• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam sesi ini peserta diajak untuk langsung mempraktekkan proses mediasi melalui model simulasi. Fasilitator dan panitia diharapkan sudah menyiapkan contoh-contoh kasus yang akan menjadi bahan untuk simulasi mediasi.

Peserta akan dibagi peran sesuai dengan pihak-pihak yang terlibat dalam konflik dan peran sebagai mediator. Fokus dari simulasi ini selain melihat bagaimana proses mediasi, juga untuk melihat bagaimana seharusnya mediator berperan dalam setiap tahap mediasi.

Tujuan

Agar peserta mendapatkan pemahaman praktek mediasi langsung dengan cara mempraktekannya

Metode

Kerja kelompok Simulasi mediasi

Alat Bantu

Flipchart, kertas plano, spidol berwarna Meja kursi rapat

LCD projector

Waktu

8 Jam

Proses Fasilitasi

Fasilitator menjelaskan sesi ini dan membagi kelompok ke dalam 4 Kelompok yang menjadi pihak Komunitas Adat, Wakil KUD, Pihak Perusahaan dan Wakil Pemda. (30 menit)

Fasiltator membagikan contoh kasus kepada masing pihak untuk dipelajari. Sesuai kelompok, masing-masing kelompok diminta untuk mendalami peran dalam contoh kasus yang dibagikan. (60 menit)

Fasilitator meminta kepada para pihak untuk berunding secara langsung. Proses berunding diskenariokan terjadi jalan buntu, dan para pihak sepakat untuk menunjuk mediator. Mediator ditunjuk diantara para peserta (60 menit)

Mediator yang ditunjuk diminta untuk memimpin jalannya proses mediasi. Proses diskenariokan sedapat mungkin untuk mencapai kesepakatan. (5 Jam). Mediator disarankan untuk mengikuti langkah-langkah yang telah disampaikan pada sesi sebelumnya mengenai mediasi. Dalam akhir proses, fasilitator mengajak peserta untuk merefleksikan proses mediasi. (30 menit)

Contoh Kasus

Konflik tanah yang terjadi di wilayah operasi perkebunan sawit PT. HAMBUR UANG sudah mengemuka sejak tahun 1999. PT HAMBUR UANG merupakan perusahaan Joint Venture antara MALAYSIA KUSUT USAHA, Bhd. (Malaysia) dengan PT. USAHA SERET (Indonesia). Bibit-bibit konflik sebenarnya sudah ada sejak PT. USAHA SERET melakukan pembebasan tanah milik komunitas adat MERANA pada tahun 1995-1996. Operasi perkebunan PT. HAMBUR UANG berada di 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Jaya dan Kecamatan Randu di mana keduanya berada di Kabupaten Bangau. Izin Lokasi yang diberikan pemerintah adalah seluas 30.000 Ha. Secara umum, konflik yang terjadi di wilayah operasi kebun sawit PT. HAMBUR UANG melibatkan PT. HAMBUR UANG sendiri, Petani Plasma/Komunitas Pemilik Tanah Adat, Koperasi Unit Desa (KUD) RESAH dan Pemerintah Daerah (Pemda) Bangau.

Berikut adalah profil masing-masing aktor yang terlibat dalam konflik di wilayah operasi kebun sawit PT.MAS, yaitu:

o Profil PT. HAMBUR UANG

PT. HAMBUR UANG (PT. HU) merupakan perusahaan berbadan hukum Indonesia yang didirikan tahun 1996 dengan akta pendirian No.100 tanggal 31 Januari 1996 di Notaris di Jakarta dan telah didaftarkan di Menteri Kehakiman pada tahun yang sama. PT. HAMBUR UANG merupakan usaha patungan antara PT. SERET USAHA dengan PT. HU dengan Malaysia Kusut Usaha

PT. USAHA SERET sebelum membentuk perusahaan patungan bersama MKU. Bhd., sudah memulai penanaman modal untuk usaha perkebunan dengan mengantongi Persetujuan Prinsip dari Presiden dengan nomor 200/I/PMA/1996 tanggal 1 Januari 1996 yang dikeluarkan oleh Menteri Negara Penggerak Dana Investasi/Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Selain itu, dalam rangka perolehan lahan untuk pembangunan kebun, PT. USAHA SERET telah mengantongi Izin Lokasi dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bangau sebanyak dua kali yaitu:

- Tahun 1995, dengan Izin Lokasi Nomor 100-06/IL-41-95 tanggal 10 Mei 19100-06/IL-41-95 untuk perkebunan kelapa sawit dengan lokasi di Kecamatan Jaya dan Randu dengan luas 20.000 Ha.

