• Tidak ada hasil yang ditemukan

Signifikansi Pemikiran Syed Muhammad Naquib Al-Attas

Pendidikan menjadi kian penting karena berurusan langsung dengan manusia. Manusialah yang berkepentingan mulai dari input, proses sampai output pendidikannya. Manusia menjadi nilai, nilai-nilai kemanusiaan yang berlaku universal tanpa terikat perbedaan bangsa, bahasa, agama untuk mencipta pendidikan berlandaskan manusia. Pendidikan yang memanusiakan berupaya mencipta pemahaman baru yang lebih manusiawi. Sebuah pemahaman akan pendidikan yang mampu menghadirkan manusia-manusia yang baik. Berbagai teori pendidikan muncul antara pandangan idealism dan realism, antara keturunan hereditas dan lingkungan, antara tabularasa dan pengalaman. Tak pelak lagi pemahaman makna pendidikan dapat merujuk ranah agama. Terlebih Islam sebagai worldview, keuniversalitas ajaran solusi bagi manusia guna mewujudkan

kehidupan bahagia dunia dan akhirat. Banyak para cendekiawan muslim merumuskan konsep pendidikan Islam.

Menurut al-Attas penggunaan ta’dib untuk pendidikan ini timbul karena dengan berbekal pemahaman yang utuh, komprehensif tentang pendidikan. Terlebih pemahaman pendidikan yang selaras dengan Islam, segala hal yang terkait tentang pendidikan, baik tujuan, strategi, metode dan unsur-unsur pendidikan lainnya mencerminkan pandangan pendidikan yang lebih pas dan

| 104 sesuai seharusnya pendidikan. Dengan penggunaan istilah ta’dib, Al-Attas berupaya merekonstruksi pemahaman pendidikan yang selama ini terabaikan.

Al-attas menekankan maksud dan tujuan pendidikan bahwa negara atau pekerja yang baik dalam sebuah negara sekuler tidak sama dengan manusia yang baik; sebaliknya manusia yang baik sudah pasti seorang pekerja dan warga Negara yang baik. Tujuan pendidikan Islam tiada lain menciptakan manusia yang baik. Penekanan pendidikan adalah nilai-nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai warga kota, sebagai warga negara dalam kerajaannya yang mikro, dan sebagai sesuatu yang bersifat spiritual. Pendidikan bukan semata berdasarkan kegunaannya bagi masyarakat, negara dan dunia. Nilai manusia yang bukan sebatas entitas fisik yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi negara, masyarakat dan dunia. Al-Attas mengatakan bahwa orang yang terpelajar adalah orang baik. Dalam artian baik yang menyeluruh, meliputi: kehidupan spiritual dan material seseorang, yang berusaha menanamkan kualitas kebaikan yang diterimanya. Al-attas menyebut orang yang benar-benar terpelajar menurut persfektif Islam didefinisikan sebagai orang yang beradab. Pendidikan menciptakan manusia yang beradab ada dalam pengertian yang komprehensif yang menekankan pada adab. Adab adalah cakupan suatu pengenalan dan pengakuan mengenai tempat secara benar dan tepat, dalam pencapaian kualitas, sifat-sifat, dan perilaku yang baik untuk mendisiplinkan pikiran dan jiwa.

| 105 Adab mensyaratkan ilmu pengetahuan dan metode mengetahui yang benar agar mampu menjaga manusia dari kesalahan. Ilmunya adalah yang dapat mendorong lahirnya perilaku mulia ini adalh kebijaksanaan (hikmah) yang menghasilkan keadilan pada diri individu dan masyarakat serta Negara. Al-Attas

menggunakan konsep ta’dib sebagai konsep yang tepat untuk pendidikan Islam,

ia lebih lanjut mengatakan, “struktur konsep ta’dib sudah mencakup unsur-unsur

ilmu (‘ilm), instruksi (ta’lim), dan pembinaan yang baik (tarbiyah), sehingga

tidak perlu lagi dikatakan bahwa konsep pendidikan Islam itu adalah sebagaimana yang terdapat dalam tiga serangkai konotasi tarbiyah-ta’lim-ta’dib”. Terminology

ta’dib sendiri sebagai istilah pendidikan telah dipakai oleh para tokoh sufi. Para tokoh sufi yang menonjol dalam pengembangan pribadi Islam melalui pengembangan indera, akal dan moral. Menggunakan ta’dib dengan menekankan sebagai bagian daripada proses pendidikan, adab seorang pelajar muslim dan kelompok professional, seperti: hakim, jaksa, politisi, perwira militer, musikus, guru, dan pelajar menjadi kesatuan yang tak terpisahkan.

