• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011"

Copied!
147
0
0

Teks penuh

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY

MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Kiki Veriani

NIM : 088114103

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA PRODUKTIF DI KECAMATAN KALASAN, SLEMAN, DIY

MENGENAI KISTA ENDOMETRIUM PADA TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Kiki Veriani

NIM : 088114103

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

“Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-KU tidak akan berlalu “ (Matius 24:35)

“Janganlah menyerah ketika apa yang anda inginkan tidak tercapai tetapi tetaplah berdoa dan berkembanglah sebagai pribadi yang memiliki harapan untuk masa

depan”.

“Karena masa depan sungguh ada dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23 : 18)

(6)
(7)

vi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat dan bimbinganNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Produktif Di Kecamatan

Kalasan, Sleman, DIY terhadap Kista Endometrium pada Tahun 2011” sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.) di Fakultas

Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan

bantuan berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini dengan baik. Dengan ketulusan hati, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Ibu Dra. Th. B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Apt., selaku dosen pembimbing

yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan pengarahan kepada penulis.

2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bappeda Kabupaten Sleman, Dinas Kesehatan Sleman, Kantor Kecamatan

Kalasan yang telah berkenen memberikan ijin penelitian kepada penulis.

4. Kepala Dukuh yang ada di Kecamatan Kalasan yang telah memberikan ijin

penelitian dan membantu dalam pelaksanaan penelitian kepada penulis.

5. Wanita usia produktif yang ada di Kecamatan Kalasan sebagai responden

yang telah membantu peneliti dalam mendapatkan data dalam penelitian ini.

6. Bapak, Ibu, mbak Ulismia dan Lek Sukiran yang telah memberikan

(8)

vii

7. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., dan Ibu Maria wisnu Donowati,

M.Si.,Apt., atas kesediaan sebagai dosen penguji serta memberikan masukan

yang berharga bagi penulis dalam skripsi ini.

8. Bapak Ignatius Yulius Kristio Budiasmoro, M.Si., yang telah menjadi

konsultan bagi penulis dalam bidang statistika pada pengolahan data dalam

skripsi ini.

9. Pak Sarwanto, Mas Narto dan Mas Dwi yang telah membantu penulis dalam

mengurus surat-surat dan ijin untuk keperluan penelitian.

10. Dini Kristanti, Evi Rahmawati, Bennydiktus Sie, dan Cicilia Yulinita Ayu

selaku patner dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas kerjasama,

dukungan dan doa yang tulus.

11. Silvia Natalia, Lienardi dan Suriadi yang telah memberikan doa dan nasehat

kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu penulis dari awal hingga terselesaikannya penyususnan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skipsi ini banyak kekurangannya, oleh karena

itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi semua pembaca.

(9)
(10)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………. ………v

PRAKATA….………... ..vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI…... ix

4. Faktor Risiko dan Gejala Kista Endometrium… ...………...…..12

5. Senyawa Kimia yang dapat Menimbulkan Kista Endometrium ……….13

(11)

x

G. Validitas dan Reliabilitas……….... ……….…..…..28

H. Sampling dalam Penelitian……….... ……….…..…....29

I. Landasan teori………..…….. …………...……….………...30

J. Keterangan empiris………... ……….……….…..….31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian………..…. …...…...…32

B. Variabel Penelitian………..………….... ………...….….….32

C. Definisi Operasional………..………….... ………….………..33

D. Subjek Penelitian …… ………...………...…..…...34

E. Instrumen penelitian…..………... …….……...….….34

F. Tata Cara Penelitian ……….………...35

1. Penentuan lokasi ……….……..………….………...… …...35

2. Pengurusan ijin penelitian…………..………. ………...36

3. Penelusuran data populasi………...… ……...36

4. Pembuatan instrumen………. ………..…..37

5. Sampling……….. ………39

6. Penyebaran kuesioner……….. ……...41

7. Pengolahan data penelitian ………...42

G. Analisis Data Penelitian……… ………..…….43

H. Kesulitan Penelitian………...…… ………..44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian……….. ………...………….…..45

1. Deskripsi lokasi penelitian ……….. ……...…...45

2. Deskripsi karakteristik demografi wanita usia produktif Di Kecamatan Kalasan tahun 2011 ……….46

3. Analisis pengetahuan dan sikap ……….. …..….51

4. Analisis Pengetahuan Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden… ...55

5. Analisis Sikap Berdasarkan Karakteristik Demografi Responden …………..64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan……….…...………...71

B. Saran………..…………...72

DAFTAR PUSTAKA .... ……….73

LAMPIRAN….... ………....78

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Terapi Secara Farmakologi Kista Endometrium Menurut American Family Physician……………………. ………...16 Tabel II. Penggolongan Tingkat Pendidikan…………………… ...25 Tabel III Pernyataan dalam Kuesioner yang Disusun Secara

Favorable dan Unfavorable pada Variabel Pengetahuan dan

Sikap……….. ………37

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Anatomi Terjadinya Menstruasi Retrograde ..……….…...…….11

Gambar 2. Tempat yang sering terjadi kista endometrium ………...…12

Gambar 3. Lesi endometriosis berwarna coklat……… ………...…………14

Gambar 4. Lesi endometriosis berwarna merah…… ………..………....14

Gambar 5. Agloritma Kista Endometrium………... …………..………..…17

Gambar6. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Usia Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011 ………...46

Gambar 7. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Berdasarkan Desa Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011…..…………. ………...47

Gambar 8. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Status Pernikahan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011 ……….…48

Gambar 9. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011……… ………...49

Gambar 10. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pekerjaan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011……… ………...………..……..49

Gambar 11. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011 …………..………..……..50

Gambar 12. Persentase Karakteristik Demografi Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pengenalan Informasi Tentang Kista Endometrium Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011………... 51

Gambar 13. Persentase Kategori Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Prodktif Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011…… ……...…..51

Gambar 14. Persentase Jawaban Benar Wanita Usia Produktif pada Variabel Pengetahuan Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011…… ………...…...…..53

Gambar 15. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011………… ………54

Gambar 16. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Usia Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011...……… …..…...56

(14)

xiii

Gambar 18. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Status Pernikahan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Tahun 2011 ….…58 Gambar 19. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Terakhir, Di Kecamatan Kalasan, Sleman,

DIY Tahun 2011…… ……….…….60

Gambar 20. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pekerjaan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY Tahun 2011…...….61 Gambar 21. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan

Pengalaman Menderita Penyakit, Di Kecamatan Kalasan, Sleman,

DIY, Tahun 2011…. ………...62

Gambar 22. Kategori Pengetahuan Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pengenalan Informasi, Di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY, Tahun 2011……… ...64 Gambar 23. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Usia, Di

Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun 2011……… ………..65 Gambar 24. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Desa, Di

Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun 2011… …...……….…..66 Gambar 25. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Status

Pernikahan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun

2011……… ……...………...67

Gambar 26. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Tingkat Pendidikan, Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun

2011………… ………...68

Gambar 27. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pekerjaan,

Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun 2011…… ………..…..69 Gambar 28. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Pengalaman

Menderita Penyakit, Di Kecamatan Kalasan, Sleman DIY, Tahun

2011 ……….…….70

Gambar 29. Kategori Sikap Wanita Usia Produktif Berdasarkan Informasi,

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Sleman……… .…....…....78

Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian dari Kecamatan Kalasan………...………. ...79

Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian dari Desa Purwomartani……… ..…...80

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian dari Desa Tamanmartani………... …….81

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Dari Desa Selomartani……… ………...……..82

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Dari Desa Tirtamartani……….. ...…...83

Lampiran 7. Surat Ijin keperluan validitas instrumen dengan Profesional Adjustment……….. ………...84

Lampiran 8. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2005 ....………....……...85

Lampiran 9. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2006……… …...………...85

Lampiran 10. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2007 ………..……...……….86

