• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sebagai seniman, apakah Anda telah memilih peran sebagai "saksi"? - Perangseperti itu membutuhkan persyaratan a tau keterampilan luat biasa yang tidak saya miliki. Secara pribadi saya tidak minta satu peran pun, dan saya hanya memiliki satu jenis keterampilan saja. Sebagai manusia, saya lebih menghendaki kebahagiaan; sebagai seniman, bagi saya rasanya masih ada tokoh-tokoh yang harus saya hidupkan tanpa bantuan perang atau pengadilan. Saya pun telah diperiksa orang luar dalam, sebagaimana orang lain juga telah diperlakukan begitu. Seniman zaman dahulu setidaknya bisa diam saja di hadapan tirani. Sementara itu tirani masa kini lebih maju, mereka tidak lagi menerima sikap diam atau netral. Karena itu orang harus memiliki pendirian, memihak atau menentang. Dalam ha! ini saya termasuk yang menentang.

Tetapi ini tidak berarti saya memilih peran sebagai saksi yang tenteram damai. lni berarti, saya harus menerima zaman seperti apa adanya, menanggapi apa akibatnya pada diri kita. Selain itu, Anda lupa bahwa hakim, terdakwa, dan saksi masa kini sangat mudah bertukar posisi. Pilihan saya, kalau Anda masih menganggap saya memiliki suatu, paling tidak bukanlah untuk duduk di atas bangku hakim, atau

Diterjemahkan dari Albert Camus, "An Artist and His Time,"' dalam The Mytb ofSisypbus

3nd other Essays. tcrjemahan oleh Justin O'Brien. New York. Vintage Book. a divfaion of Random House, tanpa tahun, him. 147-151.

di bawahnya hakim, seperti kebanyakan fisuf. Walaupun begitu, relatif saya ridak akan diberi kesempatan. Kegiatan dalam serikat dagang adalah yang paling saya dahulukan saat ini, karena hasilnya sangat nyata.

* Apakah khayalan, yang Anda kritik pada karya-karya mutakhir Anda, bukankah merupakan definisi idealistis dan romantis tentang seniman?

- Betapapun kata-kata diputarbalikkan, makna kata-kata itu tetap tersirat. Dan jelas bagi saya bahwa kaum romantis adalah mereka yang memilih gerak abadi sejarah, epos-epos besar, dan pemyataan akan timbulnya peristiwa penuh mukzijat pada akhir zaman nanti. Jika saya mencoba mendefinisikan sesuatu, maka sebaliknya akan saya katakan bahwa semua itu ridak lebih

dari

keberadaan sejarah dan manusia di dalam kehidpan sehari-hari dengan segala suka dukanya, perjuangan melawan kenistaan diri dan kenistaan orang lain.

Dengan demikian, ha! itu juga merupakan suatu idealisme, jenis yang terburuk, yang berakhir dengan menggantungkan segala tindakan dan semua kebenaran pada satu makna sejarah, yang muncul secara nyata dalam wujud perisriwa dan yang dalam kasus tertentu mempunyai suatu tujuan mistis. Jadi realismekah ini jika orang menggunakan hukum-hukum masa datang-dengan kata lain, suatu yang belum menjadi

sejarah

sesuatu yang hakekatnya belum kita ketahui?

Bagi saya justru sebaliknya. Saya mempertahankan suatu realisme sejati dan menolak yang tidak masuk aka! dan menyesatkan, serta melawan nihilisme romantic-entah yang borjuis ataupun yang revolusioner. Terus terang saja, saya tidak memiliki sifat romantis, saya percaya akan perlunya aturan dan ketertiban. Tentu tidak perlu dipertanyakan lagi aturan macam apa yang hams ada. Dan akan mengejutkan orang kalau aturan yang kita butuhkan itu justru datang

KRtSIS KEBEBASAN

dari masyarakat yang kacau, atau sebaliknya, dari para penganut doktrin-doktrin yang dengan lantang menyatakan dirinya telah bebas dari segala aturan dan keresahan.

* Kaum Marxis dan pengikut-pengikutnya menganggap dirinya kaum humuis. Dan mereka berpendapat bahwa hakekatnya manusia akan terbentuk oleh masyarakat tanpa kelas pada masa akan datang nan ti.

