• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV BENTUK PERTUNJUKAN WAYANG KULIT GAYA

4.3 Komponen Pertunjukan

4.3.1 Lakon

4.3.1.1 Sinopsis

Tersebutlah seorang Raja yang bernama Sang Nila Candra yang

menjadi Raja di Negara Naraja Desa. Sebagai seorang Raja besar,

berwibawa dan tersohor serta di junjung tinggi oleh rakyatnya di ibaratkan

seperti Dewa Indra yang selalu memperhatikan rakyatnya sesuai dengan

kewajiban seorang Raja yaitu menghilangkan kesengsaraan rakyatnya.

Nila Candra memilki sifat yang baik hati, bijaksana, dan adil. Sang Nila

Candra menganut aliran Budha Paksa, amat tekun melakukun brata, tapa

dan samadi, sehingga Sang Hyang Wirocana memberikan anugerah

kesucian lahir dan batin.

. Pada Suatu hari yang Sang Nila Candra mengadakan sidang

dengan para Patih dan Bagawan Andasinga. Didalam persidangan Raja

mengemukakan suatu rencana untuk membangun sorga dengan maksud

agar semua rakyatnya tahu dengan sorga dan tahu apa yang dialami oleh

atma di sorga dan neraka nantinya setelah meninggal. Rencana Rajapun

disetujui oleh Patih dan para bahudanda kerajaan, maka Raja segera

memerintahkan untuk mencari tukang bangunan dan menyiapkan

bahan-bahan bangunan.

Setelah sekian lama selesailah bangunan duplikat sorga yang

berdiri dengan megahnya, serta lengkap dengan bagian-bagiannya

masing-masing, yaitu tempat sorga dan neraka, lengkap dengan bidadari dan

gandarwa. Begitu juga tempat di neraka, yaitu di Yamaniloka tempat

pada saat hidupnya dengan petugas eksekutornya masing-masing. Setelah

semuanya selesai maka Raja mengundang semua rakyatnya untuk

mengunjungi sorga buatan itu secara bergilir, rakyatpun berduyun-duyun

mengunjungi sorga buatan Raja. Dengan sangat antusias rakyat

mengelilingi sorga dan melihat suka duka atma yang disiksa dan atma

yang mendapat tempat yang layak. Maka setelah rakyatnya mengetahui

bahwa demikianlah keadaan disorga, semenjak itu pula situasi kerajaan

dan wilayah serta rakyat kerajaan Naraja menjadi aman dan sentosa.

Pada suatu ketika Sang Nila Candra ingat kepada Sang Dharma

Wangsa yang merupakan sahabat baiknya, maka Nila Candra bermaksud

untuk mengundang Dharma Wangsa agar mau datang ke Naraja untuk

melihat duplikat sorga yang dibuatnya dan mau memberikan

petunjuk-petunjuk atas kekurangan yang ada pada sorga buatannya, karena Nila

Candra ingat bahwa Pandawa juga pernah ke sorga pada waktu mencari

atmanya Sang Pandu. Akhirnya Raja mengutus seorang patih untuk

menghadap Sang Yudisthira. Datanglah Sang Yudistira bersama Sang

Catur Pandawa ke Naraja Desa yang disambut oleh Sang Nila Candra.

