PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY
MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Kiki Veriani
NIM : 088114103
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
i
PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY
MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Kiki Veriani
NIM : 088114103
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-KU tidak akan berlalu “ (Matius 24:35)
“Janganlah menyerah ketika apa yang anda inginkan tidak tercapai tetapi tetaplah berdoa dan berkembanglah sebagai pribadi yang memiliki harapan untuk masa
depan”.
“Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23 : 18)
vi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
berkat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif Di Kecamatan
Kalasan, Sleman, DIY terhadap Kista Endometrium pada Tahun 2011” sebagai
salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan
bantuan berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Dengan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt., selaku dosen pembimbing
yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan pengarahan kepada penulis.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bappeda Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Sleman, Kantor Kecamatan
Kalasan yang telah berkenen memberikan ijin penelitian kepada penulis.
4. Kepala Dukuh yang ada di Kecamatan Kalasan yang telah memberikan ijin
penelitian dan membantu dalam pelaksanaan penelitian kepada penulis.
5. Wanita usia produktif yang ada di Kecamatan Kalasan sebagai responden
yang telah membantu peneliti dalam mendapatkan data dalam penelitian ini.
6. Bapak, Ibu, mbak Ulismia dan Lek Sukiran yang telah memberikan
vii
7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., dan Ibu Maria wisnu Donowati,
M.Si.,Apt., atas kesediaan sebagai dosen penguji serta memberikan masukan
yang berharga bagi penulis dalam skripsi ini.
8. Bapak Ignatius Yulius Kristio Budiasmoro, M.Si., yang telah menjadi
konsultan bagi penulis dalam bidang statistika pada pengolahan data dalam
skripsi ini.
9. Pak Sarwanto, Mas Narto dan Mas Dwi yang telah membantu penulis dalam
mengurus surat-surat dan ijin untuk keperluan penelitian.
10. Dini Kristanti, Evi Rahmawati, Bennydiktus Sie, dan Cicilia Yulinita Ayu
selaku patner dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas kerjasama,
dukungan dan doa yang tulus.
11. Silvia Natalia, Lienardi dan Suriadi yang telah memberikan doa dan nasehat
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis dari awal hingga terselesaikannya penyususnan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skipsi ini banyak kekurangannya, oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi semua pembaca.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. ………v
PRAKATA….………... ..vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
DAFTAR ISI…... ix
4. Faktor Risiko dan Gejala Kista Endometrium… ...………...…..12
5. Senyawa Kimia yang dapat Menimbulkan Kista Endometrium ……….13
x
G. Validitas dan Reliabilitas……….... ……….…..…..28
H. Sampling dalam Penelitian……….... ……….…..…....29
I. Landasan teori………..…….. …………...……….………...30
J. Keterangan empiris………... ……….……….…..….31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian………..…. …...…...…32
B. Variabel Penelitian………..………….... ………...….….….32
C. Definisi Operasional………..………….... ………….………..33
D. Subjek Penelitian …… ………...………...…..…...34
E. Instrumen penelitian…..………... …….……...….….34
F. Tata Cara Penelitian ……….………...35
1. Penentuan lokasi ……….……..………….………...… …...35
2. Pengurusan ijin penelitian…………..………. ………...36
3. Penelusuran data populasi………...… ……...36
4. Pembuatan instrumen………. ………..…..37
5. Sampling……….. ………39
6. Penyebaran kuesioner……….. ……...41
7. Pengolahan data penelitian ………...42
G. Analisis Data Penelitian……… ………..…….43
H. Kesulitan Penelitian………...…… ………..44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….. ………...………….…..45
1. Deskripsi lokasi penelitian ……….. ……...…...45
2. Deskripsi karakteristik demografi wanita usia produktif Di Kecamatan Kalasan tahun 2011 ……….46
3. Analisis pengetahuan dan sikap ……….. …..….51
4. Analisis Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden… ...55
5. Analisis Sikap Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden …………..64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….…...………...71
B. Saran………..…………...72
DAFTAR PUSTAKA .... ……….73
LAMPIRAN….... ………....78
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Terapi Secara Farmakologi Kista Endometrium Menurut American Family Physician……………………. ………...16 Tabel II. Penggolongan Tingkat Pendidikan…………………… ...25 Tabel III Pernyataan dalam Kuesioner yang Disusun Secara
Favorable dan Unfavorable pada Variabel Pengetahuan dan
Sikap……….. ………37
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Terjadinya Menstruasi Retrograde ..……….…...…….11
Gambar 2. Tempat yang sering terjadi kista endometrium ………...…12
Gambar 3. Lesi endometriosis berwarna coklat……… ………...…………14
Gambar 4. Lesi endometriosis berwarna merah…… ………..………....14
Gambar 5. Agloritma Kista Endometrium………... …………..………..…17
Gambar6. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Usia Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011 ………...46
Gambar 7. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Berdasarkan Desa Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011…..…………. ………...47
Gambar 8. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Status Pernikahan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011 ……….…48
Gambar 9. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011……… ………...49
Gambar 10. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pekerjaan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011……… ………...………..……..49
Gambar 11. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011 …………..………..……..50
Gambar 12. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pengenalan Informasi Tentang Kista Endometrium Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011………... 51
Gambar 13. Persentase Kategori Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Prodktif Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011…… ……...…..51
Gambar 14. Persentase Jawaban Benar Wanita Usia Produktif pada Variabel Pengetahuan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011…… ………...…...…..53
Gambar 15. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011………… ………54
Gambar 16. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Usia Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011...……… …..…...56
xiii
Gambar 18. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Status Pernikahan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Tahun 2011 ….…58 Gambar 19. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Terakhir, Di Kecamatan Kalasan, Sleman,
DIY Tahun 2011…… ……….…….60
Gambar 20. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pekerjaan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Tahun 2011…...….61 Gambar 21. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan
Pengalaman Menderita Penyakit, Di Kecamatan Kalasan, Sleman,
DIY, Tahun 2011…. ………...62
Gambar 22. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pengenalan Informasi, Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011……… ...64 Gambar 23. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Usia, Di
Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun 2011……… ………..65 Gambar 24. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Desa, Di
Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun 2011… …...……….…..66 Gambar 25. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Status
Pernikahan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun
2011……… ……...………...67
Gambar 26. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun
2011………… ………...68
Gambar 27. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pekerjaan,
Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun 2011…… ………..…..69 Gambar 28. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pengalaman
Menderita Penyakit, Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun
2011 ……….…….70
Gambar 29. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Informasi,
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Sleman……… .…....…....78
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Kecamatan Kalasan………...………. ...79
Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Desa Purwomartani……… ..…...80
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Desa Tamanmartani………... …….81
Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Dari Desa Selomartani……… ………...……..82
Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Dari Desa Tirtamartani……….. ...…...83
