• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan:

1. Karakteristik sistem agroforestri di hulu berbeda dengan di tengah dan hilir. Perbedaan ini disebabkan oleh perbedaan karakter biofisik dan agroklimat yang berpengaruh terhadap perbedaan komponen penyusun agroforestri (pohon dan tanaman semusim). Karakter agroklimat terutama suhu sangat berpengaruh terhadap komponen penyusun agroforestri, karena perbedaan suhu menentukan jenis tanaman yang akan ditanam pada sistem agroforestri ini. Berdasarkan jumlah spesies pohon dan tanaman semusim, di hulu jumlah jenisnya lebih rendah dibanding di tengah dan hilir, hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan zona yang didasarkan pada ketinggian tempat, juga berpengaruh terhadap pengelompokan habitat tanaman sesuai dengan karakter dan persyaratan tumbuhnya.

2. Pola tanam dan produktivitas tanaman semusim di tiga zona DAS berbeda, dipengaruhi oleh kondisi biofisik dan agroklimat, sistem agroforestri, karakter pohon (jenis dan jarak tanam) dan jenis tanaman semusim serta intensitas pengelolaannya, sedangkan kriteria pemilihan jenis tanaman berbeda di tiga zona DAS Cianjur, namun ketiganya cenderung menuju ke orientasi ekonomi (economic oriented).

3. Kalender penanaman belum memanfaatkan data iklim tetapi masih menggunakan penentuan musim penghujan (Oktober-Maret) dan musim kemarau (April-September), sehingga terjadi kecenderungan pola tanam dan waktu tanam yang hampir sama sepanjang tahun.

4. Secara umum tingkat keberlanjutan sistem agroforestri di DAS Cianjur berdasarkan aspek agronomis, aspek ekonomi, aspek sosial budaya dan aspek ekologi termasuk moderat (moderat sustainability), dengan nilai tingkat keberlanjutan 12.11 pada interval nilai keberlanjutan 11-15. Nilai keberlanjutan sistem agroforestri untuk zona hulu 12.07, tengah 12.67 dan hilir 11.60.

5. Sistem agroforestri khususnya di zona hulu sangat prospektif untuk dikembangkan sebagai “Vegetable Agroforestry” yang berorientasi komersial

seperti yang telah dikembangkan di beberapa negara. Saran

1. Berdasarkan analisis biofisik dan agroklimat, maka perlu meningkatkan keragaman jenis pohon maupun tanaman semusim untuk sistem agroforestri di tiga zona DAS Cianjur, disesuaikan antara karakteristik pohon dan tanaman semusim dengan kondisi biofisik dan agroklimat serta fungsi dari pohon dan tanaman semusim di setiap zona DAS.

2. Perlu pengaturan pola tanaman spesifik lokasi (berdasarkan zona DAS) yang didasarkan data klimat dan perhitungan perubahan karakteristik iklim/musim serta peningkatan produktivitas tanaman dengan memilih jenis tanaman yang sesuai dengan karakteristik wilayah dan kesesuaian lahan serta memanfaatkan data iklim dari stasiun-stasiun iklim setempat dan data tanah maupun kesesuaian lahan berdasarkan hasil-hasil penelitian di wilayah ini atau wilayah lain yang memiliki karakter yang hampir sama.

3. Perlu analisis sosial ekonomi secara menyeluruh untuk pegembangan agroforestri yang produktif, bernilai sosial ekonomi tinggi, berlanjut dan diterima masyarakat.

4. Untuk menilai keberlanjutan sistem agroforestri di wilayah ini, sebaiknya didasarkan pada aspek-aspek yang terkait dengan sistem agroforestri serta berusaha melibatkan lebih banyak petani/masyarakat yang terlibat untuk menilai aspek keberlanjutan.

5. Untuk mengembangkan vegetable agrofororestry, perlu memilih dan mengatur kombinasi antara pohon dan tanaman semusim baik jenis maupun jarak tanam, agar terjadi interaksi positif antar keduanya.

Apriantono A. 2008. Penguatan strategi ketahanan pangan nasional. makalah seminar nasional ketahanan pangan. Center for International and Development Studies (CIDES). Jakarta.

