• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAERAH PARTISIPATIF

6 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

1. a. Kebijakan Pembangunan Berbasis Rukun Tetangga (PBRT) merupakan inovasi kebijakan pembangunan karena menempatkan Rukun Tetangga sebagai lokus kegiatan, sehingga Rukun Tetangga ditempatkan tidak lagi sebatas untuk kebutuhan administratif, tetapi sebagai kesatuan komunitas warga yang saling berinteraksi dan diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam setiap tahapan pembangunan.

b. Warga komunitas Rukun Tetangga memutuskan mengadopsi PBRT karena karakteristik inovasi PBRT memiliki keuntungan relatif karena

88

memberikan dana stimulan (keuntungan ekonomis), prestise sosial menjadi pengurus RT, dan memberikan kesempatan kepada semua warga untuk berpartisipasi dalam proses pembangunan. Inovasi PBRT memiliki kesesuaian dengan budaya basiru yang berkembang di masyarakat. Secara konseptual PBRT dinilai sederhana sehingga mudah untuk dicoba dan diamati hasilnya. Sebagai suatu komunitas yang kohesif, keputusan untuk menerima kebijakan PBRT oleh komunitas Rukun Tetangga merupakan keputusan kolektif berdasarkan musyawarah warga, meski pun di beberapa RT dipengaruhi keputusan otoritas dari pemuka masyarakat.

c. Pada proses komunikasi inovasi, terjadi proses membangun jaringan, pembelajaran sosial, dan negosiasi. Jaringan komunikasi internal telah terbangun dan berlangsung efektif, namun pembentukan jaringan dengan pihak eksternal di luar komunitas belum berjalan. Dalam proses komunikasi inovasi PBRT, warga belajar dari sejumlah informasi yang diperoleh melalui komunikasi dan partisipasi dalam sistem sosial Rukun Tetangga. Proses belajar terjadi mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan sampai ke monitoring dan evaluasi program BGP. Negosiasi terjadi dalam internal komunitas Rukun Tetangga dalam pembagian tugas, peran dan tanggung jawab, namun negosiasi dengan pihak eksternal di luar komunitas belum berjalan.

2. a. Tingkat partisipasi komunitas rukun tetangga dalam mengelola BGP secara umum tergolong baik, baik pada ranah kognitif (pengetahuan) maupun afektif (kemauan). Perilaku partisipatif komunitas rukun tetangga menunjukkan perbedaan antar desa. Desa-desa di luar lingkar tambang Batu Hijau menunjukkan perilaku partisipatif yang lebih baik dibandingkan dengan desa Sekongkang Bawah yang termasuk dalam desa lingkar tambang Batu Hijau. Komunitas masyarakat yang berada di desa- desa persawahan memiliki tingkat partisipasi yang lebih baik dibandingkan dengan desa-desa nelayan. Komunitas rukun tetangga yang tinggal di wilayah perkotaan menunjukkan tingkat partisipasi warga tergolong baik.

b. Perilaku partisipatif warga komunitas rukun tetangga yang tergolong tinggi adalah karena rukun tetangga adalah insitusi sosial kemasyarakatan yang terkecil setelah rumah tangga, dimana rukun tetangga merupakan wadah interaksi dan komunikasi warga yang terjadi setiap hari. Tingkat partisipasi yang berbeda ditunjukkan warga terhadap program-program pembangunan di luar komunitas, seperti program-program di tingkat desa dan atau kecamatan. Untuk program-program BGP dari pemerintah pusat dan BGP dari perusahaan swasta, partisipasi warga komunitas rukun tetangga tergolong rendah.

c. Peubah-peubah yang berpengaruh nyata terhadap perilaku partisipatif komunitas rukun tetangga adalah motivasi intrisik, motivasi ekstrinsik, karakteristik sistem sosial, karakteristik program, dan peran fasilitator. Motivasi yang datang dari dalam diri warga komunitas untuk berpartisipasi dalam pembangunan di lingkungannya tergolong baik, namun faktor-faktor dari luar diri warga komunitas tidak cukup kuat memotivasi warga untuk berpartisipasi.

