• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, selanjutnya dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang berlangsung di Sekolah Dasar saat ini lebih menekankan pada pencapaian aspek kognitif karena guru belum menemukan metode yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS. Proses pembelajaran masih menggunakan konsep-konsep mengajar konvensional, masih mencatat dari buku paket dan masih meindahkan tulisan guru dari papan tulis.

2. Penelitian yang dilakukan telah menghasilkan sebuah model pembelajaran yang dipandang dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang telah dimodifikasi dengan kuis siapa berani yang meniru kuis yang ada pada station TV. Hal ini dilakukan sesuai dengan karakteristik siswa usia sekolah dasar yang senang bermain. Desain model pembelajaran yang dikembangkan terdiri dari: 1) Penentuan Tema atau topik, diambil dari silabus (kurikulum); 2) Tujuan pembelajaran, terdiri dari tujuan pembelajaran umum berisi kompetensi dasar berkenaan dengan topik yang dibahas, diambil dari silabus dan tujuan pembelajaran khusus berisi rumusan indikator yang merupakan penjabaran dari kompetensi dasar dan terukur; 3) Materi Pembelajaran, berisi substansi bahan pelajaran yang akan

diajarkan, terdiri dari gambaran umum dari bahan pelajaran dan merrupakan rincian dari topik yang diajarkan; 4) Model pembelajaran, merupakan gambaran model pembelajaran secara umum terdiri dari langkah-langkah atau prosedur pembelajaran dengan berbagai variasi metodenya disesuaikan dengan materi pelajaran. Metode yang digunakan adalah metode yang mengaktifkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran; 5) Media dan sumber pembelajaran, media yang digunakan adalah yang tersedia di lingkungan Sekolah, sedangkan sumber pembelajaran berupa buku-buku yang dapat dijadikan acuan baik yang tersedia di perpustakaan sekolah, yang dimiliki oleh guru maupun yang dimiliki oleh siswa; 6) Evaluasi pembelajaran, adalah ealuasi proses yang dilakukan selama proses pembelajaran melalui observasi guru dan evaluasi hasil dilakukan untuk menilai hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan soal-soal.

3. Pelaksanaan model yang dikembangkan terdiri dari tiga langkah yaitu kegiatan awal sebagai pembuka pembelajaran, kegiatan ini merupakan kegiatan utama dari proses pembelajaran dan kegiatan penutup atau kegiatan akhir. Kegiatan awal sebagai pembuka kegiatan pembelajaran, berisi penyampaian tujuan pembelajaran, pemberian motivasi serta pembagian kelompok dan pengkondisian kelas. Kegiatan pokok pembelajaran berisi kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya yaitu mendengarkan penjelasan singkat dari guru, diskusi kelompok, dan diskusi kelas yang diawali dengan presentasi. Kegiatan akhir atau kegiatan penutup adalah penyimpulan materi pelajaran

oleh siswa dan guru, pemberian reward dan pembagian tugas individu dan kelompok untuk pertemuan berikutnya.

4. Evaluasi yang dikembangkan dalam model ini adalah evaluasi hasil. Penilaian hasil dilakukan untuk menilai hasil belajar siswa yang dilakukan pada akhir perrtemuan. Penilaian terhadap perkembangan hasil belajar. Untuk menilai penguasan terhadap materi yang dipelajari, guru bisa menggunakan tes objektif, uraian atau kuis yang diberikan guru pada akhir pembelajaran. Penilaian hasil juga bisa dilakukan terhadap hasil karya kelompok dan atau individu berupa resume atau jawaban kuis.

Proses evaluasi yang telah dilakukan yaitu diawali dengan proses evaluasi pertandingan kelompok ketika proses pembelajaran berlangsung. Proses ini memberikan ingatan yang baik kepada siswa dan diakhiri dengan evaluasi terhadap keseluruhan materi pembelajaran. Evaluasi ini dijadikan tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran, pada proses ini siswa telah mendapatkan hasil maksimal dan telah memenuhi unsur-unsur kognitif, afektif dan psikomotorik

5. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran yang dikembangkan telah terbukti secara empiris dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Dari uji coba terbatas dan uji coba secara luas yang dilakukan pada tiga sekolah, ditemukan adanya perbedaan yang sangat berarti antara hasil tes awal dan hasil tes akhir. Nilai rata-rata hasil tes akhir yaitu setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe TGT yang dikembangkan mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dibanding dengan nilai rata-rata hasil tes awal yaitu sebelum dilakukannya model pembelajaran yang dikembangkan. Kesimpulan tersebut didukung oleh hasil analisa statistik terhadap keseluruhan nilai hasil belajar siswa selama uji coba baik uji coba terbatas maupun uji coba luas yaitu diperoleh t hitung > t tabel pada setiap pengujian.

Maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan teknik Team Games Tournament telah terbukti melalui serangkaian pengujian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

6. Faktor penghambat dan pendukung dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif. Factor penghambatnya adalah siswa harus lebih kreatif dalam membangun struktur kelompok dan siswa harus lebih berani. Sedangkan factor penghambat dari pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TGT ini adalah waktu yang sangat sempit sekali dan persiapan guru harus lebih matang, agar pelaksanaan pembelajaran lebih optimal

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe TGT yang dapat meningkatkan hasil belajarsiswa Sekolah Dasar, maka dikemukakan rekomendasi kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut :

1. Untuk Guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) atau Guru Kelas

Secara emperis, model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa, oleh karena itu disarankan agar model yang telah dihasilkan ini menjadi salah satu alternatif bagi para guru untuk mendidik siswanya agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang baik di masyarakat serta memiliki hasil belajar yang baik pula sebagai bekal dasar melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT ini memungkinkan siswa memupuk kerjasama antar temannya, terutama setelah dipadukan dengan permainan kuis. Sebab itu, guru Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya dan guru kelas pada umumnya disarankan untuk mau mempelajari model ini serta mengkaji model-model pembelajaran baru yang saat ini banyak dikembangkan seperti pembelajaran kooperatif, kontekstual, terpadu, tematik dan lain-lain sehingga guru dapat menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar.

2. Untuk Kepala Sekolah

Peningkatan kualitas pembelajaran di Sekolah selalu terkait dengan kebijakan kepala Sekolah, oleh karena itu sebagai pengambil kebijakan Sekolah kepala Sekolah harus memberikan dukungan terhadap berbagai usaha yang dilakukan oleh guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajarannya. Dukungan kepala Sekolah terhadap inovasi yang dilakukan bagi guru akan menciptakan suasana yang kondusif bagi peningkatan kualitas pembelajaran dan tentu saja berpengaruh juga pada peningkatan proses dan hasil belajar siswa.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak pendekatan atau tipe, telah terbukti dari berbagai penelitian telah mampu meningkatkan kemampuan akademis dan hasil belajar siswa. Penelitian ini hanya difokuskan pada model kooperatif tipe TGT untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada tingkat Sekolah Dasar melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Desainnya dapat dikembangkan oleh penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada fokus yang berbeda, jenjang pendidikan, mata pelajaran, atau pendekatan lain dari model pembelajaran kooperatif.

Dokumen terkait