• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siapa yang berhak menyatakan bahwa suatu agama dikatakan

Dalam dokumen PANCASILA Kebebasan Beragama (Halaman 62-80)

BAB III PEMBAHASAN

3.7. Siapa yang berhak menyatakan bahwa suatu agama dikatakan

Menurut Pasal 2 ayat (2) Penodaan Agama, kewenangan suatu organisasi/aliran kepercayaan yang melarang larangan penyalahgunaan dan/atau penodaan agama sebagai organisasi/aliran terlarang ada pada Presiden, setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri.

59

Pada prakteknya, ada Badan Koordinasi Pengawasan Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) yang merupakan Tim Koordinasi Pegawasan Kepercayaan yang dibentuk berdasarkan Keputusan Jaksa Agung RI No: KEP004/J.A/01/1994 tanggal 15 Januari 1994 tentang Pembentukan Tim Kordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat (PAKEM).

Tim Pakem ini bertugas mengawasi aliran-aliran kepercayaan yang tumbuh dan hidup di kalangan masyarakat, yang kemudian akan suatu menghasilkan surat rekomendasi untuk Menteri Agama, Jaksa Agung dan Menteri Dalam Negeri. Tindakan apa yang harus diambil dalam kasus Jemaat Ahmadiyah Indonesia (“JAI”), misalnya Tim Pakem akan memberikan surat rekomendasi agar JAI diberi peringatan keras sekaligus perintah pemberhentian kegiatan.

Penjelasan Pasal 2 ayat (2) Penodaan Agama dinyatakan bahwa agama-agama yang dipeluk oleh Penduduk Indonesia ialah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius). Penganut agama-agama diluar 6 agama-agama di atas mendapat jaminan penuh seperti yang diberikan oleh Pasal 29 ayat (2) UUD 1945 dan mereka dibiarkan keberadaannya, selama tidak melanggar peraturan perundang-undangan di Indonesia.

60 3.8. Khalifah Imam Mahdi

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) : Khalifah'alaa Minhajin-Nubuwwah

A. Silsilah Keturunan Hazrat Mirza Ghulam Ahmad

Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as

Pendiri Jemaat ahmadiyah bernama mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Nama asli beliau adalah Ghulam Ahmad. Sedangkan “Mirza” melambangkan bahwa beliau berasal dari keturunan Moghul. Nama yang suka beliau gunakan yaitu Ahmad. Beliau dilahirkan di Desa Qadian, Jumat, 13 Pebruari 1835 M atau 14 syawal 1250 H di rumah ayah beliau Mirza Ghulam Murtadha pada waktu shubuh. Qadian terletak 57 km sebelah timur kota Lahore dan 24 km dari kota Amritsar di Propinsi Punjab, India.

61

Beliau adalah keturunan Haji Barlas, Raja Kawasan Qesh, yang merupakan Paman Amir Tughlak Temur. Tatkala Amir Temur menyerang Qesh, Haji Barlas sekeluarga terpaksa melarikan diri ke Khurasan dan Samarkand dan mulai menetap di sana. Akan tetapi, pada abad 10 H atau abad ke 16 Masehi, seorang keturunan Haji Barlas bernama Hadi Beg beserta 200 orang pengikutnya hijrah dari Khurasan ke India karena beberapa hal, dan tinggal di kawasan Sungai Bias lalu mendirikan sebuah perkampungan bernama Islampur, 9 km dari sungai tersebut.

Mirza Hadi Beg adalah orang yang cerdik dan pandai, karenanya beliau diangkat oleh Pemerintah Pusat Delhi sebagai Qadhi (Hakim) untuk daerah sekelilingnya. Oleh sebab kedudukan beliau sebagai Qadhi itulah, tempat tinggal beliau disebut Islampur Qadhi. Lambat laun kata Islampur hilang tinggal Qadhi saja. Dikarenakan dialek setempat akhirnya disebut sebagai Qadi atau Qadian.

Selama kerajaan Moghul berkuasa, keluarga ini sering memperoleh kedudukan terhormat dari Pemerintah Negara. Akan tetapi, ketika kerajaan Moghul jatuh, keluarga ini hanya mendapatkan 60 pal sekitar Qadian sebagai daerah otonomi. Keadaan ini diperparah lagi ketika Bangsa Sikh menguasai Qadian. Keluarga Barlas semuanya ditahan selama beberapa hari, kemudian diizinkan meninggalkan Qadian. Akhirnya, mereka pergi ke Kesultanan Kapurtala selama 12 tahun.