Lampiran 11. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2008………. …….………..……...86

Lampiran 12. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2009…………..………….. …….…...87

Lampiran 13. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2010. ……….…….……...87

Lampiran 14. Data Rawat Inap Penyakit yang Sering Diderita Oleh Wanita Usia Produktif pada Tahun 2011………...…... ……..…88

Lampiran 15. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2005………... ………...88

Lampiran 16. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2006………... ………...88

Lampiran 17. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2007………... ………...89

Lampiran 18. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2008………... ………...89

Lampiran 19. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2009………... ………...89

Lampiran 20. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2010………... ………...90

Lampiran 21. Data Rawat Inap Penyakit Kista Endometrium Di DIY pada Tahun 2011………... ………...….90

Lampiran 22. Rekapitualisasi Wanita Usia Subur Data Di Kecamatan Kalasan. ...91

(16)

xv

Lampiran 24. Hasil Uji Reliabilitas Pada Varabel Pengetahuan………. ...96

Lampiran 25. Hasil Uji Reliabilitas Pada Varabel Sikap ………... ….………..96

Lampiran 26. Data Responden pada Variabel Pengetahuan……….… ...…...98

Lampiran 27. Karateristik Responden Berdasarkan Usia ………...…..99

Lampiran 28. Karateristik Responden Berdasarkan Desa... ...…..………...…...…100

Lampiran 29. Karateristik Responden Berdasarkan Status Pernikahan…. …….…..100

Lampiran 30. Karateristik Responden Berdasarkan Pendidikan …. …...…...100

Lampiran 31. Karateristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ….… .…...……...100

Lampiran 32. Karateristik Responden Berdasarkan Informasi .…….…..…...100

Lampiran 33. Kategori Responden Pada Variabel Pengatahuan ………. ...…...101

Lampiran 34. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan usia Responden ..….…...101

Lampiran 35. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Desa……... …...….….…..101

Lampiran 36. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Status Pernikahan ……….101

Lampiran 37. Kategori l Pengatahuan Baik Berdasarkan Pendidikan ……...……..101

Lampiran 38. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Pekerjaan……... ...101

Lampiran 39. Kategori Pengatahuan Baik Berdasarkan Informasi yang didapat ...102

Lampiran 40. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Usia Responden …....…102

Lampiran 41. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Desa………… …….….102

Lampiran 42. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Status Pernikahan ….…102 Lampiran 43. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Pendidikan……….. ...103

Lampiran 44. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Pekerjaan...…… …...103

Lampiran 45. Kategori Pengatahuan Sedang Berdasarkan Informasi...… .103

Lampiran 46. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Usia …... ….…..…...104

Lampiran 47. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Desa... …....104

Lampiran 48. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Status Pernikahan... ...105

Lampiran 49. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Pendidikan…….. ……….105

Lampiran 50. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Pekarjaan……... …...105

Lampiran 51. Kategori Pengatahuan Buruk Berdasarkan Informasi ..………...105

Lampiran 52. Data Responden Pada Variabel Sikap ……….……... …....….106

Lampiran 53. Kategori Sikap Responden……….. ….. ..107

Lampiran 54. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Usia Responden …………... ...…107

Lampiran 55. Sikap Kategori Baik Berdasarkan Desa... .…… …….... ….………...108

Lampiran 56. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Status Pernikahan Responden ...108

Lampiran 57. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Pendidikan Responden…… ..……108

Lampiran 58. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Pekerjaan Responden ..….…...108

Lampiran 59. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Informasi.. ….………...108

(17)

xvi

Lampiran 61. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Desa ..………….………...…....109

Lampiran 62. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Status Pernikahan ………...….109

Lampiran 63. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Pendidikan …………..…... ....….109

Lampiran 64. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Pekerjaan Responden …... ...110

Lampiran 65. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Informasi………... 110

Lampiran 66. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Status Pernikahan …….…... 110

Lampiran 67. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan usia Responden……….. . 110

Lampiran 68. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Desa …...………..…...110

Lampiran 69. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Pendidikan Responden …………110

Lampiran 70. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Pekerjaan Responden ..…….….111

Lampiran 71. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Informasi yang Didapat…. ...111

Lampiran 72. Kategori pengetahuan baik berdasarkan pengalaman menderita penyakit……… ..………...111

Lampiran 73. Kategori Pengetahuan Sedang Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit….. ……….………..………...111

Lampiran 74. Kategori Pengetahuan Buruk Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit……….. ………111

Lampiran 75. Kategori Sikap Baik Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit ...112

Lampiran 76. Kategori Sikap Sedang Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit ………..112

Lampiran 77. Kategori Sikap Buruk Berdasarkan Pengalaman Menderita Penyakit………... ...112

Lampiran 78. Uji normalitas skor pengetahuan dengan Kolmogorov Smirnov…… ..112

Lampiran 79. Hasil uji Normalitas usia responden dengan Kolmogorov-Smirnov ….113 Lampiran 80. Hasil uji skor pengetahuan responden berdasarkan usia dengan Kruskal-Wallis Test ……….113

Lampiran 81. Hasil Uji normalitas skor pengetahuan responden berdasarkan desa dengan kruskal-wallis test ………114

Lampiran 82. Hasil uji skor pengetahuan responden berdasarkan desa dengan Mann-Whitney Test ……….115

Lampiran 83. Hasil uji skor pengetahuan responden berdasarkan status pernikahan dengan mann-whitney test ………...117

Lampiran 84. Hasil Uji skor pengetahuan responden berdasarkan pekerjaan dengan mann-whitney test ……….117

(18)

xvii

Lampiran 86. Hasil Uji skor pengetahuan responden berdasarkan pengalaman menderita penyakit dengan mann-whitney test ………...119 Lampiran 87. Hasil Uji skor pengetahuan responden berdasarkan informasi yang

didapat dengan mann-whitney test ………...119 Lampiran 88. Hasil Uji normalitas skor sikap responden dengan

Kolmogorov-Smirnov………. …...120 Lampiran 89. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan usia dengan

menggunakan kruskal-wallis test ………...120

Lampiran 90. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan desa dengan menggunakan kruskal-wallis test………..121 Lampiran 91. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan pendidikan dengan

menggunakan kruskal-wallis test ……….123

Lampiran 92. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan informasi dengan menggunakan mannn-whitney test……….. ………124 Lampiran 93. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan pengalaman penderita

penyakit dengan menggunakan mannn-whitney test……… ……...125 Lampiran 94. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan pekerjaan dengan

menggunakan mannn-whitney test……… ………..125 Lampiran 95. Hasil Uji skor sikap responden berdasarkan status pernikahan

dengan menggunakan mannn-whitney test ……….125 Lampiran 96. Hasil Uji kategori tingkat pengetahuan responden desa dengan

menggunakan Kruskal-Wallis Test……… ……….126 Lampiran 97. Hasil Uji kategori tingkat sikap responden desa dengan

(19)

xviii

INTISARI

Kista endometrium merupakan penyakit yang diderita oleh wanita usia produktif dengan pertumbuhan jaringan endometrium di luar uterus. Kista endometrium dapat menurunkan kualitas hidup terkait dengan keluhan nyeri dan mengakibatkan infertilitas. Pada tahun 2009 kista endometrium menempati urutan ketiga sebagai jenis penyakit yang sering diderita wanita usia produktif di DIY. Akan tetapi, kesadaran wanita dalam menyikapi penyakit ini masih kurang. Karena itu perlu dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan dan sikap wanita tentang kista endometrium.