Arifin HS. 1998. Study on the vegetation structure of pekarangan and its changes in west java, indonesia. (Dissertation). Labolatory of Forest and Environmental Management. The Graduate School of Natural Science and Technology Okayama University.

Arifin HS, Sakamoto K, Chiba K. 1998b. Effects of urbanization on the structure of home gardens in West Java, Indonesia. Jpn. K. Trop. Agr. 42: 94- 102.

Arifin HS, Sakamoto K, Takeuchi K. 2001. Study of rural landscape structure based on its different bio-climatic conditions in middle part of Citarum Watershed. Cianjur District. West Java. Indonesia. Procceding JSPS- DGHE Core University Program in Applied Biosciences. 99-108. Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Backes MM. 2001. The role of indigenous trees for the conservation of

biocultural diversity in tradisional agroforestry land use system. Agroforestry System J.52: 119 – 132.

Badrun M. 1998. Lahan kering, potensi dan peluang pengembangan untuk mendukung upaya peningkatan produksi pangan. Prosiding Seminar Peningkatan Produksi Padi Nasional Lampung 9 –10 Des 1998. hal 18–24.

Baharsyah J.S. 1991. Hubungan cuaca dengan tanaman. dalam A. Bey (ed) kapita selekta dalam agrometeorologi. Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Jakarta.

Bahrun AH, Chozin MA, Arifin HS, Darusman D. 2004. The analysis of optimal utilization of dryland with an agroforestry system in several agroclimatic zones of Ciliwung Watershed : An Agroecophysiological Study. Kompilasi Abstrak Agroforestri di Indonesia. hal. 17.

Beets WC. 1982. Multiple cropping and tropical farming system. Gower Publishing Company Limited, Hampshire, England.

Bey and Las 1991. Strategi pendekatan iklim dalam usaha tani. Dalam A Bey (ed) Kapita Selekta Dalam Agrometereorologi. Ditjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Jakarta.

Biro Pusat Statistik 2010. Statistik Indonesia. BPS. Jakarta

Chozin MA, Sopandie D, Sastrosumardjo S dan Suwarno. 2000. Physiology and genetic of upland rice adaptation to shade. Final Report of Graduate Team Research Grant, URGE Project. Directorat General of Higer Education, Ministry of Education and Culture.

Chozin MA. 2006 Peran ekofisiologi tanaman dalam pengembangan teknologi budidaya pertanian. Orasi Ilmiah Guru Besar. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Cruz RE and Vergera RJ. 1987. Proctive and ameliorative role of agroforestry : an Overview Inc: Agroforestry in The Humic Tropics. EAPI East-West Centre Hawai. USA

Das P. 2005. Cropping pattern (agricultural and horticultural) in different zones, their average yields in comparison to national average/critical gaps/reasons identified and yield potential. Director General (Agril Extension), Indian Council of Agricultural Research, New Delhi.

Debermann A. 2005. The development of site specific nutrient management for maize in Asia. Workshop 1 - 4 May 2005. Brastagi – Indonesia. Puslitbang Tanaman Pangan.

De Foresta H and Michon G, 1997. The agroforest alternative to Imperata grasslands: when smallholder agriculture and forestry reach sustainability. Agroforestry Systems 36:105-120.

De Foresta H, Kusworo A, Michon G dan Djatmiko WA, 2000. Ketika Kebun Berupa Hutan – Agroforest Khas Indonesia – Sebuah Sumbangan Masyarakat. ICRAF, Bogor. 249 pp.

Deptan. 2002. Metode pengkajian tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta.

Djukri. 2003. Seleksi tanaman talas (Colocasia esculanta. L Schott) untuk adaptasi terhadap cekaman naungan. Disertasi Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

R ata-rata produktivitas c abe keriting pada z ona 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 S urvei P etak C ontoh S urvei P etak C ontoh

A grofores try NonA grofores try Dis perta

C ianjur P otens i Has il to n /h a /m u s im t a n a m Tengah Hilir

R ata-rata p ro d u ktiv itas to mat p ad a z o n a

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 S urvei P etak C ontoh S urvei P etak C ontoh

A grofores try NonA grofores try Dis perta C ianjur P otens i Has il to n /h a /m u s im t a n a m Hulu Tengah Hilir pada tanaman cabe keriting yang hanya ditanam di zona tengah dan zona hilir (Gambar 4.11), dan tanaman tomat yang di tanam di zona hulu, zona tengah dan zona hilir (Gambar 4.12), dimana di zona hilir tanaman tomat produktivitasnya sangat rendah.

