• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODOLOG

3.4 Analisis Data

3.4.4 Simulasi dampak alokasi unit penangkapan

Analisis ini akan dilakukan untuk mendapatkan gambaran besarnya keuntungan nelayan jika terjadi perubahan harga bahan bakar minyak sebesar 10%, 50% dan 75% pada :

(1)kondisi alokasi alat tangkap seperti tahun terakhir penelitian

(2)kondisi alokasi alat tangkap berdasarkan pendekatan input dan kewilayahan

kegiatan penangkapan perikanan pelagis di Pandeglang

Untuk mendapatkan keragaan dari ketiga alternatif tersebut, dilakukan simulasi dampak penerapan alokasi unit penangkapan tersebut terhadap faktor kendala.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek biologi (1) Keragaan sumberdaya ikan pelagis kecil

Kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecil merupakan aktivitas penting di Kabupaten Pandeglang. Ikan yang menjadi target tangkapan di Kabupaten Pandeglang selama 6 tahun terakhir sangat beragam. Jumlah spesies ikan yang tertangkap sejak tahun 2000 hingga 2006 mencapai 31 spesies yang didominasi oleh 8 spesies yaitu ikan teri (Stolephorus sp), kembung (Rastrelliger sp), tembang (Clupea sp), selar (Caranx sp), layang (Decapterus sp), julung-julung (Hemirhamphus sp), lemuru (Sardinela sp), dan tetengkek (Megalaspis cordyla) (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten 2006). Spesies dominan yang berhasil ditangkap oleh nelayan selama kurun waktu 6 tahun disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Rata-rata produksi hasil tangkapan dominan Kabupaten Pandeglang pada tahun 2000 hingga 2006

No Jenis Ikan Rata-rata Produksi Proporsi

(Ton) (%) 1 Teri(Stolephorus sp) 2.364,5 22,6% 2 Kembung (Rastrelliger sp) 2.331,5 22,3% 3 Tembang (Clupea sp) 1.690,4 16,2% 4 Selar (Caranx sp) 1.384,4 13,2% 5 Layang (Decapterus sp) 1.169,4 11,2% 6 Julung-julung (Hemirhamphus sp) 655,6 6,3% 7 Lemuru (Sardinella sp) 628,2 6,0% 8 Tetengkek (Megalaspis cordyla) 236,7 2,3% Jumlah 10.460,7 100,0%

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten tahun 2006 (diolah)

Berdasarkan tabel di atas, rata-rata produksi delapan spesies dominan yaitu teri (Stolephorus sp) sebesar 2.364,5 ton atau 22,6%, kembung (Rastrelliger sp) sebesar 2.331,5 ton atau 22.3%, Tembang (Clupea sp) sebesar 1.690,4 ton atau 16,2 %, selar (Caranx sp) sebesar 1.384,4 ton atau 13,2 %, Layang (Decapterus sp) sebesar 1.169,4

ton atau 11,2% Julung-julung (Hemirphus sp) sebesar 655,6 atau 6,3%, lemuru (Sardinela sp) sebesar 628,2 ton atau 6% dan tetengkek (Megalaspis cordyla) sebesar 23,7 ton atau 2,3%.

Tingkat penurunan produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang selama 10 tahun terakhir memiliki hubungan linier dengan persamaan y = 15900 - 168,89 x. Gambaran produktivitas perikanan Kabupaten Pandeglang disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5 Produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang (1991- 2006).

Berdasarkan gambar di atas, total produksi ikan pelagis kecil tertinggi terjadi pada tahun 1994 sebesar 16.884 ton, sedangkan produksi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 10.918 ton dengan rata-rata produksi ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang adalah sebesar 10,460.7 ton per tahun.

Secara global sumberdaya ikan di Kabupaten Pandeglang dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu, kelompok ikan yang memiliki produktivitas menurun dan kelompok ikan dengan produktivitas tetap. Kelompok ikan yang memiliki produktivitas menurun adalah teri (Stolephorus sp), kembung (Rastrelliger sp), tembang, julung-julung (Hemirphus sp), lemuru (Sardinela sp), sedangkan ikan yang

memiliki produktivitas tetap adalah selar (Caranx sp), layang (Decapterus sp) dan tetengkek (Megalaspis cordyla). Pola perubahan produksi delapan spesies utama disajikan pada Gambar 6.

Gambar 6 Pola perubahan produksi perikanan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang selama kurun waktu 1991-2006.

Berdasarkan data di atas produksi tertinggi teri (Stolephorus sp) terjadi pada tahun 1993 sebesar 5.797,7 ton/tahun, produksi terendah terjadi pada tahun 2006 sebesar 106,8 ton dengan tingkat produksi rata-rata mencapai 2.364,5 ton/tahun. Kembung (Rastrelliger sp) mempunyai produksi rata-rata sebesar 2.331,5 ton/tahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 2001 sebesar 3.084,7 ton dan produksi terendah sebesar 1.524,9 ton terjadi pada tahun 1997. Tembang (Clupea sp) mempunyai produksi rata-rata sebesar 1.690,4 ton/tahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1994 sebesar 2.579,9 ton dan produksi terendah pada tahun 2006 sebesar 1.029,8 ton. Julung-julung (Hemirhamphus sp) mempunyai produksi rata- rata sebesar 655,6 ton/tahun, dengan puncak produksi pada tahun 2004 sebesar 1,303.4 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 1995 sebesar 168,3 ton dan lemuru (Sardinela sp) mempunyai produksi rata-rata sebesar 628,2 ton/tahun, dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1994 sebesar 1,214.7 ton dan produksi terendah terjadi pada tahun 1997 sebesar 99,1 ton.