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pengetahuan dan sikap wanita usia produktif terhadap kista endometrium dan mengidentifikasi jenis materi yang belum diketahui tentang kista endometrim di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. Jenis penelitian adalah observasional dengan pengambilan data menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Analisis data menggunakan statistik deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan kategori pengetahuan tinggi sebesar 1,5%, kategori sedang sebesar 25,9% dan kategori rendah sebesar 72,6%. Kategori sikap baik sebesar 68,9%, sedang sebesar 29,6% dan buruk sebesar 1,5%. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan responden masih rendah dan sikap responden yang berhubungan dengan kista endometrium sudah baik. Materi yang belum diketahui mengenai kista endometrium terutama dalam hal pengertian. Sehingga perlu dilakukan peningkatan pengetahuan mengenai kista endometrium.

(20)

xix

ABSTRACT

Endometrial cyst is a disease that only affects of Premenopausal Women which presence and growth of endometrial tissue the uterus outside. Endometrial cysts can degrade the quality of life associated with complaints of pain and lead to infertility. Women who have endometrial cysts infertility risk 20 times greater. Endometrial cysts in 2009 ranks third as a kind of disease that often affects of Premenopausal Women in DIY. However, awareness of women in addressing this disease is still lacking. Because it is necessary to measure the level of knowledge and attitudes about women endometrial cysts.

This study aims to measure the level of knowledge and attitudes of Premenopausal Women against endometrial cysts as well as identify the type of material that has not known about the cysts in the Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY. This type of research is observational data retrieval using a questionnaire. The sampling technique using purposive sampling. Data analysis using descriptive statistics.

The results showed high knowledge category by 1.5%, the category was 25.9% and 72.6% for lower categories. Categories of good attitudes by 68.9%, moderate by 29.6% and 1.5% poor. This indicates a low level of knowledge and attitudes of respondents still associated with the respondents had either endometrial cysts. The material is not known about endometrial cysts, especially in terms of of definition of endometrial cyst. So it is necessary to improve knowledge of the endometrial cyst.

(21)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Dewasa ini masyarakat di Indonesia dituntut untuk selalu tanggap dalam

persoalan di bidang ekonomi, kesehatan, maupun informasi. Tuntutan rutinitas

pekerjaan atau kegiatan yang sangat padat dan menyita waktu terkadang menjadi

alasan sebagian besar wanita untuk kurang menjaga kesehatan. Hal tersebut

menyebabkan wanita zaman sekarang ini memiliki pola hidup yang tidak sehat

dan dapat berakibat banyaknya penyakit yang menyerang. Salah satu penyakit di

Indonesia sekarang ini adalah kista endometrium yang banyak terjadi pada wanita

usia produktif. Kista merupakan tumor jinak yang terdapat pada organ reproduksi

wanita berbentuk kistik, berisi cairan kental atau udara atau nanah. Kista dapat

berbentuk anggur. Kista endometrium merupakan salah satu jenis kista yang tidak

ganas dan bukan merupakan tumor sejati (Prabowo, 1989). Secara klinis, kista

endometrium merupakan problematik yang banyak dihadapi oleh para tenaga

kesehatan karena penanganan maupun pengobatannya masih belum adekuat dan

masih kontroversial. Selain itu, pengobatan masih menggunakan gold standar

yang cukup mahal yaitu dengan laparatromi atau laparoscopy. Masalah

penegakan diagnosis endometrium adalah belum adanya alat non invasif atau

penanda serum atau biomarker lainnya yang definitif. Modalitas terapi

endometrium cukup banyak tersedia baik medis, operatif maupun kombinasi

keduanya, tetapi belum ada kesepakatan yang ideal dalam penanganan kista

(22)

wanita. Selain itu juga, kista endometrium memicu berbagai gangguan seperti

nyeri panggul yang menahun, abortus, dispreunia, rasa kembung perut, nyeri dan

kejang pada perut bawah dan disfungsi tubuh terkait imun lainnya, bahkan

beberapa kajian terbaru telah terjadi peningkatan risiko kanker tertentu pada

pasien yang menderita kista endometrium. Kista endometrium yang

mengkhawatirkan, adalah adanya kista endometrium ini sulit untuk dikenali dan

belum dapat ditentukan dengan pasti penyebabnya, walaupun beberapa pendapat

telah diutarakan untuk menjelaskan perjalanan penyakit ini, tetapi belum ada yang

berlaku secara universal. Gejala-gejala kista endometrium tidak khas dan

inkonsisten, karena gejala kista endometrium hampir serupa dengan adenomiosis,

appendisitis, kista ovarium, obstruksi usus, kanker kolon, miom uterus, sindrom

usus iritabel, kanker ovarium, dan penyakit radang panggul. Pemicu kista

endometrium dapat dikenal jika dalam keluarga ada yang pernah menderita kista

endometrium, maka secara genetik, anggota keluarga lain memiliki potensi

menderita penyakit kista endometrium (Jacoeb 2007).

Prevalensi kista endometrium pada wanita usia produktif diperkirakan

6%- 10%. Pada wanita dan remaja yang mengalami nyeri panggul ketika

menstruasi prevalensi kista endometrium akan lebih tinggi bila dibandingkan

dengan wanita yang tidak mengalami nyeri panggul, yaitu sebesar 50% -60 %

(Giudice, 2010). Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Daerah

Istimewa Yogyakarta tahun 2009, kista endometrium menempati urutan ketiga

dari sembilan penyakit reproduksi wanita pada pasien rawat inap di Rumah Sakit

(23)

jumlah yang meninggal sebanyak 5 orang, neoplasma ganas ovarium sebanyak

108 kasus dengan jumlah yang meninggal sebanyak 14 orang, kista endometrium

sebanyak 84 kasus dan jumlah yang meninggal 24 orang, kista dan kelenjar

bartholin sebanyak 58 kasus dan jumlah yang meninggal 1 orang, neoplasma jinak

osarium sebanyak 49 kasus dan jumlah yang meninggal sebanyak 8 orang,

amenore sebanyak 32 kasus, infertilitas sebanyak 20 kasus, ra & galat dalam

panggul sebanyak 12 kasus, dan adneksitis sebanyak 7 kasus. Prevalensi

endometrium cenderung meningkat setiap tahunnya. Menurut Jacoeb (2007),

angka kejadian kista endometrium di Indonesia belum dapat diketahui secara pasti

karena belum ada studi epidemiologi, tetapi berdasarkan data temuan rumah sakit,

angka kejadian berkisar 13,6-69,5% pada keluarga infertilitas. Bila persentase

tersebut dikaitkan dengan jumlah penduduk Indonesia akan ditemukan sekitar 13

juta jiwa penderita kista endometrium pada wanita usia produktif.

Prevalensi kista endometrium pada wanita usia produktif di DIY

berdasarkan data rawat inap di Rumah Sakit yang ada di DIY periode tahun 2005

sampai dengan tahun 2011 adalah tahun 2005 sebanyak 333, tahun 2006 sebanyak

133, tahun 2007 sebanyak 142, tahun 2008 sebanyak 48, tahun 2009 sebanyak 83,

tahun 2010 sebanyak 142 dan tahun 2011 sebanyak 152. Prevalensi kista

endometrium di Kabupaten Sleman berdasarkan data rawat inap di Rumah Sakit

yang ada di DIY yaitu pada tahun 2005 tercatat 80 kasus, tahun 2006 tercatat 54

kasus, tahun 2007 tercatat 47 kasus, tahun 2008 tercatat 11 kasus, tahun 2009

tercatat 62 kasus, tahun 2010 tercatat 106 kasus dan tahun 2011 tercatat 118

(24)

Pada tahun 2009, terdapat jumlah yang meninggal paling banyak yaitus 24 (Dinas

Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009).

Tingkat kekambuhan kista endometrium yang tanpa pengobatan secara

intensif sekitar 50%. Wanita dengan kista endometrium memiliki risiko infertilitas

20 kali lebih besar bila dibandingkan dengan wanita yang tanpa kista

endometrium (Nugroho, 2004). Wanita yang berisiko tinggi menderita kista

endometerium adalah wanita yang keluarganya memiliki riwayat kanker indung

telur dan kanker payudara. Kista endometrium menyerang semua ras dan semua

status sosial di masyarakat (Bedaiwy, 2010).

