Halaman 1 Alur penelitian
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Ditinjau dari hasil analisis aktivitas enzim ALT, konsentrasi ekstrak undur- undur sebesar 10 mg/kg BB adalah dosis yang tepat sebagai hepatoprotektor hati tikus. Ditinjau dari hasil analisis aktivitas enzim AST, konsentrasi ekstrak undur- undur sebesar 5 mg/kg BB adalah dosis yang tepat sebagai hepatoprotektor hati tikus. Sedangkan ditinjau dari hasil histopatologi, konsentrasi ekstrak undur-undur sebesar 10
mg/kg BB adalah dosis yang tepat sebagai hepatoprotektor hati tikus.
Konsentrasi ekstrak undur-undur tidak berbanding lurus dengan perbaikan sel hati.
Saran
Perlu diadakan penelitian yang lebih intensif untuk optimasi konsentrasi undur- undur pada interval yang lebih dekat. Perlu dilakukan kajian senyawa aktif undur-undur yang mampu memperbaiki kondisisi sel atau organ. Sebaiknya pengambilan darah setelah pemberian parasetamol dihentikan dilakukan lebih awal (kurang dari 35 hari).
DAFTAR PUSTAKA
Afrian M. 2008. Potensi Hepatoprotektif
Curcuma xanthoriza Roxb,
Myrmelon sp., Propolis Trigona
spp., dan Hibiscus sabdariffa L. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam , Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2010. Mari Mengenal Organ Hati
Anda. www.pinginsehat.com [27 Desember 2010]
Botz et al. 2003. Effect of slope and particle size on ant locomotion: Implication for choice of substrate by sand dragons. J. Kans. Entomol. Soc. 76:426-435.
Boyer Rodney. 2002. Concepts in
Biochemistry Second Edition.
Singapore: Books Cole.
Brick J. 2004. Medical consequences of alcohol. www.rutgers-uni.ac.us. [27 November 2008].
Chemani. 2010. Parasetamol Obat Turun Panas dan Toksisitasnya Ditinjau dari Kimia Organik. www. worldmolecul. com.[15 Juli 2010] Chounta et al. 2003. Cholestatic liver injury
after glimepiride therapy. Journal of
Hepatology 42:944-946.
Coles EH. 1986. Veterinary Clinical
Pathology. London: WB Saunders.
Dellman HD, Brown EM. 1992. Histologi
Veteriner II. Ed ke-3. R Hartono,
penerjemah. Jakarta: UI Pr.
Terjemahan dari: Text Book of Veterenary Histology.
Edem DO, Akpanabiatu MI. 2006. Effect of palm oil containing diets on enzyme activities of rats. Pakistan J Nutr
5:301-305.
Gan S et al. 1980. Farmakologi dan Terapi. Ed ke-2. Jakarta: UI Pr.
Giannini EG, Testa R, Savarno V. 2005. Liver enzyme alterations: a guide for clinicians. Canadian Med Asso J
(CMAJ) 172:1497-1503
Girindra A. 1989. Biokimia Patologi Hewan. Bogor: PAU IPB.
Gonzalez FJ. 2001. The use of gene knockout mice to unravel the mechanism of toxicity and chemical carcinogenesis. Toxicology Letters
120: 199-208.
Gupta M, Mazunder UK, Kumar TS, Gomathi P, Kumar RS. 2004. Antioxidant and hepatoprotective effect of Bauhinia racemosa against paracetamol and carbon tetrachloride induced liver damage in rats.
Iranians J Pharmacol Therapeutics.
12-20.
Guyton AC. 1983. Buku Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Hastuti Tri. 2008. Aktivitas Enzim Transaminase dan gambaran Histopatologi Hati Tikus Yang Diberi Kelapa Kopyor Pasca Induksi Parasetamol. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Hayward. 2007. Alanine Aminotransferase and Aspartate Aminotransferase. Technical Bulletin 114. www.cholestech.com. [27 Desember 2010]
Hodgson E, Levi PE. 2000. A Textbook of
Modern Toxicologi. Ed ke-2.
Singapore: McGraw-Hill.
Ismiyatun Siti. 2006. Pengaruh Pemberian Sidaguri Terhadap Kadar Enzim AST dan ALT pada Darah Tikus Putih. [Skripsi]. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Semarang.
Junquieira LC, Carneiro J. 1995. Histologi
Dasar. Adji Dharma, penerjemah.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Terjemahan dari: The elements of Histology.
Kaneko JJ. 1980. Clinical Biochemistry of
Domestic Animals. Ed ke-3. New
York: Academic Pr.
Koolman J, Rohm KH. 2001. Atlas
Berwarna dan Teks Biokimia.