89 d. Karakteristik sistem sosial menunjukkan keinginan komunitas rukun tetangga untuk kembali ke nilai-nilai gotong-royong, dan adanya perubahan orientasi nilai budaya untuk memperhatikan masa depan. Komunitas rukun tetangga menilai karakteristik program BGP yang mereka terima telah memberikan ruang untuk berlangsungnya proses partisipatif dan komunikatif. Program BGP tidak menempatkan pendamping atau fasilitator secara khusus, namun di lingkungan komunitas rukun tetangga terdapat individu-individu yang secara sukarela melakukan peran sebagai fasilitator. Kemampuan fasilitator melaksanakan peran memfasilitasi dan mengedukasi dinilai baik, sedangkan kemampuan melaksanakan peran representasi dinilai cukup.

3. a. Pengelolaan BGP oleh komunitas dilihat dari aspek perencanaan, pelaksanaan, pemanfaatan dan pemeliharaan tergolong baik, sedangkan aspek monitoring dan evaluasi tergolong cukup. Pengelolaan program- program yang menyangkut hubungan sosial warga komunitas seperti dana stimulus RT dan program bedah rumah dapat dilaksanakan secara mandiri oleh komunitas. Sedangkan program yang menyangkut pengembangan ekonomi dan perencanaan membutuhkan pendampingan bagi komunitas rukun tetangga.

b. Keberdayaan komunitas rukun tetangga dalam mengelola BGP dilihat dari tiga aspek, yaitu keberdayaan komunitas rukun tetangga dalam penguatan kelompok dan kepeloporan, keberdayaan komunitas rukun tetangga dalam penguatan sosial dan ekonomi, dan keberdayaan komunitas rukun tetangga dalam penguatan demokrasi dan partisipasi tergolong baik. Namun demikian masih dibutuhkan fasilitasi untuk penguatan ekonomi secara berkelompok.

c. Keberdayaan komunitas rukun tetangga berpengaruh positif dan berpengaruh nyata terhadap perilaku partisipatif komunitas dalam mengelola BGP. Hal ini memperlihatkan kuatnya modal sosial (social capital) di komunitas rukun tetangga sebagai salah satu modal penting dalam keberlanjutan pembangunan.

Saran

Memperhatikan beberapa pembelajaran dari implementasi pengelolaan BGP oleh komunitas rukun tetangga, maka implikasi kebijakan yang dapat disarankan adalah:

1. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2004 tentang Desa, maka kebijakan PBRT menekankan agar pemerintah desa tetap menjadikan rukun tetangga sebagai pelaku dalam pembangunan desa, tetap menempatkan pra Musrenbangdes di tingkat RT sebagai dasar penyusunan Rencana Angaran Pendapatan dan Belanja Desa (RAPBDes)

2. Menjadikan rukun tetangga sebagai unit belajar masyarakat dengan memfasilitasi sarana dan prasarana belajar, sumber pembelajaran, dan tenaga fasilitator sesuai kompetensi yang dibutuhkan.

90

3. Menjadikan rukun tetangga sebagai unit pengembangan ekonomi untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan warga komunitas dengan memberikan fasilitasi dan membuka akses ke sumber-sumber permodalan dan jaringan pemasaran

4. Menumbuhkan fasilitator-fasilitator lokal yang akan memfasilitasi proses belajar di komunitas rukun tetangga dengan berbagai kompetensi. Selain melalui jalur non formal melalui pelatihan, penyiapan fasilitator profesional yang memiliki kompetensi dapat bekerjasama dengan Perguruan Tinggi setempat dan LSM lokal, dengan memberikan pendidikan (setara diploma) di Akademi Komunitas setempat.

5. Langkah-langkah untuk menumbuhkan fasilitator lokal, yang pertama adalah mengidentifikasi para aktor lokal yang kemudian dilembagakan menjadi kader pemberdayaan. Berikutnya adalah membangun kesadaran kolektif tentang isu- isu yang berkembang di masyarakat, kemudian melakukan pembelajaran, pengorganisasian, pelatihan dan mentoring sesuai kebutuhan. Terakhir adalah pelembagaan (institusionalisasi) dalam proses perencanaan desa (Musrenbangdes).