Menurut Giudice (2010) faktor lingkungan berpengaruh cukup besar

dalam peningkatan angka kejadian kista endometrium terutama lingkungan

dengan mobilitas dan tingkat polusi yang tinggi. Oleh karena itu, penelitian ini

dilakukan di Kecamatan Kalasan karena di Kecamatan kalasan mempunyai

mobilitas yang tinggi. Penelitian ini dilakukan pada wanita usia produktif yang

belum menikah dan sudah menikah di Kecamatan Kalasan, Sleman, DIY yang

memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan data yang diperoleh dari KB, PP dan PA,

Kecamatan Kalasan (2010), jumlah wanita usia produktif di Kecamatan Kalasan

sebanyak 17.045 orang. Penelitian ini menggunakan wanita usia produktif sebagai

dasar responden dilakukan atas pertimbangan, menurut Giudice (2010) kista

endometrium diderita oleh wanita yang telah mengalami menstruasi dan

premenopause. Kista endometrium diderita pada usia produktif yaitu 15 tahun

(25)

Dalam upaya mewujudkan pelayanan kefarmasian guna meningkatkan

kesehatan masyarakat, terkait dengan penyakit kista endometrium maka dilakukan

penelitian mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia produktif terhadap kista

endometrium. Hasil penelitian ini dapat menjadi pertimbangan dalam

pengembangan dan pemberian materi edukasi dan pemilihan metode yang efektif

agar tujuan pengembangan materi edukasi kesehatan dapat tercapai secara

optimal.

1. Permasalahan

Permasalahan yang muncul dalam penelitian ini adalah :

a. Seperti apakah karakteristik demografi wanita usia produktif di Kecamatan

Kalasan?

b. Seperti apakah tingkat pengetahuan tentang kista endometrium wanita usia

produktif di Kecamatan Kalasan?

c. Seperti apakah sikap wanita usia produktif terhadap kista endometrium di

Kecamatan Kalasan?

d. Materi apa saja yang belum diketahui oleh wanita usia produktif di Kecamatan

Kalasan?

2. Keaslian Penelitian

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan oleh penulis, penelitian yang

khusus mengenai pengetahuan dan sikap wanita usia produktif terhadap kista

endometrium di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman, DIY belum pernah

(26)

Kusuma Adriana (2004), dengan judul Profil Penderita Endometriosis RS

DR. Saiful Anwar Malang 2001-2003. Tujuan adalah memberi gambaran profil

penderita endometriosis yang berobat ke RSUD Dr. Saiful Anwar selama kurun

waktu 3 tahun (2001-2003). Hasil penelitian tersebut menunjukkan keluhan

terbanyak adalah nyeri yang berhubungan dengan haid dan berdasarkan patologi

anatomi lokasi kista endometriosis terbanyak adalah di ovarium.

Alfaina Wahyuni (2009) dengan judul Perbandingan respon ovarium

terhadap stimulasi gonadotropin pada endometriosis pascaterapi bedah dan non

endometriosis. Tujuannya adalah membandingkan respon ovarium berdasarkan

jumlah folikel matur dan kadar estradiol puncak terhadap stimulasi gonadotropin

antara pasien endometriosis pasca bedah dan pasien non endometriosis. Hasil

penelitian menunjukkan proporsi jumlah folikel matur <3 pada endometriosis

pascaterapi bedah lebih tinggi dibandingkan dengan pasien non endometriosis.

Proporsi kadar estradiol puncak ≤500 pg/ml pada endometriosis pascaterapi bedah

tidak berbeda dengan pasien non endometriosis.

Isnaina Perwira (2009) dengan judul Perbandingan Nilai TNF-α dan IL-6

antara Cairan Peritoneal dan Darah pada Pasien Endometriosis. Tujuan adalah

mengetahui luaran kadar TNF-α dan IL-6 pada cairan peritoneum dan serum

darah pada pasien endometriosis sehingga dapat digunakan untuk membantu

penegakan diagnosis endometriosis non invasive. Hasil penelitian menunjukkan

IL-6 dan TNF-α gagal dijadikan biomarker untuk mendeteksi endometriosis non

(27)

Wadyo Adiyono (2003) dengan judul Dampak penambahan

Gonadotropin Relasing Hormone Analog pada Operasi Laparoscopy terhadap

Manifestasi Klinis, Imunologis dan Kualitas Hidup Penderita Endometriosis.

Hasil dari penelitian menunjukkan Penambahan GnRHa (leuprolelin 3.75 mg)

selama 3 bulan pada operasi laparoscopy memberikan penurunan skor r-AFS

yang lebih besar secara bermakna dibanding operasi laparoscopy tanpa

penambahan GnRHa, penambahan GnRHa analog (leuprolelin 3.75 mg) selam 3

bulan pada operasilaparoscopy memberikan penurunan skor disminore dan nyeri

pelvik, penurunan jumlah sel makrofag, kadar sitokinin, IL-6, IL-8 dan TNF-α

didalam cairan cavum peritoneum yang lebih besar secara bermakna dibanding

operasi laparoscopy tanpa penambahan GnRha dan penambahan GnRHa

(leuprolelin 3.75 mg) selama 3 bulan pada operasi laparoscopy memberikan

peningkatan skor HRQoL yang lebih besar secara bermakna dibanding kelompok

operasi laparoscopy tanpa penambahan GnRHa.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat teoritis. Di bidang ilmu pengetahuan, hasil penelitian ini dapat

dipergunakan sebagai acuan dalam melakukan pengukuran pengetahuan, sikap

dan tindakan serta identifikasi informasi tentang kista endometrim.

b. Manfaat praktis. Di bidang penelitian dan Pemerintahan, dapat dipergunakan

dalam menentukan metode dalam melakukan edukasi secara efektif tentang

(28)

Mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap wanita usia produktif

tentang kista endometrium di Kecamatan Kalasan.

2. Tujuan khusus

a. Menggambarkan karakteristik demografi wanita usia produktif di Kecamatan

Kalasan, Sleman, DIY.

b. Mengukur tingkat pengetahuan wanita usia produktif tentang kista endometrium.

c. Mengukur sikap wanita usia produktif terhadap kista endometrium.

d. Mengidentifikasi materi edukasi yang belum diketahui oleh wanita usia produktif

di Kecamatan Kalasan.

B. Tujuan Penelitian

(29)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Kista Endometrium

1. Pengertian

Kista endometrium atau sering disebut dengan kista coklat adalah

pertumbuhan kelenjar endometrium dan stroma di luar kavum uteri atau

myometrium yang dapat mencapai ukuran 15-20 cm dan merupakan kelainan

ginekologi yang berhubungan dengan infertilitas (Norwitz dan Schorge, 2008).

Endometrium adalah lapisan yang terdapat pada rahim. Kista

endometrium sering ditemukan di dinding telur, saluran tuba, daerah antara vagina

dan rektum, di rongga panggul, dapat juga melekat pada lapisan luar usus besar,

usus halus, dan saluran ureter (Giudice, 2010).

2. Prevalensi

Kista endometrium mengenai 6-10% wanita pada usia produktif,

50-60% terjadi pada usia remaja yang disertai nyeri panggul. The Endometriosis

Association Research Registry melakukan penelitian retrospektif terhadap 3020

kasus kista endometrium dan menemukan 2–4% pada usia reproduksi, 40,6% di

usia < 20 tahun, 42,9 % di usia 20–29 tahun dan 16,5% pada usia 30–39 tahun.

Baziad (1993) mengatakan bahwa kista endometrium terjadi pada usia reproduksi

25–40 tahun sedangkan Welberry (1999) pada usia 25 – 29 tahun. Farquhar

(2003) menyebutkan puncak usia kista endometrium adalah usia 40 tahun.