Sistem agroforestri di zona hilir, berupa kebun campuran, kerapatan pohon lebih tinggi, sehingga memungkinkan terjadi cekaman pertumbuhan yang disebabkan oleh naungan. Hal ini sesuai dengan hasil beberapa studi tentang ekofisiologi tanaman di bawah naungan seperti pada padi gogo (Chozin et al.

2000), kedelai (Sopandie et al. 2004), talas (Djukri 2003) dan lada (Wahid 1997), yang menunjukkan bahwa dampak dari cekaman intensitas cahaya adalah terganggunya proses metabolisme tanaman

Gambar 4.12. Rata-rata produktivitas tomat di zona hulu, tengah dan hilir Gambar 4.11. Rata-rata produktivitas cabe keriting di zona tengah dan hilir

Fagi AM, Ismail IG, Kurnia U, Suwarjo dan Basyo AS. 1988. Sistem usaha tani di daerah aliran sungai. Lokakarya Hasil Penelitian Pertanian Lahan Kering dan Konservasi Di DAS. P3HTA. Salatiga Jawa Tengah.

Fuglie KO. 2000. Productivity growth in indonesia agriculture. CIP-ESEAP Regional. Bogor, Indonesia.

Gathumbi SM, Cadisch G, Giller KE. 2004. Improved fallow: effects of species interaction on growth and productivity in monoculture and mixed stands. Ecology Forest and Management 187 (2004): 267-280.

Hadipoernomo 1983. Agroforestri di lingkungan perum perhutani. Duta Rimba (42): 17-22.

Hairiyah K. 2005. Sistem agroforestri di indonesia . Bahan Ajar Agroforestri 1. http://www. Icraf.cgiar.org/sea.

Hairiyah K dan Noordwijk MV. 2006. Intensifikasi pertanian, Biodiversitas Tanah dan Fungsi Agroekosistem. Agrivita Vol 28 (3) 185-197. Harashima K, Takeuchi K, Tsunekawa A dan Arifin HS. 2002. Estimation of

material flor due to human activities in three rural hamlets in The Cianjur-Cisokan Watershed, West Java, Indonesia. Procceding JSPS- DGHE Core University Program in Applied Biosciences. 109 - 118.pp Haryati UA, Abdurrahman dan C Setiani. 1993. alternatif teknik konservasi

tanah untuk lahan kering di DAS Jratunseluna Bagian Hulu. Risalah Lokakarya Sistem Usahatani Konservasi di Lahan Kering. 7-8 Desember 1992. P3HTA

Irawan B, Pranadji T. 2002. Pemberdayaan lahan kering untuk pengembangan agribisnis berkelanjutan. FAE. Vol. 20 (2): 60 – 76.

Kartasubrata J. 1992. Agroforestry. Manual Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan. Jakarta.

Kartono G. 1998. Keragaman zona agroekologi lahan kering podsolik merah kuning di Sulawesi Tenggara. Seminar Nasional Penerapan Mikrobiologi pada Pertanian Lahan Kering. Kerjasama Univ Haluoleo Kendari dan USAID. 14 hal.

Kaswanto, Arifin HS, Munandar A. 2007. Pengelolaan elemen air dalam lanskap perdesaan berkelanjutan di DAS Citarum Tengah, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Kompilasi Abstrak Agroforestri di Indonesia. Hal 46.

Keeney DR. 1990. Sustainable agriculture : Definitions and Concepts. Journal of Production Agriculture. (3) : 281 – 285.

King KFS and Chandler 1978. The Wasled Land. The program of work of The International Council for Research in Agroforestry (ICRAF). Rome. Kiyotaka S, Suharso H, Arifin HS. 2001. Altitudinal changes of thermal

condition in the watershed of west java. proceedings of the 1st seminar . toward harmonization between development and environmental conservation in biological production. The University of Tokyo, JAPAN.