62

Ketika zaman Kekuasaan Maha Raja Ranjit Singh yang berhasil menguasai semua raja kecil, beliau mengembalikan sebagian harta benda keluarga itu kepada ayah Mirza Ghulam Ahmad. Kemudian datanglah Inggris yang mengalahkan Pemerintah Sikh dan merampas segala kekayaan keluarga ini kecuali satu daerah yaitu Qadian yang amat kecil. Daerah ini dibiarkan dalam kepemilikan keluarga tersebut.

B. Pendidikan

Ketika Hadhrat Ahmad berumur enam atau tujuh tahun beliau mulai menerima pendidikan dari seorang guru di rumah sebab waktu itu belum ada sekolah seperti sekarang ini. Guru itu mengajarkan Alquran dan bahasa Farsi. Waktu itu bahasa Farsi merupakan bahasa penting di India. Setelah itu beliau menerima pendidikan bahasa Farsi dan Arab dari guru yang lain. Tidak hanya itu, ayah beliau pun mengajari beliau ilmu obat-obatan, suatu ilmu yang sangat digemari di India dan Pakistan sampai sekarang. Namun, pendidikan yang beliau terima hanya bersifat dasar semata. Selain itu, beliau tidak menerima pendidikan lebih lanjut. Beliau mempelajari sendiri buku-buku keagamaan dan lebih banyak mempelajari kitab suci Alquran.

C. Akhlak

1. Cinta Kepada Allah dan Sesama Manusia

Sejak masa kanak-kanak Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad sudah terkenal berakhlak luhur. Sekalipun anak seorang kaya dan terkemuka, beliau tidak tertarik dengan hal yang menghabiskan waktu sia-sia. Beliau

63

kurang senang bermain kecuali dipandangnya berguna bagi kesehatan badan. Beliau menyukai renang dan menunggang kuda secara mahir. Beliau pun menyukai kesederhanaan. Oleh karena itulah, kepribadian beliau yang luhur itu menarik perhatian seorang wali yang bernama Maulvi Ghulam Rasul. Waktu itu, beliau melihat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. lalu mengusap rambutnya seraya berkata,

“Kalau masa ini ada seorang Nabi, maka anak ini layak menjadi Nabi”. (Hayya Tayyibah)

Selain itu, kecintaan beliau kepada Allah sangat tinggi. Ketika masih kecil, segala keinginan dan cita-cita beliau Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. ditujukan kepada keridhoan Ilahi. Beliau sering mengatakan kepada seorang anak perempuan yang seumur dengan beliau, “Doakanlah, supaya Allah memberi taufik kepada saya untuk shalat.” Perkataan ini menyatakan betapa perasaan suci bergelora dalam sanubari beliau Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. ketika masih kanak-kanak dan segala keinginan beliau hanya ditujukan kepada Allah semata.

Misi beliau adalah “tangan bekerja, hati tertumpu kepada Sang Kekasih.” Setiap selesai mengerjakan suatu urusan, beliau langsung kembali tenggelam dalam ibadah dan dzikir Ilahi.

Ketika dewasa hubungan sosial dengan masyarakat sangat baik. Beliau berlaku baik terhadap sesama. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. suka membagikan makanan kepada orang-orang miskin dan untuk diri sendiri

64

beliau hanya mencukupkan dengan sekerat roti yang tidak lebih dari 50 gram. Kadang-kadang beliau hanya makan kacang-kacangan yang disangrai, sedangkan makanan beliau dibagikan kepada fakir miskin. Oleh karena itu, banyak fakir miskin suka tinggal dengan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.. Mereka diperhatikan dan diurus oleh beliau lebih dari keperluan dan kepentingan sendiri. Walaupun beliau sendiri berada dalam kesusahan.