6. Memperhatikan proses pembelajaran sosial yang terjadi di komunitas Rukun Tetangga, pendekatan masalah yang selama ini digunakan diubah menjadi pendekatan apresiatif. Dari proses pembelajaran sosial, warga menemukan pengalaman-pengalaman positif yang akan menjadi modal penting dalam pembangunan di lingkungannya dengan mengedepankan potensi yang dimiliki daripada terus mengharapkan bantuan dari luar komunitas.

91

DAFTAR PUSTAKA

Abbott J. 1996. Sharing the City: Community Participation in Urban Management. London (GB): Earthscan Publications Limited.

Abe A. 2005. Perencanaan Daerah Partisipatif. Yogyakarta (ID): Penerbit Pustaka Jogya Mandiri.

Aditjondro, Junus G, Silalahi D, Utami M, Bulan W. 2010. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri: Proyek Buta Tuli Terhadap Aspirasi Masyarakat Desa. Laporan Penelitian. Jakarta (ID): INFID. Akadun. 2011. Revitalisasi Forum Musrenbang sebagai Wahana Partisipasi

Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. Jurnal Mimbar.28(2): 183-191.

Anantanyu S. 2009. Partisipasi petani dalam meningkatkan kapasitas kelembagaan kelompok petani (kasus di Provinsi Jawa Tengah). [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Anderson LW, Krathwohl DR, Airasian PW, Cruikshank KA, Mayer RE, Pintrich PR, Raths J, Wittrock MC. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing. New York (US): Addison Wesley Longman, Inc. Arnstein SR. 1969. A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American

Institute of Planners. 35(4):52-65.

Babie E. 2004. The Practice of Social Research. Ed ke-10. Wadsworth (AU): Australia.

Bandura A. 1977. Social Learning Theory. Englewood Cliff (US): New Jersey Pretice- Hall.

Bloom BS. 1973. Taxonomy of Educational Objectives. Handbook I and II. New York (US): David McKay Company; Inc. New York for Longmanns. Chamala S, Shingi PM. 1997. Establishing and Strengthening Farmer

Organizations. Di dalam: Improving Agricultural Extension. Rome: Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Chambers R. 1985. Rural Development : Putting the Last First. London (GB); New York Longman.

Cohen JM, Uphoff NT. 1977. Rural Development Participation: Concept and Measures for Project Design, Implementation and Evaluation. Rural Development Monograph No. 2. Ittacha (US): Cornell University.

Cooke BU, Kothari, 2004. The Case for Participation as Tyranny. In B Cooke, U Kothari, eds. Participation: The New Tyranny? London: Zed Books. Danel dan Lasimpo., 2008. Menebar Dana Menuai Kemiskinan: PPK (Program Pengembangan Kecamatan), Program Pengentasan Kemiskina Bank Dunia di Sulawesi Tengah. Working Paper No. 2 2008. Jakarta (ID): INFID.

Departemen Dalam Negeri. 2007. Modul Diklat Teknis Pengentasan Kemiskinan. Proyek Peningkatan Kapasitas yang Berkelanjutan untuk Desentralisasi (Sustainable Capacity Building Project for Decentralization/SCBD Project). Jakarta (ID). Departemen Dalam Negeri.

Dharmawan AH. 2006. Pendekatan-pendekatan Pembangunan Pedesaan: Perspektif Klasik dan Kontemporer. Makalah disampaikan pada acara “Apresiasi Perencanaan Pembangunan Daerah bagi Tenaga Pemandu

92

Teknologi Mendukung Prima Tani”, Cisarua Bogor, 19-25 November 2006.

Dipokusumo B. 2011. Model partisipatif perhutanan sosial menuju pengelolaan hutan berkelanjutan (kasus pembangunan hutan kemasyarakatan pada kawasan hutan lindung di Pulau Lombok). [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Djogo, Tonny, Sunaryo, Didik Suharjito, Sirait M. 2003. Kelembagaan dan Kebijakan dalam Pengembangan Agroforestri. Bogor (ID): World Agroforestry Centre (ICRAF).

