• Tidak ada hasil yang ditemukan

Undang Undang Desa dan Problemnya

Dalam dokumen Desa Cosmopolitan Globalisasi dan Masa D (Halaman 102-115)

DESA MENJAWAB TANTANGAN GLOBALISASI III.1 Prospek MP3EI untuk Pembangunan Desa

III.2 Undang Undang Desa dan Problemnya

Melakukan redefinisi kembali tentang makna desa menjadi  krusial dalam  merespon perkembangan zaman yang berbeda.  Oleh karena itu perumusan Undang Undang desa juga merupakan salah satu cara menyiasati perkembangan yang terjadi.  Berdasarkan pasal satu Undang Undang Desa, dapat difahami  bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya  disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki  batas­batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan  mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan hak  asal­usul, adat istiadat dan sosial budaya masyarakat setempat 

sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan 

masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.158

Undang Undang Desa sejatinya akan digunakan untuk menyempurnakan berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait desa. Seperti UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Pemda). Oleh karenanya, sangat penting untuk ditelusuri tentang sejarah desa secara komprehensif. Misalnya, seperti apa pengelolaan desa di masa pemerintahan kolonial Belanda, masa penjajahan Jepang, Orde Lama, Orde Baru dan reformasi. Hal serupa juga terjadi di awal pemerintahan Orde Baru, namun dengan kucuran utang luar negeri, sekitar tahun 1970-an pembangunan desa dimulai. Seiring waktu, desa di berbagai wilayah tergolong meningkat kesejahteraannya ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Tapi, masuk tahun 1990-an, kesenjangan antara orang kaya dan miskin di desa malah semakin tinggi. 159

Terdapat beberapa persoalan yang dibahas Panitia Khusus (Pansus) Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dalam membahas Undang- undang (RUU) tentang Desa. Implikasinya sempat terjadi keterlambatan pengesahan UU Desa yang rencana awalnya ditargetkan selesai pada Masa Persidangan IV pada Tahun Sidang 2012-2013. Kenapa demikian?, RUU desa sudah membahas banyak hal, mulai kelembagaan demokrasi desa hingga masalah mengenai desa adat. Namun masih terdapat beberapa masalah krusial yang hingga akhir masa sidang masih menjadi perdebatan, salah satunya ialah masalah anggaran untuk desa. Para Anggota pansus krusial membahas anggaran desa namun menimbulkan pro dan kontra yang belum menemukan titik temu pada masa persidangan terakhir. Dengan pengalokasian anggaran untuk desa akan menjadi pembeda sekaligus penegasan bahwa UU Desa dapat memberikan faedah konkret, baik untuk kehidupan dan kesejahteraan rakyat. Sementara itu, hampir semua fraksi di DPR mayoritas sepakat untuk mencantumkan persentase nominal dana alokasi desa. Dengan adanya persentase tersebut, akan ketahuan

158 Parade Nusantara. Draft Undang Undang Tentang Desa Yang telah Disetujui Pada Rapat Timus 3 Oktober 2013.

159 “Pansus Sulit Menyelaraskan Dengan Konstitusi, dalam

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5109402e438e6/pansus-ruu-desa-sulit-menyelaraskan- dengan-konstitusi, 30 Januari 2013. Diakses pada 20 September 2013. Pk 21.14.

berapa anggaran yang masuk desa. Bahkan beberapa elemen masyarakat ingin mengonsolidasikan anggaran desa tersebut masuk desa lewat satu pintu.160

Dalam Rancangan UU Desa, maka pengakuan tentang desa adat telah diatur keberadaanya sehingga tidak muncul kendala dalam persidangan. Selain itu tertuang dalam RUU Desa, bahwasanya desa adat merupakan persekutuan

masyarakat hukum adat yang terbentuk berdasarkan asal usul dan sejarah perkembangan masyarakat yang bersangkutan sendiri. Desa adat memiliki batas- batas wilayah dan susunan pemerintahan yang mengurus pemerintahan dan pembangunan sesuai dengan kepentingan dan prakarsa masyarakat yang bersangkutan dalam sistem NKRI. RUU Desa menyebutkan secara umum perbedaan desa adat dan desa praja (desa pada umumnya atau desa dinas) ada di mekanisme pemilihan kepala desa. Pemilihan langsung dan mekanisme adat setempat, jenis kekayaan atau aset, tanah kas desa atau bengkok dan tanah ulayat, "Dasar pembentukan desa adat dibentuk berdasarkan perundang-undangan dan desa adat dibentuk berdasarkan hukum adat yang setelah disesuaikan seperlunya sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 161