- 1,000.0 2,000.0 3,000.0 4,000.0 5,000.0 6,000.0 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun P roduk s i ( Ton)

Layang Selar Tetengkek

Lemuru Julung-julung Teri

Kelompok kedua adalah ikan yang memiliki produktivitas tetap yaitu selar (Caranx sp), layang (Decapterus sp) dan tetengek (Megalaspis cordyla). Produksi rata-rata ikan selar adalah 1.384,4 ton/tahun dengan puncak produksi terjadi pada tahun 1995 (2.417,6 ton) dan produksi terendah terjadi pada tahun 2000 (952,5 ton). Layang (Decapterus sp) memiliki produksi rata-rata sebesar 1.169,4 ton/tahun, dengan puncak produksi pada terjadi tahun 1991 (1.589,8 ton) dan produksi terendah pada tahun 1996 (863,4 ton) dan tetengkek (Megalaspis cordyla) mempunyai produksi rata-rata sebesar 236.7 ton/tahun, dengan puncak produksi terjadi pada tahun 2005 (574,3 ton) dan produksi terendah pada tahun 1994 (22,6 ton).

(2) Keragaan hasil tangkapan

Produksi Kabupaten Pandeglang selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 1999 hingga 2002 produksi perikanan Kabupaten Pandeglang mengalami peningkatan, sedangkan pada kurun waktu 2003 hingga 2004 mengalami penurunan drastis pada 9 alat penangkap ikan dominan di Kabupaten Pandeglang (dogol, jaring insang tetap, jaring insang hanyut, pukat cincin, bagan perahu atau rakit, bagan tancap, pukat pantai dan payang). Walaupun kecenderungan produksi alat tangkap pada tahun 1999-2002 mengalami penurunan, tetapi hal itu tidak terjadi untuk alat tangkap bagan perahu, rakit, bagan tancap, jaring insang, pukat cincin dan dogol. Perkembangan produksi perikanan tahun 1999 hingga 2004 di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 16.

1) Bagan

Bagan merupakan unit penangkapan yang banyak dioperasikan oleh nelayan Pandeglang dengan produksi mencapai 25,92 kg/trip/tahun. Selain itu bagan adalah alat tangkap yang mendaratkan hasil tangkapan dengan tingkat kesegaran tinggi karena metode pengoperasian yang dilakukan secara one day fishing. Unit penangkapan bagan di Pandeglang umumnya dioperasikan sebanyak 140 trip per tahun. Ikan yang ditangkap oleh nelayan bagan di Pandeglang terdiri dari 14 speises

yaitu sebelah, tembang, teri, kembung, tetengkek, lemuru, layang, selar, pepetek, kuwe, tigawaja, julung-julung tenggiri dan cumi.

Tabel 16 Produksi perikanan Kabupaten Pandeglang tahun 1999-2004 (ribuan ton)

Alat Tangkap 1999 2000 2001 2002 2003 2004

Dogol 4.658,80 4.338,80 2.236,10 2.288,80 3.995,00 3.742,90 Jaring insang tetap 3.789,30 3.517,00 3.737,50 3.945,80 2.842,00 2.894,50 Jaring insang hanyut 2.708,60 3.032,10 3.971,10 1.495,30 2.148,00 2.169,10 Pukat cincin 2.579,60 2.666,50 653,80 693,60 2.664,00 2.552,20 Bagan perahu dan rakit 3.860,50 3.731,00 2.768,40 2.702,10 3.003,60 2.906,50 Bagan tancap 3.797,00 3.356,70 121,80 117,20 2.973,70 2.920,30 Pukat pantai 592,80 753,30 3.418,40 - 942,00 1.957,80 Jaring klitik 88,60 121,60 271,10 561,70 90,00 82,20 Payang 2.564,10 2.707,60 10.328,90 10.488,10 2.086,00 2.528,80 Lain-lain 4.788,70 4.588,30 2.085,20 7.931,50 3.403,00 3.600,40 JUMLAH 29.428,00 28.812,90 29.592,30 30.224,10 24.147,30 25.354,70 2) Payang

Sebagai salah satu jenis boat seine, payang memiliki efektivitas tinggi untuk menangkap ikan pelagis yang memiliki tingkah laku berkelompok (shoaling behavior). Efektivitas unit penangkapan payang terlihat dari produktivitasnya yang mencapai 30,25 kg/trip/tahun, dengan rata-rata trip mencapai 152 per tahun. Alat tangkap payang di Pandeglang umumnya menangkap 14 jenis ikan yaitu manyung, selar, kuwe, tetengkek, bawal hitam, lemuru, teri, julung-julung, pepetek, biji nangka, kembung, tenggiri, tongkol dan cumi.