Djohani R. 2003. Perjalanan Menuju Masyarakat Partisipatif. Laporan Evaluasi Dampak Pengintegrasian Metodologi Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam Program Pengembangan Masyarakat (Community Development) di Wilayah Nusa Tenggara. Bandung: Studio Driya Media untuk Konsorsium Pengembangan Masyarakat Nusa Tenggara (KPMNT). Dunn ES. 1971. Economic and Social Development: a Process at Social

Learning. Baltinore (US): The Johan Hopkins University Press.

Esman MJ, Norman T, Uphoff. 1984. Local Organizations : Intermediaries in Rural Development. Ithaca (US): Comell University Press.

Finegold, Kenneth., Laura Wherry and Stephanie Schardin., 2004. Block Grants Historical Overview and Lesson Learned. Urban Institut Published No. A- 63 in Series “New Federalism: Issues and Options for States”. http://www.urban.org/publications/310991.html diunduh tanggal 12 Agustus 2012.

Freire P. 1984. Pendidikan, Pembebasan, Perubahan Sosial. Jakarta (ID): PT Sangkala Pulsar.

Friedmann J. 1992. Empowerment: The Politics of Alternative Development. Cambridge (GB): Blackwell Publishers.

Fukuyama F. 2001. Social capital, civil society and development. Third World Quarterly. 22(1)7-20.

Fukuyama F. 2002. Trust: Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Yogyakarta (ID): Qalam.

Giddens A. 2010. Teori Strukturasi: Dasar-dasar Pembentukan Struktur Sosial Masyarakat (The Constitution of Society: Outline of the Theory of Structuration). Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar.

Goodman DJ, Rizer G. 2003. Teori Sosiologi Modern. Ed Ke-6. Jakarta (ID). Perpustakaan Nasional.

Hadi AP. 2002. Sikap masyarakat perdesaan terhadap komunikasi publik dan program pengembangan masyarakat PT NNT di Lingkar Tambang Batu Hijau Kabupaten Sumbawa. Jurnal Agrimansion. 3(01):135-150.

Hadi AP, Hilyana, Hayati. 2003. Revitalisasi Kelembagaan Petani dan Masyarakat Perdesaan Melalui Pemberdayaan Kelompok Lokal Dalam Kerangka Pembangunan Desa Berkelanjutan. Laporan Penelitian Hibah Bersaing XI Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Mataram: Lembaga Penelitian Universitas Mataram.

Hadi AP, Hadi A. 2009. Menyatukan Harapan Memadukan Tindakan. Pembelajaran dari Program Peningkatan Pendapatan Petani melalui

93 Inovasi di Kabupaten Lombok Timur. Jakarta (ID): Yayasan Agribisnis dan Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian.

Harianto S, Hidayat K, Sukesi K, Yulianti Y. 2014. Characteristic and social Processes of poverty reduction in rural community: an empirical finding. Research on Humanities and Sosial Sciences. 4(3): 182-191.

Herawati, Widjayanto, Saharuddin, Eriyatno. 2010. Analisis respon pemangku kepentingan di daerah terhadap kebijakan hutan tanaman rakyat. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan. 7(1): 13 – 25.

Hikmat H. 2006. Marginalisasi komunitas lokal dalam perspektif kontingensi strategi pemberdayaan masyarakat (studi kasus di Kota Bekasi). [disertasi]. Bandung (ID): Universitas Padjadjaran.

Holidin dan Hariyati. 2012. Dilema Partisipasi Lokal dalam Pembangunan Daerah Hasil Pemekaran: Studi di Daerah Kepulauan. Jakarta (ID). Penerbit Universitas Indonesia.

Ife JW. 2005. Community Development: Creating Community Alternatives-vision, Analysiis and Practice. Melbourne (AU): Longman.

Jayadi EM, Soemarno, Yunawiadi B, Purnomo M. 2013. Local wisdom transformation of wetu telu community on bayan forest mangement, North Lombok, West Nusa Tenggara. Research on Humanities and Sosial Sciences. 4(2): 109-118.

