• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siapkah Desa Menghadapi Pasar Bebas ASEAN ?

Dalam dokumen Desa Cosmopolitan Globalisasi dan Masa D (Halaman 115-123)

DESA MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI III.1 Prospek MP3EI untuk Pembangunan Desa

III.3 Siapkah Desa Menghadapi Pasar Bebas ASEAN ?

Kerjasama Asia Tenggara (ASEAN) memegang peran kunci dalam pelaksanaan kerjasama internasional karena merupakan lingkaran konsentris terdekat di kawasan dan menjadi pilar utama pelaksanaan politik luar negeri Indonesia.178 Kerjasama ASEAN sekarang ini tengah menuju pada tahapan baru yang lebih integratif dan berwawasan ke depan melalui pembentukan ASEAN community pada tahun 2015. Komunitas yang didalamnya memiliki visi hidup dalam lingkungan yang damai, stabil, dan makmur, dipersatukan oleh hubungan kemitraan yang dinamis dan masyarakat yang saling peduli. ASEAN community dibentuk dengan dasar integrasi untuk menghadapi perkembangan konstelasi internasional, baik dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya maupun pertahanan dan keamanan. ketika menjadi ketua KTT ASEAN di Bali tahun 2003, Indonesia telah mensponsori keseimbangan kerja sama ASEAN yang dikemas dalam charter of the ASEAN dengan program tercapainya ASEAN community (One Vision, One Identity and One Community) yang menjamin terimplementasinya pilar, Asean Politic and Security Community, Asean Economic Community,dan Asean Sosio Cultural Comunity.

Pergerakan barang, modal, jasa, investasi dan manusia yang telah disepakati dalam Komunitas ASEAN akan berlangsung bebas keluar masuk di antara negara anggota ASEAN. Rencana untuk menciptakan pasar tanpa hambatan baik tarif maupun nontarif menjadi tantangan sekaligus peluang. Peluang, karena produk-produk kita akan mendapat pasar di kawasan ASEAN. Populasi ASEAN pada 2012 mencapai 617,68 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto sebesar 2,1 triliun dolar AS. Secara umum, semua pengerjaan dan pengolahan untuk

178 “Peran Indonesia dalam Mewujudkan ASEAN Social-Culture Community guna Mendukung Ketahanan Nasional”, Jurnal Kajian Lemhanas RI Edisi 14, Desember 2012. Hal. 88.

tujuan penentuan negara asal harus telah dilakukan di negara penerima manfaat ekspor. Namun juga menjadi tantangan, karena jika kita tidak siap maka justru produk dari negara ASEAN lainnya yang akan menyerbu Indonesia. Saat ini pun, banyak produk impor yang masuk ke Indonesia sehingga muncul keraguan apakah Indonesia akan siap.

ASEAN atau Association of south east Asian Nations telah lama berdiri dari tahun 1955 silam, akan tetapi semangat untuk mempererat pasar tunggal regional baru akan diagendakan pada tahun 2015 mendatang. Secara bertahap, Antusiasme negara-negara satu kawasan untuk membentuk tatanan regionalisme semakin lama terasa dari dataran Asia Tenggara. Kontribusi ASEAN sebagai pasar tujuan ekspor Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar terhadap ekspor non migas Indonesia. Terlihat pada tahun 2012 ASEAN berkontribusi sebesar 20,4 persen terhadap total ekspor non migas Indonesia (31,21 miliar dolar AS) yang meningkat 19,88 persen dari tahun sebelumnya.179.

Yang menarik, jika melihat kondisi negara ASEAN, maka tingkat

demokrasi berbanding terbalik dengan percepatan pertumbuhan ekonomi. Robert Dahl mencontohkan bagaimana demokrasi diimplementasikan ASEAN hanya sebatas nama saja. Hal tersebut menciptakan demokrasi hybrid seperti yang dipraktekkan di Indonesia era Suharto dan Singapura pada rezim Lee Kuan Yeuw. Perlu diketahui jika berdasarkan laporan Chicago tribune, maka negara ASEAN yang otoriter secara umum memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik ketimbang negara yang sepenuhnya menerapkan nilai demokrasi. Sehingga otoritarianisme sering dianggap sebagai pilihan terbaik dalam negara yang mempertahnkan kestabilan politik sekaligus mengharapkan suntikan investasi demi pembangunannya.