2. Berkata Benar

Di kota Batala, lebih kurang 18 km dari Qadian terdapat seorang ulama besar yang bernama Maulvi Muhammad Hussein Batalwi. Beliau ini ulama yang disebut “Al- Hadis” semacam “Golongan Muda”. Golongan ini mendapat tantangan besar sekali dari golongan ulama konservatif. Pada suatu hari Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. diminta membantu untuk berhadapan dengan Maulvi Muhammad Hussein Batalwi mengenai suatu permasalahan yang dipertentangkan dengan suatu golongan. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. menanyakan kepada Maulvi Muhammad Hussein mengenai pendiriannya tentang masalah itu. Setelah mendengar penjelasannya Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. langsung menyatakan bahwa pendirian itu benar. Mereka yang membawa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. merasa sangat kecewa karena Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. membenarkan pendirian lawan mereka. Karena melihat hal ini, beliau mengatakan,

65

“Apa yang saya lihat benar menurut pandangan islam saya akui kebenarannya karena mencari keridhoan Allah semata. Perlawanan dan permusuhan tidak saya kuatirkan dan tidak pula saya memerlukan pujian dan pengagungan manusia.”

Atas kejadian ini Allah menurunkan ilham kepada beliau,

“Tuhan memuji engkau dan Dia akan memberikan berkat yang besar kepada engkau hingga raja-raja akan mencari berkat dari pakaian engkau.” (Barahin Ahmadiyah).

Tidak hanya itu, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. pernah menulis sebuah karangan terhadap Hindu dari Arya Samaj untuk mempertahankan kebenaran Islam. Naskah itu dikirim ke sebuah percetakan yang letaknya dekat dari Qadian yaitu Amritsar. Naskah itu dikirim dengan menggunakan paket. Akan tetapi, karena ketidaktahuan tentang peraturan pos, beliau menyisipkan sebuah surat pengantar dalam paket itu. Menurut peraturan pos, paket dan surat tidak boleh digabung, harus dikirim secara terpisah. Hal demikian merupakan pelanggaran dan dikenai denda 500 rupees atau 5 bulan penjara. Kebetulan percetakan yang dikirimi paket tersebut adalah milik Baliaram seorang Kristen yang memusuhi Islam. Kesempatan itu ia gunakan untuk menjatuhkan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Ia melaporkan hal itu kepada pihak pos sehingga Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, dibawa ke pengadilan.

66

Ketika akan diadukan ke pengadilan, para penasehat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad., meminta Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. untuk mengatakan bahwa surat itu tidak beliau masukan dan yang memasukan adalah Baliaram karena ia memusuhi Islam. Inilah satu-satunya cara untuk menghindari hukuman. Akan tetapi, permintaan itu beliau tolak dengan tegas. Beliau mengatakan,

“Suratnya saya yang masukan. Apakah untuk menghindari hukuman saya harus mungkir? Hal ini tidak mungkin saya lakukan.”

Ketika di pengadilan, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. mengatakan hal yang sebenarnya. Rupanya, karena beliau berkata benar dan tegas itulah maka hakim yang bijaksana menyatakan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. tidak bersalah.

3. Mujahadah

Pada tahun 1876 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. dalam mimpi melihat seorang tua menyampaikan kepada beliau bahwa dalam keluarga Nabi Muhammad saw. telah menjadi kebiasaan untuk berpuasa selama satu masa sebagai cara untuk persiapan menerima cahaya langit. (Kitaabul Bariyyah., hal. 164-167)

Beliau meyakini mimpi itu sebagai petunjuk sehingga beliau mengamalkannya dengan berpuasa selama 8 atau 9 bulan. Dalam masa-masa puasa itu beliau banyak mendapatkan mimpi dan kasyaf. Suatu kali beliau melihat malaikat dalam rupa manusia. Beliau tidak ingat malaikat-

67

malaikat itu dua atau tiga. Mereka sedang bercakap-cakap. Kemudian malaikat itu berkata kepada beliau,

“Kenapa engkau membuat dirimu menderita begitu berat? Dikuatirkan engkau akan membuat dirimu sakit.”

