• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat dan belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dikatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan (Depkes, 2000).

Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan (Ditjen POM, 1995).

2.3.1 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk menarik satu atau lebih zat dari bahan awal dengan menggunakan pelarut. Tujuan utama ekstraksi ini adalah untuk mendapatkan atau memisahkan sebanyak mungkin zat-zat yang memiliki khasiat pengobatan.

Berdasarkan prinsipnya, proses ekstraksi dapat berlangsung bila terdapat kesamaan dalam sifat kepolaran antara senyawa yang diekstraksi dengan senyawa pelarut. Suatu zat memiliki kemampuan terlarut yang berbeda dalam pelarut yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya interaksi antara zat terlarut dengan pelarut.

Senyawa polar akan larut dalam pelarut polar, begitu juga sebaliknya. Sifat penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah kepolaran senyawa yang dilihat dari gugus polarnya (seperti OH, COOH, dan lain sebagainya). Dalam hal ini yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah selektivitas, kemampuan untuk mengekstrak, toksisitas, kemudahan untuk diuapkan, dan harga (Harbone, 1987).

Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi kedalam dua cara yaitu:

a) Cara dingin

1. Maserasi, adalah ekstraksi simplisia menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruang. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi yang seimbang antara bahan dan pelarut.

2. Perkolasi, adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna (exhaustive extraction), umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi dan tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai diperoleh ekstrak (perkolat).

b) Cara panas

1. Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

2. Soxhlet, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

3. Digesti, adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40 - 50oC.

4. Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 96 - 98ºC) selama waktu tertentu (15 - 20 menit).

5. Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥ 30oC) dan temperatur sampai titik didih air.

2.4 Fungi (Jamur)

Jamur merupakan organisme yang kebanyakan relatif kecil atau disebut mikroskopik, umumnya berbentuk filamen batang, eukariotik, heterotrofik, dan umumnya bereproduksi dengan spora. Jamur disebut sebagai orgamisme eukariotik karena mempunya inti sel sejati. Intinya kira-kira 1-5 mm dan berisi DNA dengan pasangan basa. Jamur heterotrofik, yaitu jamur yang tidak berklorofil sehingga harus mengkonsumsi senyawa organik untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Jamur dapat hidup sebagai saprofit, simbion dan parasit. Jamur parasit memperoleh nutrisi dari organisme lain yang disebut sebangai inang (host). Jamur bersifat kosmopolitan yang artinya terdapat dimana-mana dan habitat jamur berbeda-beda sesuai dengan spesiesnya. Sebagian besar tubuh fungi terdiri atas benang-benang yang disebut dengan hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala, yaitu miselium.

Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi menyerap nutrisi dari lingkungan, dan miselium fertil yang berfungsi dalam reproduksi (Ginting, 2016)

Banyak jenis jamur yang dapat menyerang organisme lain, baik dari golongan hewan maupun tumbuhanyang masih hidup. Genus Fussarium dapat menyebabkan penyakit baik pada tumbuhan, hewan, maupun manusia. Dalam peristiwa penyakit, disamping menghasilkan enzim perombak, jamur juga menghasilkan toksin dan atau hormon yang digunakan untuk melemahkan sistem ketahanan inang sehingga

merusak dan merugikan inangnya. Dalam hal ini dikenal dengan jamur patogen.

Jamur banyak yang menyebabkan kerusakan pada berbagai habitat misalnya pada habitat tanah yang dapat menimbulkan kerusakan pada berbagai tanaman. Jamur demikian dikenal dengan jamur patogen tular tanah. Contoh jamur tular tanah yaitu Fussarium, Phytopthora, Pythium, Rhizoctonia solani (Ginting, 2016)

Daur penyakit atau siklus penyakit merupakan tahapan tahapan yang terjadi dari suatu penyakit hingga dampaknya terhadap tumbuhan yang diserang. Menurut Ginting, (2016) Tahapan tersebut meliputi :

a. Inokulasi

Inokulasi atau penularan merupakan kontak pertama kali antara patogen dengan tumbuhan inangnya. Patogen terbawa oleh agen penular (air hujan, angin, serangga dan sebagainya) dan menempel pada bagian tanaman. Bagian patogen yang mengadakan kontak dengan tanaman disebut inokulum.

b. Penetrasi

Penetrasi merupakan proses masuknya patogen atau bagian dari patogen kedalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang. Patogen melakukan penetrasi ke permukaan tanaman, kedalam sel, jaringan atau tubuh tanaman inang melalui lubang-lubang alami (stomata), melalui luka, langsung menembus permukaan tubuh tanaman, atau melalui perantara (pembawa).

c. Infeksi

Infeksi merupakan suatu proses dimulainya patogen memanfaatkan nutrien dari tanaman. Patogen akan tumbuh dan berkembang didalam jaringan tanaman selama proses infeksi. Setelah patogen menembus ke dalam tubuh tanaman atau bagian epidermis tanaman, ujung pembuluh kecambah fungi membesar dan membentuk aspresorium. Kemudian membentuk hifa infeksi lalu melebar kesemua arah dan membentuk haustorium yang menghisap makanan tanaman inang.

d. Invasi

Invasi merupakan tahap perkembangan patogen setelah terjadi infeksi. Fungi patogen biasanya melakukan invasi pada tanaman dimulai sejak proses infeksi

kehilangan nutrien juga mengalami kerusakan pada sel atau jaringannya. Kerusakan pada sel atau jaringan tanaman ini dapat dilihat secara visual sebagai gejala serangan penyakit pada tanaman.

e. Reproduksi

Tahap reproduksi merupakan tahap dimana patogen akan tumbu terus menerus dan berkembang serta memperbanyak diri di dalam tanaman dengan jangka waktu yang tidak terbatas. Tingkat reproduksi patogen berbeda-beda tergantung pada jenis patogen dan keadaan lingkungan.

f. Penyebaran

Proses penyebaran merupakan proses perpindahan inokulum dari sumber ke tempat lainnya. Penyebaran patogen dapat terjadi secara aktif yaitu spora mampu berpindah dalam jarak yang relatif pendek atau secara pasif melalui perantara angin, air, serangga, dan manusia.

g. Sintas

Sintas (survival) merupakan tahapan krusial karena untuk menjamin keberlangsungan hidupnya, patogen harus dapat mempertahankan hidupnya selama penyebaran atau bila sewaktu-waktu tumbuhan inang tidak tersedia. Salah stunya yaitu dengan berasosiasi dengan jaringan tumbuhan inang denagn membentuk miselium atau tubuh buah.

Dokumen terkait