Sehingga demokrasi sesungguhnya bukanlah ‘alat’ melainkan adalah ‘tujuan’. Perlu untuk meninjau asumsi dari Martin Lipset yang melihat bahwa demokrasi akan timbul dengan sendirinya sebagai konsekuensi dari kesejahteraan yang meningkat. Teori Lipset tersebut menjadi kritik terhadap proses demokratisasi yang berwajah ganda semisal rezim otokratik Singapura yang

179 Unggul Ratomo, 18 Agustus 2013. http://www.antaranews.com/berita/391103/masyarakat- ekonomi-asean-di-depan-mata, diakses 2 Oktober 2013.

justru menjadi sahabat negara barat. Sehingga tidak heran jika dalam kasus beberapa negara berkembang di ASEAN, kesejahteraan justru tidak kunjung datang mengikuti demokratisasi. Bahkan Rachel Caoli menekankan bahwa demokrasi justru cenderung menyebabkan destabilitas politik, sehingga investor memilih untuk tidak berinvestasi karena destabilitas politik menyebabkan proses pembuatan hukum menjadi tidak stabil sehingga tidak nyaman untuk investasi.

Satu aspek penting yang acapkali dilupakan dalam pembentukan ASEAN ialah regional identity awareness. Oleh karena itu, sekalipun terlihat solid dengan komunitas ASEAN, namun ASEAN sangat mudah didikte oleh negara diluar ASEAN. Alexander Wendt denghan pendekatan konstruktivis menoba melihat gagalnya suatu institusi regional karena setiap anggota ASEAN tidak memiliki identitas kebersamaan. Wendt mengasumsikan adanya dua fase dalam melihat proses terintegrasinya sebuah institusi regional, yakni vertikal linkage dan

Horizontal Linkage. Sebelum berekspansi secara horizontal, baik perluasan bidang maupun perluasan keanggotaan, setiap institusi regional harus terlebih dahulu menanamkan benih-benih persatuan dalam internal mereka secara vertikal. Identitas menjadi kajian analisis yang penting karena self and others

mempengaruhi ranah persepsi yang nantinya menghambat proses pendalaman (vertikal linkage).180 Analisis tersebut dapat menjelaskan mengapa ASEAN yang telah berhasil berkekspansi secara horizontal dalam ASEAN Regional Forum dan Asean China Free Trade Area (ACFTA) ternyata masih menyisakan problem masalahan identitas kebersamaan vertikal linkage.

Harusnya ASEAN mampu mempererat kerjasama sesama negara berkembang. Terlebih lagi, mekanisme perdagangan bebas multilateral yang dikoordinir oleh World Trade Organization seringkali menemukan benturan kepentingan antara negara maju dan negara berkembang. Dilacak dalam trayektori teori sosial, ASEAN Community merupakan sebuah bentuk organisasi

regionalisme yang berpijak pada mahzab supranasionalisme. Salah satu pemikirnya adalah Nicholas Onuf yang mengangankan proses pembentukan institusi yang tidak bersifat Top down sebagaimana asumsi kaum neo-realis yang

180 Wendt, A. The Agent –Structure Problem in International Relation Theory.International Organization. (1987).Vol.41, No.3.

mempercayai power sebagai instrumen pembentukan regionalisme. Nicholas Onuf mengangankan bahwa institusi regional bermula dari scope ekonomi yang

pragmatis lalu spillover hingga keranah keamanan (security), kemudian menciptakan institusi politik yang memiliki kekuatan hukum.181

Sampai sekarang hanya Uni Eropa dengan hadirnya konstitusi uni eropa saja yang ditasbihkan sebagai satu-satunya kategori model regionalisme yang mendekati supranasional. Oleh karena itu, model pasar tunggal yang diterapkan kawasan Uni Eropa seringkali meninspirasi bagi kawasan. Banyak yang menilai pasar tunggal Eropa berhasil. Namun preposisi tersebut nyatanya masih bisa diperdebatkan lantaran banyak terjadi pertentangan Jerman terhadap Inggris yang enggan mengakuisisi Euro. Ditambah fakta terbaru adalah perbedaan posisi antara Jerman dan Perancis dalam menyikapi bantuan atas krisis Yunani. Kenyataan tersebut seharusnya memberikan pelajaran bahwa Uni Eropa sebagai model paling aktual saja masih sulit untuk terintegrasi, sekalipun telah diproyeksikkan sejak lebih dari setengah abad, apalagi ASEAN.