(30)

menyatakan bahwa kista endometrium ditemukan pada perempuan yang tidak

menikah pada usia muda dan tidak punya banyak anak.

3. Etiologi

Teori yang menerangkan tentang etiologi endometriosis antara lain:

1. Teori menstruasi retrogradedari Sampson yang menyatakan bahwa terdapat fragmen

endometrium mengalir balik(retrograde) ke dalam saluran indung telur (tuba falopii)

selama menstruasi sehingga terjadi implantasi fragmen endometrium pada rongga

panggul.

2. Teorimetaplasia mulleriandari Meyer, menyatakan bahwa kista endometrium berasal

dari tranformasi metaplastik dari mesotelium peritoneum ke dalam endometrium

dibawah pengaruh rangsangan tertentu.

3. Teori penyebaran melalui saluran getah bening dari Halbun yang memperkirakan

bahwa jaringan endometrium berasal dari aliran getah bening dari uterus yang

mengalami transportasi pada bagian di panggul (Brunner dan Suddarth, 2002).

Menurut Nasdaldy (2009), kista endometrium ini disebabkan oleh siklus

haid yang tidak teratur karena gangguan ketidakseimbangan hormon estrogen dan

progesteron di dalam tubuh wanita. Empat teori yang menerangkan terjadinya kista

endometrium, yaitu teori Metaplasia, teori menstruasi mundur dan transplantasi, teori

predisposisi genetik, dan teori pengaruh lingkungan (American Family

Physician,1999).

Teori metaplasia adalah perubahan dari satu tipe jaringan normal menjadi

tipe jaringan normal lainnya. Beberapa jaringan endometrium memiliki kemampuan

dalam beberapa kasus untuk menggantikan jenis jaringan lain di luar rahim. Beberapa

peneliti menduga hal ini terjadi pada embrio ketika pembentukan rahim pertama atau

(31)

tahap embrionik untuk berubah menjadi jaringan reproduksi. Teori menstruasi mundur

dan transplatasi yang dikemukakan oleh Sampson (1920) yang menjelaskan aliran

menstruasi mundur mengalir melalui saluran tuba dan tersimpan pada organ panggul

dan tumbuh menjadi kista. Teori Predisposisi genetik, pada beberapa penelitian

menunjukkan wanita yang memiliki riwayat keluarga menderita kista endometrium

akan berpotensi memiliki penyakit ini. Teori pengaruh lingkungan, ada beberapa studi

menunjukkan bahwa faktor lingkungan dapat menjadi kontributor terhadap

perkembangan kista endometrium, khususnya senyawa-senyawa yang bersifat racun

memiliki efek pada hormon-hormon reproduksi dan respon sistem imun, tetapi teori

ini belum dapat dibuktikan secara klinis dan masih kontroversial.

Gambar 1. anatomi terjadinya menstruasi Retrograde

(32)

Gambar 2. Tempat yang sering terjadi kista endometrium (Berek, 2007)

4. Faktor Risiko dan Gejala Kista Endometrium

Wanita yang berisiko terkena penyakit kista endometrium adalah wanita

yang memiliki riwayat keluarga penyakit kista endometrium, memilki siklus

menstruasi kurang dari atau lebih dari 27 hari, terjadi menarke (menstruasi yang

pertama) pada usia relatif muda (<11 tahun) dengan masa menstruasi berlangsung

lebih dari 7 hari (American Family Physician,1999).

Gejala kista endometrium sangat bervariasi. Kista endometrium berat

kadang-kadang tanpa gejala, sedangkan kista endometrium minimal dapat

menimbulkan gejala yang berat. Gejala yang umum terjadi adalah nyeri yang

terjadi di sekitar abdomen, nyeri panggul kronis (termasuk nyeri punggung bawah

dan nyeri panggul) yang berlangsung ≥6 bulan, rasa sakit dapat terjadi diseluruh

siklus menstruasi dan dapat berlangsung secara terus-menerus, dismonorea,

dispareunia, sakit pada usus, nyeri buang air besar atau air kecil selama periode

(33)

kista endometrium terjadi pramenstruasi dan menstruasi (Levy, Apgar, Surrey and

Wysocki, 2007).

5. Senyawa Kimia yang dapat Menimbulkan Kista Endometrium

Menurut Sumilat (2009) penyebab dari kista endometrium berasal dari

pengaruh lingkungan. Hal ini dikarenakan adanya perubahan gaya hidup maupun

terpengaruh dari paparan polutan. Ruhendra (1997) dan Tangri (2003) dalam

artikelAmerican Family Physician menyebutkan bahwa beberapa senyawa kimia

dapat menyebabkan timbulnya kista endometrium, namun sampai saat ini

pendapat ini masih dalam penelitian lebih lanjut. Jenis-jenis senyawa kimia

tersebut antara lain senyawa kimia dioksin yang berasal dari insinerator,

pembakaran bahan plastik, dan pembuatan produk kertas dan senyawa kimia

klorin yang berasal dari pemutihan kertas

(http://www.aafp.org/afp/1999/1015/p1753.html#afp19991015p1753-f8, diakses

tanggal 21 Januari 2012). Kolesterol yang berasal dari makanan cepat saji dan

daging ham yang dapat berdampak pada jaringan endometrium di uterus dan di

luar uterus serta dapat menimbulkan nyeri saat menstruasi , konsumsi kafein yang

berasal dari teh, kopi dan coklat juga dapat meningkatkan risiko timbulnya kista

endometrium (Giudice, 2010).

6. Derajat Endometrium

Derajat kista endometrium dapat ditentukan dengan menggunakan

klasifikasi menurut American Fertility Siciety of Endometriosis berdasarkan

penampakan, ukuran dan kedalaman lesi yang mengenai ovarium dan peritoneum,

(34)

(minimal) jika skoring 1-5; stadium ringan II (ringan) jika skoring 6-15; stadium

III (sedang) jika skoring 16-40 dan berat jika skoring >40 (Moeloek, 1992).

Pada kista endometrium derajat minimal-ringan (AFS std I-III) beberapa

ahli tidak menganjurkan pengobatan, baik secara medikametosa maupun

pembedahan, kecuali adanya dismonorhea yang sulit diatasi. Sebagian ahli

berpendapat bahwa kista endometrium derajat ringan-minimal harus tetap diobati

karena dari lesi-lesi minimal dapat berkembang menjadi kista endometrium yang

berat (Bedaiwy, 2010).

7. Diagnosis

Kista endometrium sering misdiagnosed sebagai kondisi lain yang

memiliki gejala yang sama. Kista endometrium dapat dicurigai berdasarkan

anamnesis yaitu keluhan nyeri panggul kronis,dismenore, dispareuni, infertilitas,

riwayat keluarga kista endometrium dan pemeriksaan fisik. Cara yang digunakan

untuk mendiagnosis adanya kista endometrium adalah pada saat operasi dengan

cara laparatomi atau laparoskopi yang memiliki keakuratan 93%. Pemeriksaan

laboratorium pada kista endometrium tidak memberikan tanda yang khas, namun

jika terjadi darah dalam tinja atau air kencing pada waktu haid dapat menjadi

petunjuk adanya kista endometrium pada rektosigmoid atau kandung kemih

(35)

8. Dampak klinik

Kista endometrium tidak mengancam jiwa, namun beberapa kasus dilaporkan

bahwa kista endometrium berdampak pada infertilitas. Disamping itu juga, angka

kekambuhan kista endometrium ini sangat besar sekitar 40%, dan ada beberapa kasus

kista endometrium ini berkembang menjadi kanker ovarium yang mekanismenya belum

dapat diketahui. Tiga dampak klinik kista endometrium. Pertama, nyeri perut/pelvis.