Kobayashi M, Okuba S, Parikesit dan Takeuchi K. 2004. Cropping system and their affecting factors in the agricultural landscape of the upper Citarum Watershed, West Java, Indonesia. Kompilasi Abstrak Agroforestri di Indonesia. Hal. 50.

Kurniawan I. 2004. Fungsi agronomi agroforestri pinus (Pinus mercusii) dan kedelai (Glycine max L) dengan pemangkasan pohon dan pemberian bahan organik. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.

Kreating BA, Carberry PS. 1993. Resources capture and use intercropping solar radiation. Field Crops Research. (34): 273-301.

Kusmana C. 1998. Evaluasi aspeks financial dan aspek fisik lingkungan pemanfaatan lahan kering dengan pola agroforestri di Desa Palasari, Kecamatan Parang Kuda, Kabupaten Sukabumi. Tesis Fakultas Pasca Sarjana IPB. Bogor (tidak dipublikasi).

Kusmaryono, Y. 1999. Tanggap fotosintesis terhadap lingkungan. Pelatihan dosen Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Bagian Barat dalam Bidang agrometeorologi. Bogor.

Lai CK. 1995. Design of agroforestry system: some examples and lesson from Bangladesh. Ecology Management (45) : 193-198.

Liu F, Liu J dan Ma J. 1999. Theorical study framework on sustainable agriculture engineering. Http://WWW@Yahoo.com/sustainable. Desember 2005]. Msyahidryan. 2011. Aplikasi pemupukan.

http://www. Aplikasi pemupukan.com/pemupukan pada tanaman . htm. (September 2011)

Mercado A, Duque-Pinon C, Palada M dan Reyes M. 2011. Vegetable agroforestry system: Understanding vegetable-tree interaction as a key

to successful vegetable farming in the uplands of Southeast Asia. In D. Catacutan et al. (editors) Vegetable Agroforestry System in the Philippines. The World Association of Soil and Water Conservation, and The World Agroforestry Center. In-press.

Mugnisjah WQ, Suwarto, Solihin AS. 2001. Agribisnis terpadu bersistem LEISA di lahan basah. Bul Agron. (28) (2) : 49-61.

Nair P. 1989. Introduction for Agroforestry. ICRAF. Nairobi

Oldeman L R. 1975. Contribution of control research. Research institute for agriculture Bogor (Indonesia). Publ by : Central Research Institute for Agriculture Bogor (Indonesia).

Partohardjono S, Zaini Z dan Anwarhan H. 2003. Tantangan dan harapan produksi pangan di wilayah lahan kering untuk memenuhi pangan nasional. Prosiding Seminar Nasional Pemberdayaan Lahan Kering Untuk Penyediaan Pangan Abad 21. PERHEPI. Jakarta.

Prasad R and J f Power. 1997. Soil fertility management for sustainable agriculture. Lewis Publisher. New York.

Purwanto R. 2003. Praktek agroforestri di Samigalih Kulon Progo Daerah Istimewa Jogjakarta. International of Center Research in Agroforestry. Southeast Asia Region. Bogor Indonesia. 67p.

Raintree, JB. 1983. Strategies for enhancing the adoptability of agroforestry innovations. Agroforestry Systems, 1(3): 173-187.

Rajati T. 2006. Optimalisasi pemanfaatan lahan kehutanan dalam rangka peningkatan kualitas lingkungan dan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat desa sekitar hutan. Studi kasus di Kab Sumedang. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor.

Retnaningtyas P. 2003. Fungsi agronomi sistem agroforestri pinus dan kedelai melalui pemangkasan pohon dan pemupukan nitrogen. Skripsi. Fakultas Pertanian Univ. Brawijaya Malang.

Reijntjes C, Haverkort B, Bayer W. 2004. Pertanian masa depan. Pengantar untuk pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah. Penerbit Kanisius Yogyakarta.

Rositter D. 1994. Land Evaluation. SCAS Teaching Series T94-1. College of Agriculture and Life Science. Cornell University.

