BAB II PENELAAHAN PUSTAKA
C. Sikap
Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu.
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif
atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu (Sarwono, 2007).
Bila seseorang telah menerima informasi tentang kista endometrium,
sikap seseorang dapat dibentuk atau diubah melalui cara diferensiasi dan integrasi.
Pada perubahan dan pembentukan sikap deferensiasi yaitu pembentukan sikap
atau perubahan sikap karena adanya perkembangan adanya pengalaman,
intelegensi dan pengetahuan. Jika sesorang sudah pernah mendapat informasi
tentang kista endometrium, lambat laun seseorang tersebut akan mengambil sikap
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Perubahan sikap dan pembentukan
sikap dengan cara integrasi yaitu pembentukan sikap secara bertahap, yaitu
dimulai dengan berbagai pengalaman yang didapat dari membaca atau cerita dari
endometrium, maka sesorang tersebut akan bersikap positif terhadap kista
endometrium (Adi, 1994).
Sikap seseorang juga dipengaruhi oleh perkembangan. Menurut Robert J.
Havighurst (cit.,ADI, 1994) tahapan perkembangan individu yang lebih operasional terkait dengan tugas-tugas disetiap perkembangan individu
berdasarkan umur yaitu pada awal masa dewasa (early asulthood) dengan retang umur 18-30 tahun, individu bertanggungjawab dalam kaitan dengan komunitas
maupun lingkungan sosial yang besar dan pada masa ini juga seseorang lebih
mudah menerima informasi-informasi yang diberikan. Pada masa setengah baya
(middle age), usia 31-55 tahun, individu memiliki sikap membantu remaja usia belasan agar dapat menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan bahagia.
Pada usia ini, individu memiliki sikap dengan penilaian yang cenderung lebih
tinggi terhadap suatu objek tertentu dengan pertimbangan-pertimbangan yang
lebih dalam. Individu menyesuaikkan diri dan menerima perubahan fisik yang
terjadi pada usia tengah baya.
Sikap dapat berubah dengan bertambahnya informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007). Sikap dapat terbentuk dan berubah melalui empat macam cara, yaitu adopsi, deferensiasi, integrasi dan trauma (Sarwono, 2009).
1. Adopsi adalah kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan
terus-menerus, dan lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu
2. Diferensiasi dapat diartikan dengan adanya perkembangan pengetahuan,
bertambahnya pengalaman, sejalan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang
tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya.
Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi merupakan pembentukan sikap yang terjadi secara bertahap yang
dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal
tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan meninggalkan
kesan yang mendalam pada jiwa seseorang yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
Menurut Azwar (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
objek sikap antara lain :
1) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang berkesan dapat menjadi dasar pembentukan
sikap. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh
keinginan berafiliasi dan keingainan untuk menghindari konflik dengan orang
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan memberikan corak pengalaman individu-individu
masyarakat. Oleh karena itu, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah dan sikap telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar, radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang disampaikan yang bersifat faktual dan obejektif dipengaruhi oleh
sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan sangat menentukan
sistem kepercayaan dan konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Sikap dapat terbentuk dengan didasari emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Pembentukan sikap terjadi melalui kontak sosial terus-menerus antara
individu dengan individu lain disekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya sikap adalah faktor internal dan faktor eksternal (Sarwono, 2009).
1. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu yang
bersangkutan, misalnya faktor pilihan. Seseorang dapat menangkap seluruh
rangsangan dari luar melalui persepsi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif
mengembangkan sikap positif terhadap suatu hal dan mengembangkan sikap
negatif terhadap hal lain.
2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar dirinya.
Faktor-faktor eksternal antara lain sifat objek, sikap itu sendiri, bagus atau jelek yang
akan dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu
sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media
komunikasi yang digunakan menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap
itu dibentuk.
Faktor-faktor tersebut tidak harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap.
Semakin banyak faktor yang ikut mempengaruhi maka semakin cepat terbentuk
sikap.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkapkan. Pernyataan sikap berisi tentang
hal-hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimat bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang
favourable. Sebaliknya pernyataan sikap yang berisi hal-hal negatif mengenai objek sikap yang bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap.
Pernyataan ini disebut dengan pernyataanunfavourable(Azwar, 1995).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan dengan bagaimana pendapat atau pernyataan
pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Arikunto (2007), sikap dibagi menjadi empat kategori dalam
pengukuran dan menggunakan sistem skoring, skala yang digunakan sebagai
acuan adalah kategori baik jika skor 76-100, kategori sedang jika skor 56-75% ,
kategori kurang, jika skor 40-55% dan kategori buruk, jika skor <40%.