- Tahun 1996, dengan Izin Lokasi Nomor 200-13/IL-41-96 tanggal 7 April 1996 untuk perkebunan kelapa sawit dengan lokasi di Kecamatan Jaya dan Randu dengan luas 10.000 Ha Izin Lokasi yang diberikan kepada PT. USAHA SERET diatas terdiri dari dua Izin Lokasi yang berbeda, meskipun dengan wilayah kecamatan yang sama. Jadi dengan dua Izin Lokasi yang dimiliki, PT. USAHA SERET memiliki izin untuk membebaskan lahan seluas 30.000 Ha di dua Kecamatan.

Setelah membentuk usaha patungan bernama PT.HU, Izin Lokasi yang sebelumnya dimiliki oleh PT. USAHA SERET kemudian diubah. Dari dua Izin Lokasi yang dimiliki oleh PT. USAHA SERET tahun 1995 dan 1996, pada tahun 1997 Surat Keputusan (SK) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Banggau No.250-99/IL-41-97 tanggal 6 Agustus 1997 tentang pemberian perubahan izin lokasi dari PT. USAHA SERET menjadi PT. HAMBUR UANG untuk keperluan perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Jaya dan Randu atas nama PT. HU seluas 30.000 Ha, dengan masa Izin 12 bulan (1 tahun).

Pada tahun 1999, PT. HAMBUR UANG memperoleh perpanjangan Izin Lokasi dari Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bangau No.700-61/IL-41-1999 tanggal 10 Februari 1999 dengan luas 20.000 Ha, yang berlaku selama 12 bulan (1 tahun).

Tahun 2000, PT. HAMBUR UANG memperoleh persetujuan ANDAL, RKL, RPL perkebunan dan Pabrik Pengolahan Kebun Kelapa Sawit dari Kementerian Kehutanan dan Perkebunan No.515/Menhutbun-II/2000, tertanggal 30 Maret 2000.

Alas hak atas tanah yang dimiliki oleh PT. HAMBUR UANG untuk usaha perkebunannya baru mendapatkan Sertifikat HGU untuk sebagian saja yaitu dengan luas 7.500 Ha berdasarkan SK HGU No.40/HGU/2000 tertanggal 10 Juni 2000. Tidak ada pemisahan antara kebun inti dan plasma di dalam HGU ini. Dalam arti kebun plasma berada pada HGU kebun inti. Padahal aturannya kebun plasma berada di atas tanah milik dengan sertipikat hak milik.

o Profil Petani Plasma/Komunitas Pemilik Tanah Adat

Para petani plasma di wilayah operasi PT. HAMBUR UANG berasal dari komunitas adat Merana. Keterlibatan komunitas adat Merana dalam pengembangan dan pembangunan kebun sawit tidak terlepas dari masuknya perkebunan-perkebunan kelapa sawit ke wilayah Kabupaten Bangau sejak awal tahun 80-an yang berlanjut sampai sekarang. Dan pada tahun 1995, dengan masuknya PT. USAHA SERET yang akan menanamkan modalnya pada usaha perkebunan sawit, komunitas adat di 2 kecamatan yaitu Jaya dan Randu dibujuk agar mau menyerahkan tanah adatnya untuk dijadikan kebun sawit dengan skema kemitraan inti plasma.