Septelia I Wanandi, penerjemah. Jakarta: Hipokrates. Terjemahan dari: Color Atlas of Biochemistry. Liang, Apsarton, Widjaja, Puspa. 1985.
Beberapa aspek isolasi, identifikasi dan penggunaan komponen- komponen C. xanthoriza Roxb dan
C. domestica. Prosiding Simposium
Nasional Temulawak. Bandung.
101-116.
Liza. 2010. Temulawak dari Uji Empirik
hingga Uji Klinis. www.lizaherbal.com [27 Desember
2010]
Mark DB, Allan DM., Collen MS. 2000.
Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta:
Penerbut Buku Kedokteran.
Moore M. et al. 1985. The toxicity of acetaminophen and N-acetyl-p- benzoquinone imine in isolated hepatocytes is associated with thiol depletion and increased cytosolic Ca2+. J Biol Chem 260:13035-13040. Murugesh KS, Yeligar VC, Maiti BC, Maity TK. 2005. Hepatoprotective and antioxidant role of Berberis tinctoria lesch leaves on parasetamol induced hepatic damage in rats. Iranian J
Pharmacol 4:64-69.
Pilichos C, Perrea D, Demorakau M, Preza A, Donta I. 2004. Management of carbon tetrachloride-induced acute liver injury in rats by syngeneic hepatocyte transplantation in spleen and peritoneal cavity. World J
Gastroenterol 10:2099-2112.
Runnells RA. 1946. Animal Pathology. Ed ke-4. Iowa: Iowa State University Pr.
Runnells RA, Monlux WS, Monlux AW. 1965. Principle of Veterinary
Pathology. Ed ke-7. Iowa: Iowa
State University Pr.
Santoso Heru. 2000. Petunjuk Praktikum
Biokimia. Yogyakarta: UGM Pr.
Sedarnawati Y, Imaizumi K, Sugano M. 1991. Effect of an Indonesian medicinal plant, Curcuma xanthoriza Roxb, on the levels of serum glucose and triglycerida, fatty acid desaturation , and bile acid excretion in streptozotocin-induced diabetic rats. J. Agric Biol Chem. 55:3005- 3010.
Sumitro SB, Widyarti S, Fatchiyah. 1994. Identifikasi protein stres dalam serum darah mencit dan tikus dalam berbagai kondisi stres. J. Universitas
Brawijaya 6:88-99.Zimmerman, H.J.
1978. Hepatotoxicity. New York: appleton Century Croft.
Smith JB, Mangkoewidjojo S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan, dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Pr. Wahid Mashuri. 2008. Beternak Undur-
Undur sebagai Obat Penyakit Dalam. www. Indosiar. com. [25 November 2010]
Zimmerman H.J. 1978. Hepatotoxicity. New York: Appleton Century Croft.
Lampiran 1 Alur penelitian
Tikus putih jantan galur Sprague-Dawley berumur 5 minggu
aklimatisasi selama 2 minggu
pengelompokkan
Pengamatan sebelum dan selama perlakuan
Hari ke-0 bobot tingkah kondisi badan laku fisik
Hari ke-21 pengambilan darah pengukuran aktivitas AST/ALT
Hari ke-48 pengambilan darah pengukuran aktivitas AST/ALT
Nekropsi pembuatan histopatologi hati
I
Kontrol
normal
n = 4
II
Kontrol
positif
n = 4
III
Kontrol
negatif
n =4
IV
Perlakuan
undur-undur
(dosis = 5
mg/kg BB)
n = 4
V
Perlakuan
undur-undur
(dosis = 10
mg/kg BB)
n = 4
VI
Perlakuan
undur-undur
(dosis = 15
mg/mL)
n = 4
Lampiran 2 Rancangan percobaan
Kelompok percobaan
Pakan Standar + Akuades Selama 35 hari Pakan Standar + Akuades + Parasetamol 500 mg/kg BB Selama 14 hari + Temulawak 42.86 mg/kg BB Selama 21 hari berikutnya Pakan Standar + Akuades + Parasetamol 500 mg/kg BB Selama 14 hari + Parasetamol 500 mg/kg BB Selama 21 hari berikutnya Pakan Standar + Akuades + Parasetamol 500 mg/kg BB Selama 14 hari + Undur undur Dosis 5 mg/kg BB Selama 21 hari berikutnya Pakan Standar + Akuades + Parasetamol 500 mg/kg BB Selama 14 hari + Undur undur Dosis 10 mg/kg BB Selama 21 hari berikutnya Pakan Standar + Akuades + Parasetamol 500 mg/kg BB Selama 14 hari + Undur undur Dosis 15 mg/kg BB Selama 21 hari berikutnya Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok IV Kelompok V Kelompok VILampiran 3 Pengukuran aktivitas enzim ALT dan AST