Lampiran 7. Surat Ijin keperluan validitas instrumen dengan Profesional Adjustment……….. ………...84
Lampiran 8. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2005 ....………....……...85
Lampiran 9. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2006……… …...………...85
Lampiran 10. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2007 ………..……...……….86
Lampiran 11. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2008………. …….………..……...86
Lampiran 12. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2009…………..………….. …….…...87
Lampiran 13. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2010. ……….…….……...87
Lampiran 14. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2011………...…... ……..…88
Lampiran 15. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2005………... ………...88
Lampiran 16. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2006………... ………...88
Lampiran 17. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2007………... ………...89
Lampiran 18. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2008………... ………...89
Lampiran 19. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2009………... ………...89
Lampiran 20. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2010………... ………...90
Lampiran 21. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2011………... ………...….90
Lampiran 22. Rekapitualisasi Wanita Usia Subur Data Di Kecamatan Kalasan. ...91
xv
Lampiran 24. Hasil Uji Reliabilitas Pada Varabel Pengetahuan………. ...96
Lampiran 25. Hasil Uji Reliabilitas Pada Varabel Sikap ………... ….………..96
Lampiran 26. Data Responden pada Variabel Pengetahuan……….… ...…...98
Lampiran 27. Karateristik Responden Berdasarkan Usia ………...…..99
Lampiran 28. Karateristik Responden Berdasarkan Desa... ...…..………...…...…100
Lampiran 29. Karateristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan…. …….…..100
Lampiran 30. Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan …. …...…...100
Lampiran 31. Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ….… .…...……...100
Lampiran 32. Karateristik Responden Berdasarkan Informasi .…….…..…...100
Lampiran 33. Kategori Responden Pada Variabel Pengatahuan ………. ...…...101
Lampiran 34. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan usia Responden ..….…...101
Lampiran 35. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Desa……... …...….….…..101
Lampiran 36. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Status Pernikahan ……….101
Lampiran 37. Kategori l Pengatahuan Baik Berdasarkan Pendidikan ……...……..101
Lampiran 38. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Pekerjaan……... ...101
Lampiran 39. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Informasi yang didapat ...102
Lampiran 40. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Usia Responden …....…102
Lampiran 41. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Desa………… …….….102
Lampiran 42. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Status Pernikahan ….…102 Lampiran 43. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Pendidikan……….. ...103
Lampiran 44. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Pekerjaan...…… …...103
Lampiran 45. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Informasi...… .103
Lampiran 46. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Usia …... ….…..…...104
Lampiran 47. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Desa... …....104
Lampiran 48. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Status Pernikahan... ...105
Lampiran 49. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Pendidikan…….. ……….105
Lampiran 50. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Pekarjaan……... …...105
Lampiran 51. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Informasi ..………...105
Lampiran 52. Data Responden Pada Variabel Sikap ……….……... …....….106
Lampiran 53. Kategori Sikap Responden……….. ….. ..107
Lampiran 54. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Usia Responden …………... ...…107
Lampiran 55. Sikap Kategori Baik Berdasarkan Desa... .…… …….... ….………...108
Lampiran 56. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Status Pernikahan Responden ...108
Lampiran 57. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Pendidikan Responden…… ..……108
Lampiran 58. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Pekerjaan Responden ..….…...108
Lampiran 59. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Informasi.. ….………...108
xvi
Lampiran 61. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Desa ..………….………...…....109
Lampiran 62. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Status Pernikahan ………...….109
Lampiran 63. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Pendidikan …………..…... ....….109
Lampiran 64. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Pekerjaan Responden …... ...110
Lampiran 65. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Informasi………... 110
Lampiran 66. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Status Pernikahan …….…... 110
Lampiran 67. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan usia Responden……….. . 110
Lampiran 68. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Desa …...………..…...110
Lampiran 69. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Pendidikan Responden …………110
Lampiran 70. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Pekerjaan Responden ..…….….111
Lampiran 71. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Informasi yang Didapat…. ...111
Lampiran 72. Kategori pengetahuan baik berdasarkan pengalaman menderita penyakit……… ..………...111
Lampiran 73. Kategori Pengetahuan Sedang Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit….. ……….………..………...111
Lampiran 74. Kategori Pengetahuan Buruk Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit……….. ………111
Lampiran 75. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit ...112
Lampiran 76. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit ………..112
Lampiran 77. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit………... ...112
Lampiran 78. Uji normalitas skor pengetahuan dengan Kolmogorov Smirnov…… ..112
Lampiran 79. Hasil uji Normalitas usia responden dengan Kolmogorov-Smirnov ….113 Lampiran 80. Hasil uji skor pengetahuan responden berdasarkan usia dengan Kruskal-Wallis Test ……….113
Lampiran 81. Hasil Uji normalitas skor pengetahuan responden berdasarkan desa dengan kruskal-wallis test ………114
Lampiran 82. Hasil uji skor pengetahuan responden berdasarkan desa dengan Mann-Whitney Test ……….115
Lampiran 83. Hasil uji skor pengetahuan responden berdasarkan status pernikahan dengan mann-whitney test ………...117
Lampiran 84. Hasil Uji skor pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan dengan mann-whitney test ……….117
xvii
Lampiran 86. Hasil Uji skor pengetahuan responden berdasarkan pengalaman menderita penyakit dengan mann-whitney test ………...119 Lampiran 87. Hasil Uji skor pengetahuan responden berdasarkan informasi yang
didapat dengan mann-whitney test ………...119 Lampiran 88. Hasil Uji normalitas skor sikap responden dengan
Kolmogorov-Smirnov………. …...120 Lampiran 89. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan usia dengan
menggunakan kruskal-wallis test ………...120
Lampiran 90. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan desa dengan menggunakan kruskal-wallis test………..121 Lampiran 91. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan pendidikan dengan
menggunakan kruskal-wallis test ……….123
Lampiran 92. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan informasi dengan menggunakan mannn-whitney test……….. ………124 Lampiran 93. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan pengalaman penderita
penyakit dengan menggunakan mannn-whitney test……… ……...125 Lampiran 94. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan pekerjaan dengan
menggunakan mannn-whitney test……… ………..125 Lampiran 95. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan status pernikahan
dengan menggunakan mannn-whitney test ……….125 Lampiran 96. Hasil Uji kategori tingkat pengetahuan responden desa dengan
menggunakan Kruskal-Wallis Test……… ……….126 Lampiran 97. Hasil Uji kategori tingkat sikap responden desa dengan
xviii
INTISARI
Kista endometrium merupakan penyakit yang diderita oleh wanita usia produktif dengan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Kista endometrium dapat menurunkan kualitas hidup terkait dengan keluhan nyeri dan mengakibatkan infertilitas. Pada tahun 2009 kista endometrium menempati urutan ketiga sebagai jenis penyakit yang sering diderita wanita usia produktif di DIY. Akan tetapi, kesadaran wanita dalam menyikapi penyakit ini masih kurang. Karena itu perlu dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap wanita tentang kista endometrium.