PT. USAHA SERET yang pada tahun 1996 berubah nama menjadi PT. HU setelah Joint Venture dengan MKU Malaysia, mulai melakukan pengambilalihan tanah-tanah adat melalui proses pelepasan hak. Meskipun komunitas pemilik tanah adat Merana menyatakan bahwa tanah itu tidak dilepaskan haknya, tetapi hanya disewakan untuk masa waktu tertentu.

o KUD Resah

Pola kemitraan yang dikembangkan dalam perkebunan kelapa sawit mensyaratkan pendirian Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai mitra dari Perusahaan Perkebunan, sebagaimana diatur di dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.73/Kpts/OT.210/2/98 dan Surat Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil No.01/SKB/M/II/1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Koperasi Unit Desa di Bidang Usaha Perkebunan dengan Pola Kemitraan melalui pemanfaatan Kredit kepada Koperasi Primer untuk Anggotanya

Di wilayah operasi kebun sawit PT. HAMBUR UANG telah dibentuk Koperasi Unit Desa dan diberi nama KUD RESAH sebagai wadah petani plasma yang bermitra dengan PT. HAMBUR UANG.

KUD RESAH dibentuk pada tanggal 5 Sept 1999 dan terdaftar sebagai badan hukum dengan SK No.099/BH/KDK.14.2/ IX/1999 tertanggal 5 Sept 1999 dari Dinas Koperasi Kabupaten Bangau. Jumlah anggota KUD RESAH sebanyak 1.500 Kepala Keluarga, dengan luas lahan plasma yang dikelola oleh petani plasma seluas 2.450 Ha.

o Pemerintah Kabupaten Banggau

Pemerintah Kabupaten Bangau, sangat berperan dalam mengembangkan pembangunan kebun kelapa sawit di Kabupaten Bangau. Dalam proses pembangunan kebun sawit PT. HAMBUR UANG, pada tahun 1996 Bupati H. Asmuni, BA sampai mengeluarkan surat khusus untuk ‘memberi jalan’ kepada Investor (termasuk PT. HAMBUR UANG di dalamnya) dalam melancarkan proses pengambilalihan tanah-tanah adat dengan menyebut pola penyerahan lahan 7,5 ha : 2 Ha. Bupati Banggau juga meminta kepada pejabat kecamatan untuk mengidentifikasi dan menindak oknum-oknum yang sengaja mengajak petani menentang kebijakan pemerintah daerah. Surat ini pula yang sampai saat ini selalu digunakan sebagai dasar bagi PT. HAMBUR UANG dalam menyelenggarakan pengembangan kebun yang disebut Pola Kemitraan.

Pada tahun 2004 Pemerintah Kabupaten Bangau menerbitkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Perkebunan Kelapa Sawit Pola Kemitraan, Keputusan Bupati Banggau No.15 Tahun 2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten Banggau No.10 Tahun 2004. Pada tahun 2007, karena konflik dan permasalahan di

perkebunan kelapa sawit terus mencuat, Pemerintah Kabupaten Bangau menerbitkan Keputusan Bupati No.77 Tahun 2007 tentang Pembentukan Tim Penyelesaian Permasalahan Petani Kelapa Sawit.

Dalam rapat - rapat / pertemuan - pertemuan penyelesaian masalah / konflik di perkebunan sawit termasuk di PT. HAMBUR UANG, Pemerintah Kabupaten Bangau tetap memperlihatkan dukungannya kepada keberlanjutan usaha PT. HAMBUR UANG meskipun tetap mendorong agar masalah sosial bisa diselesaikan oleh PT. HAMBUR UANG.

Konflik tanah di wilayah kerja PT. HAMBUR UANG, antara PT. HAMBUR UANG dengan komunitas pemilik tanah adat/Petani Plasma bisa dikatagorikan ke dalam 4 masalah yaitu:

o Hak atas tanah o Koperasi dan kredit

o Pemenuhan janji-janji perusahaan o Tindakan intimidasi

Permasalahan ini sudah sering dituntut oleh komunitas pemilik tanah adat/petani plasma. Sepanjang perjalanan pembangunan kebun PT. HAMBUR UANG diwarnai berbagai masalah yang tergambar dari ketegangan antar para pihak terutama Komunitas Pemilik Tanah Adat/ Petani Plasma dengan Pihak PT. HAMBUR UANG. Dari tahun 1999, sudah muncul persoalan terkait masalah tanah dan pola kemitraan, tuntuntan kesejahteraan, dan kemarahan atas sikap/perilaku dari Pimpinan PT. HAMBUR UANG.