Dalam proses perumusan Undang Undang Desa sejatinya telah mendapat persetujuan pihak pemerintah. DPR sendiri juga sudah meyetujui hampir seratus persen draft RUU Desa. Seperti diketahui, produk UU yang dibahas di DPR harus atas persetujuan kedua belah pihak, baik DPR maupun pemerintah. Jika salah satu tidak setuju, maka UU Desa tidak bisa disahkan. Namun justru terganjal oleh pemerintah, karena masih ada beberapa pasal yang belum disetujui Departemen dalam negeri, terutama terkait dengan status perangkat desa. Terdapat alternatif apabila aparat desa tidak bisa diangkat menjadi PNS, mereka minta agar digaji secara resmi dari APBN sesuai besaran gaji PNS golongan IIA. 162

Untuk itu sebuah regulasi terkait metode pemilihan dan status perangkat desa menjadi perlu diuraikan. Perangkat Desa yang diatur berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 sangat berbeda dengan pengaturan dalam UU No. 22 Tahun 1999.

160 Ainurrahman, dalam http://www.jurnalparlemen.com/view/4992/penyebab-ruu-desa-tidak- selesai-sesuai-target.html diakses 2 November 2013. PK. 13.15.

161 Zul Sikumbang, RUU atur keberadaan Desa Adat, dalam

http://www.antaranews.com/berita/395342/ruu-desa-atur-keberadaan-desa-adat, diakses 20 september 2013. Pk 21.17.

Perangkat desa berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004 terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya. Sekretaris desa diisi oleh pegawai negeri sipil yang memenuhi persyaratan. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam UU No. 32 Tahun 2004 memiliki fungsi bersama Kepala Desa menetapkan Peraturan Desa dan sebagai penampung dan penyalur aspirasi. Berbeda dengan BPD model UU No. 22 Tahun 1999 yang memiliki peran pengawasan terhadap pemerintah desa. BPD tidak lagi dipilih rakyat secara langsung, namun ditetapkan dengan cara musyawarah.

Terdapat perdebatan berkaitan dengan tata cara pembentukan, fungsi, dan peran BPD model UU 32 Tahun 2004. Hal tersebut diasumsikan akan mereduksi demokratisasi di tingkat desa. Bagaimana mungkin suatu badan yang dibentuk bukan sebagai representasi rakyat bisa menjalankan fungsi legislasi. Pelaksanaan otonomi desa mendorong pemerintah dan masyarakat desa untuk lebih mandiri dalam mengatur dan mengurus rumah tangga desa, termasuk dalam hal ini adalah mengatur dan mengurus Anggaran dan Pendapatan Belanja Desa (APBDes), Pendapatan Asli Desa (PADes) sebagai salah satu sumber anggaran penerimaan atau pendapatan Desa memainkan peran yang sangat penting dalam pembangunan Desa dan bagi pelaksanaan otonomi Desa. 163

Undang Undang Desa perlu dirumuskan supaya tidak terjadi overlapping dengan Undang Undang pemerintahan daerah yang lain. Semisal Undang

Undang-undang tentang desentralisasi Pemerintahan daerah yang didalamnya diatur tentang tatacara pemilihan kepala daerah. Artinya kepala daerah harus sudah memaparkan Visi misi dalam melaksanakan pemilihan Pemilihan umum kepala daerah. Selanjutnya UU tentang Keuangan Negara hingga akuntabilitas penyelenggaraan Negara. Misal Departemen/kementrian dan lembaga serta organisasi pemerintah daerah harus sudah membuat laporan akuntabilitas kinerja (LAKIP) sesuai dengan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Selanjutnya dengan UU nomor 25 tahun 2004 mulai disusun Rencana Jangka Panjang mulai Nasional hingga daerah selama 20 tahun, Rencana Jangka

163“Pendapat Komisi Hukum Nasional mengenai RUU Desa“ dalam http://www.komisihukum.go.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=428%3Apendapat-khn-tentang-ruu- desa&catid=1%3Alatest-news&Itemid=50&lang=in, diakses 2 Oktober 2013.

Menengah selama lima tahun dan rencana jangka pendek selama satu tahun pada setiap level pemerintahan.

Satu aspek yang perlu dipantau lebih jauh setelah pengesahan Undang undang desa adalah kaitanya dengan implementasi pasal 33 UUD 45.

