• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Sistem agroforestri di DAS Cianjur yang dilaksanakan di wilayah hulu berupa agroforestri sederhana, dengan kondisi tanah/topografi berbukit/miring sehingga jenis pohon lebih sedikit karena disesuaikan dengan fungsi pohon yaitu fungsi konservasi. Di tengah, selain fungsi konservasi juga fungsi produksi, sedangkan di hilir pohon yang dipilih adalah pohon yang memiliki fungsi produksi yang tinggi dan nilai jual yang tinggi.

2. Perbedaan ketinggian tempat berpengaruh terhadap perbedaan karakter agroklimat terutama suhu yang sangat berpengaruh terhadap sistem agroforestri serta jumlah jenis spesies (tumbuhan dan hewan) yang ada di suatu kawasan DAS.

3. Karakteristik sistem agroforestri di hulu berbeda dengan di tengah dan hilir. Perbedaan karakteristik biofisik dan agroklimat pada sistem agroforestri berpengaruh terhadap komposisi vegetasi penyusunnya. Di zona hulu jumlah spesies tegakan sebanyak 5, di tengah 20 sedangkan di zona hilir 23 spesies. Sedangkan untuk spesies tanamn semusim, di hulu 12 spesies, di tengah 20 spesies dan hilir 21 spesies.

ABSTRAK

Penelitian dilakukan untuk menganalisis karakteristik pola tanam dan produktivitas tanaman semusim pada sistem agroforestri di DAS Cianjur. Pengamatan dan wawancara dilaksanakan pada 30 sampel sistem agroforestri masyarakat dan wawancara terhadap 30 responden (petani) pada setiap zona DAS Cianjur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan karakteristik pola tanam, dimana perbedaan karakteristik pola tanam ini juga berpengaruh terhadap produktivitas tanaman. Sistem agroforestri di zona hulu merupakan agroforestri sederhana dengan pola tanam lorong (alley cropping), tata letak tanaman teratur dalam baris atau blok dengan intensifitas pertanamannya sangat intensif, di tengah sistem agroforestri di areal perkebunan teh (73%) areal dengan pola tanam lorong (alley cropping) tata letak tanaman teratur dalam baris atau blok dengan intensifitas pertanamannya intensif, sedangkan sisanya 27% berupa kebun campuran di lahan milik masyarakat. Sedangkan di hilir sistem agroforestri umumnya berupa kebun campuran dengan tata letak tanaman semusim yang tidak teratur, intensitas penanaman kurang intensif dengan pemilik lahan orang luar Desa Selajambe. Adapun nilai indeks pertanaman masing- masing dari hulu ke hilir berturut-turut adalah 2.93, 2.53 dan 1.43. Produktivitas tanaman semusim di hulu juga lebih tinggi dibanding di tengah dan di hilir, hal ini disebabkan jenis tanaman semusim yang ditanam baik di tengah dan di hilir merupakan tanaman sayuran dataran tinggi. Produktivitas tanaman semusim di tiga zona DAS Cianjur umumnya juga lebih rendah dari potensi hasil setiap jenis tanaman dan dari data Dinas Pertanian Kabupaten Cianjur. Sedangkan tanaman semusim dominan di hulu adalah wortel, kobis, tomat, bawang daun, sawi dan cabe, di tengah jagung, cabe, tomat, wortel, dan sawi sedangkan di hilir adalah jagung, cabe keriting, tomat dan singkong.

Kata kunci : agroforestri, indeks pertanaman, pola tanam, produktivitas tanaman ABSTRACT

The study was conducted to analyze characteristics of the cropping pattern and productivity of cash crops of agroforestry systems in the Cianjur watershed landscape. Observation and interviews were held to 30 samples of agroforestry field and respondents in the upper stream, the middle stream and the down stream of Cianjur Watershed, respectively. The results showed, that the communities in the three zones of Cianjur Watershed have been conducting agroforestry practice in order to manage their dry land. It’s found the differences characteristic of agroforestry system between the upper stream and the down stream. The middle stream agroforestry system characteristic was known as a transition condition between the upper and the down streams. The characteristic of the biophisic and agroclimate have affected to total individual number

and species of trees and cash crops, cropping pattern and productivity. Planting index of cash crops is 2.93, 2.53 and 1.43 in the upper, middle and down stream, respectively. The productivity of cash crops in the three zones of Cianjur watershed area, in the generally also lower than the potential yield and data from Cianjur Agriculture Official 2009. Furthermore, the dominant cash crops in the upper stream are carrot, cabbage, tomato, scallion, mustard and chili. In the middle stream are corn, chili, tomato, carrot, and mustard, and than in the down stream are corn, chili, tomato and cassava.

