• Tidak ada hasil yang ditemukan

Simpulan

Berdasarkan hasil estimasi parameter dan simulasi kebijakan dapat disimpulkan bahwa:

1. Kinerja fiskal daerah dapat dilihat dari persamaan DAK bidang infrastruktur (jalan, irigasi dan lainnya) yang dipengaruhi oleh variabel jumlah penduduk miskin, dan luas wilayah (hanya terdapat pada DAK jalan), dan lag DAK infrastruktur masing-masing bidang; Pendapatan Asli daerah (PAD) dipengaruhi oleh variabel total PDRB dan pengeluaran daerah. Sedangkan belanja modal dipengaruhi oleh variabel pendapatan asli daerah, DAK infrastruktur, dana bagi hasil dan lag .

2. Kinerja perekonomian sektoral dapat dilihat dari persamaan output atau PDRB sektor pertanian dan non pertanian. Output sektor pertanian dipengaruhi oleh variabel tenaga kerja pertanian, DAK bidang pertanian, selisih belanja modal dengan tahun sebelumnya, dan luas lahan sawah irigasi. Kemudian dilihat dari persamaan sektor non pertanian, yang dipengaruhi oleh variabel tenaga kerja non pertanian, belanja modal pada tahun sebelumnya, dan total panjang jalan pada tahun sebelumnya. Pada persamaan penyerapan tenaga kerja sektor pertanian dipengaruhi oleh variabel upah sektor pertanian dan PDRB sektor pertanian pada tahun sebelumnya. Sedangkan pada persamaan tenaga kerja sektor non pertanian dipengaruhi oleh rasio upah terhadap upah tahun sebelumnya dan PDRB sektor non pertanian. Persamaan upah sektoral dipengaruhi oleh PDRB, total panjang jalan (berpengaruh negatif) dan upah sektoral pada tahun sebelumnya.

3. Kemiskinan dilihat dari persamaan indeks gini yang dipengaruhi oleh variabel share PDRB sektor non pertanian. Persamaan jumlah penduduk miskin di pedesaan dipengaruhi oleh upah sektor pertanian dan jumlah penduduk miskin tahun sebelumnya. Sedangkan persamaan jumlah penduduk miskin perkotaan dipengaruhi oleh variabel oleh variabel upah sektor non pertanian, dan pengeluaran penduduk perkotaan tahun sebelumnya.

4. Peningkatan DAK jalan baik di daerah pertanian tinggi maupun rendah dapat meningkatkan kapasitas fiskal dan belanja modal, menurunkan jumlah penerapan tenaga kerja pertanian namun penyerapan tenaga kerja secara total meningkat, meningkatkan share PDRB sektor pertanian, menurunkan jumlah kemiskinan pedesaan dan perkotaan, menurunkan ketimpangan di daerah pertanian tinggi namun di daerah pertanian rendah ketimpangan tidak mengalami perubahan. Secara keseluruhan peningkatan variabel-variabel dalam model akibat peningkatan DAK jalan lebih besar terjadi pada daerah pertanian rendah di bandingkan daerah pertanian tinggi.

5. Peningkatan DAK irigasi meningkatkan kinerja fiskal daerah, menurunkan tenaga kerja sektor pertanian, dan menurunkan kemiskinan pada kedua klasifikasi daerah. PDRB sektor non pertanian dan indeks gini mengalami penurunan di daerah pertanian tinggi. Sedangkan di daerah pertanian rendah share PDRB sektor pertanian menurun serta ketimpangan tidak mengalami perubahan. Secara keseluruhan peningkatan variabel-variabel dalam model

akibat penambahan DAK irigasi lebih besar terjadi pada daerah pertanian rendah di bandingkan daerah pertanian tinggi.

6. Peningkatan DAK bidang pertanian menurunkan besarnya dana perimbangan, menurunkan penyerapan tenaga kerja pertanian pada daerah pertanian rendah, namun penyerapan tenaga kerja di daerah pertanian tinggi tidak mengalami perubahan, selain itu juga menurunkan share PDRB sektor pertanian, menurunkan indeks gini (hanya di daerah pertanian tinggi) dan menurunkan kemiskinan, namun jumlah penduduk miskin di pedesaan tidak mengalami perubahan. justru menurunkan PDRB sektor pertanian.