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif terhadap kista endometrium dan mengidentifikasi jenis materi yang belum diketahui tentang kista endometrim di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Jenis penelitian adalah observasional dengan pengambilan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan statistik deskriptif.
Hasil penelitian menunjukkan kategori pengetahuan tinggi sebesar 1,5%, kategori sedang sebesar 25,9% dan kategori rendah sebesar 72,6%. Kategori sikap baik sebesar 68,9%, sedang sebesar 29,6% dan buruk sebesar 1,5%. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden masih rendah dan sikap responden yang berhubungan dengan kista endometrium sudah baik. Materi yang belum diketahui mengenai kista endometrium terutama dalam hal pengertian. Sehingga perlu dilakukan peningkatan pengetahuan mengenai kista endometrium.
xix
ABSTRACT
Endometrial cyst is a disease that only affects of Premenopausal Women which presence and growth of endometrial tissue the uterus outside. Endometrial cysts can degrade the quality of life associated with complaints of pain and lead to infertility. Women who have endometrial cysts infertility risk 20 times greater. Endometrial cysts in 2009 ranks third as a kind of disease that often affects of Premenopausal Women in DIY. However, awareness of women in addressing this disease is still lacking. Because it is necessary to measure the level of knowledge and attitudes about women endometrial cysts.
This study aims to measure the level of knowledge and attitudes of Premenopausal Women against endometrial cysts as well as identify the type of material that has not known about the cysts in the Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. This type of research is observational data retrieval using a questionnaire. The sampling technique using purposive sampling. Data analysis using descriptive statistics.
The results showed high knowledge category by 1.5%, the category was 25.9% and 72.6% for lower categories. Categories of good attitudes by 68.9%, moderate by 29.6% and 1.5% poor. This indicates a low level of knowledge and attitudes of respondents still associated with the respondents had either endometrial cysts. The material is not known about endometrial cysts, especially in terms of of definition of endometrial cyst. So it is necessary to improve knowledge of the endometrial cyst.
1
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat di Indonesia dituntut untuk selalu tanggap dalam
persoalan di bidang ekonomi, kesehatan, maupun informasi. Tuntutan rutinitas
pekerjaan atau kegiatan yang sangat padat dan menyita waktu terkadang menjadi
alasan sebagian besar wanita untuk kurang menjaga kesehatan. Hal tersebut
menyebabkan wanita zaman sekarang ini memiliki pola hidup yang tidak sehat
dan dapat berakibat banyaknya penyakit yang menyerang. Salah satu penyakit di
Indonesia sekarang ini adalah kista endometrium yang banyak terjadi pada wanita
usia produktif. Kista merupakan tumor jinak yang terdapat pada organ reproduksi
wanita berbentuk kistik, berisi cairan kental atau udara atau nanah. Kista dapat
berbentuk anggur. Kista endometrium merupakan salah satu jenis kista yang tidak
ganas dan bukan merupakan tumor sejati (Prabowo, 1989). Secara klinis, kista
endometrium merupakan problematik yang banyak dihadapi oleh para tenaga
kesehatan karena penanganan maupun pengobatannya masih belum adekuat dan
masih kontroversial. Selain itu, pengobatan masih menggunakan gold standar
yang cukup mahal yaitu dengan laparatromi atau laparoscopy. Masalah
penegakan diagnosis endometrium adalah belum adanya alat non invasif atau
penanda serum atau biomarker lainnya yang definitif. Modalitas terapi
endometrium cukup banyak tersedia baik medis, operatif maupun kombinasi
keduanya, tetapi belum ada kesepakatan yang ideal dalam penanganan kista
wanita. Selain itu juga, kista endometrium memicu berbagai gangguan seperti
nyeri panggul yang menahun, abortus, dispreunia, rasa kembung perut, nyeri dan
kejang pada perut bawah dan disfungsi tubuh terkait imun lainnya, bahkan
beberapa kajian terbaru telah terjadi peningkatan risiko kanker tertentu pada
pasien yang menderita kista endometrium. Kista endometrium yang
mengkhawatirkan, adalah adanya kista endometrium ini sulit untuk dikenali dan
belum dapat ditentukan dengan pasti penyebabnya, walaupun beberapa pendapat
telah diutarakan untuk menjelaskan perjalanan penyakit ini, tetapi belum ada yang
berlaku secara universal. Gejala-gejala kista endometrium tidak khas dan
inkonsisten, karena gejala kista endometrium hampir serupa dengan adenomiosis,
appendisitis, kista ovarium, obstruksi usus, kanker kolon, miom uterus, sindrom
usus iritabel, kanker ovarium, dan penyakit radang panggul. Pemicu kista
endometrium dapat dikenal jika dalam keluarga ada yang pernah menderita kista
endometrium, maka secara genetik, anggota keluarga lain memiliki potensi
menderita penyakit kista endometrium (Jacoeb 2007).
Prevalensi kista endometrium pada wanita usia produktif diperkirakan
6%- 10%. Pada wanita dan remaja yang mengalami nyeri panggul ketika
menstruasi prevalensi kista endometrium akan lebih tinggi bila dibandingkan
dengan wanita yang tidak mengalami nyeri panggul, yaitu sebesar 50% -60 %
(Giudice, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Daerah
Istimewa Yogyakarta tahun 2009, kista endometrium menempati urutan ketiga
dari sembilan penyakit reproduksi wanita pada pasien rawat inap di Rumah Sakit
jumlah yang meninggal sebanyak 5 orang, neoplasma ganas ovarium sebanyak
108 kasus dengan jumlah yang meninggal sebanyak 14 orang, kista endometrium
sebanyak 84 kasus dan jumlah yang meninggal 24 orang, kista dan kelenjar
bartholin sebanyak 58 kasus dan jumlah yang meninggal 1 orang, neoplasma jinak
osarium sebanyak 49 kasus dan jumlah yang meninggal sebanyak 8 orang,
amenore sebanyak 32 kasus, infertilitas sebanyak 20 kasus, ra & galat dalam
panggul sebanyak 12 kasus, dan adneksitis sebanyak 7 kasus. Prevalensi
endometrium cenderung meningkat setiap tahunnya. Menurut Jacoeb (2007),
angka kejadian kista endometrium di Indonesia belum dapat diketahui secara pasti
karena belum ada studi epidemiologi, tetapi berdasarkan data temuan rumah sakit,
angka kejadian berkisar 13,6-69,5% pada keluarga infertilitas. Bila persentase
tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk Indonesia akan ditemukan sekitar 13
juta jiwa penderita kista endometrium pada wanita usia produktif.