3) Pukat cincin (Purse seine)

Purse seine merupakan unit penangkapan yang memiliki produktivitas tinggi untuk menangkap ikan pelagis dengan tingkah laku berkelompok (shoaling behavior). Nilai produktivitas unit penangkapan purse seine di Pandeglang adalah 80,09 kg/trip/tahun dengan rata-rata trip selama satu tahun adalah 134. Dari lima unit penangkapan ikan pelagis kecil yang dikaji, Purse seine merupakan unit penangkapan yang memiliki komposisi hasil tangkapan terkecil yaitu sembilan jenis ikan. Ikan-

ikan tersebut adalah bawal hitam, julung-julung, kurisi, kembung, tengiri, tongkol, layur, cumi dan bawal putih.

4) Jaring insang (gillnet)

Jaring insang yang dioperasikan oleh nelayan Pandeglang merupakan alat tangkap yang tergolong memiliki produktivitas cukup tinggi yaitu 25,92 kg/trip/tahun. Umumnya dalam satu tahun unit penangkapan jaring insang dioperasikan sebanyak 206 trip, dengan hasil tangkapan yang diperoleh mencapai 15 jenis ikan. Jaring insang merupakan unit penangkapan yang menangkap ikan dengan komposisi terbanyak diantara empat alat tangkap lainnya, spesies tersebut adalah ikan sebelah, selar, layang, tetengkek, tembang, julung-julung, kurisi, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, cumi, bawal putih dan bawal hitam.

5) Pancing

Unit penangkapan pancing di Pandeglang termasuk unit penangkapan yang banyak dioperasikan kerena metode pengoperasiannya yang relatif mudah tetapi unit penangkapan pancing merupakan unit penangkapan yang memiliki produktivitas terendah bila dibandingkan unit penangkapan ikan pelagis kecil lainnya. Produktivitas rata-rata pancing di Pandeglang adalah 12,76 kg/trip/tahun dengan jumlah trip rata-rata mencapai 112 per tahun. Unit penangkapan pancing di Pandeglang mampu menangkap 10 spesies ikan yaitu manyung, kakap putih, bambangan, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, pari, dan kerapu.

(3) Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil

Analisis terhadap aspek biologi dilakukan untuk melihat apakah jenis alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan pelagis kecil di Pandeglang merusak sumberdaya yang ada atau tidak. Penilaian aspek biologi unit penangkapan ikan pelagis kecil dititikberatkan pada lima kriteria yaitu CPUE (catch per unit effort), jumlah trip, komposisi hasil tangkapan, dan ukuran ikan yang tertangkap untuk masing-masing alat tangkap

Kriteria pertama yang dijadikan bahan penilaian aspek biologi adalah CPUE. Prioritas masing-masing unit penangkapan ikan pelagis kecil ditentukan berdasarkan nilai CPUE tertinggi, semain tinggi CPUE maka prioritasnya semakin besar. Dengan demikian purse seine merupakan alat yang menjadi prioritas untuk dikembangkan, kemudian diikuti oleh payang, gillnet, bagan dan terakhir pancing.

Kriteria ke-2 untuk menilai pengaruh kegiatan penangkapan ikan pelagis kecil terhadap kondisi biologis ikan pelagis kecil adalah jumlah trip selama satu tahun. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka unit penangkapan jaring insang (gillnet) menempati urutan prioritas pertama, kemudian secara berturut-turut diikuti oleh payang, bagan, purse seine danpancing di urutan terakhir.

Kriteria ke-3 yang digunakan adalah komposisi hasil tangkapan setiap unit penangkapan. Berdasarkan Tabel 17 unit penangkapan pukat cincin (purse seine), adalah alat tangkap yang diprioritaskan diikuti dengan pancing, kemudian bagan dan payang, serta unit penangkapan gillnet pada prioritas terakhir.

Kriteria terakhir dari penilaian aspek biologi adalah ukuran hasil tangkapan. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap masing-masing unit penangkapan maka, pancing adalah alat tangkap yang memiliki prioritas utama (skor 5) diikuti oleh

gillnet (skor 4), purse seine dan payang pada urutan ketiga (skor 3) dan prioritas terakhir adalah bagan. Kriteria aspek biologi penangkapan ikan pelagis kecil di Kabupaten Pandeglang disajikan pada Tabel 17.

Penilaian secara menyeluruh terhadap aspek biologi perikanan pelagis kecil di Pandeglang dilakukan dengan menstandarisasi nilai-nilai pada Tabel 17 dengan fungsi nilai masing-masing kriteria. Berdasarkan hasil tersebut maka alat tangkap yang diprioritaskan adalah pukat cincin (purse seine), diikuti oleh gillnet, pancing, payang dan bagan.

4.1.2 Seleksi unit penangkapan ikan pelagis kecil berdasarkan aspek teknis

Dokumen terkait