7. Hasil simulasi pada peningkatan belanja modal berdampak pada penurunan beberapa variabel kinerja fiskal yaitu DAK bidang infrastruktur (jalan, irigasi, dan lainnya). Peningkatan belanja modal berdampak terhadap peningkatkan kinerja perekonomian suatu daerah melalui kenaikan output sektoral dalam hal ini sektor pertanian dan non pertanian. Upah sektor pertanian pada pertanian tinggi dan tenaga kerja pertanian pada pertanian rendah menurun, serta share PDRB sektor pertanian pada kedua klasifikasi daerah menurun namun secara totalnya mengalami peningkatan. Sedangkan dampaknya terhadap jumlah penduduk miskin secara total baik di daerah pertanian tinggi dan rendah sama- sama mengalami penurunan.

8. Secara keseluruhan hasil simulasi dalam penelitian ini menunjukkan bahwa skenario simulasi 1 dan 2 yaitu peningkatan DAK jalan dan irigasi memberikan dampak yang lebih besar terhadap sektor pertanian baik di daerah pertanian tinggi dan rendah. Sementara skenario 3 dan 4 yaitu peningkatan DAK bidang pertanian dan belanja modal memberikan dampak yang lebih besar terhadap sektor non pertanian. Skenario Sedangkan secara keseluruhan jika dilihat berdasarkan klasifikasi daerah pertanian tinggi dan rendah maka dari keempat skenario simulasi tersebut dampaknya terlihat lebih besar pada daerah pertanian tinggi di bandingkan dengan daerah pertanian rendah, karena penurunannya cukup besar jika dibandingkan dengan kondisi riil rata-rata penurunan kemiskinan selama tahun 2009-2013.

Saran

Implikasi kebijakan dan rekomendasi penelitian lanjutan

Guna mencapai tujuan pembangunan ekonomi nasional maupun daerah (meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi ketimpangan pendapatan dan menurunkan kemiskinan) pada era desentralisasi fiskal maka pemerintah pusat kembali harus meningkatkan transfer dana kepada daerah tertentu yang membutuhkan layanan dasar dalam tingkat standar pelayanan minimum melalui mekanisme Dana Alokasi Khusus (DAK), dalam hal ini adalah DAK bidang infrastruktur dan pertanian dengan memperbaiki formula distribusinya. Artinya bahwa dana DAK tersebut dialokasikan kepada daerah untuk memenuhi kondisi ideal, yaitu seluruh penduduk Indonesia dapat menikmati layanan dasar masyarakat dalam tingkat standar pelayanan minimum (SPM) yang sama sebagaimana tujuan utama DAK. Mengingat kapasitas fiskal yang dihasilkan dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata terhadap besar kecilnya DAK, maka formula yang digunakan seharusnya menitikberatkan kepada pemenuhan kebutuhan sarana prasaran dasar daerah sehingga tercipta layanan dasar

masyarakat yang menyeluruh dan dapat di akses oleh seluruh lapisan masyarakat. Dengan demikian kesenjangan baik antar daerah maupun antar penduduk dapat di minimalsir bahkan menjadi tiada.

Sementara untuk pemerintah daerah, karena dalam konteks era desentralisasi fiskal, maka pemerintah daerah juga diharuskan melakukan alokasi dan pemanfaatan dana sebaik mungkin sesuai dengan potensi daerah masing-masing. Mengingat dalam beberapa tahun terakhir penurunan kemiskinan melambat dan indeks gini meningkat maka maka yang harus dilakukan adalah merevisi struktur anggaran belanja untuk kegiatan yang dapat mengurangi jumlah penduduk kemiskinan melalui peningkatan belanja modal yang terbukti berdampak efektif terhadap kinerja sektor riil terutama sektor pertanian yang menjadi mata pencaharian mayoritas masyarakat miskin di pedesaan. Untuk mencapai kondisi yang demikian maka harus juga didukung dengan pemahaman pemerintah daerah terhadap tata kelola ekonomi daerah yang baik.

Sebagai rekomendasi untuk penelitian lanjutan maka hendaknya dimasukkan juga faktor penerapan tata kelola ekonomi daerah untuk mendapatkan formulasi kebijakan yang komprehensif terkait implementasi pengelolaan dana transfer DAK di daerah. Selain itu disagregasi cakupan wilayah penelitian juga penting untuk dilakukan dengan menggunakan data level pemerintahan kabupaten/kota mengingat cakupan alokasi DAK ini sampai pada level kabupaten/kota. Sehingga rumusan kebijakna yang dihasilkan nantinya dapat langsung menyentuh masyarakat miskin yang tersebar di kawasan pemerintahan level kabupaten/kota.

Dokumen terkait