Prevalensi kista endometrium pada wanita usia produktif di DIY
berdasarkan data rawat inap di Rumah Sakit yang ada di DIY periode tahun 2005
sampai dengan tahun 2011 adalah tahun 2005 sebanyak 333, tahun 2006 sebanyak
133, tahun 2007 sebanyak 142, tahun 2008 sebanyak 48, tahun 2009 sebanyak 83,
tahun 2010 sebanyak 142 dan tahun 2011 sebanyak 152. Prevalensi kista
endometrium di Kabupaten Sleman berdasarkan data rawat inap di Rumah Sakit
yang ada di DIY yaitu pada tahun 2005 tercatat 80 kasus, tahun 2006 tercatat 54
kasus, tahun 2007 tercatat 47 kasus, tahun 2008 tercatat 11 kasus, tahun 2009
tercatat 62 kasus, tahun 2010 tercatat 106 kasus dan tahun 2011 tercatat 118
Pada tahun 2009, terdapat jumlah yang meninggal paling banyak yaitus 24 (Dinas
Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009).
Tingkat kekambuhan kista endometrium yang tanpa pengobatan secara
intensif sekitar 50%. Wanita dengan kista endometrium memiliki risiko infertilitas
20 kali lebih besar bila dibandingkan dengan wanita yang tanpa kista
endometrium (Nugroho, 2004). Wanita yang berisiko tinggi menderita kista
endometerium adalah wanita yang keluarganya memiliki riwayat kanker indung
telur dan kanker payudara. Kista endometrium menyerang semua ras dan semua
status sosial di masyarakat (Bedaiwy, 2010).
Menurut Giudice (2010) faktor lingkungan berpengaruh cukup besar
dalam peningkatan angka kejadian kista endometrium terutama lingkungan
dengan mobilitas dan tingkat polusi yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini
dilakukan di Kecamatan Kalasan karena di Kecamatan kalasan mempunyai
mobilitas yang tinggi. Penelitian ini dilakukan pada wanita usia produktif yang
belum menikah dan sudah menikah di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yang
memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan data yang diperoleh dari KB, PP dan PA,
Kecamatan Kalasan (2010), jumlah wanita usia produktif di Kecamatan Kalasan
sebanyak 17.045 orang. Penelitian ini menggunakan wanita usia produktif sebagai
dasar responden dilakukan atas pertimbangan, menurut Giudice (2010) kista
endometrium diderita oleh wanita yang telah mengalami menstruasi dan
premenopause. Kista endometrium diderita pada usia produktif yaitu 15 tahun
Dalam upaya mewujudkan pelayanan kefarmasian guna meningkatkan
kesehatan masyarakat, terkait dengan penyakit kista endometrium maka dilakukan
penelitian mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia produktif terhadap kista
endometrium. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam
pengembangan dan pemberian materi edukasi dan pemilihan metode yang efektif
agar tujuan pengembangan materi edukasi kesehatan dapat tercapai secara
optimal.
1. Permasalahan
Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah :
a. Seperti apakah karakteristik demografi wanita usia produktif di Kecamatan
Kalasan?
b. Seperti apakah tingkat pengetahuan tentang kista endometrium wanita usia
produktif di Kecamatan Kalasan?
c. Seperti apakah sikap wanita usia produktif terhadap kista endometrium di
Kecamatan Kalasan?
d. Materi apa saja yang belum diketahui oleh wanita usia produktif di Kecamatan
Kalasan?
2. Keaslian Penelitian
Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian yang
khusus mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia produktif terhadap kista
endometrium di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman, DIY belum pernah
Kusuma Adriana (2004), dengan judul Profil Penderita Endometriosis RS
DR. Saiful Anwar Malang 2001-2003. Tujuan adalah memberi gambaran profil
penderita endometriosis yang berobat ke RSUD Dr. Saiful Anwar selama kurun
waktu 3 tahun (2001-2003). Hasil penelitian tersebut menunjukkan keluhan
terbanyak adalah nyeri yang berhubungan dengan haid dan berdasarkan patologi
anatomi lokasi kista endometriosis terbanyak adalah di ovarium.
Alfaina Wahyuni (2009) dengan judul Perbandingan respon ovarium
terhadap stimulasi gonadotropin pada endometriosis pascaterapi bedah dan non
endometriosis. Tujuannya adalah membandingkan respon ovarium berdasarkan
jumlah folikel matur dan kadar estradiol puncak terhadap stimulasi gonadotropin
antara pasien endometriosis pasca bedah dan pasien non endometriosis. Hasil
penelitian menunjukkan proporsi jumlah folikel matur <3 pada endometriosis
pascaterapi bedah lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non endometriosis.
Proporsi kadar estradiol puncak ≤500 pg/ml pada endometriosis pascaterapi bedah
tidak berbeda dengan pasien non endometriosis.
Isnaina Perwira (2009) dengan judul Perbandingan Nilai TNF-α dan IL-6
antara Cairan Peritoneal dan Darah pada Pasien Endometriosis. Tujuan adalah
mengetahui luaran kadar TNF-α dan IL-6 pada cairan peritoneum dan serum
darah pada pasien endometriosis sehingga dapat digunakan untuk membantu
penegakan diagnosis endometriosis non invasive. Hasil penelitian menunjukkan
IL-6 dan TNF-α gagal dijadikan biomarker untuk mendeteksi endometriosis non
Wadyo Adiyono (2003) dengan judul Dampak penambahan
Gonadotropin Relasing Hormone Analog pada Operasi Laparoscopy terhadap
Manifestasi Klinis, Imunologis dan Kualitas Hidup Penderita Endometriosis.
Hasil dari penelitian menunjukkan Penambahan GnRHa (leuprolelin 3.75 mg)
selama 3 bulan pada operasi laparoscopy memberikan penurunan skor r-AFS
yang lebih besar secara bermakna dibanding operasi laparoscopy tanpa
penambahan GnRHa, penambahan GnRHa analog (leuprolelin 3.75 mg) selam 3
bulan pada operasilaparoscopy memberikan penurunan skor disminore dan nyeri
pelvik, penurunan jumlah sel makrofag, kadar sitokinin, IL-6, IL-8 dan TNF-α
didalam cairan cavum peritoneum yang lebih besar secara bermakna dibanding
operasi laparoscopy tanpa penambahan GnRha dan penambahan GnRHa
(leuprolelin 3.75 mg) selama 3 bulan pada operasi laparoscopy memberikan
peningkatan skor HRQoL yang lebih besar secara bermakna dibanding kelompok
operasi laparoscopy tanpa penambahan GnRHa.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Di bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat
dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan pengukuran pengetahuan, sikap
dan tindakan serta identifikasi informasi tentang kista endometrim.
b. Manfaat praktis. Di bidang penelitian dan Pemerintahan, dapat dipergunakan
dalam menentukan metode dalam melakukan edukasi secara efektif tentang
Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap wanita usia produktif
tentang kista endometrium di Kecamatan Kalasan.