Pertanyaannya ialah sejauh mana pemerintah desa dengan model yang diatur dalam undang undang desa mampu berwenang menjaga kekayaan alam ketika berhubungan dengan kekuatan perusahaan multinasional. Sekali lagi, pada akhrnya banyak dampak yang akan di timbulkan dari alih fugsi lahan dan alih fungsi tenaga kerja di desa. Yang pertama adalah kekurangan bahan pokok hasil pertanian, meningkatnya harga bahan pokok karena stok yang kurang, dan perubahan budaya yang secara tidak langsung di bawa dalam sistem industri. Bencana kelangkaan kedelai, cabe, bawang, dan berbagai macam bahan pokok yang belakangan melanda Indonesia seharunya bukan hanya di lihat sebagai mekanisme pasar semata, tapi dapat pula di lihat dari pengalihan fungsi lahan dan tenaga kerja desa dari sektor pertanian ke sektor industri. Hal tersebut secara langsung berakibat atas berkurangnya pasokan bahan pokok dan menimbulkan kelangkaan yang kemudian meningkatkan harga bahan pokok di pasaran.

Tanpa adanya aturan terkait wewenang pemerintah Desa dalam investasi MNC, maka akan berujung semakin kuatnya interfensi MNC untuk mengatur desa dalam pengkonsentrasian ekonomi. Terlebih pengelolaan desa di era reformasi, lebih bersinggungan dengan keterlibatan swasta. Alhasil, pemanfaatan sumber daya yang ada di desa tak jarang dimanfaatkan oleh swasta. Walau ada kebijakan pemerintah yang memberi kucuran dana untuk pembangunan daerah, seperti Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) namun pengucurannya cukup sulit. Atas dasar itu, RUU Desa sebaiknya mencantumkan ketentuan yang memperketat pengelolaan swasta atas desa. Serta, pembangunan desa harus diutamakan untuk menyejahterakan masyarakat desa golongan ekonomi lemah, khusunya petani dan buruh.

Sejak setelah perjalanan Marco Polo ke Hindia, desa Indonesia menjadi daya tarik tersendiri. Bagi Eropa Marco Polo mendeskripsikan Asia dalam catatan perjalanannya dan membuat alam Asia yang subur memancing perjalanan kaum

Eropa lainnya. Selanjutnya, Christopher Colombus, Vasco da Gama dan

Ferdinand Magellan merupakan tokoh yang juga sangat berperan dalam penemuan rute-rute baru dalam pelayaran yang membuka mata banyak orang Eropa

mengenai dunia luar. Disinilah hubungan antara satu belahan dunia dengan belahan dunia lain mulai terjalin. Penemuan kompas, kertas, mesin cetak oleh Cina semakin memperkuat munculnya globalisasi Klimaks perkembangan

ditandai dengan adanya revolusi Amerika dan revolusi Prancis. Saat inilah banyak orang mulai menyadari arti penting kebebasan. Pasca perang dunia pertama dunia mengalamai krisis dalam segala aspek, kemudian pasca perang dunia kedua muncul adanya semangat untuk membangun kembali dunia melalui utang pembangunan Bank Dunia.164

Pendekatan dalam memecahkan kelangkaan bahan pokok hasil pertanian berpangkal pada tiadanya regulasi agraria. Contoh paling nyata adalah beralihnya fungsi lahan dan peran masyarakat dalam pembangunan desa, yang semula merupakan lahan pertanian dan masyarakatnya bekerja menjadi petani, berubah menjadi sektor indusrri. Hal demikian merupakan intervensi yang secara tersirat Berlandaskan moderenisasi, sehingga pembangunan sosial di desa mulai

kehilangan ruhnya. Dengan mengembalikan fungsi lahan desa ke semula, sehingga pembangunan bukan hanya diukur berkutat pada peningkatan jumlah kuota impor saja. Pembangunan secara fisik merupakan dampak yang nyata terlihat dari besarnya intervensi asing melalui investasi MNC yang mereka keluarkan. Namun acapkali pembangunan mereduksi pembangunan sosial yang berlandaskan atas dasar kearifan lokal.

Konsep dasar pembangunan agraria lahir dari pergulatan pemikiran para pendiri bangsa untuk menghilangkan sisa-sisa feodalisme era kolonial terutama pengusaan tanah oleh tuan-tuan tanah yang tak berkeadilan. Sejak awal para pendiri bangsa menyadari secara mendalam struktur sosial ekonomi dan budaya masyarakat Indonesia yang agraris sehingga mayoritas tinggal dipedesaan yang miskin. Akhirnya setelah melalui perdebatan dan pergulatan selama 12 Tahun sejak pemerintah membentuk Panitia Agraria Yogya pada tahun 1948, maka pada

164 LeGrain, Philippe., “A Brief History of Globalisation”, dalam Open World: the Truth about Globalisation, London: Abacus Book, 2003.