Rosario DAD, Empiq LT dan Wallace DH. 1986. Variety, environment and their interaction. Vegetable production. University of the Philippines at Los Banos. College of Agriculture. 28-33.

Rozari MB. 1997. Bahan Training. Training Dosen Perguruan Tinggi Negeri Bidang Agrometeorologi-Biotrop Bogor. IPB Bogor.

Rubatzky VE dan Yamaguchi M. 1998. Sayuran dunia 2 : Prinsip, produksi dan gizi. Edisi 2. Bandung. Institut Teknologi Bandung.

Sitompul SM. 2003. Fungsi agronomi dan ekologi sistem agroforestri pinus dengan kedelai dan jagung sebagai area resapan air (RAA): transformasi energi radiasi dan persipitasi. Laporan Hibah Penelitian. Program Due Like. PS Agronomi. Fak Pertanian. Univ Brawijaya. Sabarnurdin S. 2005. Peranan strategis agroforestri dalam pengelolaan alam

secara lestari dan terpadu. Prosiding Seminar Nasional Agroforestri. Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta.

Sabarnurdin MS, Suryanto P, Aryono WB. 2004. Dinamika pohon mahoni (Swietenia macrophylla King) pada agroforestri pola lorong (alley cropping). Ilmu Pertanian Vol. 11 No.1 63-67.

Santosa E, Sugiyama N, Hikosaka S, Takano T dan Kubota N. 2005. Intercropping practice in cacao, rubber and timber plantations in West Java, Indonesia. Japan Agri. 49 (1) : 21 – 29.

Santosa E, Sugiyama N, Nakata M, Kawabata S. 2005. Profitability of vanilla intercropping in pine forests in West Java, Indonesia. Japanese Journal of Tropical Agriculture. 49 (3) : 207 - 214

Saroinsong F, Harashima K, Arifin HS, Gandasasmita K, Sakamoto K. 2007. Practical application of a land resources information system for agricultural landscape planning. Landscape and Urban Planning 79 (2007) 38-52

Satari G, Hilman N, Lubis A, Akman H. 1991. Pengembangan pertanian lahan kering suatu urun pendapat. Prosiding Simposium Nasional : Malang 28-31 Agustus 1991. Puslit Unibraw, P2LK/BIMAS. hal. 54-58

Selari M, Hardjowigeno S, Sudarsono, Rustandi E, Sudrajat. 2007. Pengembangan kriteria kesesuaian lahan untuk tanaman sayuran dataran tinggi berbasis wortel pada tanah berbahan induk volkan di dataran tinggi. Jurnal Forum Pasca Sarjana Vol. 30 No. 4.

Shrotriya G C, Kaoke S U and Wankhade K G. 2002. Agriculture productivity improvment system approach. IFFCO New Delhi. Fert News : 46 (11) pp 53-55 dan 57-58

Sinukaban N. 2003. Masalah dan konsepsi pengembangan daerah aliran sungai (das) terpadu. makalah seminar sehari perkembangan penelitian, harmonisasi antara pembangunan dan konservasi lingkungan dalam kegiatan biologis 15 April 2003 di IPB Bogor.

Sitompul SM. 2003. Fungsi agronomi dan ekologi sistem agroforestri pinus dengan kedelai dan jagung sebagai area resapan air (RAA): transformasi energi radiasi dan persipitasi. Laporan Hibah Penelitian. Program Due Like. PS Agronomi. Fak Pertanian. Univ Brawijaya. Sitorus S. 2001. Pengembangan sumberdaya lahan berkelanjutan. Jurusan Tanah

Fak. Pertanian IPB.

Smith H. 1982. Light quality. photoperception and plant strategy. Ann. Rev. Plant Physiol. (33) : 481-518.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press.Jakarta Sopandie D, Trikoesoemaningtyas, T Handayani, A Jupri, T Takano. 2004.

Adaptability of soybean to shade stress : identification of morphophysiological responses. Procceding JSPS-DGHE Core University Program in Applied Biosciences. 131-137.

Squire GR. 1990. The physology of tropical crop production. CAB International. Suhara O. 1991. Studi perencanaan penggunaan lahan pertanian terpadu dan

kaitannya dengan upaya pengelolaan DAS (Studi DAS Citarum Hulu Jawa Barat). Disertasi Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor (Tidak Dipublikasikan).

