• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sikap Apresiatif Terhadap Tari Kreas

Gerakan Dasar:

D. Sikap Apresiatif Terhadap Tari Kreas

Apabila Anda sudah bisa menganalisis sebuah pertunjukan tari berdasarkan hasil pengamatan langsung, berarti Anda telah melatih diri Anda sebagai seorang apresiator. Untuk menjadi seorang apresiator yang baik, cobalah perhatikan dan amatilah contoh hasil analisis tarhadap karya tari tunggal sebagai berikut.

Henrieta Horn (33) adalah seorang tokoh penari dan koreografer yang berasal dari Essen Jerman. Ia menciptakan karya tari ini dan langsung menarikannya sendiri di hadapan penonton Indonesia beberapa waktu

lalu. Tarian yang menggunakan properti kursi dan meja berdurasi 25 menit ini sangat memukau penonton. Pertunjukan diawali oleh suasana panggung dengan lampu yang temaram. Meja dan kursi diletakkan di pojok kanan depan panggung, tempat penarinya duduk membeku dipojok kanan depan. Wajahnya yang sayu diterangi oleh cahaya. Untuk beberapa saat, ia menghimpun tenaga sebelum bangkit dari ketermenungannya.

Warna properti hijau muda sama persis dengan warna kostum yang dikenakannya. Bentuk kostum yang dikenakan sekilas tidak

tampak seperti kostum tari, bentuknya merupakan setelan jas dengan celana panjang menambah keunikan karya tari tersebut. Bagian awal tari ini berlangsung beberapa saat dengan iringan musik yang mengalun sampai penari tersentak dari ketermenungannya. Nampaknya penari masih terikat dengan keberadaan properti tersebut.

Bagian selanjutnya adalah pengolahan gerakan yang diangkat dari aktivitas sehari-hari, bahkan sesekali ia juga melakukan gerakan kasar dan liar. Olahan-olahan gerak, seperti gerak pada tari tradisional tidak tampak dalam keutuhan pertunjukan tari ini. Meja

dan kursi baginya merupakan pusat gravitasi dalam keleluasan bergerak yang tidak terbatas. Panggung yang luas tidak tampak kosong karena pengaturan tata cahaya yang terfokus pada keberadaan penari yang hanya berjumlah seorang. Pengisian ruang diolah sedemikian rupa, melalui perpindahan dari kegelapan atau kekosongan panggung. Dengan penataan cahaya yang maksimal, keberadaan penari yang hanya seorang ini mampu melahirkan kesan seolah- olah di panggung terdapat enam penari.

Pada bagian selanjutnya, dia masih mencoba merespon properti yang ada. Di seling oleh irama yang saling mengisi keutuhan garapan, dia bertopang dagu menjatuhkan dadanya pada

meja, menelungkup, bangkit kembali, menoleh ke langit, merentangkan dan menekukkan tangan dan kaki, memutar tubuh, dan berpaling. Rangkaian gerak ini dilakukannya berkali-kali dengan tempo yang bervariasi, mulai

Gambar 9.9 Henrieta Horn

Sumber: www.folkwang-tanzstudio.de

Gambar 9.10

Meja dan kursi merupakan pusat gravitasi dalam keleluasan bergerak

dari lambat, sedang, cepat, cepat sekali, diam, sambil memandangi ekspresi mukanya yang lega, pasrah, serta kepuasan yang dalam.

Sebelum dia mengakhiri garapan tari tunggal ini, dia juga mengolah properti dengan mencampakannya. Kursi dan meja dia tendang hingga terbalik. Selanjutnya, dia kembali melakukan gerakan seperti berlari-lari kecil, melompat, duduk, berdiri, dan berjalan pelan. Dia melakukannya di antara meja dan kursi yang terbalik. Secara mendadak dia merentangkan dan menekukan tubuh. Jika lelah, dia menggelantung pada sandaran kursi serta mengelus-ngelusnya. Akhir dari pertunjukan garapan tari ini adalah munculnya bayangan di layar panggung berbentuk meja raksasa, disusul dengan sosok penari yang dibuat siluet nampak seperti sesosok hantu yang menyihirnya.

Carilah informasi mengenai tari tunggal kreasi nonetnik pada daerah lain. Buatlah laporannya untuk kemudian didiskusikan!

Pelatihan 4

Setelah Anda berlatih menjadi seorang apresiator, berikut ini Anda akan berlatih bagaimana belajar mempresentasikan hasil apresiasi secara lisan di hadapan teman-teman Anda di kelas. Tahap-tahap yang perlu diketahui dan dilatih dalam membuat tulisan dan uraian hasil mengapresiasikan sebuah pertunjukan tari di antaranya adalah sebagai berikut.

a. Susun tulisan secara sistematis berdasarkan tata urutan pertunjukan tari yang diamati (awal, tengah dan akhir).

b. Usahakan untuk mendapatkan data-data pribadi tokoh tari dan koreografernya, penarinya, pemusiknya, dan penata musiknya.

c. Amati dan tulis seluruh properti yang digunakannya.

d. Bagaimana penataan cahaya selama pertunjukan berlangsung.

e. Kostum dan rias atau make up yang digunakan.

f. Tata urutan gerak atau susunan koreogarinya. g. Warna musiknya.

h. Bagian akhir garapan (durasi waktunya).