24 September 1960 UU No.5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria atau dikenal dengan Undang-Undang Pembaruan Agraria (UUPA) disetujui DPR. Melalui persetujuan tersebut secara mendasar telah dikonsepkan dasar cita-cita pembangunan negeri ini berbasiskan Pembaruan Agraria. Hingga akhirnya tanggal ditetapkanya UUPA yakni tanggal 24 September kemudian dijadikan Hari Tani. 165

UUPA menjadi titik awal dari kelahiran hukum pertanahan menggantikan produk hukum agraria kolonial yang saat itu dianggap monumental sekaligus revolusioner. UUPA antara lain mengatur pembatasan pengusaan tanah, kesempatan sama bagi setiap warga negara untuk memperoleh hak atas tanah, pengakuan hukum adat, serta warga asing tak punya hak milik atas tanahHingga akhirnya kita harus meresapi semangat pembaruan agraria tersebut saat itu adalah tanah untuk rakyat. “Khususnya rakyat tani tak bertanah,”166 Undang-undang Pokok Agraria (UUPA) tidak melarang sewa tanah oleh asing, asalkan kedua pihak baik masyarakat maupun penyewa sama-sama diuntungkan. Bahkan

Gubernur, bupati, dan wali kota berwenang menerbitkan peraturan daerah (perda) berkaitan dengan sewa tanah oleh asing.

DPR sendiri kini tengah membahas Rancangan Undang Undang (RUU) tentang Pertanahan. Salah satu yang ditekankan adalah adanya pembatasan luas tanah yang dikuasai, atau dikelola sebuah grup perusahaan.. Bila dulu bisa

menguasai tanah hingga 10 juta hektar, di RUU Pertanahan ini DPR mengusulkan maksimal hanya 50 ribu hektar. Namun DPR optimis Rancangan Undang-Undang (RUU) Pertanahan mampu mendorong reformasi agraria. Apalagi semangat reformasi agraria sudah menjadi amanat dalam UUD 1945 yang mengamanahkan untuk mengelola Sumber Dalam Alam (SDA) untuk kemakmuran rakyat yang kemudian diperkuat dengan diterbitkannya UU Pokok Agraria 1960 dan Tap MPR/XI/2001. Soal ancaman oleh kepentingan asing atas tanah, terlihat dari dijadikanya UU No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal sebagai rujukan teknis. Padahal secara prinsipil UU PMA 2007 membuka masuknya modal asing

165 ” Hendri F Isnaeni dalam Majalah Historia: Tanah Untuk Rakyat.

seratus persen melalui asas perlakuan yang sama (equal treatment) antara modal asing (orang asing, badan hukum asing) dengan negara RI, badan hukum

Indonesia, dan perseorangan Indonesia.167

Permasalahan lain muncul karena DPR dinilai terlambat dalam merancang undang undang untuk menciptakan reformasi agraria. Data Konsorium Pembaruan Agraria (KPA) mencatat, sekitar 64,2 juta hektar tanah atau 33,7 persen daratan telah diberikan kepada perusahan pertambangan gas, mineral dan batu bara berupa izin konsesi. KPA juga menyebut, 5000 dari sekitar 10.000 izin usaha

pertambangan (IUP) yang dikeluarkan pemerintah ilegal. Bahkan dari 8.000 IUP di seluruh Indonesia terdapat 6000 IUP bermasalah

Terjadinya ketimpangan inilah yang menjadi akar dari berbagai konflik agraria yang merebak dalam beberapa tahun terakhir di berbagai desa Indonesia. Pada periode 1970-2001, KPA mencatat sengketa agraria 1.753 kasus, tersebar di 2.834 desa dan kelurahan. Tanah yang disengketakan mencapai 10,9 juta hektar dan hampir 1,2 juta keluarga menjadi korban. Sepanjang tahun 2011, terdepat 163 konflik pertanahan dengan jumlah rakyat yang menjadi korban meninggal dunia mencapai 22 orang. Setidaknya pada tahun 2010 telah terdapat 106 konflik agraria dengan jumlah tiga orang meninggal. Data KPA juga menunjukan , konflik agraria yang terjadi tahun 2011 melibatkan 69.975 kepala keluarga dengan luas areal konflik mencapai 472.048,44 hektar. Dari 163 konflik agraria tahun 2011,

rinciannya 97 kasus di sektor perkebunan, 36 kasus di sektor kehutanan, 21 kasus di sektor infrastruktur, 8 kasus di sektor pertambangan, dan 1 kasus wilayah tambak dan pesisir.

