbaik, asynchro-nous spawning dan menyebabkan masalah.

Moderatly expensive, membutuhkan banyak kolam, sukar untuk meng-gabungkan 2–3 fenotipe, ikan kecil dapat menjadi induk ikan yang terpilih, membutuhkan banyak data dan banyak data yang harus dikumpulkan.

Sangat mahal, mem-butuhkan banyak kolam, sukar untuk meng-gabungkan 2–3 fenotipe, ikan kecil dapat menjadi induk terpilih dapat meng-akibatkan terjadinya in-breeding, membutuhkan banyak data dan banyak data yang dikumpulkan. Terbaik ketika h2 t 0,25,

murah, dapat dilakukan dengan sedikit kolam, relative mudah untuk meng-gunakan 2–3 fenotipe, seluruh ikan yang besar terseleksi, mudah untuk menahan populasi breeding, data yang dibutuhkan sedikit jumlah data yang dikumpul-kan sedikit.

Terbaik ketika h2d 0,15 dan mempengaruhi Ve famili daripada individu, dapat di-gunakan dengan asynchro-nous spawning, mudah untuk memelihara populasi breeding yang besar, sedikit mahal daripada between famili.

Terbaik ketika h2d 0,15 dan mempengaruhi Ve individu daripada famili, dapat di-pergunakan ketika ikan harus dimatikan.

Dalam Tabel 4.1 tersebut ada huruf h2, huruf ini berarti heritabilitas. Heritabilitas dapat dilakukan peng-ukuran yang bertujuan untuk mengetahui besarnya keragaman fenotipe yang diakibatkan oleh aksi genotipe atau menggambarkan tentang persentase keragaman fenotipe yang diwariskan dari induk kepada keturunannya. Nilai heritabilitas dinotasikan dengan angka, yang berkisar antara 0–1.

Nilai heritabilitas satu berarti karakter yang diwariskan kepada keturunannya seluruhnya diakibatkan oleh keragaman genetik tidak ada pengaruh lingkungan. Nilai heritabilitas nol berarti karakter yang diwariskan kepada keturunannya seluruhnya diakibatkan oleh keragaman lingkungan tidak ada pengaruh genetik. Nilai heritabilitas ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu rendah mempunyai nilai antara 0–0,1, medium mempunyai nilai antara 0,1–0,3, dan tinggi mem-punyai nilai antara 0,3–1,0. Selain itu dalam tabel tersebut terdapat istilah asynchronous spawning, istilah ini merupakan salah satu kelompok

strategi dalam reproduksi ikan di mana ada tiga strategi reproduksi ikan yaitu synchronous spawning, synchronous spawning kelompok, dan asynchronous spawning. Synchronous spawning berarti proses pemijahan ikan dalam reproduksi dilakukan dengan cara semua telur dipijahkan dan induk ikan akan mati, contohnya pada ikan salmon. Synchronous spawning kelompok adalah kelompok ikan yang dapat memijah berkali-kali tetapi pemijahan-nya ini masih tergantung pada musim pemijahan, misalnya ikan patin, ikan bawal. Sedangkan asynchronous spawning adalah kelompok ikan yang dapat memijah berkali-kali dan tidak tergantung pada musim pemijahan karena proses perkembangan oositnya selalu ada, contoh jenis ikan kelompok ini adalah ikan nila.

Program selective breeding di lakukan untuk memperbaiki karakter fenotipe terutama laju pertumbuhan. Laju pertumbuhan yang tinggi pada populasi ikan budi daya akan me-ningkatkan produksi ikan yang dibudi-dayakan dan biasanya berkaitan dengan peningkatan dalam produksi

pakan bila ikan yang dibudidayakan mengkonsumsi pakan buatan. Dengan produktivitas yang tinggi dalam budi daya ikan maka pendapatan para pembudidaya ikan akan meningkat. Dengan melakukan seleksi ikan berdasarkan selective breeding ini akan diperoleh individu ikan yang mempunyai karakter fenotipe terbaik sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan pada saat dibudidayakan.

Prosedur yang harus dilakukan bagi para pembudidaya yang akan melaku-kan seleksi individu dengan strategi memilih individu yang terbaik dalam suatu populasi sebagai berikut.

1. Dalam suatu usaha budi daya ikan jika akan melakukan program seleksi individu minimal harus mempunyai 25 pasang induk yaitu 25 ekor induk jantan dan 25 ekor induk betina.

2. Melakukan pemijahan ikan dan mengamati pertumbuhan ikan dari setiap pasangan. Misalnya dari pemijahan satu pasang induk ikan diperoleh benih ikan sebanyak 200–300 ekor, maka harus selalu dilakukan pemantauan pertumbuh-an benih ikpertumbuh-an tersebut.

3. Membuat kurva pertumbuhan dari data pertumbuhan benih ikan dan lakukan pemanenan pada individu yang terbaik sebanyak 5–10% dari ukuran populasi yang tertinggi nilai pertumbuhannya.