Salah satu buntut dari ketegangan antara PT. HAMBUR UANG dengan Komunitas Pemilik Tanah Adat/Petani Plasma, pada April 2007 ada 5 orang petani plasma ditangkap oleh Pihak Kepolisian, dan 4 diantaranya diteruskan prosesnya melalui sidang pengadilan, dengan tuduhan mengganggu jalannya perusahaan perkebunan

Dibawah ini adalah beberapa dokumen terkait surat protes dan tuntutan yang mewarnai perjalanan PT. HAMBUR UANG antara lain:

Surat Protes dan Tuntutan

Tanggal Dokumen

Isi / Materi Tuntutan

1. Surat tuntutan Tokoh dan Pemuka masyarakat di wilayah PT. HAMBUR UANG, ditujukan kepada Bupati Kabupaten

1 Juli 1999 Isi tuntutan:

- Penyerahan lahan dipaksakan 7,5 ha seharusnya 5 ha saja

- Tanah inti seharusnya 3 ha saja

- HGU setelah selesai waktunya harus dikembalikan kepada petani

2. Surat Pernyataan Sikap Para pimpinan formal dan informal tentang status tanah HGU PT HU 1 Juli 1999 10 Desember 2005

- Tanah HGU berasal dari tanah ulayat yang pembebasannya hanya dengan uang sewa maka tanah HGU tersebut masih tetap menjadi Hak Tanah Ulayat (Tanah adat)

- HGU hanya berlangsung 1 periode (25 tahun) - Bila HGU selesai waktunya maka tanah tersebut harus

dikembalikan kepada penyerah lahan (petani plasma) - Apabila HGU akan diperpanjang, harus ada

kesepakatan baru, memberi kesempatan kerja kepada warga lokal, dan bertanggung jawab terhadap replanting.

- PT berkewajiban memberikan beasiswa - Berkewajiban melatih dan mendidik karyawan

tempatan agar menguasai teknologi sehingga bisa menduduki jabatan strategis di PT.

Surat pernyataan ini ditandatangani oleh para kepala desa, para kepala dusun, para ketua RT, para ketua adat, temenggung, ditambah 15 orang pemuka masyarakat. 3. Surat Pernyataan

Sikap Petani Kelapa Sawit Kecamatan Jaya dan Randu

10 Agustus 5 April 2007

- Atas tanah Ulayah yang dijadikan HGU, hanya dengan - Atas tanah Ulayah yang dijadikan HGU, hanya dengan

ganti tanam tubuh, tetap merupakan hak ulayat - Menuntut PT: Jika HGU selesai masanya harus

dikem-balikan kepada petani penyerah lahan

- Tuntutan realisasi janji-janji (beasiswa, pekerjaan) - Tuntutan replanting

- Menolak perluasan lahan baru 4. Surat Pernyataan

Sikap Petani Plasma PT HU

14 Mei 2007 - Berisi tuntutan yang terkait dengan masalah hak atas

tanah, koperasi dan kredit, pemenuhan janji-janji perusahaan dan tindakan intimidasi.

5. Surat Penjelasan dan Tanggapan PT. HU terhadap pernyataan Sikap Petani Plasma

- Tanggapan PT. HAMBUR UANG terhadap tuntutan Petani Plasma yang diajukan pada tanggal 5 April 2007, yang pada intinya pihak PT. HAMBUR UANG sudah menjalankan perusahaan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.

6. Tuntutan Petani Plasma PT HU pemilik MKU Bhd. Dato Maringgi

7 Juli 2007 - Ada 5 tuntutan yang terkait masalah hak atas tanah,

koperasi dan kredit, pemenuhan janji-janji perusahaan dan tindakan intimidasi.

7. Hasil pertemuan silaturahmi an-tara PT HU dengan Masyarakat adat Merana 30 Desem-ber 2011

- PT wajib memenuhi seluruh ketentuan UU dan prinsip RSPO dan memperhatikan hak-hak adat.

- Menjalin hubungan komunikasi ke depan.

- Rencana pertemuan rutin 3 bulanan dan membentuk komite kerja.

Sesi – 9

Dokumen terkait