Key word : agroforestry, cash crop productivity, planting index, planting pattern PENDAHULUAN

Pola tanam diartikan sebagai bentuk pengelolaan pertanaman yang diusahakan pada sebidang lahan yang meliputi cara tanam, bentuk penanaman, waktu/periode tanam dan persiapan lahan. Bentuk pola tanam tanaman semusim pada sistem agroforestri dapat berupa pola tanam tunggal (monocropping) dan pola tanam ganda (multiple cropping). Pola tanam ganda dibagi menjadi pola tanam campuran (mixed cropping) dan tumpang sari (intercropping), dimana kedua pola tanam ini terdapat berbagai jenis pola tanam tergantung dari tujuan usaha tani dan kondisi lahan setempat (Sukmana et al. 1990; Haryati et al. 1993).

Pola tanam dan sistem pertanaman di suatu wilayah ditentukan oleh faktor lahan/tanah dan keadaan iklim, serta tujuan dari pengelolaan pada setiap zona agroekologi (Das 2005). Selain itu pola pertanaman juga ditentukan oleh: 1) fasilitas-fasilitas penunjang (infrastruktur) seperti irigasi, transportasi, penyimpanan, pasar/perdagangan, dan pergudangan, 2) faktor sosial ekonomi yaitu modal, kepemilikan, ukuran dan sistem pengelolaan lahan, ketersediaan makanan dan kayu bakar serta tenaga kerja, 3) faktor teknologi yaitu tersedianya varietas tanaman yang baik, teknik budidaya, mekanisasi, sarana penanggulangan hama penyakit serta akses informasi. Sedangkan di tingkat petani faktor yang paling menentukan adalah potensial produksi dan keuntungan secara finansial.

Pengaturan pola tanam mempengaruhi keberhasilan sistem agroforestri. Pola tanam yang tepat dapat mengurangi interaksi negatif (kompetisi) antar tanaman sehingga dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Menurut Partohardjono (2003), dalam pengaturan pola tanam dan pemilihan jenis tanaman

pada sistem agroforestri harus mempertimbangkan kondisi fisik, sosial ekonomi dan peluang yang ada, adanya pelibatan petani dalam perancangan dan pengkajian pola tanam untuk memperlancar proses adopsi teknologi, melibatkan multi- disiplin dari berbagai bidang keahlian dan pengembangan pola tanam yang mengarah pada peningkatkan intensitas tanam serta dapat diterima petani. Sedangkan menurut Raintree (1983), bahwa pengembangan agroforestri meliputi beberapa aspek yaitu: a) meningkatkan produktivitas sistem agroforestri, b) mengusahakan keberlanjutan sistem agroforestri yang sudah ada dan c) penyebarluasan sistem agroforestri sebagai alternatif atau pilihan dalam penggunaan lahan yang memberikan tawaran lebih baik dalam berbagai aspek

(adaptability).

Banyak kendala dalam pengembangan agroforestri. Salah satunya adalah rendahnya produktivitas tanaman yang antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang pemilihan jenis tanaman dan pengaturan pola tanam. Sebagaimana yang terjadi di DAS Cianjur, produktivitas sistem agroforestri juga masih rendah. Untuk itu diperlukan penelitian yang bertujuan: 1) menganalisis pola tanam tanaman semusim dan tingkat pengelolaannya pada sistem agroforestri di DAS Cianjur, 2) menganalisis produktivitas tanaman semusim pada sistem agroforestri di tiga zona DAS Cianjur, 3) Menganalisis motivasi pemilihan jenis tanaman semusim yang diusahakan petani untuk sistem agroforestri di DAS Cianjur, 4) menganalisis kalender pertanaman pada sistem agroforestri di DAS Cianjur untuk mendapatkan sistem agroforestri yang produktif dengan mempertimbangkan perbedaan zona yang didasarkan pada perbedaan ketinggian tempat, dan 5) menganalis peluang pengembangan vegetable agroforetry

khususnya di zona hulu.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan April 2008 sampai dengan Oktober 2008. Penelitian pola tanam dan produktivitas tanaman juga dilaksanakan di tiga zona Daerah Aliran Sungai Cianjur, yaitu: zona hulu (> 900 m dpl); tengah (300-

900 m dpl) dan hilir (±300 m dpl) (Gambar 4.1). Secara administratif zona hulu masuk wilayah Desa Galudra, zona tengah Desa Mangunkerta masing-masing masuk wilayah Kecamatan Cugenang dan zona hilir masuk wilayah Desa Selajambe Kecamatan Sukaluyu. Pembagian zona ini berdasar pada penelitian Arifin (2001). Adapun secara geografis zona hulu terletak pada S 6046’ 23” – 60 47’ 15” ; E 1060 59’ 7” –

1070 3’ 16” pada ketinggian > 900 m dpl, tengah 107003` 11” - 107005` 08” BT dan 6048` 14” LS (300-900 m dpl), dan hilir 107003` 11” - 107005` 08” BT dan 6048` 14” LS pada ±300 m dpl.