Beliau meyakini bahwa yang dimaksudkan oleh malaikat itu adalah berkenaan dengan puasa yang sedang beliau lakukan terus menerus itu. Beliau merahasiakan pengalaman beliau itu. Sebab, menurut beliau kadang-kadang menceritakan hal itu bisa menyebabkan hilangnya karunia. (Badar, Vol.I,No 12, 16 Januari 1903, hal.90)

D. Menerima Ilham Pertama

Mujahadah itu membuat beliau semakin fana dalam kecintaan kepada Allah dan Nabi Muhammad saw.. Di tahun itu juga yakni 1876 bertepatan dengan usia beliau mencapai kurang lebih empat puluh tahun beliau menerima ilham pertama yang berbunyi:

“Persumpahan demi langit yang merupakan sumber takdir dan demi peristiwa bumi yang akan terjadi setelah tergelincir matahari pada hari ini.”

Ilham ini menerangkan tentang kewafatan ayah beliau yang akan terjadi setelah maghrib. Sebelum turun ilham ini Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. sering memperoleh ru’ya sholihah (mimpi yang benar) yang telah disaksikan oleh orang-orang Sikh dan Hindu. Ilham ini membuat beliau sangat sedih dan kuatir kalau-kalau dalam hari-hari mendatang beliau akan

68

menderita banyak kesusahan. Dalam kekuatiran itulah maka Allah menurunkan ilham kedua:

“Apakah Allah tidak cukup bagi hamba-Nya?”

Ilham ini membuat beliau tenang. Sebagaimana beliau menyatakan, “Dari Ilham ini hati saya menjadi sangat teguh bagai luka parah yang menjadi sembuh dan pulih karena suatu obat. Setelah menerima Ilham ’Alaisallaahu bikaafin ‘abdahu’ saya yakin bahwa Allah pasti menolong saya.”

E. Memperoleh Sahabat yang Mukhlis dan Setia

Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. bersemangat dalam membela Islam. Dalam kondisi demikian, beliau merasa membutuhkan seorang sahabat yang baik yang rela mengkhidmati Islam. Maka beliau berdoa,

“Ya, Allah! berilah kepadaku seorang kawan untuk berkhidmat terhadap agama Islam.”

Pada tahun 1885 Allah Ta’ala mengabulkan doa beliau dengan mengirimkan seorang sahabat yang baik, yang siap mengkhidmati Islam. Sahabat beliau itu bernama Maulana Al-Hajj Hakim Nuruddin r.a. Sekilas mengenai sosok Maulana Hakim Nuruddin r.a. akan dijelaskan berikut ini.

Beliau berasal dari keturunan Hadhrat Umar Faruq r.a. Diantara nenek dan kakek beliau ada yang menjadi wali, alim-ulama, raja, sufi, qadhi, syahid dan sebagainya. Keluarga beliau selalu menempati kedudukan

69

tinggi dan mulia. Di Pakistan anggota keluarga beliau dipanggil Syahzade (Anak raja). Beliau memiliki otak yang cerdas. Adalah karunia Tuhan bahwa beliau dilahirkan di rumah yang di dalamnya selalu dzikir dan ingat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mula-mula beliau belajar Alquran dari ibunya dan buku-buku agama dalam Bahasa Punjabi. Kemudian, beliau masuk sekolah.

Beliau patuh terhadap sembahyang dimulai sejak belajar di sekolah, guru-guru beliau mengizinkan beliau untuk bersembahyang bersama anak-anak yang lain. Dalam sembahyang beliau suka membaca doa-doa dengan suara lembut. Beliau sangat mencintai Tuhan dan tidak mengandalkan sarana-sarana duniawi. Suatu ketika beliau ditanya oleh seorang penilik sekolah yang bernama Khudah Bakhs pada tahun 1858 di Rawalpindi. Penilik itu berkata, “Saya dengar tuan sangat pandai dan mendapat ijazah

yang gemilang. Mungkin karena hal-hal itulah tuan merasa bangga.”

Beliau menjawab, “Kami tidak menganggap secarik kertas itu sebagai

Tuhan.” Kemudian beliau berkata kepada seseorang,”Saudara, bawalah

berhala itu!” (maksudnya ijazah itu-Pent). Dan di hadapan dia kertas itu disobek dan membuktikan bahwa beliau tidak menganggap sesuatu sebagai sekutu Tuhan. Dia merasa menyesal dan berkata, “Tuan menderita kerugian disebabkan aku.” Beliau selalu bersabda, ”Semenjak saya menyobek ijazah itu, dari sejak itu saya selalu mendapat uang yang tak ada batasnya.”