Kedua adanya benjolan, yang mungkin memberikan dampak pendesakan kearah jaringan

ovarium, ureter, usus dan jaringan sekitarnya. Dampak klinik ketiga adalah infertilitas

yang sering dijumpai. Dari populasi wanita kista endometrium didapatkan angka kejadian

infertilitas sebesar 55% di Australia dan 43% di UK (Samsulhadi, 2002).

9. Pengobatan

Pengobatan yang digunakan meliputi pengobatan medik dengan

hormonal atau gabungan tindakan pembedahan dan hormonal (Norwitz dan

Schorge, 2008).

a) Terapi medik diindikasikan untuk pasien yang ingin mempertahankan

(36)

Beberapa obat yang umumnya digunakan antara lain Donazol, GnRH agonis, pil

kontasepsi oral, dan Progesteron. Donazol digunakan untuk mencegah keluarnya

FSH, LH dan pertumbuhan endometrium, sehingga pertumbuhan pada sel

endometrium dapat dihambat. Pengobatan dengn menggunakan GnRH agonis

maupun antagonis bertujuan untuk mencegah lonjakan LH yang lebih awal dan

meningkatkan apoptosis dan meghambat poliferasi sel endometrium eutropik pada

kista endometrium. Pil kontasepsi oral dan progesteron digunakan untuk

menurunkan kadar FSH, LH dan esterogen.

Tabel I. Terapi Secara Farmakologi Kista Endometrium menurut American Family Physician

(http://www.aafp.org/afp/1999/1015/p1753.html#afp19991015p1753-f8, diakses tanggal 21 Januari 2012).

b) Terapi Pembedahan Tujuan dari pembedahan baik konvensional maupun

(37)

mungkin dengan melakukan dekstruksi lesi-lesi yang ada, kemudian dilanjutkan

dengan pengobatan hormonal.

Gambar 5. Agloritma Kista Endometrium

B. Pengetahuan

Pengetahuan adalah pandangan subyek terhadap stimulus yang diterima

setelah melakukan pengindraan tertentu kemudian dikenal, dipahami dan

menimbulkan pembentukan sikap (Notoatmojo, 2005). Pengetahuan akan

menimbulkan suatu gambaran, persepsi, konsep dan fantasi terhadap segala hal

yang diterima dari lingkungan melalui panca indera (Dharmesta dan Handoko,

2000). Menurut Walgito (1994) pengaruh lingkungan bersifat pasif, dalam arti

bahwa lingkungan tidak memberikan suatu paksaan kepada individu. Lingkungan

memberikan kemungkinan-kemungkinan atau manfaat dari

kesempatan-kesempatan kepada individu. Individu mengambil manfaat dari kesempatan-kesempatan yang

ada pada lingkungan tergantung pada individu itu sendiri. Walaupun pengaruh

(38)

perkembangan individu terkait dengan pengetahuan, sikap dan perilaku. Selain itu

juga, jenis pekerjaan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang

dalam hidupnya terkait dengan informasi yang didapatkan dan interaksi terhadap

lingkungan pekerjaan (Holt and Hall, 1990). Pemberian informasi mengenai

kesehatan terkait dengan cara mencapai hidup sehat, cara pemeliharaan kesehatan,

dan cara menghindari penyakit. Informasi yang telah didapatkan akan

meningkatkan pengetahuan seseorang. Selanjutnya dengan

pengetahuan-pengetahuan tersebut akan menimbulkan kesadaran seseorang dan akhirnya

menyebabkan seseorang bersikap dan berperilaku sesuai dengan pengetahuan

yang dimilikinya (Notoatmojo, 2007).

Pertanyaan yang digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum

dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu pertanyaan subjektif misalnya jenis

pertanyaan essay dan pertanyaan objektif misalnya pertanyaan pilihan ganda

(multiple choice), betul-salah dan pertanyaan menjodohkan. Pertanyaan essay

disebut pertanyaan subjektif karena penilaian untuk pertanyaan ini melibatkan

faktor subjektif dari nilai, sehingga nilainya akan berbeda dari seorang penilai

yang satu dibandingkan dengan lainnya. Pertanyaan pilihan ganda, betul-salah,

menjodohkan disebut pertanyaan objektif karena pertanyaan-pertanyaan itu dapat

dinilai secara pasti oleh penilainya tanpa melibatkan faktor subjektifitas dari

penilai. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat pengetahuan adalah dengan

mengukur pemahaman seseorang atau kelompok terhadap sesuatu hal yaitu

(39)

Menurut Arikunto (2007) kategori pengetahuan dibagi menjadi tiga

dalam pengukuran dan menggunakan sistem skoring, skala yang digunakan

sebagai acuan adalah sebagai berikut :

a. Baik, jika skor 76-100%

b. Sedang, jika skor 56-75%

c. Kurang, jika skor 40-55%

d. Buruk, jika skor <40%

C. Sikap

Sikap (attitude) adalah istilah yang mencerminkan rasa senang, tidak

senang, atau perasaan biasa-biasa saja (netral) dari seseorang terhadap sesuatu.

Sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif

atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu (Sarwono, 2007).

Bila seseorang telah menerima informasi tentang kista endometrium,

sikap seseorang dapat dibentuk atau diubah melalui cara diferensiasi dan integrasi.

Pada perubahan dan pembentukan sikap deferensiasi yaitu pembentukan sikap

atau perubahan sikap karena adanya perkembangan adanya pengalaman,

intelegensi dan pengetahuan. Jika sesorang sudah pernah mendapat informasi

tentang kista endometrium, lambat laun seseorang tersebut akan mengambil sikap

mana yang baik dan mana yang tidak baik. Perubahan sikap dan pembentukan

sikap dengan cara integrasi yaitu pembentukan sikap secara bertahap, yaitu

dimulai dengan berbagai pengalaman yang didapat dari membaca atau cerita dari

(40)

endometrium, maka sesorang tersebut akan bersikap positif terhadap kista

endometrium (Adi, 1994).

Sikap seseorang juga dipengaruhi oleh perkembangan. Menurut Robert J.

Havighurst (cit.,ADI, 1994) tahapan perkembangan individu yang lebih

operasional terkait dengan tugas-tugas disetiap perkembangan individu

berdasarkan umur yaitu pada awal masa dewasa (early asulthood) dengan retang

umur 18-30 tahun, individu bertanggungjawab dalam kaitan dengan komunitas

maupun lingkungan sosial yang besar dan pada masa ini juga seseorang lebih

mudah menerima informasi-informasi yang diberikan. Pada masa setengah baya

(middle age), usia 31-55 tahun, individu memiliki sikap membantu remaja usia

belasan agar dapat menjadi orang dewasa yang bertanggungjawab dan bahagia.

Pada usia ini, individu memiliki sikap dengan penilaian yang cenderung lebih

tinggi terhadap suatu objek tertentu dengan pertimbangan-pertimbangan yang

lebih dalam. Individu menyesuaikkan diri dan menerima perubahan fisik yang

terjadi pada usia tengah baya.

Sikap dapat berubah dengan bertambahnya informasi tentang objek tertentu,

melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2007). Sikap dapat

terbentuk dan berubah melalui empat macam cara, yaitu adopsi, deferensiasi, integrasi

dan trauma (Sarwono, 2009).

1. Adopsi adalah kejadian atau peristiwa yang terjadi berulang-ulang dan

terus-menerus, dan lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu

(41)

2. Diferensiasi dapat diartikan dengan adanya perkembangan pengetahuan,

bertambahnya pengalaman, sejalan bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang

tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri terlepas dari jenisnya.

Terhadap objek tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.

3. Integrasi merupakan pembentukan sikap yang terjadi secara bertahap yang

dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan suatu hal

tertentu sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.

4. Trauma adalah pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan dan meninggalkan

kesan yang mendalam pada jiwa seseorang yang bersangkutan.