Juniarsih N. 2007. Perubahan nilai budaya masyarakat etnis Samawa di Kawasan Tambang PT Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat NTB. Jurnal Agrimansion. 8 (3): 176-185.

Kartasasmita, Ginandjar, 1996. Pembangunan untuk Rakyat - Memadukan Pertumbuhan dan Pemerataan. Jakarta (ID): Penerbit PT. Pustaka CIDESINDO.

Kerlinger FN. 2003. Asas-asal Penelitian Behavioral. Landung Simatupang, Penterjemah. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

Korten DC. 1981. Community Organization and Rural Development: a Learning Process Approach, Rural Development Participation Review 2. New York (US): Rural Development Community Cornell University.

Korten DC, Sjahril. 1988. Pembangunan Berdimensi Kerakyatan. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Kumar S. 2002. Methods for Community Participation: A Complete Guide for Practitioners. London (GB): ITDG.

Kuncoro M. 2006. Ekonomika Pembangunan. Ed ke-4. Yogyakarta (ID): UPP STIM YKPN

Leewis C. 2004. Communication for Rural Innovation Rethinking Agricultural Extension. Australia (AU): Blackwell Publishing.

Lippitt RJ. Watson, Wesley B. 1958. The Dynamics of Planned Change. New York (US): Harcourt, Brace and World Inc.

Marimin. 2005. Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk Teknik dan Aplikasi. Jakarta (ID): Gramedia Widiasarana.

94

Messerschmidt DA. 1995. Rapid Appraisal for Community Forestry. Methodology Series. London (GB): International Institute for Environment and Development.

Muhadli Z. 2009. Pembangunan berbasis rukun tetangga (PBRT) dalam perspektif perubahan social budaya pada masyarakat Kabupaten Sumbawa Barat (sebuah kajian fenomenologis). [disertasi]. Malang (ID): Universitas Merdeka.

Muktasam A. 2000. A Longitudinal Study of Group Roles in Indonesian Rural Development: An Analysis of Policy Formulation, Implementation and Learning Outcomes. [thesis]. Queensland (AU): The University of Queensland.

Muslim ES. 2000. Birokrasi pemerintah daerah dan fenomena people centered development, sebuah kajian analisis budaya organisasi. studi kasus Pemerintah Kota Bandung. [tesis]. Bandung (ID): Institut Teknologi Bandung.

Nasution. 1996. Penelitian Naturalistik-Kualitatif. Bandung (ID). Tarsito. Nazir M. 1998. Metode Penelitian. Jakarta (ID): Ghalia Indonesia.

Neuman WL. 2000. Social Research Method: Qualitative and Quantitative Approaches. Ed Ke-4. London (GB): Sage Publications.

Notosusanto, Nugroho. 1978. Sejarah Nasional Indonesia: Jaman Jepang dan Jaman Republik Indonesia. Jakarta (ID): Balai Pustaka.

[PNPM Mandiri] Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. 2011. Pedoman Umum PNPM Mandiri. Jakarta (ID): Sekretariat PNPM Mandiri. Pretty JN. 1995. Regenerating Agriculture. Policies and Practice for

Sustainability and Self-Reliance. London (GB): Earthscan Publications. Prijono P. 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta

(ID): CSIS.

Rogers C. 1969. Freedom To Learn. Ohio (US): Charles E Merrill Publishing Company.

Rogers C, Beatrice L, Kathy E. Macias. 2004. Program Graduation and Exit Strategies: Title II Program Experiences and Related Research. Discussion Paper No.25. TUFTs Nutrition [online] http://nutrition. tufts.edu/publications/ fpan/ diunduh tanggal 16 Juli 2011.

Rosyida, Nasdian 2011. Partisipasi masyarakat dan stakeholder dalam penyelenggaraan program corporate social responsibility (csr) dan dampaknya terhadap komunitas perdesaan. Sodality: Jurnal Transdisiplin Sosiologi, Komunikasi, dan Ekologi Manusia. 5(1): 51-70.