Al-Attas mengatakan, setidaknya ada tujuh konsep dalam pendidikan, yaitu: pertama, konsep din (agama); kedua, konsep insan (manusia); ketiga,

konsep ilmu dan makrifat; keempat, konsep hikmah (kebijakan); kelima, konsep

keadilan; keenam, konsep amal dan adab; ketujuh, konsep kuliyyah jami’ah

(perguruan tinggi). Dalam Metodologi pendidikan menurut Al-Attas memiliki satu tujuan, yakni: islamisasi dari tubuh, pikiran dan jiwa yang berpengaruh pada

| 106 kehidupan pribadi dan kolektif muslim serta yang lain, termasuk spiritual dan lingkungan non-fisik manusia.

Konsep ta’dib yang di usung oleh Al-Attas dapat mudah kita pahami jika kita merujuk pada gagasannya secara keseluruhan. Al-Attas satu di antara para cendekiawan muslim terkemuka dalam upayanya, islamisasi ilmu pengetahuan. Baginya islamisasi berangkat dari asumsi bahwa ilmu pengetahuan itu tidak bebas dari nilai atau netral, sehingga pemahaman ta’dib mengajak kita memahami islamisasi ilmu pengetahuan. Al-Attas mengenalkan ta’dib ini sebagai konsep yang asli, integral, komprehensif dan merupakan framework yang kokoh bagi

teori dan praktek pendidikan Islam kita.

Adab dalam konteks ilmu berarti disiplin intelektual yang mengenal dan mengakui adanya hierarki ilmu berdasarkan kriteria tingkat-tingkatannya

(Al-Attas, 1999: 22), dan keluhuran dan kemuliaan yang memungkinkannya mengenal dan mengakui bahwa seseorang yang pengetahuannya berdasarkan wahyu Tuhan jauh lebih luhur dan mulia daripada mereka yang pengetahuannya berdasarkan akal (Al-Attas, 1999: 16). Adab terhadap ilmu pengetahuan akan menghasilkan cara-cara yang tepat dan benar dalam belajar dan penerapan berbagai bidang sains yang berbeda. Seperti rasa hormat terhadap para sarjana dan guru dengan sendirinya merupakan salah satu pengejawantahan langsung dari adab terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan dalam penekanan ta’dib di sini adalah mencakup ilmu dan amal dalam pendidikan dan adanya amal (praktik)

| 107 ialah untuk menjamin ilmu agar dapat dipergunakan secara baik dalam kehidupan masyarakat. Karena alasan inilah, maka Al-Attas mengkombinasikan secara harmonis antara ilmu, amal (praktik) dan adab yang kemudian menamakannya dengan pendidikan.

Setelah ilmu dipelajari dengan baik dan benar yang dilandasi dengan iman serta dipraktikan langsung dalam bentuk amal itu semua adalah bentuk manifestasi dari konsep ta’dib. Setelah memperoleh ilmu dengan proses ta’dib akan melahirkan peradan Islam sebagaimana yang dikatakan oleh F. Rosenthal; ‘ilm is one those that have dominated Islam and given Muslim civilization ist

distinctive shape and complexion. In fact there is one other concept that has been

operative as of Muslim civilization in all its aspect to the same extent as ‘ilm artinya ilmu adalah salah satu konsep yang mendominasi Islam dan yang memberi bentuk dan krakter yang khas terhadap peradaban Muslim. Sebenarnya tidak ada konsep lain yang setanding dengan konsep ilmu yang secara efektif menjadi faktor penentu dalam peradaban muslim dalam berbagai aspek (Rosental, 1970: 2).