Selain itu, beliau pun pernah menuntut ilmu di Madinah. Suatu hari beliau tidak bisa ikut sembahyang zhuhur berjamaah. Beliau merasa sangat

70

sedih. Beliau menganggap itu satu dosa besar, yang tidak bisa diampuni. Sebab rasa takut, maka beliau menjadi pucat. Beliau mulai takut masuk ke masjid. Tiba dipintu masjid, beliau membaca satu ayat Alquran yang ditulis di atas pintu, yang artinya, “Hai hamba-haamba Tuhan, jika kamu berbuat dosa, maka janganlah putus asa dari rahmat Allah swt.. Dialah yang Maha Pengampun, Maha Penyayang. Sesudah membaca ayat itu, beliau merasa sedikit berani. Tetapi, beliau masih juga takut dan gugup masuk ke masjid. Kemudian beliau menunaikan sembahyang.

Beliau pun memperoleh berkat dari Allah swt. untuk menghafal Alquran seperti halnya leluhur-leluhur beliau di masa lampau.

Hadhrat Hakim Nuruddin mengenal Hadhrat Al-Masih Al-Mau’ud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. pada tahun 1885 melalui seorang yang bernama Syaikh Rukhnuddin. Rukhnuddin mengatakan bahwa di Qadian ada orang yang bernama Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. menulis tentang agama Islam. Akhirnya, beliau pun menulis surat kepada Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. untuk meminta buku-buku. Ketika beliau membaca brosur pertama dari Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. beliau langsung pergi ke Qadian laksana kupu-kupu dari Jammu ke Qadian dan berkenalan dengan Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Demikianlah sekilas profil Maulana Alhajj Hakim Nuruddin r.a.

71

Dengan terkabulnya do’a Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. itu, kebahagiaan pun menyelimuti hidup Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Sebagaimana beliau mengatakan:

“Tuhan menerima doa-doaku dan kepadaku diberikan seorang kawan yang mukhlis dan mencintai (Islam – Peny.), yang namanya seperti adat nuraninya yaitu Nuruddin. Salah seorang dari tokoh Islam, keturunan dari orang-orang yang suci. Saya merasa demikian gembira bertemu dengannya, laksana gembiranya menemukan kembali kebahagiaan tubuh yang sudah hilang. Dan saya bergembira seperti gembiranya Rasulullah saw. waktu bertemu dengan Hadhrat Umar Faruq r.a.. Saya lupa semua rasa duka cita. Apabila saya melihatnya, saya yakin bahwa itulah hasil doa-doaku.”

Baru saja mereka berkenalan, Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. telah meminta Maulana Hakim Nuruddin r.a. untuk menulis sebuah kitab yang baik untuk melawan Kristen. Beliau memenuhi permintaan itu. Sampai-sampai jaksa-jaksa mengucapkan selamat dan mubarak kepada beliau atas tulisan itu. Persahabatan kedua hamba Allah yang cinta kepada islam itu benar-benar mengamalkan ayat:

72 F. Mendirikan Jemaat

Pada tahun 1889 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. menerima ilham untuk mendirikan Jemaat. Ilham tersebut adalah demikian.

“Buatlah bahtera dengan pengawasan Kami dan wahyu Kami. Sesungguhnya orang yang berbaiat kepada engkau, mereka sebenarnya berbaiat kepada Allah tangan Allah berada di atas tangan mereka.”

Sesuai dengan perintah ini, pada tanggal 23 Maret 1889 beliau mengambil baiat pertama kali di Ludhiana di rumah seorang yang mukhlis bernama Mia Ahmad Jaan. Mubayi’in pada waktu itu berjumlah 40 orang. Dalam baiat itu Maulana Hakim Nuruddin r.a. mendapatkan karunia sebagai mubayi’in pertama di tangan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Peristiwa ini merupakan awal berdirinya Jemaat Ahmadiyah.