Bahkan ASEAN memiliki ketergantungan yang tinggi terutama dengan negara Eropa. Secara keseluruhan, ASEAN adalah mitra dagang ketiga terbesar UE di luar Eropa (setelah Amerika Serikat dan China). Total perdagangan barang dan jasa antara keduanya mencapai €180 miliar di tahun 2012. Di sisi lain, Uni Eropa, adalah mitra dagang kedua terbesar ASEAN setelah China, mencapai 11% dari total nilai perdagangan ASEAN di seluruh dunia. Terlebih UE sejauh ini adalah investor terbesar di ASEAN, memiliki sekitar seperempat dari jumlah investasi asing di ASEAN.182 Sementara itu Uni Eropa percaya bahwa jika negara- negara bisa beraksi bersama, ASEAN dan UE dapat membentuk sebuah kekuatan yang lebih kuat dan lebih efektif.183

Namun pada saat yang sama perubahan-perubahan yang cepat tersebut juga mendorong UE untuk memainkan Skema Generalised System of Preferences 181 Onuf, Nicholas. Institution, Intention, and International Relation, Review of International Studies, Vol. 28, No.7. (2002), Hal. 2-8

182 Rudi. http://www.lensaindonesia.com/2013/04/19/uni-eropa-akui-asean-mitra-dagang- terbesar-ketiga-setelah-as-dan-china.html 19 april 203.

183http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/documents/press_corner/20130402_01_id.pdf siaran press FORUM DISKUSIKAN PERAN INDONESIA, ASEAN DAN UNI EROPA DALAM PERDAGANGAN DUNIA 2 april 2013

(GSP). GSP dari UE memungkinkan produk-produk yang diimpor dari negara- negara ASEAN penerima manfaat GSP mendapatkan akses bebas bea atau potongan tarif. Dari keseluruhan impor UE dari Indonesia yaitu sebesar € 14 milyar pada tahun 2010, sekitar 45% memenuhi syarat untuk mendapatkan perlakuan istimewa berdasarkan fasilitas GSP. 184 Agar memenuhi syarat untuk mendapatkan tarif istimewa berdasarkan aturan GSP, produk-produk yang diekspor dari Indonesia harus memenuhi rules of origin yang mana hal ini berarti bahwa barang-barang harus dibuat dari bahan-bahan mentah atau komponen- komponen yang ditanam atau diproduksi di negara penerima manfaat, atau pengerjaan atau pengolahan, sekurang-kurangnya dalam taraf tertentu, dilakukan di negara penerima manfaat. Akan tetapi, “kumulasi regional” berlaku untuk negara-negara ASEAN, yang berarti bahwa, apabila suatu produk telah dibuat di dua negara ASEAN atau lebih, masukan dari negara ASEAN lainnya diperlakukan seolah-olah masukan tersebut berasal dari negara dengan status penerima manfaat ekspor.185

Selain Eropa, perlu diwaspadai manuver AS yang juga semakin intensif terhadap negara-negara di kawasan ASEAN, tak terkecuali Indonesia.186AS ingin memaksimalkan manfaat Desa Indonesia yang memiliki sumber daya manusia murah dan sumber daya alam untuk merespon kondisi krisis domestiknya sekaligus sebagai respon atas pertumbuhan Cina. Semisal AS mempelopori negosiasi Trans Pasifik Partnership sebagai upaya menciptakan 'standar emas' bagi perekonomian pada abad 21. Gencarnya Amerika Serikat dalam mempresentasikan dengan mendorong banyak negara yang bergabung, sehingga AS bisa menemukan solusi cerah dalam permasalahan krisis ekonomi nasional yang pernah dirasakannya. Nilai persagangan yang semaikn meningkat di ASEAN ketika dalam waktu mendatang persaingan global AS versus Cina akan semakin

184http://www.lensaindonesia.com/2013/04/19/uni-eropa-akui-asean-mitra-dagang-terbesar- ketiga-setelah-as-dan-china.html 19 april 2013

185 Eurpean Comission, dalam

http://eeas.europa.eu/delegations/indonesia/eu_indonesia/trade_relation/market_access/index_id.ht m 22 September 2013

186 “ AS terus rayu sejumlah-negara-ikut-kemitraan-trans-pasifik” dalam

http://berita.plasa.msn.com/bisnis/tribunnews/as-terus-rayu-sejumlah-negara-ikut-kemitraan-trans- pasifik

menajam di kawasan ASEAN Perdebatan dari negara-negara lainnya dalam negosiasi masuk menjadi anggota TPP masih berlangsung. Sebagai contoh negara lain yang enggan mengikuti organisasi TPP adalah Jepang. Jepang sampai sekarang masih enggan bergabung dalam TPP meskipun memiliki kedekatan dengan AS. Sektor pertanian di Jepang dianggap belum siap menghadapi gempuran beras murah dari AS dan Vietnam. Selama ini, Jepang memberlakukan ketetapan tarif impor beras nyaris delapan ratus persen dan lebih dari 250 persen untuk impor terigu. Bila Jepang ikut dalam TPP, maka aturan tarif itu akan dihapuskan.187 Menurut jepang pemberlakuan perdagangan bebas akan merugikan sektor pertanian negaranya yang tengah melambat

