• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sifat Fisiko Kimia

Dalam dokumen UCAPAN TERIMA KASIH doc ucapan (3) (Halaman 30-33)

DATAR PUSTAKA

B. Sifat Fisiko Kimia

Hasil pengujian sifat fisiko-kimia minyak dari daun asal ketiga jenis eukaliptus dapat dilihat pada Tabel 3.

Analisis keragaman menunjukkan bahwa penyulingan daun asal 3 jenis tanaman eukaliptus tidak berpengaruh nyata terhadap kadar sineol (Tabel 4). Meskipun demikian terdapat indikasi kadar sineol tertinggi terdapat dalam minyak atsiri asal daun E. grandis (Tabel 3), diikuti oleh asal daun E. urophylla, hingga terendah asal daun E. urophylla. Penentuan kadar sineol tersebut menggunakan cara gas chromatography berdasarkan nilai retensi relatif yang kemudian dibandingkan dengan satuan retensi untuk senyawa sineol standar. Kadar sineol merupakan komponen yang mempengaruhi kualitas minyak eukaliptus. Makin tinggi kadar sineol, maka kualitasnya makin baik. Sesuai dengan SNI 01-5009.11-2001 (Anonim,

2001) maka kualitas dari minyak eukaliptus dari penelitian ini masuk dalam kelas mutu pertama (kadar sineol < 55 % atau < 5,00 % dari waktu retensinya).

Tabel 3. Sifat fisis dan kimia minyak atsiri dari daun asal ketiga jenis eukaliptus

Keterangan : R1, R2, R3 = ulangan ke 1, 2 dan 3 (1st, 2nd, and 3rd replication); ฀ = rataan ; Angka yang diikuti huruh berbeda menunjukkan perbedaan nyata

Rata-rata berat jenis minyak tertinggi adalah E. grandis sebesar 0,557, kemudian menyusul E. urophylla 0,543 dan terendah adalah E. pellita sebesar 0,257 (Tabel 3). Berat jenis minyak dipengaruhi oleh fraksi berat komponen-komponen yang terkandung di dalam minyak. Semakin tinggi fraksi berat yang terkandung dalam minyak, maka semakin besar pula nilai berat jenisnya (Guenther, 1990).

Selanjutnya analisis keragaman menunjukkan bahwa perlakuan (daun asal 3 jenis eukaliptus) berpengaruh nyata terhadap berat jenis minyak atsiri (Tabel 5). Analisis lebih lanjut dengan uji beda jarak Duncan (Tabel 3) ternyata berat jenis minyak tertinggi berasal dari daun E. urophylla dan E. grandis (berat jenis kedua jenis eukaliptus tersebut tidak berbeda nyata). Sedangkan berat jenis minyak terendah berasal dari daun E. pellita.

Indeks bias adalah perbandingan kecepatan cahaya di udara dengan kecepatan cahaya dalam medium (dalam hal ini minyak atsiri) pada suhu tertentu dan sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen yang tersusun dalam minyak tersebut (Guenther, 1990). Semakin banyak komponen yang menyusun minyak maka indeks bias akan semakin besar dan kualitasnya akan lebih bagus. Sebaliknya, minyak yang memiliki indeks bias kecil mengindikasikan bahwa dalam minyak tersebut banyak terkandung air sehingga mempengaruhi kualitasnya. Dari ketiga jenis eukaliptus yang diuji, minyak E. pellita memiliki indeks bias tertinggi yaitu 1,370 dan terendah E. grandis sebesar 1,337. Selanjutnya terdapat kecenderungan bahwa minyak atsiri dengan nilai indeks bias besar memiliki berat jenis rendah;

No Sifat

Jenis eukaliptus

E. urophylla E. pellita E. grandis

R1 R2 R3 ฀ R1 R2 R3 ฀ R1 R2 R3 ฀ 1 Kadar sineol,(%) 2,43 1,60 0,67 1,567 (a) 3,40 2,96 2,57 2,977 (a) 3,00 2,47 2,13 2,530 (a) 2 Berat jenis 0,61 0,51 0,51 0,543 (a) 0,30 0,26 0,18 0,247 (b) 0,56 0,56 0,55 0,557 (a) 3 Indeks bias 1,34 1,34 1,34 1,340 1,45 1,33 1,33 1,370 1,34 1,34 1,33 1,337 4 Putaran optik, (o) 1,22 1,90 0,45 1,190 0,67 0,50 0,25 0,473 0,33 0,32 0,17 0,273 5 Kelarutan dalam alcohol 80% 1:3 1:3 1:3 1:3 1:2 1:2 1:2 1:2 1:3 1:3 1:3 1:3

dan sebaliknya minyak dengan indeks bias rendah memiliki berat jenis tinggi (Tabel 3). Hal ini memperkuat indikasi bahwa nilai indeks bias dan berat jenis minyak atsiri dapat merupakan petunjuk banyak atau sedikitnya kandungan atau kontaminasi air dalam minyak tersebut.

Putaran optik minyak atsiri tertinggi diperoleh dari hasil penyulingan daun asal E. urophylla, diikuti oleh asal E. pellita, hingga terendah asal E. grandis (Tabel 3). Putaran optik akan semakin besar jika dalam minyak atsiri tersebut terdapat lebih banyak ragam senyawa kimia isomer asimetris, dan isomer struktur ikatan kimia; dan sebaliknya untuk putaran optik yang rendah.