2 mL darah
sentrifus pada 3000 rpm pereaksi I pereaksi II selama 15 menit
1 mL 4 mL
1 mL supernatan 1 mL campuran pereaksi
Inkubasi pada suhu 37°C dihomogenkan selama 15 menit
simpan dalam botol gelap tertutup pada suhu 2-8°C ukur absorban pada λ=340 nm
Lampiran 4 Pembuatan sediaan histopatologi
Pengambilan organ hati
Fiksasi
(perendaman dalam BNF 10% selama 6-48 jam)
Dehidrasi
(penghilangan air dengan etanol 70%, 80%, 96%, absolut I, absolut II masing-masing selama 2 jam)
Clearing
(penghilangan etanol dengan xilol I dan xilol II @ 40 menit)
Embedding
(penanaman jaringan dalam parafin)
Sectioning
(pengirisan dengan mikrotom setebal 2 µm)
Mounting
(penempelan jaringan kaca objek)
Staining
(pewarnaan Haemotoxylin-Eosin)
Permounting
Lampiran 5 Penghitungan dosis
Dosis pemberian parasetamol
Dosis yang digunakan : 500 mg/kg BB Pembuatan larutan stok :
1 tablet @ 500 mg dilarutkan dalam 5 mL akuades (100 mg/mL) Konversi dosis untuk tikus (ex: 200 g)
200 g x 500 mg = 100 mg ≈ 1 mL larutan 1000 g
Dosis pemberian temulawak
Dosis pengobatan : 3 x 2 kapsul @ 500 mg serbuk temulawak (3 g) Asumsi bobot badan manusia : 70 kg
Perhitungan dosis : Pembuatan larutan stok :
Dosis per kg BB = 3000 mg = 42,86 mg/kg BB 70 kg
Konversi dosis untuk tikus (ex: 200 g)
200 g x 42,86 mg = 8,57 mg ≈ 0,0086 g ≈ 0,9 mL larutan 1000 g
Dosis pemberian undur-undur darat
Dosis pengobatan : 10 mg/kg BB Dosis larutan :
10 mg undur-undur darat dilarutkan dalam 5 mL akuades (2 mg/mL)
Artinya 2 mg undur-undur darat yang dicekok, dicekok dengan 1 mL larutan. Konversi dosis untuk tikus (ex: 200 g):
200 g x 10 mg = 2 mg = 1 mL larutan 1000 g
Lampiran 6 Pewarnaan Haematoxylin-Eosin
Xilol I (2 menit)
Xilol II (2 menit)
Etanol absolut (2 menit)
Etanol 90% (1 menit)
Etanol 80% (1 menit)
Cuci dengan air (1 menit)
Pewarna Mayers-Haematoxylin (8 menit)
Cuci dengan air (30 detik)
LiCl (15-30 detik)
Cuci dengan air (2 menit)
Pewarna Eosin (2-3 menit)
Cuci dengan air (30-60 detik)
Etanol 95% (10 kali celupan)
Xilol I (1 menit)
Xilol I (2 menit)
Angin-anginkan beberapa menit
Lampiran 7 Hasil analisis AST dan ALT (U/L)
Perlakuan
Hari ke-0 Hari ke-14 Hari ke-35
AST ALT AST ALT AST ALT U1 110 79.5 201 86 123 86 110 79.5 175 92 131 89 110 79.5 198 88 111 88 110 79.5 91 72 95 72 Rataan 110 79.5 166.25 84.5 115 83.75 U2 110 79.5 165 81 135 88 110 79.5 162 79 123 69 110 79.5 211 160 175 99 110 79.5 201 142 182 86 Rataan 110 79.5 184.75 115.5 153.75 85.5 U3 110 79.5 132 75 132 94 110 79.5 142 57 121 83 110 79.5 165 117 125 78 110 79.5 177 112 138 82 110 79.5 154 90.25 129 84.25 Temulawak 110 79.5 174 86 152 88 110 79.5 144 92 142 82 110 79.5 194 75 217 76 110 79.5 188 82 232 82 Rataan 110 79.5 175 83.73 160.75 82 Parasetamol 110 79.5 213 110 178 85 110 79.5 222 122 175 85 110 79.5 196 89 213 86 110 79.5 223 94 201 74 Rataan 110 79.5 213.5 103.75 191.75 82.5 Normal 110 79.5 195 99 166 86 110 79.5 188 96 222 95 110 79.5 138 65 124 94 110 79.5 142 57 132 83 Rataan 110 79.5 165.75 79.25 161 89.5
Lampiran 8 Uji Statistika ALT dan AST
ANOVA