- Dari sini dapat saya lihat bahwa mereka menilak kenyataan yang ada pada diri kita saat ini; para humanis itu sendiri menuduh manusia lain berbuat sewenang-wenang. Kita tidak perlu heran bila pengalcuan seperti itu muncul di dunia yang memberlakukan sistem pengadilan. Mere

ka

menolak manusia sekarang atas nama manusia masa depan. Pengakuan ini memiliki akar religius. Apa perlunya hal itu dianggap lebih adil, dibandingkan dengan pengakuan yang menyatakan bahwa kerajaan surga akan datang? Dalam kenyataannya akhir sejarah tidak pernah memiliki bentuk nyata yang tegas, dalam batas-batas kondisi kita saat ini. Ia hanya dapat menjadi semacam objek iman dan sejenis mistifikasi baru. Mistifikasi yang pada saat ini tidak kurang hebatnya dibandingkan dengan yang lama, yang menghalalkan penindasan kolonial berdasarkan perlunya mengisi irnan pada orang­ orang kafir.

* Apakah bukan hal itu yang dalam kenyataaanya membedakan Anda dengan para cendekiawan kiri?

- Maksud Anda itukah yang memisahkan kaum cendekiawan dari golongan kiri, begitu? Pada umurnnya kaum kiri selalu menentang ketidakadilan, penindasan, dan pengingkaran hak. Orang selalu beranggapan bahwa fenomena-fenomena itu sating bertaut satu sama lain. Anggapan bahwa pengingkaran hak dapat melahirkan keadilan, kepentingan nasional melahirkan kemerdekaan, adalah pendapat baru.

Yang sesungguhnya terjadi, sebagian cendekiawan kiri (syukurlah tidak semua) saat ini terbius oleh kekuatan dan keampuhannya sebagaimana terjadi pada para cendekiawan kanan sebelum dan selama Perang Dunia II. Sikap mereka saling berbeda, tetapi tindakan pasrahnya sama saja. Yang satu ingin menjadi nasionalis realistis, yang lain ingin menjadi sosialis realistis. Pada akhirnya mereka sama-sama mengkhianati nasionalisme dan sosialisme demi suatu realisme hampa tetapi dipuja­ puja keampuhan yang murni meski hanya khayalan.

lni suatu godaan yang bagaimanapun juga dapat dipahami. Namum walaupun masalah ini dapat dilihat dari mana saja. Pendapat baru orang-orang yang menamakan (dan mengira) dirinya orang-orang kiri, terkandung dalam ungkapan: penindasan-penindasan tertentu diperlukan ideologi itu dalam ungkapan: penindasan-penindasan tertentu diperlukan ideologi itu karena memenuhi arah-yang sulit dibenarkan-sejarah. Karena itu kita menjumpai adanya algojo-algojo yang dibutuhkan, meski tidak jelas dibutuhkan karena apa. lnilah kira­ kira apa yang pernah diucapkan oleh Joseph de Maistre, yang belum pernah masuk penjara. Tetapi tesis itulah yang secara pribadi harus selalu saya tolak. Jadi izinkanlah saya menentang pendapat di atas, pendapat tradisional yang selalu dianut oleh mereka yang menamakan diri kaum kiri, sebab bagaimanapun juga semua algojo berasal dari

. . .

iems manus1a yang sama_

" Apa yang dapat dilakukan seniman dalam situasi dunia masa

kini?

- Seniman tidak dimintai menuli tentang kerja sama dengan tiran, ataupun sebaliknya meninabobokan penderitaan yang terkandung dalam dirinya dan telah dialami banyak orang sepanjang sejarah. Dan karena Anda bertanya kepada saya secara pribadi, akan saya jawab dan lakukan sesederhana mungkin. Karena dianggap sebagai seniman, kami mungkin merasa tidak perlu mencampuri urusan dunia. Tetapi

KRtSIS KEBEBASAN

karena kami juga manusia, hal itu menjadi perlu. Para pekerja tambang yang

diperas dan ditembaki, budak-budak kamp kerja paksa, para

pe

nd

u

d

u

k

daerah

jajahan, k

u

m

pu

l

an

semua orang yang tertuduh di

seluruh dunia-mereka butuh bantuan

dari

orang-o

ra

ng yang mampu

berkomunikasi untuk menyampaikan sikap diam mereka

dan

menjalin

hubungan dengan mereka itu. Saya tidak

s

edang menulis tentang

perl

a

w

a

nan

, dan

tidak

mengambil bagian dalam perjuangan sehari-hari