Pengalaman-pengalaman yang traumatis dapat juga menyebabkan terbentuknya sikap.

Menurut Azwar (1995) faktor-faktor yang mempengaruhi sikap terhadap

objek sikap antara lain :

1) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi yang berkesan dapat menjadi dasar pembentukan

sikap. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi

tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

2) Pengaruh orang lain

Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah

dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini dimotivasi oleh

keinginan berafiliasi dan keingainan untuk menghindari konflik dengan orang

(42)

3) Pengaruh kebudayaan

Kebudayaan memberikan corak pengalaman individu-individu

masyarakat. Oleh karena itu, tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis

pengaruh sikap terhadap berbagai masalah dan sikap telah mewarnai sikap

anggota masyarakatnya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar, radio atau media komunikasi lainnya,

berita yang disampaikan yang bersifat faktual dan obejektif dipengaruhi oleh

sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan sangat menentukan

sistem kepercayaan dan konsep tersebut mempengaruhi sikap.

6) Faktor emosional

Sikap dapat terbentuk dengan didasari emosi yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Pembentukan sikap terjadi melalui kontak sosial terus-menerus antara

individu dengan individu lain disekitarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi

terbentuknya sikap adalah faktor internal dan faktor eksternal (Sarwono, 2009).

1. Faktor internal adalah faktor-faktor yang terdapat pada individu yang

bersangkutan, misalnya faktor pilihan. Seseorang dapat menangkap seluruh

rangsangan dari luar melalui persepsi. Pilihan ini ditentukan oleh motif-motif

(43)

mengembangkan sikap positif terhadap suatu hal dan mengembangkan sikap

negatif terhadap hal lain.

2. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat diluar dirinya.

Faktor-faktor eksternal antara lain sifat objek, sikap itu sendiri, bagus atau jelek yang

akan dijadikan sasaran sikap, kewibawaan orang yang mengemukakan suatu

sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut, media

komunikasi yang digunakan menyampaikan sikap dan situasi pada saat sikap

itu dibentuk.

Faktor-faktor tersebut tidak harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap.

Semakin banyak faktor yang ikut mempengaruhi maka semakin cepat terbentuk

sikap.

Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap

seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu

mengenai objek sikap yang hendak diungkapkan. Pernyataan sikap berisi tentang

hal-hal yang positif mengenai objek sikap yaitu kalimat bersifat mendukung atau

memihak pada objek sikap. Pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang

favourable. Sebaliknya pernyataan sikap yang berisi hal-hal negatif mengenai

objek sikap yang bersifat tidak mendukung atau kontra terhadap objek sikap.

Pernyataan ini disebut dengan pernyataanunfavourable(Azwar, 1995).

Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung.

Secara langsung dapat dinyatakan dengan bagaimana pendapat atau pernyataan

(44)

pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan pendapat responden melalui kuesioner

(Notoatmodjo, 2003).

Menurut Arikunto (2007), sikap dibagi menjadi empat kategori dalam

pengukuran dan menggunakan sistem skoring, skala yang digunakan sebagai

acuan adalah kategori baik jika skor 76-100, kategori sedang jika skor 56-75% ,

kategori kurang, jika skor 40-55% dan kategori buruk, jika skor <40%.

D. Pendidikan

Pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha

menyampaikan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan

demikian, ketika terdapat pesan maka masyarakat, kelompok atau individu dapat

memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik (Notoatmodjo, 2002).

Dalam pendidikan kesehatan, metode pendidikan yang bersifat individual

digunakan untuk membina perilaku atau membina seseorang yang telah mulai

tertarik kepada suatu perubahan perilaku. Dasar digunakannya pendekatan

individual ini karena setiap orang memiliki masalah atau alasan yang

berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk

pendekatan ini antara lain:

a. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)

Dengan cara ini kontak antar klien dengan petugas kesehatan lebih

intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dianalisis dan dibantu

dalam penyelesaiannya. Sehingga dengan kesadaran klien tersebut, ia akan

(45)

b. Wawancara (interview)

Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara

antara petugas kesehatan dengan klien untuk memotret wawasan klien tentang

suatu hal dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima

perubahan. Ia tertarik atau belum menerima perubahan untuk mempengaruhi

apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar

pengertian yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih

mendalam lagi (Notoatmodjo, 2002).

Pendidikan adalah faktor kedua dari faktor sosial ekonomi yang

mempengaruhi status kesehatan (Tirthankar, 2002). Tingkat pendidikan sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat. Seseorang

dengan tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik

tentang kesehatan yang akan mempengaruhi sikap dan perilaku untuk hidup sehat

(Pintauli, 2004). Menurut Notoatmodjo (2007) individu dengan tingkat

pendidikan yang berbeda memiliki kecenderungan yang tidak sama dalam

mengerti dan memberikan aksi terhadap kesehatannya. Responden yang memiliki

tingkat pendidikan yang tinggi (Perguruan Tinggi) memberikan aksi lebih baik

terhadap kesehatannya.

Pintauli (2004) menggolongkan tingkat pendidikan sebagai berikut :

Tabel II. Penggolongan Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan

Rendah Tidak sekolah/ tidak tamat SD

Tamat SD/SMP

Menengah Tamat SMA/sederajat, D1, D2

Tinggi Tamat Perguruan

(46)

E. Pekerjaan

Ketenagakerjaan adalah segala hal yang berhubungan dengan tenaga

kerja pada waktu sebelum, selama dan sesudah masa kerja. Bekerja merupakan

usaha atau tindakan yang dilakukan seseorang dengan tujuan tertentu yang

berkaitan dengan kelangsungan hidupnya dengan menyumbangkan tenaga

maupun kemampuannya dan menerima upah atas usaha atau tindakan. Pengertian

tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan untuk

menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri

mapun untuk masyarakat, sedangkan pekerja adalah seseorang yang bekerja

dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain (Undang-Undang

Republik Indonesia no.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan). Menurut Sarwono

(2009) Orang-orang yang mempunyai pengetahuan dan sikap yang sama terhadap

hal-hal yang sama lebih mudah dipersatukan dalam kelompok daripada orang

yang berbeda-beda yang didasarkan atas interaksi sosialnya. Semakin luas

cakupan interaksi sosialnya pengetahuan maupun sikap seseorang akan semakin

baik bila dibandingkan dengan seseorang yang memiliki interaksi sosial yang

cakupannya sempit (Sarwono, 2009). Menurut Holt and Hall (1990), pekerjaan

merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam hidupnya, hal

ini berkaitan dengan interaksi sosial. Seseorang yang memiliki pekerjaan

cenderung memiliki interaksi yang baik jika dibandingkan dengan seseorang yang

tidak bekerja. Sebaliknya, seseorang yang tidak bekerja memiliki interaksi yang

kurang bila dibandingkan dengan seseorang yang bekerja. Hal ini akan

(47)

F. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan

cara memberi pertanyaan/pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien jika peneliti tahu

pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang nantinya diharapkan dari

reponden. Kuesioner cocok digunakan jika jumlah responden cukup besar dan

tersebar di wilayah yang luas. Kuesioner dapat berupa pertanyaan/pernyataan

tertutup ataupun terbuka, dapat diberikan kepada responden secara langsung atau

dikirim melalui pos atau media elektronik misalnya melalui internet. Adanya

kontak langsung antara peneliti dengan responden akan menciptakan kondisi yang

cukup baik, sehingga responden dengan sukarela akan memberikan data objektif

dan cepat (Sugiyono, 2008).