Tidak hanya berhenti pada TPP, wilayah Asia Pasifik tengah menjajaki kemungkinan mendirikan komunitas regional yang lebih luas dari sebelumnya. Gagasan bernama Asia pacific Community (APC) sebagai sebuah ide dari seorang Kevin Rudd bukanlah proyek main main. Tidaklah mengherankan jikalau ide besar untuk mendirikan Asia Pacific Community tersebut memunculkan pro dan kontra.188 Tidak sedikit pihak yang pesimis terhadap rencana Kevin Rudd tersebut jika berpijak pada realita bahwa banyak sekali institusi regional yang hingga kini dihadapkan pada problem internal seperti ASEAN. Pihak yang pesimis berpijak pada fakta bahwa para negara anggota dalam APC sesungguhnya menghadapi problem stagnasi integrasi dalam region masing-masing. Sehingga tidak salah jika kaum yang bersikap pesimis lebih tepat untuk merefleksikkan kompleksitas kepentingan dalam APC. Disimak lebih lanjut, APC merupakan institusi yang dialamnya terdiri dari negara dari wilayah Asia Timur, Asia tenggara, dan pasifik yang masing –masing negara tersebut tidak berhasil dalam menata kelola institusi regional mereka seperti ASEAN, dan East Asia Community. Bahkan muncul sindiran bahwa sebelum para negara tersebut berpikir institusi yang lebih makro, urusi dulu institusi regional mereka sendiri. Maka dari itulah, keinginan untuk mempersatukan entitas yang terdiri lebih dari empat puluh negara tentu menjadi

187http://koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/114610, 5 Oktober 2013

tidak mudah. Terlebih lagi, keempat puluh negara tersebut terpisah jauh baik secara geografis maupun secara kultural.

Sehingga, menjadi sulit dihindari jika APC akan membuat lalu lintas barang jasa dan manusia akan semakin intens di Asia Pasifik. Bahkan rencana memasukkan nama Russia dan China sekaligus juga memiliki konsekuensi positif dan negatif untuk memberikan ruang bagi kekuatan penyeimbang AS didalamnya supaya proses artikulasi kepentingan regional dapat berlangsung secara adil. Oleh karena itulah rencana model APC tersebut adalah model regionalisme yang paling demokratis, Namun kelemahanya adalah institusi regional tanpa hegemon tunggal seperti APC nantinya hanya akan menjadi arena bertemunya kepentingan jangka pendek (pragmatis), dan akan mengalami kesulitan dalam menciptakan komunitas jangka panjang.189

Melihat perkembangan yang pesat di wilayah Asia pasifik, maka Indonesia diperkirakan tak akan siap menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015. Kekurangan tenaga terampil di Indonesia yang terjadi

diperkirakan terus berlanjut hingga AEC dilaksanakan. Daya saing Indonesia dikhawatirkan semakin menurun karena kondisi itu jika AEC diterapkan, arus bebas tenaga kerja tak bisa lagi dilarang. Indonesia kini hanya bisa mencukupi kurang dari dua puluh persen kebutuhan tenaga terampil. Saat ini, jumlah tenaga kerja setingkat manajer saja belum memadai. Kondisi itu dinilai sangat

memprihatinkan karena Indonesia mendatangkan manajer asing. Defisit tenaga terampil sudah berlangsung setidaknya selama sepuluh tahun terakhir. Jika AEC diberlakukan tanpa disertai kesiapan, daya saing Indonesia dicemaskan semakin turun. Peringkat daya saing Indonesia pada tahun 2012 menempati urutan ke-44. Saat ini, peringkat Indonesia turun antara ke-46 atau ke-48 dari 66 negara yang disurvei. Daya saing Indonesia meningkat. Masalahnya, negara-negara ASEAN lain lebih pesat,190

Dengan upah minimum regional yang murah, maka Indonesia akan menjadi sasaran investasi asing. Sebagaimaa yang telah menjadi kebiasaan, upah

189Viotti,P.R and Mark V. Kauppi,.,Intenational Relation Theory 4th Edition. New York: Pearson Education, 2010. Hal 90-107