Suharsono H. 1982. Beberapa aspek iklim di bogor. Skripsi. Jurusan Meteorologi. Departemen Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Pertanian IPB.

Sukmana S, M Syam dan A Adimihardja. 1990. Petunjuk teknis usahatani konservasi daerah aliran sungai. P3HTA. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.

Suryanto P, Tohari dan MS Sabarnurdin. 2005. Dinamika sistem berbagi sumberdaya (resources sharing) dalam agroforestri : Dasar pertimbangan penyusunan strategi silvikultur. Ilmu Pertanian.12 (2): 165 – 178.

Swallow B and S Ochola. 2006. Understanding the links between agriculture and health. agroforestry, nutrition and health. Focus 13 Brief 11 of 16 Syarief R. 1997. Kawasan pedesaan ditinjau dari suatu sistem tata air daerah

aliran sungai (DAS). Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota ITB Bandung.

Thakur PS, V Dult, S Sehgal dan R Kumar. 2005. Diversivication and improving productivity of mountain farming system through agroforestry practice in Northwestern India. Conference Proceeding AFTA 2005. 1-7

Titi AE. 2003. Soil tillage in agroecosystems.CRC Press. Boca Raton London New York Washington DC.

Utami SM, B Verbist, M V Noordwijk, K Hairiyah dan MA Sardjono. 2003. Prospek penelitian dan pengembangan agroforestri di indonesia. ICRAF Bogor.

Wahid 1984. Model sistem usaha tani lahan kering. Simposium Nasional dan Konggres VI PERAGI. Jakarta 25-27 Juni 1996. hal 171-184

Wibowo S, Sitorus SRP, Sutjahjo SH, Marimin. 2007. Analisis kebrlanjutan usahatani sayuran dataran tinggi di kawasan agrofolitan Pacet, Cianjur. Jurnal Penyuluhan Pertanian Vol. 2 No.1

Widaningsih DS. 1991. Peranan sistem pertanaman agroforestri dalam penggunaan lahan kering pertanian yang berlereng curam di DAS Cimanuk Jawa Barat. Disertasi Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor (Tidak Dipublikasikan).

Wigunadi H, Chozin MA, Arifin HS. 2008. Fungsi ekologis dan produksi tanaman dalam sistem pekarangan di Daerah Aliran Sungai Citarum Tengah, Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Kompilasi abstrak dan ringkasan hasil penelitian Studi ekologi lanskap pada pengelolaan sumberdaya hayati yang berkelanjutan di perdesaan Indonesia. Sekolah Pascasarjana IPB, Institut Pertanian Bogor.

Wijayanto N. 2002. Agroforestry (secara umum). Makalah pada TOT Entrepreneurship in Agroforestri Education. Bogor, 19 – 24 Nopember 2002.

Workman S W, S C Allen, S Jose. 2007. Alley cropping combinations for the southeastern USA. U.S. Department of Agriculture, Cooperative Extension Service, University of Florida, IFAS, Florida A & M.

Yaherwandi. 2005. Keanekaragaman hymenoptera parasitoid pada beberapa tipe lanskap pertanian di DAS Cianjur. Disertasi. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

PETANI PENDAPATAN (Rp. 000,-)

PEMELIHARAAN TANAMAN (PUPUK DAN PESTISIDA)