Bentuk tulisan hasil apresiasi tidak ada ketentuan khususnya. Gaya tulisan dapat berupa pemaparan esay. Untuk menguatkan uraian yang Anda susun, dapat dilakukan dengan mencantumkan pendapat para ahli di bidang seni pertunjukan tari.

Tontonlah sebuah pertunjukan tari nonetnik di daerah setempat Anda atau dari berbagai media. Identiikasi pembentukan dan keunikan tari yang Anda tonton. Laporkan secara tertulis!

Uji Kompetensi

Tari tunggal kreasi nonetnik dapat tercipta melalui pengalaman dan juga perkembangan zaman. Namun, tentunya tidak terlepas dari unsur-unsur estetika tari. Dapatkah Anda menyebutkan tari tunggal kreasi nonetnik lainnya?

Releksi

Rangkuman

• Akulturasi seni tari adalah pencampuran dua seni dari budaya yang berbeda.

• Tari kreasi baru adalah tari yang terbentuk dari hasil penambahan atau modiikasi tari yang telah ada atau sama sekali merupakan tari baru.

• Tari Poco-Poco merupakan tari pergaulan dengan variasi gerakan kaki yang mulai dikenal tahun 1990an.

• Tahap-tahap yang perlu diketahui dan dilatih dalam membuat tulisan dan uraian hasil mengapresiasikan sebuah pertunjukan tari di antaranya adalah sebagai berikut.

– Susun tulisan secara sistematis berdasarkan tata urutan pertunjukan tari yang diamati (awal, tengah, dan akhir).

– Usahakan untuk mendapatkan data-data pribadi tokoh tari dan koreografer, penari, pemusik, dan penata musik.

– Amati dan tulis seluruh properti yang digunakannya.

– Bagaimana penataan cahaya selama pertunjukan berlangsung.

– Kostum dan rias atau makeup yang digunakan.

– Tata urutan gerak atau susunan koreograinya. – Warna musiknya.

A. Berilah tanda silang (×) pada jawaban yang benar!

1. Akulturasi seni yang terdapat pada pementasan karya tari Didik Nini Thowok berjudul Kala Kina Kini adalah percampuran seni ….

a. Jepang dan Jawa b. China dan Jawa c. Sunda dan Jepang d. Korea dan Jawa e. China dan Sunda

2. Tari Kipas karya Didik Nini Thowok merupakan perpaduan dari unsur tari Kipas yang ada di Indonesia dengan tari Kipas ….

a. Nihon Buyo b. Kabuki c. Seongjeon d. Sakura e. Kimigayo

3. Tahap perwujudan ide ke dalam bentuk gerakan disebut dengan tahap …. a. modiikasi

b. pembentukan c. improvisasi d. komposisi e. eksplorasi

4. Tari Poco-Poco berasal dari daerah …. a. Papua

b. Sulawesi c. NTT d. NTB e. Maluku

5. Tari Poco-Poco adalah tarian nonetnik yang dikenal sekitar tahun …. a. 1980an b. 1970an c. 1990an d. 1990an e. 2001an

Pelatihan Pelajaran 9

6. Tarian anak-anak lebih berfungsi sebagai …. a. hiburan b. pendidikan c. pertujukan d. ritual e. pergaulan

7. Tema pada tari anak pada umumnya adalah …. a. percintaan

b. peperangan c. erotisme d. ritual e. budi pekerti

8. Properti yang digunakan dalam tari anak bersifat sebagai berikut, kecuali ….

a. ringan b. pendek c. kecil

d. sangat kecil e. berat

9. Henrieta Horn adalah seorang tokoh penari dan koreografer yang berasal dari …. a. Jerman b. Prancis c. Inggris d. Belanda e. Amerika

10. Tari karya Henrieta Horn dalam pementasannya menggunakan properti …. a. meja dan bendera

b. kursi dan tombak c. meja dan kursi d. meja

B. Kerjakanlah soal-soal berikut dengan baik dan benar!

1. Sebutkan dan jelaskan secara singkat proses penciptaan tari-tari kreasi karya Didik Nini Thowok!

2. Jelaskan faktor-faktor yang dimasukkan oleh Retno Maruti dalam penciptaan Bedhaya kreasi baru!

3. Sebutkan dan jelaskan dengan singkat tahap-tahap penciptaan tari kreasi! 4. Gambarkan dan jelaskan gerak dasar dari tari Poco-Poco!

5. Deskripsikan keunikan tari anak-anak!

C. Lakukan salah satu gerakan tari Poco-Poco atau tari Komposisi di depan