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan karakteristik demografi wanita usia produktif di Kecamatan
Kalasan, Sleman, DIY.
b. Mengukur tingkat pengetahuan wanita usia produktif tentang kista endometrium.
c. Mengukur sikap wanita usia produktif terhadap kista endometrium.
d. Mengidentifikasi materi edukasi yang belum diketahui oleh wanita usia produktif
di Kecamatan Kalasan.
B. Tujuan Penelitian
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kista Endometrium
1. Pengertian
Kista endometrium atau sering disebut dengan kista coklat adalah
pertumbuhan kelenjar endometrium dan stroma di luar kavum uteri atau
myometrium yang dapat mencapai ukuran 15-20 cm dan merupakan kelainan
ginekologi yang berhubungan dengan infertilitas (Norwitz dan Schorge, 2008).
Endometrium adalah lapisan yang terdapat pada rahim. Kista
endometrium sering ditemukan di dinding telur, saluran tuba, daerah antara vagina
dan rektum, di rongga panggul, dapat juga melekat pada lapisan luar usus besar,
usus halus, dan saluran ureter (Giudice, 2010).
2. Prevalensi
Kista endometrium mengenai 6-10% wanita pada usia produktif,
50-60% terjadi pada usia remaja yang disertai nyeri panggul. The Endometriosis
Association Research Registry melakukan penelitian retrospektif terhadap 3020
kasus kista endometrium dan menemukan 2–4% pada usia reproduksi, 40,6% di
usia < 20 tahun, 42,9 % di usia 20–29 tahun dan 16,5% pada usia 30–39 tahun.
Baziad (1993) mengatakan bahwa kista endometrium terjadi pada usia reproduksi
25–40 tahun sedangkan Welberry (1999) pada usia 25 – 29 tahun. Farquhar
(2003) menyebutkan puncak usia kista endometrium adalah usia 40 tahun.
menyatakan bahwa kista endometrium ditemukan pada perempuan yang tidak
menikah pada usia muda dan tidak punya banyak anak.
3. Etiologi
Teori yang menerangkan tentang etiologi endometriosis antara lain:
1. Teori menstruasi retrogradedari Sampson yang menyatakan bahwa terdapat fragmen
endometrium mengalir balik(retrograde) ke dalam saluran indung telur (tuba falopii)
selama menstruasi sehingga terjadi implantasi fragmen endometrium pada rongga
panggul.
2. Teorimetaplasia mulleriandari Meyer, menyatakan bahwa kista endometrium berasal
dari tranformasi metaplastik dari mesotelium peritoneum ke dalam endometrium
dibawah pengaruh rangsangan tertentu.
3. Teori penyebaran melalui saluran getah bening dari Halbun yang memperkirakan
bahwa jaringan endometrium berasal dari aliran getah bening dari uterus yang
mengalami transportasi pada bagian di panggul (Brunner dan Suddarth, 2002).
Menurut Nasdaldy (2009), kista endometrium ini disebabkan oleh siklus
haid yang tidak teratur karena gangguan ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron di dalam tubuh wanita. Empat teori yang menerangkan terjadinya kista
endometrium, yaitu teori Metaplasia, teori menstruasi mundur dan transplantasi, teori
predisposisi genetik, dan teori pengaruh lingkungan (American Family
Physician,1999).
Teori metaplasia adalah perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi
tipe jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan
dalam beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa
peneliti menduga hal ini terjadi pada embrio ketika pembentukan rahim pertama atau
tahap embrionik untuk berubah menjadi jaringan reproduksi. Teori menstruasi mundur
dan transplatasi yang dikemukakan oleh Sampson (1920) yang menjelaskan aliran
menstruasi mundur mengalir melalui saluran tuba dan tersimpan pada organ panggul
dan tumbuh menjadi kista. Teori Predisposisi genetik, pada beberapa penelitian
menunjukkan wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita kista endometrium
akan berpotensi memiliki penyakit ini. Teori pengaruh lingkungan, ada beberapa studi
menunjukkan bahwa faktor lingkungan dapat menjadi kontributor terhadap
perkembangan kista endometrium, khususnya senyawa-senyawa yang bersifat racun
memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi dan respon sistem imun, tetapi teori
ini belum dapat dibuktikan secara klinis dan masih kontroversial.
Gambar 1. anatomi terjadinya menstruasi Retrograde
Gambar 2. Tempat yang sering terjadi kista endometrium (Berek, 2007)
4. Faktor Risiko dan Gejala Kista Endometrium
Wanita yang berisiko terkena penyakit kista endometrium adalah wanita
yang memiliki riwayat keluarga penyakit kista endometrium, memilki siklus
menstruasi kurang dari atau lebih dari 27 hari, terjadi menarke (menstruasi yang
pertama) pada usia relatif muda (<11 tahun) dengan masa menstruasi berlangsung
lebih dari 7 hari (American Family Physician,1999).
Gejala kista endometrium sangat bervariasi. Kista endometrium berat
kadang-kadang tanpa gejala, sedangkan kista endometrium minimal dapat
menimbulkan gejala yang berat. Gejala yang umum terjadi adalah nyeri yang
terjadi di sekitar abdomen, nyeri panggul kronis (termasuk nyeri punggung bawah
dan nyeri panggul) yang berlangsung ≥6 bulan, rasa sakit dapat terjadi diseluruh
siklus menstruasi dan dapat berlangsung secara terus-menerus, dismonorea,
dispareunia, sakit pada usus, nyeri buang air besar atau air kecil selama periode
kista endometrium terjadi pramenstruasi dan menstruasi (Levy, Apgar, Surrey and
Wysocki, 2007).
5. Senyawa Kimia yang dapat Menimbulkan Kista Endometrium
Menurut Sumilat (2009) penyebab dari kista endometrium berasal dari
pengaruh lingkungan. Hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup maupun
terpengaruh dari paparan polutan. Ruhendra (1997) dan Tangri (2003) dalam
artikelAmerican Family Physician menyebutkan bahwa beberapa senyawa kimia
dapat menyebabkan timbulnya kista endometrium, namun sampai saat ini
pendapat ini masih dalam penelitian lebih lanjut. Jenis-jenis senyawa kimia
tersebut antara lain senyawa kimia dioksin yang berasal dari insinerator,
pembakaran bahan plastik, dan pembuatan produk kertas dan senyawa kimia
klorin yang berasal dari pemutihan kertas
(http://www.aafp.org/afp/1999/1015/p1753.html#afp19991015p1753-f8, diakses
tanggal 21 Januari 2012). Kolesterol yang berasal dari makanan cepat saji dan
daging ham yang dapat berdampak pada jaringan endometrium di uterus dan di
luar uterus serta dapat menimbulkan nyeri saat menstruasi , konsumsi kafein yang
berasal dari teh, kopi dan coklat juga dapat meningkatkan risiko timbulnya kista
endometrium (Giudice, 2010).