Dari data ini kita dapat menarik benang merah yang mendasar konflik agraria dan terjadinya ketimpangan agraria di negeri ini merefleksikan pudarnya keadilan agraria di dalam masyarakat serta adanya pola pembangunan dan cara mensejahterakan masyarakat yang salah secara mendasar. Bagaimanapun Indonesia yang diwariskan para pendiri bangsa sesuai cita-cita Proklamasi 1945 tidak pernah mengamanatkan terjadinya penguasaan ekonomi dikuasi segelintir

167 http://harian-pelita.pelitaonline.com/cetak/2013/09/24/regulasi-agraria- ancam-kepentingan-nasional#.Uoy8veL8g28

orang/kelompok saja sehingga demokrasi yang kita usung bersama ini tidak hanya demokrasi dibidang politik tetapi demokrasi di bidang ekonomi.

Permasalahan tata pemerintahan desa dimulai setelah masuknya kekuasaan pemerintah Belanda ke Nusantara. Kedatangan Belanda telah menggantikan posisi kerajaan/ suku atas komunitas adat lokal. Untuk menumpulkan hukum lokal, pemerintahan kolonial menerapkan dua sistem pemerintahan. Pertama, membangun sistem pemerintahan langsung di bawah Belanda. Kedua, memberikan kewenangan kepada penguasa lokal untuk menjalankan sistem pemerintahan sendiri dalam penyelengaraan pemerintahan. Dengan catatan, penguasa lokal harus loyal terhadap kepentingan kolonial. Pemerintah Belanda memanfaatkan utusannya (residen) untuk mengawasi situasi desa. Residen di tunjuk langsung oleh kolonial. Posisi Residen secara langsung telah dimanfaatkan Belanda untuk membangun suatu lembaga administrasi di tingkat desa. Dengan adanya struktur pemerintahan baru bentukan pemerintah kolonial, mereka dengan mudah dapat memonopoli Sumber Daya Alam di wilayah tersebut.168 Cara-cara kolonial di lanjutkan oleh pemerintahan Orde Baru dengan mengeluarkan UU No.5 tahun 1979 tentang Desa. Undang-undang tersebut dimanfaatkan pemerintah pusat. Mereka menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah, atas sponsor investasi asing melakukan penyeragaman bentuk pemerintahan. Tujuannya untuk mempermudah agar SDA dapat di monopoli oleh pemerintah pusat.

Barulah peran desa sebagai subyek pemerintahan mulai didengar ketika memasuki periode Good Governance Indonesia yang dimulai pasca epilog pemerintahan Orde Baru berakhir pada tanggal 21 Mei 1998. Wacana diperkuat Memasuki era reformasi Kabinet Abdurrahman Wahid yang dikenal Kabinet Reformasi Gus Dur, paska transisi Presiden Habibie dilanjut dengan Kabinet Megawati Soekarno Putri yang dikenal dengan Kabinet Gotong Royong sejak pertengahan tahun 1998, sangat disadari pentingnya membangun kembali

manajemen pemerintahan melalui paradigma baru (new paradigm) menuju good governance.169Pada perkembangannya di Indonesia hingga tahun 2013, telah banyak dikeluarkan aturan dalam rangka mengimplementasikan prinsip good 168“ Kolonialisasi Masyarakat Adat”, Kompas, 13 April 2013.

169 Dwiyanto, Agus, 2006, Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik, Yogyakarta: Gajah Mada Universty Press

governance. Sebagai contoh UU tentang kebebasan informasi Publik dengan membentuk Komisi informasi publik, kemudian UU tentang Lingkungan hidup hingga mulai menerapkan proses pasar bebas dimulai dari ASEAN hingga dengan China (ACFTA). Melalui regulasi sejak tahun 1999 setelah reformasi

dilaksanakan, terbitlah banyak UU yang mengatur dan menjadi bagian dalam implementasi good governance di Indonesia, diantaranya UU tentang Hak Asasi manusia, UU penyelenggara Negara yang bebas dari KKN.