Sahidu A. 1998. Partisipasi masyarakat tani pengguna lahan sawah dalam pembangunan pertanian di Daerah Lombok Nusa Tenggara Barat. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Sangadji MN. 2010. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan taman nasional dengan pola kemitraan di Kepulauan Togean Sulawesi Tengah. [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Scott JC. 1981. Moral Ekonomi Petani: Pergolakan dan Subsistensi di Asia Tenggara. Jakarta (ID) : Penerbit LP3ES.

Setyawan WB. 2008. Evaluasi proses pelaksanaan program pengembangan kecamatan (PPK) di Kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul. [tesis] Semarang (ID): Universitas Diponegoro.

95 Singarimbun, Masri, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta (ID):

LP3ES.

Slamet M. 1992. Perspektif Ilmu Penyuluhan Pembangunan Menyonsong Era Tinggal Landas dalam Penyuluhan Pembangunan di Indonesia Menyonsong Abad XX1. Jakarta (ID): Pustaka Penebar Swadaya Nusantara.

Slamet M. 2000. Memantapkan Posisi dan Meningkatkan Peran Penyuluhan Pembangunan dalam Pembangunan. Makalah Seminar Nasional Pemberdayaan Sumberdaya Manusia Menuju Terwujudnya Masyarakat Madani. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Slamet M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. Bogor (ID): IPB Press.

Soemanto WS. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Sukmaniar. 2007. Efektivitas pembetrdayaan masyarakat dalam pengelolaan program pengembangan kecamatan pasca tsunami di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar. [tesis]. Semarang (ID): Universitas Diponegoro. Sulistiyani AT. 2004. Kemitraan dan Modul-modul Pemberdayaan. Yogyakarta

(ID): Gaya Media.

Sumarto, Hetifah S. 2009. Inovasi, Partisipasi dan Good Governance. 20 Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Sumaryo. 2009. Implementasi tanggungjawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) dalam pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat: kasus di Provinsi Lampung. [disertasi]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor.

Sumodiningrat G. 1999. Pemberdayaan Masyarakat dan Jaring Pengaman Sosial. Jakarta (ID): Gramedia.

Sumodiningrat G. 2007. Pemberdayaan Sosial. Kajian Ringkas tentang Pembangunan Manusia Indonesia. Jakarta (ID): Penerbit Buku Kompas. Sumpeno W. 2007. Fasilitator Genius : Kiat Efektif Mendampingi Masyarakat.

Jakarta (ID): Excelent Learning Management Center.

Susetiawan. 2000. Perubahan Paradigma Pembangunan. Bahan TOT Pembaharuan Kebijakan Pengelolaan Irigasi, November 2000.

Sutoro E, 2006. Pemberdayaan Masyarakat Desa. Materi Diklat Pemberdayaan Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan Diklat Provinsi Kaltim, Samarinda, Desember 2002.

Syahyuti. 2003. Bedah Konsep Kelembagaan Strategi Pengembangan dan Penerapannya dalam Penelitian Pertanian. Bogor (ID). Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Uphoff N. 1986. Local Institutional Development. West Hartford (AU): CT. Kumarian Press.

van Den Ban AW, Hawkis HS. 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta (ID): Kanisius.

Wahyudi A. 2013. Social capital of the empowerment of the poor society. Research on Humanities and Sosial Sciences. 3(4): 82-92.

96

Warburton D. 1998. Community and Sustainable Development. Participation in the Future. UK and WWF-UK in the US and Canada (US). Earthscan Publication Limited.

Watt WM, Ziegler AH. 2009. Empowering community members for civil leadership: the Institute for Community Leadership. Journal of Leadership Education. 7(3):28-48.

World Bank, 1992. Participatory Development and the World Bank. Potential Directions for Change. Discussion Papers No. 183 Edited by Bhuvan Bhatnagar and Aubrey C. Williams

World Bank. 2006. Inovasi Pelayanan Pro-miskin: Sembilan Studi Kasus di Indonesia. Jakarta (ID): The World Bank dan Program Analisa Kemiskinan Indonesia (INDOPOV) Poverty Reduction and Economic Management Unit East Asia and Pacific Region.

Dokumen terkait