6. Derajat Endometrium
Derajat kista endometrium dapat ditentukan dengan menggunakan
klasifikasi menurut American Fertility Siciety of Endometriosis berdasarkan
penampakan, ukuran dan kedalaman lesi yang mengenai ovarium dan peritoneum,
(minimal) jika skoring 1-5; stadium ringan II (ringan) jika skoring 6-15; stadium
III (sedang) jika skoring 16-40 dan berat jika skoring >40 (Moeloek, 1992).
Pada kista endometrium derajat minimal-ringan (AFS std I-III) beberapa
ahli tidak menganjurkan pengobatan, baik secara medikametosa maupun
pembedahan, kecuali adanya dismonorhea yang sulit diatasi. Sebagian ahli
berpendapat bahwa kista endometrium derajat ringan-minimal harus tetap diobati
karena dari lesi-lesi minimal dapat berkembang menjadi kista endometrium yang
berat (Bedaiwy, 2010).
7. Diagnosis
Kista endometrium sering misdiagnosed sebagai kondisi lain yang
memiliki gejala yang sama. Kista endometrium dapat dicurigai berdasarkan
anamnesis yaitu keluhan nyeri panggul kronis,dismenore, dispareuni, infertilitas,
riwayat keluarga kista endometrium dan pemeriksaan fisik. Cara yang digunakan
untuk mendiagnosis adanya kista endometrium adalah pada saat operasi dengan
cara laparatomi atau laparoskopi yang memiliki keakuratan 93%. Pemeriksaan
laboratorium pada kista endometrium tidak memberikan tanda yang khas, namun
jika terjadi darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi
petunjuk adanya kista endometrium pada rektosigmoid atau kandung kemih
8. Dampak klinik
Kista endometrium tidak mengancam jiwa, namun beberapa kasus dilaporkan
bahwa kista endometrium berdampak pada infertilitas. Disamping itu juga, angka
kekambuhan kista endometrium ini sangat besar sekitar 40%, dan ada beberapa kasus
kista endometrium ini berkembang menjadi kanker ovarium yang mekanismenya belum
dapat diketahui. Tiga dampak klinik kista endometrium. Pertama, nyeri perut/pelvis.
Kedua adanya benjolan, yang mungkin memberikan dampak pendesakan kearah jaringan
ovarium, ureter, usus dan jaringan sekitarnya. Dampak klinik ketiga adalah infertilitas
yang sering dijumpai. Dari populasi wanita kista endometrium didapatkan angka kejadian
infertilitas sebesar 55% di Australia dan 43% di UK (Samsulhadi, 2002).
9. Pengobatan
Pengobatan yang digunakan meliputi pengobatan medik dengan
hormonal atau gabungan tindakan pembedahan dan hormonal (Norwitz dan
Schorge, 2008).
a) Terapi medik diindikasikan untuk pasien yang ingin mempertahankan
Beberapa obat yang umumnya digunakan antara lain Donazol, GnRH agonis, pil
kontasepsi oral, dan Progesteron. Donazol digunakan untuk mencegah keluarnya
FSH, LH dan pertumbuhan endometrium, sehingga pertumbuhan pada sel
endometrium dapat dihambat. Pengobatan dengn menggunakan GnRH agonis
maupun antagonis bertujuan untuk mencegah lonjakan LH yang lebih awal dan
meningkatkan apoptosis dan meghambat poliferasi sel endometrium eutropik pada
kista endometrium. Pil kontasepsi oral dan progesteron digunakan untuk
menurunkan kadar FSH, LH dan esterogen.
Tabel I. Terapi Secara Farmakologi Kista Endometrium menurut American Family Physician
(http://www.aafp.org/afp/1999/1015/p1753.html#afp19991015p1753-f8, diakses tanggal 21 Januari 2012).
b) Terapi Pembedahan Tujuan dari pembedahan baik konvensional maupun
mungkin dengan melakukan dekstruksi lesi-lesi yang ada, kemudian dilanjutkan
dengan pengobatan hormonal.
Gambar 5. Agloritma Kista Endometrium
B. Pengetahuan
Pengetahuan adalah pandangan subyek terhadap stimulus yang diterima
setelah melakukan pengindraan tertentu kemudian dikenal, dipahami dan
menimbulkan pembentukan sikap (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan akan
menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep dan fantasi terhadap segala hal
yang diterima dari lingkungan melalui panca indera (Dharmesta dan Handoko,
2000). Menurut Walgito (1994) pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti
bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan
memberikan kemungkinan-kemungkinan atau manfaat dari
kesempatan-kesempatan kepada individu. Individu mengambil manfaat dari kesempatan-kesempatan yang
ada pada lingkungan tergantung pada individu itu sendiri. Walaupun pengaruh
perkembangan individu terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Selain itu
juga, jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang
dalam hidupnya terkait dengan informasi yang didapatkan dan interaksi terhadap
lingkungan pekerjaan (Holt and Hall, 1990). Pemberian informasi mengenai
kesehatan terkait dengan cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan,
dan cara menghindari penyakit. Informasi yang telah didapatkan akan
meningkatkan pengetahuan seseorang. Selanjutnya dengan
pengetahuan-pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran seseorang dan akhirnya
menyebabkan seseorang bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya (Notoatmojo, 2007).
Pertanyaan yang digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum
dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis
pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda
(multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay
disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan
faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai
yang satu dibandingkan dengan lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah,
menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat
dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari
penilai. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat pengetahuan adalah dengan
mengukur pemahaman seseorang atau kelompok terhadap sesuatu hal yaitu
Menurut Arikunto (2007) kategori pengetahuan dibagi menjadi tiga
dalam pengukuran dan menggunakan sistem skoring, skala yang digunakan
sebagai acuan adalah sebagai berikut :
a. Baik, jika skor 76-100%
b. Sedang, jika skor 56-75%
c. Kurang, jika skor 40-55%
d. Buruk, jika skor <40%
C. Sikap
Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak
senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu.
Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif
atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu (Sarwono, 2007).
Bila seseorang telah menerima informasi tentang kista endometrium,
sikap seseorang dapat dibentuk atau diubah melalui cara diferensiasi dan integrasi.