4. Benih ikan yang terpilih pada tahap ketiga tersebut dipelihara secara terpisah sebagai calon induk yang akan digunakan untuk proses pemijahan selanjutnya. Menurut Tave (1995) dalam program seleksi individu akan diperoleh induk yang unggul dengan melakukan per-kawinan pada populasi terpilih sebanyak empat generasi.

5. Dari calon induk yang dipelihara pada tahap keempat akan diperoleh induk ikan yang dapat digunakan untuk proses pemijahan selanjutnya, dan akan diperoleh larva dan benih ikan. Kemudian proses selanjutnya dilakukan pemeliharaan sampai diperoleh kurva pertumbuhan dan lakukan pemilihan dari populasi individu sebanyak 5–10% dari populasi yang terbaik yang mempunyai ukuran tertinggi. Lakukan kegiatan tersebut sampai empat generasi dan akan diperoleh calon induk yang telah terseleksi secara individu.

Berikut ini contoh seleksi calon induk pada ikan nila meliputi beberapa kriteria sebagai berikut.

• Tingkat pertumbuhan ikan, calon induk mempunyai tingkat per-tumbuhan yang paling cepat di antara kelompok ikan.

• Warna ikan nila yang masih mem-punyai tingkat kemurnian yang baik dapat di identifikasi dengan adanya warna garis hitam tegas dan jelas terletak secara horisontal di bagian tubuh ikan.

• Bentuk badan melebar, mata relatif besar, dan sisik teratur.

• Konversi pakannya baik, yang dapat diidentifikasikan dengan per-tumbuhan bobot badan > 70 % dari jumlah pakan yang diberikan 3–5 % perhari dari bobot ikan.

• Waktu matang gonad induk berumur 7–8 bulan, dengan berat badan rata-rata 300 gram per ekor untuk jantan dan 250–300 gram per ekor untuk betina.

• Produktifitas dalam menghasilkan telur cukup tinggi (induk dengan panjang badan 6 cm dapat meng-hasilkan 200 telur, sedang induk yang panjang badannya 20 cm menghasilkan 1500 butir telur).

Prosedur yang dapat dilakukan oleh para pembudidaya ikan yang akan melakukan seleksi famili sebagai berikut.

1. Menyiapkan ikan yang akan dipijahkan dari beberapa famili yang dimiliki, minimal jumlah famili yang harus dikumpulkan 30 famili. Pada ikan nila di mana pemijahan dapat dilakukan dengan per-bandingan jantan dan betina 1 : 4 maka dalam perkawinan 8 jantan akan diperoleh famili sebanyak 32 yaitu 1 jantan dapat membuahi 4 betina sehingga satu jantan dapat membuat famili halfsib dan fullsib sebanyak 32 famili fullsib dan 8 famili haflsib karena dari satu jantan akan dihasilkan empat keluarga fullsib maka 8 jantan akan ada 32 famili fullsib atau 8 famili halfsib. 2. Melakukan pemijahan untuk ke 32

famili tersebut dan lakukan peng-amatan intensif dan cermat setiap hari untuk mengamati pasangan-pasangan ikan yang sudah memijah. 3. Melakukan pemeliharaan larva ikan pada setiap famili pada hapa yang terpisah dengan memberikan pakan dan pengelolaan kualitas air sesuai prosedur.

4. Melakukan pemeliharaan benih ikan pada setiap famili pada waring yang terpisah, hitung jumlah benih yang dihasilkan dari setiap famili. Pada ikan nila misalnya satu ekor induk betina menghasilkan 2000–3000 ekor. Pendederan dilakukan pada padat penbaran yang rendah untuk setiap famili pada kolam pen-dederan minimal 2 bulan.

5. Menghitung jumlah ikan yang diperoleh dari hasil pendederan dan lakukan pengukuran berat dan panjang tubuhnya sebanyak 30% dari jumlah populasi setiap famili, misalnya dalam satu famili ada 2.000 ekor maka jumlah sampel yang dihitung 600 ekor.

6. Melakukan pemilhan ukuran dari seluruh populasi dan ambil individu dari setiap famili yang mempunyai pertumbuhan yang terbaik, kurang lebih 8 minggu kemudian tentukan 50% dari populasi yang terbaik pertumbuhannya untuk dipelihara lebih lanjut menjadi calon induk dan sisanya dijual.

7. Melakukan pemeliharaan pada kolam pembesaran ikan sampai ikan-ikan pada setiap famili berukuran induk dan lakukan pengukuran satu persatu pada

setiap famili dan pilih sebanyak 20–30 ekor betina terbesar dan jantan terbesar sebanyak 10–20 ekor dari setiap famili.

8. Sisanya dibuang atau dijual sebagai ikan ukuran besar dan induk yang terpilih dapat dilakukan untuk seleksi induk selanjutnya dengan melakukan pemijahan massal. Pada beberapa spesies ikan sangat berbeda untuk diperoleh induk unggulnya. Pada jenis ikan nila wanayasa dapat diperoleh induk yang terseleksi secara famili dengan melakukan pemijahan ikan yang terpilih pada generasi ke tiga.

4.1.2 Outbreeding/Hibridisasi/