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi

seseorang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian fenomena sosial ini telah

ditetapkan oleh peneliti yang disebut dengan variabel penelitian. Skala Likert

dapat digunakan untuk menjabarkan variabel yang akan diukur sebagai indikator

variabel kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item-item pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner. Jawaban setiap item

pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner yang menggunakan skalaLikert memiliki

gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif. Instrumen penelitian yang

menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist ataupun pilihan

(48)

Menurut Arikunto (2006), jumlah pernyataan menurut teori adalah semua

indikator telah terwakili dalam pernyataan, sekurang-kurangnya satu item

pernyataan. Jika indikator yang diungkap tidak terlalu banyak, setiap indikator

sebaiknya ditanyakan lebih dari satu item pernyataan.

G. Validitas dan Reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur tersebut

benar-benar mangukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2010). Uji ini digunakan

untuk mengetahui kelayakan butir-butir pernyataan dalam suatu daftar pernyataan

dalam mendefinisikan suatu variabel.

Hasil penelitian dikatakan valid jika terdapat kesamaan antara data yang

terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data

itu valid. Uji validitas digunakan untuk mengetahui kelayakan

pernyataan/pertanyaan dalam kuesioner dalam mendefinisikan suatu variabel.

Menurut Azwar (2006), reliabilitas adalah ukuran suatu kestabilan dan

konsistensi subjek penelitian dalam menjawab setiap item dalam kuesioner. Hasil

penelitian dikatakan reliabel jika terdapat kesamaan data dalam waktu yang

berbeda. Dengan kata lain, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang

digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan

data yang sama. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r) yang

nilainya berada pada rentang 0-0,1. Nilai koefisien reliabilitas semakin mendekati

angka 1 berarti semakin tinggi nilai reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin menjauhi

(49)

menggunakan statistik dengan menggunakan koefisien Cronbach Alpha.

Pernyataan dikatakan reliabel bila nilai Alpha >0,60 (Mario, 2006).

H. Sampling dalam Penelitian

Sampling merupakan tahap dari menghitung besarnya sampel sampai

dengan menentukan subjek penelitian. Metode pengambilan sampel ada dua

macam yaitu pengambilan sampel secara acak (random sampling) dan

pengambilan sampel yang bersifat tidak acak (non random sampling). Menurut

Kasjono dan Yasril (2009), purposive sampling yang sering disebut dengan

sampel bertujuan, yaitu cara pengambilan sampel bukan didasarkan atas strata,

random atau daerah tetapi berdasarkan tujuan tertentu dengan adanya beberapa

pertimbangan misalnya keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, sehingga tidak

dapat mengambil sampel yang besar dan jauh. Metode purposive sampling juga

disebut sebagai handy sampling yaitu sampel dapat ditambahkan sesuai dengan

kebuthan (Murti, 2010). Syarat-syarat yang harus dipenuhi pada teknik sampling

ini adalah sebagai berikut:

1) Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat atau karakteristik

tertentu yang merupakan ciri pokok populasi.

2) Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang

paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi (key subject).

3) Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi

pendahuluan.

Pengambilan sampel purposif yang paling penting adalah pencuplikan

(50)

kemungkinan variasi, tetapi memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang

kasus-kasus yang sedang dianalisis dan memudahkan pengembangan kerangka

dan konsep analisis yang digunakan dalam penelitian (Murti, 2010).

Menurut Soekidjo Notoatmojo (cit., Kasjono dan Yasri, 2009),

banyaknya sampel yang digunakan untuk populasi yang lebih besar dari 10.000

diperoleh dengan menggunakan rumus sampel :

1

d= derajat ketepatan yang diinginkan (0,1)

z= Standar deviasi normal (1,96 untuk derajad kemaknaan 95%) p= Proporsi populasi (0,5)

q= 1,0-p

N= besarnya populasi n= besarnya sampel

I. LANDASAN TEORI

Kista endmetrium sering terjadi tanpa gejala yang spesifik. Keberadaan

kista endometrium dapat menurunkan kualitas hidup terutama bagi wanita usia

produktif yaitu wanita yang masih mengalami menstruasi. Hal ini dikarenakan

kista endometrium dapat menyebabkan infertilitas. Peningkatan kesadaran wanita

usia produktif untuk malakukan pola hidup sehat dan melakukan pemeriksaan jika

terjadi nyeri haid yang terjadi secara terus-menerus dapat mengurangi kejadian

kista endometrium. Upaya untuk mengurangi kejadian kista endometrium dan

meningkatkan kesadaran wanita usia produktif terhadap kista endometrium

dilakukan dengan pengukuran pengetahuan dan sikap wanita usia produktif

mengenai kista endometrium. pengukuran pengetahuan dan sikap ini dilakukan

(51)

pengertian, etiologi, faktor risiko, patofisiologi, pencegahan dan penanganan.

Melalui pengukuran ini maka akan diperoleh gambaran pengetahuan dan sikap

wanita usia produktif terhadap kista endometrium

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang diperoleh setelah

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Pengetahuan wanita usia produktif

dapat diukur dengan menggunakan kuesioner, kemudian hasil pengukuran ini

dikategorikan. Menurut Arikunto (2007), kategori pengetahuan dibagi menjadi 4

yaitu baik, jika skor 76-100%, cukup, jika skor 56-75%, kurang, jika skor

40-55%, dan buruk, jika skor <40%.

Sikap merupakan kecenderungan dalam merespon positif atau negatif

pada suatu objek. Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menggunakan

kuesioner yang berisi rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu mengenai

objek sikap yang hendak diungkap. Menurut Azwar (1995), pernyataan dalam

sikap dapat berupa pernyataan yang favourable atau unfavourable. Pengukuran

sikap dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (Notoatmodjo, 2003).

Hasil pengukuran sikap kemudian dikategorikan menjadi 4 yaitu baik, jika skor

76-100%, cukup, jika skor 56-75%, kurang, jika skor 40-55%, dan buruk, jika

skor <40% (Arikunto, 2007).

J. KETERANGAN EMPIRIS

Hasil penelitian ini akan menunjukkan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap

serta jenis informasi mengenai kista endometrium yang belum diketahui wanita

usia produktif di Kecamatan Kalasan Kabupaten Sleman Provinsi DIY pada

Gambar

Tabel 1.Terapi Secara Farmakologi Kista Endometrium Menurut American
Gambar 1.
Gambar 2. Tempat yang sering terjadi kista endometrium (Berek, 2007)
Tabel I. Terapi Secara Farmakologi Kista Endometrium menurut American
+7

Referensi

Dokumen terkait

Disarankan bagi investor yang berminat untuk melakukan investasi saham dapat melihat dari hasil skor pemeringkatan yang diterbitkan oleh IICG setap tahunnya untuk

(PBL) didapatkan peningkatan hasil belajar siswa dari kondisi awal terdapat 28 siswa yang belum tuntas dan 12 siswa yang telah mencapai batas ketuntasan minimal (KKM) ≥

22 Untuk itulah klausula mengenai kerahasiaan tersebut dicantumkan, para pihak dalam perjanjian waralaba ( franchise ) tersebut memiliki kewajiban untuk menjaga agar informasi

Salah satu jaminan yang harus dipenuhi perusahaan kepada customer adalah pengiriman produk sesuai dengan permintaan customer secara tepat waktu dan efisien.Sehingga

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah debt to equity ratio sebagai variabel independen, Current Ratio dan return on equity sebagai..

Hasil pengamatan tersebut dapat digunakan untuk menentukan datum vertikal tertentu yang sesuai dengan keperluan-keperluan tertentu pula.Pengamatan pasut dilakukan dengan

Dalam proses peletakan atau pengambilan mobil, terdapat 3 gerakan utama yaitu proses naik turun lift menuju antai yang diinginkan, proses pemutaran lift untuk mengarahkan mobil

Bank syariah menerima tabungan baik pribadi maupun badan usaha dalam bentuk tabungan bebas. Akad penerimaan dana ini berdasarkan wadiah, yaitu titipan-titipan yang tidak menanggung