190 Dwi Radius, 16 Mei 2013, dalam

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/05/29/2020371/Indonesia.Tak.Siap.Hadapi.ASEAN. Economic.Community, diakses 2 Oktober 2013. Pk 21.14.

buruh atau karyawan merupakan beban dari perusahaan. Sehingga sebisa mungkin di efisienkan tanpa mempengaruhi efektifitas perusahaan. Sebagai bukti bahwa industri mengincar daerah-daerah yang memiliki UMR yang rendah dapat dilihat dari nilai Investasi asing yang di tanamkan oleh investor dari luar negeri di daerah dengan tingkat UMR yang rendah. Seperti Jawa Barat yang memperoleh investasi dari luar negeri pada kuartel II tahun 2013 sebesar 1,653.90, angka tersebut merupakan yang terbesar di antara 32 Provinsi lainnya di Indonesia. Dalam kondisi ini, maka Indonesia perlu khawatir jikalau perkembangan SMK di Indonesia hanya untuk mencetak buruh murah.

Dengan demikian, maka siapkah masyarakat Indonesia, terutama desa? Pertama dari segi infrastruktur, sekitar 27 persen masyarakat Indonesia tidak tersentuh listrik terutama di wilayah pedesaan. Di sisi lain, Pemerintah tidak harus memberikan kompensasi kenaikan BBM subsidi kepada rakyat miskin berupa bantuan langsung tunai (BLT). Melainkan berupa jaminan kesehatan dan pendidikan maupun pembangunan infrastruktur desa serta infrastruktur energi. Kurang lebih debesar 2,6 persen dari GDP sangat membantu pertumbuhan ekonomi. Infrastruktur ke desa bisa mampu meningkatkan kemampuan ekonomi dimana subsidi jadi kesempatan positif.

Sebaliknya pemerintah Indonesia secar percaya diri menyatakan Indonesia sudah siap bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC) tahun 2015. Industri Indonesia sudah 83 persen dalam suasana AEC, khususnya pada sektor peralatan listrik dan elektronik. Sehingga Indonesia harus memanfaatkan potensi pasar di ASEAN yang begitu besar, yakni meliputi sepuluh negara dengan lebih dari lima ratus juta penduduk. Mengenai persiapan di dalam negeri, antara lain dengan memperkuat daya saing, mengamankan pasar domestik, dan mendorong ekspor. Di tingkat nasional, upaya-upaya untuk

mempersiapkan Indonesia memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN dikoordinasikan di bawah Kantor Menko Perekonomian yang juga mewakili Indonesia di ASEAN Economic Community Council dan membawahi semua kementerian sektor di bidang ekonomi.

Indonesia kiranya perlu membahas strategi dalam menghadapi ASEAN Community seperti peningkatan daya saing dalam berbagai bidang. Banyak

masalah Indonesia yang harus dibahas dahulu seperti biaya logistik masih mahal sehingga menjadi pertanyaan apakah Indonesia bisa meraup keuntungan. Selain itu pemerintah harus mempersiapkan secara matang infrastruktur, tenaga kerja dan iklim bisnis dalam negeri. Tentu diperlukan peraturan yang mendukung dunia usaha untuk mempermudah seseorang untuk mendirikan usaha di Indonesia. Pemerintah harus menentukan bidang apa yang menjadi andalan Indonesia menghadapi pasar bebas ASEAN. Selama ini Indonesia tidak tahu sektor mana yang akan dibebaskan pada asing dan dikelola sendiri secara maksimal.

Tidak lama lagi, ketika komunitas resmi diadakan pada tahun 2015 akan banyak bermunculan masyarakat dari negara Asia Tenggara tinggal di Indonesia. Desa akan diwarnai oleh manusia manusia dari segala latar belakang, warna kulit dan ras. Desa tidak lagi dimiliki oleh masyarakat pribumi Indonesia saja. Dengan begitu, maka masyarakat desa harus berkompetisi dengan orang asing bahkan sekedar untuk mencari nafkah di lahan milik nenek mereka sendiri. Perlahan namun pasti tidak ada lagi perbedaan yang jelas antara masyarakat pribumi dan orang asing. Tanpa sosialisasi, maka banyak masyarakat desa akan kaget atas perubahan yang terjadi. Dengan demikian, maka persatuan desa perlu digalang oleh masyarakat desa Indonesia. Tanpa identitas bersama maka desa akan tercerai berai dalam menghadapi serbuan masyarakat ASEAN.

Dalam dokumen Desa Cosmopolitan Globalisasi dan Masa D (Halaman 115-123)