Pada perubahan dan pembentukan sikap deferensiasi yaitu pembentukan sikap
atau perubahan sikap karena adanya perkembangan adanya pengalaman,
intelegensi dan pengetahuan. Jika sesorang sudah pernah mendapat informasi
tentang kista endometrium, lambat laun seseorang tersebut akan mengambil sikap
mana yang baik dan mana yang tidak baik. Perubahan sikap dan pembentukan
sikap dengan cara integrasi yaitu pembentukan sikap secara bertahap, yaitu
dimulai dengan berbagai pengalaman yang didapat dari membaca atau cerita dari
endometrium, maka sesorang tersebut akan bersikap positif terhadap kista
endometrium (Adi, 1994).
Sikap seseorang juga dipengaruhi oleh perkembangan. Menurut Robert J.
Havighurst (cit.,ADI, 1994) tahapan perkembangan individu yang lebih
operasional terkait dengan tugas-tugas disetiap perkembangan individu
berdasarkan umur yaitu pada awal masa dewasa (early asulthood) dengan retang
umur 18-30 tahun, individu bertanggungjawab dalam kaitan dengan komunitas
maupun lingkungan sosial yang besar dan pada masa ini juga seseorang lebih
mudah menerima informasi-informasi yang diberikan. Pada masa setengah baya
(middle age), usia 31-55 tahun, individu memiliki sikap membantu remaja usia
belasan agar dapat menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan bahagia.
Pada usia ini, individu memiliki sikap dengan penilaian yang cenderung lebih
tinggi terhadap suatu objek tertentu dengan pertimbangan-pertimbangan yang
lebih dalam. Individu menyesuaikkan diri dan menerima perubahan fisik yang
terjadi pada usia tengah baya.
Sikap dapat berubah dengan bertambahnya informasi tentang objek tertentu,
melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007). Sikap dapat
terbentuk dan berubah melalui empat macam cara, yaitu adopsi, deferensiasi, integrasi
dan trauma (Sarwono, 2009).
1. Adopsi adalah kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan
terus-menerus, dan lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu
2. Diferensiasi dapat diartikan dengan adanya perkembangan pengetahuan,
bertambahnya pengalaman, sejalan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang
tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya.
Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
3. Integrasi merupakan pembentukan sikap yang terjadi secara bertahap yang
dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal
tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
4. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan meninggalkan
kesan yang mendalam pada jiwa seseorang yang bersangkutan.
Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.
Menurut Azwar (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap
objek sikap antara lain :
1) Pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi yang berkesan dapat menjadi dasar pembentukan
sikap. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.
2) Pengaruh orang lain
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh
keinginan berafiliasi dan keingainan untuk menghindari konflik dengan orang
3) Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan memberikan corak pengalaman individu-individu
masyarakat. Oleh karena itu, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap terhadap berbagai masalah dan sikap telah mewarnai sikap
anggota masyarakatnya.
4) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar, radio atau media komunikasi lainnya,
berita yang disampaikan yang bersifat faktual dan obejektif dipengaruhi oleh
sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
5) Lembaga pendidikan
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan sangat menentukan
sistem kepercayaan dan konsep tersebut mempengaruhi sikap.
6) Faktor emosional
Sikap dapat terbentuk dengan didasari emosi yang berfungsi sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Pembentukan sikap terjadi melalui kontak sosial terus-menerus antara
individu dengan individu lain disekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terbentuknya sikap adalah faktor internal dan faktor eksternal (Sarwono, 2009).
1. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu yang
bersangkutan, misalnya faktor pilihan. Seseorang dapat menangkap seluruh
rangsangan dari luar melalui persepsi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif
mengembangkan sikap positif terhadap suatu hal dan mengembangkan sikap
negatif terhadap hal lain.
2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar dirinya.
Faktor-faktor eksternal antara lain sifat objek, sikap itu sendiri, bagus atau jelek yang
akan dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu
sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media
komunikasi yang digunakan menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap
itu dibentuk.
Faktor-faktor tersebut tidak harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap.
Semakin banyak faktor yang ikut mempengaruhi maka semakin cepat terbentuk
sikap.
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkapkan. Pernyataan sikap berisi tentang
hal-hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimat bersifat mendukung atau
memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang
favourable. Sebaliknya pernyataan sikap yang berisi hal-hal negatif mengenai
objek sikap yang bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap.
Pernyataan ini disebut dengan pernyataanunfavourable(Azwar, 1995).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.
Secara langsung dapat dinyatakan dengan bagaimana pendapat atau pernyataan
pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Arikunto (2007), sikap dibagi menjadi empat kategori dalam
pengukuran dan menggunakan sistem skoring, skala yang digunakan sebagai
acuan adalah kategori baik jika skor 76-100, kategori sedang jika skor 56-75% ,
kategori kurang, jika skor 40-55% dan kategori buruk, jika skor <40%.
D. Pendidikan
Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha
menyampaikan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan
demikian, ketika terdapat pesan maka masyarakat, kelompok atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2002).
Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual
digunakan untuk membina perilaku atau membina seseorang yang telah mulai
tertarik kepada suatu perubahan perilaku. Dasar digunakannya pendekatan
individual ini karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang
berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk
pendekatan ini antara lain:
a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak antar klien dengan petugas kesehatan lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dianalisis dan dibantu
dalam penyelesaiannya. Sehingga dengan kesadaran klien tersebut, ia akan
b. Wawancara (interview)
Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara
antara petugas kesehatan dengan klien untuk memotret wawasan klien tentang
suatu hal dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima
perubahan. Ia tertarik atau belum menerima perubahan untuk mempengaruhi
apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar
pengertian yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih
mendalam lagi (Notoatmodjo, 2002).
Pendidikan adalah faktor kedua dari faktor sosial ekonomi yang
mempengaruhi status kesehatan (Tirthankar, 2002). Tingkat pendidikan sangat
berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat. Seseorang
dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik
tentang kesehatan yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku untuk hidup sehat
(Pintauli, 2004). Menurut Notoatmodjo (2007) individu dengan tingkat
pendidikan yang berbeda memiliki kecenderungan yang tidak sama dalam
mengerti dan memberikan aksi terhadap kesehatannya. Responden yang memiliki
tingkat pendidikan yang tinggi (Perguruan Tinggi) memberikan aksi lebih baik
terhadap kesehatannya.