(Rp. 000,-) TENAGA KERJA (HOK) LAMA PENGELOLAAN (Tahun) A1 24684.78 954.66 954.66 11 A2 12410.58 818.28 818.28 11 A3 13638.00 954.66 954.66 11 A4 13638.00 954.66 954.66 11 A5 13638.00 1022.85 1022.85 11 A6 17047.50 954.66 954.66 11 A7 20457.00 954.66 954.66 11 A8 13638.00 954.66 954.66 11 A9 12274.20 818.28 818.28 11 A10 10228.50 681.90 681.90 11 A11 10228.50 954.66 954.66 11 A12 20457.00 886.47 886.47 11 A13 20457.00 954.66 954.66 11 A14 13638.00 1022.85 1022.85 11 A15 13638.00 954.66 954.66 11 A16 20457.00 1022.85 1022.85 11 A17 15001.80 1022.85 1022.85 11 A18 13638.00 954.66 954.66 11 A19 10228.50 954.66 954.66 11 A20 10228.50 1022.85 1022.85 11 A21 6819.00 1022.85 1022.85 11 A22 13638.00 1022.85 1022.85 11 A23 10228.50 954.66 954.66 11 A24 6819.00 954.66 954.66 11 A25 6819.00 954.66 954.66 11 A26 6819.00 681.90 681.90 11 A27 13638.00 954.66 954.66 11 A28 13638.00 1022.85 1022.85 11 A29 20457.00 1022.85 1022.85 11 A30 6819.00 681.90 681.90 11

PETANI PENDAPATAN (Rp. 000,-)

PEMELIHARAAN TANAMAN (PUPUK DAN PESTISIDA)

(Rp. 000,-) TENAGA KERJA (HOK) LAMA PENGELOLAAN (Tahun) T1 29884.40 13792.80 275.86 4 T2 29332.69 4597.60 206.89 4 T3 26091.38 6896.40 160.92 4 T4 5655.05 4597.60 206.89 4 T5 4735.53 0.00 137.93 4 T6 2735.57 0.00 160.92 4 T7 4689.55 0.00 137.93 4 T8 4597.60 919.52 137.93 4 T9 4942.42 919.52 137.93 4 T10 4827.48 1149.40 137.93 4 T11 3563.14 0.00 137.93 4 T12 23746.60 1149.40 160.92 4 T13 5057.36 1149.40 160.92 4 T14 4137.84 0.00 160.92 4 T15 26505.16 9195.20 160.92 4 T16 25585.64 11494.00 275.86 4 T17 1379.28 0.00 0.00 4 T18 4712.54 2298.80 183.90 4 T19 22873.06 13792.80 275.86 4 T20 10091.73 11494.00 287.35 4 T21 6896.40 4597.60 333.33 4 T22 4068.88 4597.60 241.37 8 T23 1632.15 919.52 91.95 11 T24 2988.44 1149.40 137.93 11 T25 2206.85 1839.04 183.90 10 T26 4183.82 5747.00 160.92 11 T27 2896.49 2298.80 137.93 8 T28 2298.80 1379.28 91.95 8 T29 2298.80 1839.04 91.95 5 T30 8459.58 1839.04 264.36 5

PETANI PENDAPATAN (Rp. 000,-)

PEMELIHARAAN TANAMAN (PUPUK DAN PESTISIDA)

(Rp. 000,-) TENAGA KERJA (HOK) LAMA PENGELOLAAN (Tahun) H2 1608.75 61.88 24.75 4 H3 2598.75 371.25 86.63 4 H4 8043.75 804.38 61.88 10 H5 4269.38 618.75 74.25 15 H6 1980.00 247.50 24.75 12 H7 1113.75 0.00 0.00 10 H8 1856.25 247.50 49.50 10 H9 8204.63 3712.50 136.13 5 H10 680.63 123.75 24.75 5 H11 482.63 0.00 0.00 5 H12 111.38 371.25 37.13 2 H13 1287.00 0.00 0.00 2 H14 1113.75 0.00 24.75 4 H15 1423.13 0.00 12.38 4 H16 396.00 0.00 12.38 5 H17 383.63 0.00 12.38 5 H18 383.63 0.00 12.38 10 H19 470.25 309.38 49.50 15 H20 2017.13 0.00 24.75 15 H21 1113.75 371.25 49.50 7 H22 2598.75 0.00 24.75 7 H23 3155.63 371.25 49.50 6 H24 3712.50 371.25 24.75 6 H25 2747.25 371.25 61.88 1 H26 1670.63 928.13 61.88 1 H27 507.38 371.25 74.25 4 H28 1621.13 556.88 24.75 12 H29 3749.63 371.25 24.75 12 H30 3192.75 371.25 24.75 10

ANALSIS KEBERLANJUTAN SISTEM AGROFORESTRI DI SUB DAS CISOKAN

Dokumen terkait