Kelarutan dalam alkohol minyak eukaliptus menandakan mudahnya minyak untuk diencerkan dalam alkohol 80% untuk pengolahan lebih lanjut. Semakin mudah diencerkan maka perbandingan nilai kelarutan akan lebih tinggi sehingga akan menurunkan biaya produksi dalam pengolahan minyak lebih lanjut. Nilai kelarutan tertinggi adalah minyak E. Pellita yaitu 1 : 2 karena diperlukan hanya 2 ml alkohol sudah cukup untuk melarutkan 1 ml minyak eukaliptus. Sedangkan kelarutan terendah adalah pada perbandingan nilai kelarutan minyak E. urophylla dan E. grandis sebesar 1 : 3, karena diperlukan 3 ml alkohol untuk melarutkan 1 ml minyak atsiri (Tabel 3). Lebih sukar larutnya minyak atsiri tersebut (perbandingan 1 : 3) mengindikasikan bahwa minyak asal E. urophylla dan E. grandis selain mengandung senyawa polar terdapat pula senyawa non-polar dalam jumlah (porsi) yang lebih besar, seperti hidrokarbon, stilbenes, sterol, atau senyawa lain kurang polar dengan berat molekul rendah. Sebaliknya, lebih mudah larutnya minyak atsiri asal E. pellita (perbandingan 1 : 2) berindikasi bahwa proporsi senyawa non-polar dan senyawa polar hampir seimbang atau sama banyak, atau porsi senyawa non-polar menurun.

Tabel 4. Analisis keragaman terhadap kadar sineol pada minyak atsiri hasil penyulingan daun eukaliptus

Keterangan: tn = Tidak berpengaruh nyata; 1) = Daun asal 3 jenis tanaman eukaliptus

Tabel 5. Analisis keragaman terhadap berat jenis pada minyak atsiri hasil penyulingan daun eukaliptus

Keterangan: * = Berbeda nyata; 1) = Daun asal 3 jenis tanaman eukaliptus

Sumber keragaman db Jumlah

kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung F-5% Perlakuan1) Galat 2 6 3,096 2,292 1,548 0,382 4,05tn 5,14 Total 8 5,388

Sumber keragaman db Jumlah

kuadrat Kuadrat Tengah F-hitung F-5% Perlakuan1) Galat 2 6 0,183 0,015 0,092 0,003 36,93* 5,14 Total 8 0,198

IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Penyulingan daun tiga jenis eukaliptus yaitu Eucalyptus urophylla, E. pellita dan E. grandis dengan metode kukus menghasilkan rendemen minyak yang berbeda- beda. Rendemen tertinggi diperoleh dari penyulingan daun E. grandis yatitu sebesar 0,161 %, diikuti oleh E. urophylla (0,143 %), hingga terendah oleh E. pellita (0,043 %).

2. Besarnya kadar sineol minyak dari daun ketiga jenis eukaliptus yang diteliti di atas adalah relatif sama, dan berdasarkan kriteria SNI 01-5009.11-2001, ketiganya termasuk dalam kelas mutu pertama.

3. Terdapat kecenderungan bahwa minyak atsiri dengan berat jenis tinggi memiliki indeks bias rendah, dan sebaliknya. Ini berindikasi bahwa minyak atsiri asal daun E. urophylla dan E. grandis lebih banyak mengandung (terkontaminasi oleh) air dari pada asal E. pellita.

4. Putaran optik tertinggi terdapat pada minyak atsiri asal E. urophylla diikuti oleh E. pellita, hingga terendah yaitu E. grandis. Semakin tinggi nilai putaran optik, maka dalam minyak tersebut terindikasi lebih banyak terdapat aneka ragam senyawa kimia dan isomer baik asimetris maupun isomer struktur kimia. 5. Lebih mudah larutnya minyak atsiri asal daun E. pellita dalam alkohol (1 : 2)

dibandingkan asal E. urpphylla (1 : 3) dan asal E. grandis (1 : 3) berindikasi bahwa proporsi senyawa non polar dengan senyawa polar hampir seimbang atau sama banyak dalam minyak atsiri (untuk perbandingan 1 : 2), atau porsi senyawa non-polar lebih sedikit. Sebaliknya untuk perbandingan 1 : 3, proporsi senyawa non (tidak) dan kurang polar jauh lebih banyak dari pada senyawa polar.

B. Saran

Minyak atsiri hasil penyulingan daun eukaliptus yang diharapkan berkualitas tinggi adalah disamping memiliki rendemen tinggi juga berkadar sineol tinggi, memiliki berat jenis optimum, indeks bias tinggi, dan mudah larut dalam alkohol. Hal ini penting mengingat banyaknya jenis pohon eukaliptus yang tumbuh di areal hutan tanaman Indonesia. Perlu pula dilakukan penyempurnaan atau modifikasi penyulingan minyak atsiri yang selama ini dilakukan.

Dalam dokumen UCAPAN TERIMA KASIH doc ucapan (3) (Halaman 30-33)

Dokumen terkait