Dalam konteks tarbiyah yang diartikan sebagai pendidikan belum cukup

untuk menghantar peserta didik untuk menjadi orang beradab. Sebab bentuk penekatanan dalam tarbiyah hanya sekedar pemeliharan dan pengasuhan jasmani

semata. Aspek ta’dib dalam tarbiyah hanya sedekar pengenalan ilmu dasar yang tidak sampai pematangan mental sebagaimana yang telah disinggung dalam

| 108 definisi diatas. Konsep ta’dib, titik tekan pada penguasaan ilmu yang benar dalam diri seseorang agar menghasilkan kemantapan amal dan tingkah laku yang baik yang berlandaskan keimanan. Istilah ta’lim’, ta’dib dan tarbiyah dapatlah diambil suatu analisa. Jika ditinjau dari segi penekanannya terdapat titik perbedaan antara satu dengan lainnya, namun apabila dilihat dari unsur kandungannya, terdapat keterkaitan yang saling mengikat satu sama lain, yakni dalam hal memelihara dan mendidik anak.

Berdasarkan pada fenomena dan kondisi obyektif dunia pendidikan masa kini pada umumnya dan pendidikan Islam pada khususnya, maka pemikiran pendidikan Islam yang terformula dalam konsep ta’dib yang ditawarkan Al-Attas, sungguh memilki relevansi dan signifikansi yang tinggi serta layak dipertimbangkan sebagai solusi alternatif untuk diaktualisasikan dan di implementasikan dalam dunia pendidikan Islam. Pada dasarnya ta’dib merupakan konsep pendidikan yang hendak mengintegrasikan dikhotomi ilmu pengetahuan, menjaga keseimbangan-equilibrium, bercorak moral dan religius. Secara ilmiah Al-Attas telah mengemukakan proposisi-proposisinya sehingga menjadi sebuah konsep pendidikan yang sangat jelas. Sehingga bukanlah suatu hal yang naif bahwa statement Al-Attas ini merupakan sebuah jihad intelektual dalam menemukan paradigma pendidikan Islam. Bila dicobakan untuk berdialog dengan filsafat ilmu, apa yang diformulasikan oleh Al-Attas dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, baik dari dataran ontologis, epistemologis maupun aksiologis.

| 109 Konsep ta’dib ini, ketiga realita, (1) manusia, (2) alam dan (3) Tuhan diakui keberadaannya, dengan Tuhan sebagai sumber dari segalanya (alam dan manusia). Tuhan dipahami sebagaimana diinformasikan al-Qur'an, sebagai Rabb al-Alamin (Q.S al-Fatihah: 2) dan Rabb al-Nash (Q.S. al-Nash: 1). Peserta didik

harus dibimbing untuk mengenali dan mengakui Allah sebagai Tuhannya, penciptanya, pemilik, pengatur, pengawas, pendidik, pemberi dan lain sebagainya. Pada saatnya nanti lahirlah manusia-manusia 'abid yang penuh kesadaran, memiliki kemampuan intelektual maupun spiritualnya. Selanjutnya akan lahirlah berbagai pandangan hidup tauhid, baik rububiyah, uluhiyah,

maupun ubudiyah, yang meyakini kesatuan ciptaan/unity of creation, kesatuan kemanusiaan/unity of purpose of life), yang semua ini merupakan derivasi dari

kesatuan ketuhanan/unity of Godhead (Rais, 1987: 13-14). Dengan demikian,

dalam definisi Al-Attas tentang pendidikan ini yang menjadi titik tekan adalah nilai manusia sebagai manusia sejati, sebagai manusia yang bersifat spiritual, dan bukan hanya nilai manusia sebagai entitas fisik yang diukur dalam konteks pragmatis dan utilitarian berdasarkan kegunaannya bagi negara, masyarakat dan dunia.

Berdasarkan paparan bab sebelumnya penulis berpendapat bahwa konsep

ta'dib Syed. M. Naquib Al-Attas merupakan suatu gagasan pendidikan dalam

Islam yang membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang seutuhnya, yang menyadari sepenuhnya akan tanggung jawab dirinya kepada Tuhan yang haqq,

| 110 yang memahami dan menunaikan kewajiban terhadap dirinya sebagai hamba yang sekaligus sebagai khalifah di muka bumi. Dalam konsep ta'dib juga

dijelaskan bahwa setelah manusia dikenalkan akan posisinya dalam tatanan kosmik lewat proses pendidikan, ia diharapkan dapat mengamalkan ilmunya dengan baik di masyarakat berdasarkan nilai-nilai moral dan ajaran Islam. Dengan bahasa yang berbeda dapat dikatakan bahwa penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi harus dilandasi pertimbangan nilai-nilai moral dan ajaran agama.

B. Relevansi Pemikiran Konsep Ta’dib yang Digunakan Oleh Syed M. Naquib

Dokumen terkait