Gambar 4. 1. Peta lokasi penelitian sepanjang Daerah Aliran Sungai Cianjur (Sumber: Arifin 2001)

Penelitian didesain berdasarkan hasil analisis penelitian tahap pertama, terutama jenis tanaman dominan yang ditanam dan menjadi kebiasaan masyarakat pada ketiga zona DAS Cianjur. Empat jenis tanaman terpilih didasarkan pada beberapa aspek penting dalam pemilihan jenis tanaman semusim untuk agroforestri yaitu aspek agronomis meliputi kesesuaian lahan, tingkat toleransi terhadap pohon/tanaman tahunan, memiliki daya adaptasi tinggi, tidak terjadi kompetisi dengan pohon (interaksinya positif); aspek ekonomis yaitu tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis tinggi (Thakur et al. 2005) dan diperlukan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari. Aspek ini menurut Santosa (2005) menjadi pertimbangan utama dalam penentuan jenis

tanaman semusim untuk agroforestri; aspek ekologis/lingkungan artinya ada kecocokan antara sifat fisik lingkungan dengan persyaratan tumbuh tanaman semusim yang akan dikembangkan dengan memperhitungkan input-input yang diperlukan tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimal. Adapun faktor-faktor lingkungan ini adalah suhu, curah hujan, ketinggian tempat, kedalaman tanah, pH, bahan organik serta sifat-sifat pertumbuhan pohon. Sedangkan penanaman dan pengelolaan tanaman mengacu pada persyaratan tumbuh masing-masing jenis tanaman semusim terpilih (hasil penelitian sebelumnya), mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan sampai pemanenan.

Data produktivitas tanaman dikumpulkan dari hasil wawancara dan pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman di pertanaman petani contoh. Wawancara berupa pertanyaan mengenai persiapan tanam sampai pemanenan hasil, produksi, biaya serta nilai jual produksi tanaman pada setiap periode tanam. Sedangkan pengamatan pertumbuhan dan produksi, dilakukan pada petak contoh berukuran 5m x 5m yang ditempatkan pada lahan-lahan petani yang mewakili kondisi pertanaman pada lokasi penelitian. Pengamatan ini dilakukan terhadap 10 tanaman contoh dari setiap petak contoh untuk setiap jenis tanaman, dan setiap petak contoh diulang sebanyak tiga kali. Petak contoh untuk setiap jenis tanaman juga dibuat pada pertanaman monokultur sebagai pembanding. Sedangkan 4 tanaman akan dijadikan sampel destruktif 2 tanaman pada saat fase vegetatif cepat dan 2 tanaman pada fase generatif. Petak contoh pengamatan ini dibuat sebanyak 3 petak (dalam 1 blok atau beda blok) untuk setiap jenis tanaman, dan masing- masing petak ini dianggap sebagai ulangan.

Pemilihan petak contoh juga didasarkan pada kesesuaian lahan dan persyaratan penggunaan lahan terutama lahan-lahan yang selama ini telah dikembangkan dalam bentuk agroforestri (kebun campuran) oleh masyarakat. Sampel plot juga dibuat pada pertanaman monokultur (tanpa pohon) untuk mengetahui respon pada kondisi non agroforestri. Penelitian ini merupakan penelitian uji multi lokasi dan didesain dalam bentuk Rancangan Acak Kelompok

(RAK) dengan dua faktor yaitu jenis tanaman semusim dan lingkungan (ketinggian tempat), masing-masing diulang tiga kali.

Adapun peubah yang diamati adalah:

1. Produksi tanaman setiap panen (pada tanaman buah dan sayuran). Pengamatan ini untuk mengetahui kecenderungan jumlah produksi dan jumlah produksi total dalam 1 musim tanam.

2. Produksi tanaman segar/sayur (kg/ha), jumlah buah segar (tanaman buah), berat tongkol, jumlah dan berat umbi (kg/ha).

3. Indeks Cropping mengacu pada Ruthenberg’s Cropping Indexs (RCI) dengan rumus: RCI = Tcrop / (Tcrop + Tfallow), dimana: Tcrop = Lamanya lahan ditanami tanaman pertanian (semusim); T fallow = Lamanya lahan bera. 4. Indeks panen (harvest indexs) = Bobot hasil yang dipanen/bobot total

tanaman, atau berat kering hasil/berat kering total tanaman.

Dokumen terkait