Pintauli (2004) menggolongkan tingkat pendidikan sebagai berikut :
Tabel II. Penggolongan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
Rendah Tidak sekolah/ tidak tamat SD
Tamat SD/SMP
Menengah Tamat SMA/sederajat, D1, D2
Tinggi Tamat Perguruan
E. Pekerjaan
Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga
kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Bekerja merupakan
usaha atau tindakan yang dilakukan seseorang dengan tujuan tertentu yang
berkaitan dengan kelangsungan hidupnya dengan menyumbangkan tenaga
maupun kemampuannya dan menerima upah atas usaha atau tindakan. Pengertian
tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk
menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri
mapun untuk masyarakat, sedangkan pekerja adalah seseorang yang bekerja
dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Undang-Undang
Republik Indonesia no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Menurut Sarwono
(2009) Orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang sama terhadap
hal-hal yang sama lebih mudah dipersatukan dalam kelompok daripada orang
yang berbeda-beda yang didasarkan atas interaksi sosialnya. Semakin luas
cakupan interaksi sosialnya pengetahuan maupun sikap seseorang akan semakin
baik bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki interaksi sosial yang
cakupannya sempit (Sarwono, 2009). Menurut Holt and Hall (1990), pekerjaan
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam hidupnya, hal
ini berkaitan dengan interaksi sosial. Seseorang yang memiliki pekerjaan
cenderung memiliki interaksi yang baik jika dibandingkan dengan seseorang yang
tidak bekerja. Sebaliknya, seseorang yang tidak bekerja memiliki interaksi yang
kurang bila dibandingkan dengan seseorang yang bekerja. Hal ini akan
F. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi pertanyaan/pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti tahu
pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang nantinya diharapkan dari
reponden. Kuesioner cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar dan
tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan
tertutup ataupun terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau
dikirim melalui pos atau media elektronik misalnya melalui internet. Adanya
kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang
cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif
dan cepat (Sugiyono, 2008).
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah
ditetapkan oleh peneliti yang disebut dengan variabel penelitian. Skala Likert
dapat digunakan untuk menjabarkan variabel yang akan diukur sebagai indikator
variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner. Jawaban setiap item
pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner yang menggunakan skalaLikert memiliki
gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen penelitian yang
menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan
Menurut Arikunto (2006), jumlah pernyataan menurut teori adalah semua
indikator telah terwakili dalam pernyataan, sekurang-kurangnya satu item
pernyataan. Jika indikator yang diungkap tidak terlalu banyak, setiap indikator
sebaiknya ditanyakan lebih dari satu item pernyataan.
G. Validitas dan Reliabilitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut
benar-benar mangukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji ini digunakan
untuk mengetahui kelayakan butir-butir pernyataan dalam suatu daftar pernyataan
dalam mendefinisikan suatu variabel.
Hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang
terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
itu valid. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan
pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner dalam mendefinisikan suatu variabel.
Menurut Azwar (2006), reliabilitas adalah ukuran suatu kestabilan dan
konsistensi subjek penelitian dalam menjawab setiap item dalam kuesioner. Hasil
penelitian dikatakan reliabel jika terdapat kesamaan data dalam waktu yang
berbeda. Dengan kata lain, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan
data yang sama. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang
nilainya berada pada rentang 0-0,1. Nilai koefisien reliabilitas semakin mendekati
angka 1 berarti semakin tinggi nilai reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin menjauhi
menggunakan statistik dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha.
Pernyataan dikatakan reliabel bila nilai Alpha >0,60 (Mario, 2006).
H. Sampling dalam Penelitian
Sampling merupakan tahap dari menghitung besarnya sampel sampai
dengan menentukan subjek penelitian. Metode pengambilan sampel ada dua
macam yaitu pengambilan sampel secara acak (random sampling) dan
pengambilan sampel yang bersifat tidak acak (non random sampling). Menurut
Kasjono dan Yasril (2009), purposive sampling yang sering disebut dengan
sampel bertujuan, yaitu cara pengambilan sampel bukan didasarkan atas strata,
random atau daerah tetapi berdasarkan tujuan tertentu dengan adanya beberapa
pertimbangan misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, sehingga tidak
dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Metode purposive sampling juga
disebut sebagai handy sampling yaitu sampel dapat ditambahkan sesuai dengan
kebuthan (Murti, 2010). Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada teknik sampling
ini adalah sebagai berikut:
1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat atau karakteristik
tertentu yang merupakan ciri pokok populasi.
2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang
paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subject).
3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi
pendahuluan.
Pengambilan sampel purposif yang paling penting adalah pencuplikan
kemungkinan variasi, tetapi memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang
kasus-kasus yang sedang dianalisis dan memudahkan pengembangan kerangka
dan konsep analisis yang digunakan dalam penelitian (Murti, 2010).
Menurut Soekidjo Notoatmojo (cit., Kasjono dan Yasri, 2009),
banyaknya sampel yang digunakan untuk populasi yang lebih besar dari 10.000
diperoleh dengan menggunakan rumus sampel :
1
d= derajat ketepatan yang diinginkan (0,1)
z= Standar deviasi normal (1,96 untuk derajad kemaknaan 95%) p= Proporsi populasi (0,5)
q= 1,0-p
N= besarnya populasi n= besarnya sampel
I. LANDASAN TEORI
Kista endmetrium sering terjadi tanpa gejala yang spesifik. Keberadaan
kista endometrium dapat menurunkan kualitas hidup terutama bagi wanita usia
produktif yaitu wanita yang masih mengalami menstruasi. Hal ini dikarenakan
kista endometrium dapat menyebabkan infertilitas. Peningkatan kesadaran wanita
usia produktif untuk malakukan pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan jika
terjadi nyeri haid yang terjadi secara terus-menerus dapat mengurangi kejadian
kista endometrium. Upaya untuk mengurangi kejadian kista endometrium dan
meningkatkan kesadaran wanita usia produktif terhadap kista endometrium
dilakukan dengan pengukuran pengetahuan dan sikap wanita usia produktif
mengenai kista endometrium. pengukuran pengetahuan dan sikap ini dilakukan
pengertian, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, pencegahan dan penanganan.
Melalui pengukuran ini maka akan diperoleh gambaran pengetahuan dan sikap
wanita usia produktif terhadap kista endometrium
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang diperoleh setelah
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan wanita usia produktif
dapat diukur dengan menggunakan kuesioner, kemudian hasil pengukuran ini
dikategorikan. Menurut Arikunto (2007), kategori pengetahuan dibagi menjadi 4
yaitu baik, jika skor 76-100%, cukup, jika skor 56-75%, kurang, jika skor
40-55%, dan buruk, jika skor <40%.
Sikap merupakan kecenderungan dalam merespon positif atau negatif
pada suatu objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan
kuesioner yang berisi rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai
objek sikap yang hendak diungkap. Menurut Azwar (1995), pernyataan dalam
sikap dapat berupa pernyataan yang favourable atau unfavourable. Pengukuran
sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).
Hasil pengukuran sikap kemudian dikategorikan menjadi 4 yaitu baik, jika skor
76-100%, cukup, jika skor 56-75%, kurang, jika skor 40-55%, dan buruk, jika
skor <40% (Arikunto, 2007).
J. KETERANGAN EMPIRIS
Hasil penelitian ini akan menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap
serta jenis informasi mengenai kista endometrium yang belum diketahui wanita
usia produktif di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Provinsi DIY pada