G. Ilham Tentang kewafatan Nabi Isa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. dan Pengangkatan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud

Pada tahun 1890 Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. menerima ilham bahwa Nabi Isa Israili Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. telah wafat. Dan sesuai dengan janji Allah Ta’ala, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad., diangkat oleh Allah swt. sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud. Ilham itu berbunyi:

73

“Al-Masih Ibnu Maryam Rasulullah telah wafat. Dan engkau telah datang dalam coraknya sesuai dengan yang dijanjikan. Dan janji Allah telah terlaksana. ”

Dan Dia memberikan kabar gembira kepadaku dan berfirman:

“Sesungguhnya Masih Mau’ud yang mereka tunggu dan Mahdi Al-Mas’ud yang mereka nantikan yaitu engkau. Kami melakukan apa yang Kami kehendaki. Maka janganlah engkau termasuk orang-orang yang ragu”

Ilham inilah yang membuat beliau mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. Maka, pada tahun itu juga beliau segera mendakwakan diri sebagai Imam Mahdi diiringi pendakwaan beliau sebagai Al-Masih yang dijanjikan pada 1891. Setelah pendakwaan itu sesuai dengan Alquran dan Hadis Nabi saw. tentang tanda kedatangan Imam Mahdi, Allah swt. memperlihatkan gerhana matahari dan bulan yang terjadi dalam bulan Ramadhan. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1894 . Dengan demikian genaplah sudah nubuatan Alquran dan Rasulullah saw..

H. Pernyataan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. sebagai Nabi yang Tidak Membawa Syariat

74

Pengakuan beliau sebagai nabi sudah dijelaskan oleh beliau sendiri. Beliau bukanlah nabi yang membawa syariat. Beliau bersabda:

“Maksud dari segala penjelasan yang kuterangkan di atas adalah, bahwa orang-orang yang tidak mengetahui dan memusuhiku serta menuduhku bahwa aku telah mengaku sebagai nabi dan rasul sebagaimana yang disangka mereka. Hendaklah diketahui bahwa aku benar-benar adalah nabi dan rasul sebagaimana yang telah kuterangkan di atas. Barangsiapa yang berburuk sangka terhadapku dan menuduhku menjadi nabi dan rasul (yang membawa syariat,Peny.,) maka orang itu adalah pendusta dan berpikiran keji.”

I. Wafat

Pada tanggal 26 Mei 1908 Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. berada di Lahore. Beliau terserang penyakit diare dan kali ini semakin parah. Dalam kondisi demikian beliau menerima ilham:

“Waktu keberangkatan telah tiba lalu waktu keberangkatan telah tiba.”

Para dokter tidak sanggup lagi untuk mengatasi penyakit beliau. Pada hari itu juga tepat pukul 10.30 beliau menghembuskan nafas yang terakhir untuk pulang ke rahmatullah. Innaa lillaahi wa innaa ilahhi rooji’uun. Sewaktu sakit hanya satu perkataan yang beliau ucapkan yaitu “Allah”. Kemudian jenazah beliau dibawa ke Qadian dengan kereta api. Peristiwa ini telah menggenapkan ilham yang beliau terima:

75 “Un ki laasy kafan me lipith kar lae he.”

“Jenazahnya telah dibawa dengan terbungkus kain kafan.”

Dan sesuai dengan pesan beliau dalam buku beliau “Al-Wasiyat” yang berbunyi, “Allah Ta’ala akan menegakkan orang yang akan mengurus Jemaat ini sebagaimana Hadhrat Abu Bakar r.a. mengurus umat islam sesudah kewafatan junjungan yang mulia Nabi Muhammad saw.”

Maka Jemaat ahmadiyah memilih Hadhrat Hakim Nuruddin untuk menjadi Khalifatul Masih Awwal dalam meneruskan misi Imam Mahdi dan Al-Masih Al-Mau’ud Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.

Setelah Hadhrat Hakim Nuruddin terpilih sebagai Khalifatul Masih Al-Awwal, beliau memimpin sholat jenazah Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad.. Sholat jenazah ini dilakukan setelah sholat zhuhur. Kemudian, jenazah dikebumikan di Bahisyti Maqbarah, Qadian. Peristiwa terpilihnya Khalifah I ini dan dimakamkannya jenazah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. terjadi pada tanggal 27 Mei 1908. Hari inilah yang biasa diperingati tiap tahun oleh Jemaat ahmadiyah sebagai hari berdirinya Khilafat Ahmadiyah. Peristiwa ini telah menggenapkan ilham yang diterima Hadhrat mirza Ghulam Ahmad Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad. yang berbunyi:

“Stais ko eik waqiah”

76

Dalam dokumen PANCASILA Kebebasan Beragama (Halaman 62-80)

Dokumen terkait