Secara historis, konsep good governance mulai mencuat pada akhir tahun 1980-an yang terpicu oleh runtuhnya tembok Berlin dan kemiskinan di Eropa Timur, Afrika, dan Asia. Konsepsi good governance yang lahir di Eropa mendapat dukungan kuat dari negara industri di luar Eropa dan badan-badan pemberi pinjaman internasional, seperti U.K. Overseas Development Administration, dan

World Bank. Bahkan pada tahun 1992, lembaga internasional Eropa menggunakan keruntuhan Uni Soviet sebagai alasan untuk menyebarkan good governance. Sejak itulah negara penerima bantuan dijadikan salah satu persyaratan oleh lembaga keuangan internasional. Sebenarnya “governance” dalam literatur sudah dikenal sejak Woodrow Wilson menjadi Presiden USA ke 27 memperkenalkannya kurang lebih 125 tahun lalu. Terutama setelah berbagai lembaga donor

internasional menetapkan “good governance” sebagai persyaratan utama untuk setiap program hutang. Sehingga wajar jika di Indonesia spirit good governance

justru meminimalkan peran negara dan cenderung mengedepankan peran swasta dan pihak luar negeri.

Konsep Good Governance sebenarnya telah lama dilaksanakan oleh Indonesia. Namun demikian masih banyak yang rancu memahami konsep

Governance. Terminologi “government” dan “governance” seringkali dianggap memiliki arti yang sama, yaitu sebuah cara menerapkan otoritas dalam suatu organisasi, lembaga atau negara. Secara sederhana, banyak pihak menerjemahkan

governance sebagai Tata Pemerintahan. Tata pemerintahan disini bukan hanya lembaga negara yang disebut eksekutif, karena eksekutif hanyalah salah satu dari tiga aktor besar yang membentuk lembaga yang disebut governance. Dua aktor lain adalah private sektor (sektor swasta) dan civil society (masyarakat madani).

Karenanya memahami governance adalah memahami bagaimana integrasi peran antara pemerintah (birokrasi), sektor swasta dan civil society dalam suatu aturan main yang disepakati bersama.

Kata governance sering dirancukan dengan government. 170 Akibatnya, negara dan pemerintah masih menjadi sentral, bahwa pemerintah pusat adalah sasaran satu satunya yang berhak melakukan perbaikan. Badan keuangan internasional mengambil prioritas untuk memperbaiki birokrasi pemerintahan di Dunia Ketiga dalam skema good governance. Bahkan Good governance berhasil mendekatkan hubungan antara badan-badan keuangan multilateral dengan para aktivis politik yang sebelumnya bersikap sinis pada hubungan antara pemerintahnya dengan lembaga finansial internasional. 171

Menurut United Nation Development Program (UNDP) terdapat empat belas prinsip good governance, yang menyangkut banyak unsur dan prinsip dalam menjalankan Good Governance dengan masing-masing penjelasan.172 United

National Development Program (UNDP) sebagai sub-organ perserikatan bangsa bangsa (PBB) mendefinisikan governance sebagai “penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan pada semua tingkat.173 Indikator-indikator tersebut antara lain: hak suara dan akuntabilitas, stabilitas politik dan anti kekerasan, efektivitas pemerintah, kualitas regulasi, rule of law, dan pengendalian Korupsi.174 Menurut World Governance Indicators mencatat pada tahun 2009, negara yang menganut demokrasi seperti Amerika Serikat hanya menduduki posisi kelima belas. Sedangkan Indonesia yang juga sama-sama mengaku menganut demokrasi menduduki posisi ke-31.. Hal tersebut

170 Irwanto, Arief. Memahami Good Governance dalam bernegara. 2007. Ikatan Nasiolal Konsultan Indonesia. Dalam http://www.inkindo-jateng.web.id/?p=779

171Daniel Kaufmann, Aart Kraay dan Massimo Mastruzzi dalam bukunya mengenai indikator tata pemerintahan yang baik (World Governance Indicators/WGI) mengartikan pemerintahan yang baik pasti akan memberantas kemiskinan dan meningkatkan kualitas hidup yang tinggi dari tata pemerintahan yang baik. Dalam http://www.brookings.edu/research/opinions/2009/06/29- governance-indicators-kaufmann

172 Tjager, I.N., A. Alijoyo H.R. Djemat, dan B. Sembodo. Corporate governance: Tantangan dan kesempatan bagi komunitas bisnis Indonesia. Forum Corporate Governance in Indonesia (FCGI). 2003.

173 United National Development Program.

bisa terlihat peringkat negara dalam persepsi korupsi indeks hanya menduduki peringkat ke-118 pada tahun 2012. 175

Dalam dokumen Desa Cosmopolitan Globalisasi dan Masa D (Halaman 102-115)