Nila Candra menyampaikan tujuannya, mengapa Ia membuat duplikat

sorga? yaitu dengan maksud agar rakyatnya tahu apa itu “sorga”dan apa

itu “neraka” dan juga agar rakyatnya tahu dan mengerti serta percaya

dengan adanya hukum “Karma Pala”. Mendengar penjelasan Nila Candra

begitu, Sang Panca Pandawa kagum dengan Nila Candra karna tujuannya

mengajak Panca Pandawa berkeliling di sorga buatannya sambil

menjelaskannya. Panca Pandawa sungguh kagum dan heran menyaksikan

sorga buatan Nila Candra sama persis dengan keadaan di sorga yang

sebenarnya. Setelah puas berkeliling maka Panca Pandawa mohon diri

untuk kembali ke Indraprasta

Dikisahkan di Kerajaan Dwarawati sedang diadakan sidang yang

dipimpin oleh Sang Kresna, yang dibahas didalam sidang tersebut adalah

Sang Kresna memerintahkan Sang Satyaki dan Sang Kerta Warma untuk

menyelidiki wilayah kerajaan dan mengecek keadaan rakyatnya, maka

berangkatlah Satyaki bersama Kerta Warma menglilingi wilayah Kerajaan

Dwarawati. Tanpa disadari perjalanannya sampai ke wilayah Kerajaan

Nila Candra yaitu di Naraja. Disana Satyaki dan Kerta Warma sempat

melihat bangunan megah dan mendapat informasi bahwa bangunan itu

adalah duplikat sorga. Melihat hal tersebut maka Satyaki dan Kerta Warma

segera kembali ke Dwarawati dan melaporkan bahwa disebuah Kerajaan

Naraja dengan Rajanya Sang Nila Candra membuat duplikat sorga. Setelah

menerima laporan seperti itu maka Sang Kresna amat marah kepada Nila

Candra karena menganggap Nila Candra terlalu lancang dan berani

menyamai keadaan Dewa di sorga (memada-mada). Saking marahnya

Sang Kresna bermaksud untuk memerangi Nila Candra dan

menghancurkan bangunan duplikat sorga Nila Candra. Maksud Sang

Kresna di setujui oleh Bala Dewa , Satyaki dan Kerta Warma, lalu Sang

Kresna menghadap Yudistira dan menyampaikan maksud kedatangannya

serta sekaligus mengajak Pandawa untuk bergabung memerangi Nila

Candra. Mendengar ajakan Kresna begitu Yudistira menjelaskan tujuan

Nila Candra membangun sorga adalah untuk mengajarkan rakyatnya agar

berbuat, berkata dan berpikir sesuai dengan Trikaya Parisuda dan percaya

dengan adanya “Karma Pala” jadi apa salahnya Nila Candra?.Mendengar

penjelasan Yudistira begitu Sang Kresna terdiam sejenak dan akhirnya

Sang Kresna pergi tanpa pamit menuju Naraja. Setelah Kresna lenyap dari

pandangan Pandawa, maka Sang Bima mengajak Arjuna dan Nakula

Sahadewa untuk nonton peperangan Kresna melawan Nila Candra karena

yang akan berperang adalah orang-orang hebat dan sakti, sudah barang

tentu pastilah akan terjadi perang yang hebat.

Di ceritrakan bahwa pasukan Kresna telah sampai di Naraja dan

langsung disambut oleh Nila Candra, Kresna minta agar duplikat sorga itu

di bongkar dan mengatakan Nila Candra terlalu lancang terhadap

dewa-dewa yang ada di sorga. Perang mulut menjadi ramai dan akhirnya

dilanjutkan dengan perang senjata, pertempuran pun berlangsung amat

seru dan hebat, pasukan perang dikedua belah pihakpun jatuh berguguran.

Sedang asyikanya Sang Catur Pandawa nonton pertempuran dari kejauhan,

namun salah seorang patih Nila Candra melihat Bima bersama

adik-adiknya dan langsung menghampirinya serta menantang untuk berperang

karena dituduh memihak Kresna, Bima mengatakan tujuan sebenarnya

pihak Nila Candra dan tetap menantang untuk berperang, maka dengan

terpaksa Catur Pandawa terlibat dalam pertempuran itu,perang pun

menjadi tambah ramai.

Di kisahkan pihak Kresna sudah kewalahan menghadapi kesaktian

Nila Candra, sementara perang antara Bima dan adik-adiknya masih

berlangsung dengan hebatnya, tetapi berkat kesaktian Nila Candra, Arjuna

dan saudara-saudaranya dapat ditangkap dan di ikat. Sang Yudistira,

sepertinya ada pirasat buruk yang di rasakan, maka Yudistira berangkat

menyusul Catur Pandawa menuju Kerajaan Naraja. Sesampainya di

Naraja, Yudistira terkejut melihat adik-adiknya di ikat. Yudistira menjadi

amat marah dan langsung mengangkat senjata untuk berperang,maka

kalimosadapun dilepaskan dan menjadi api yang sangat besar dan

membara memenuhi arena pertempuran, melihat hal itu Sang Nila Candra

segera mengeluarkan ajiannya memuja Sang Wirocana, memohon agar

bisa membunuh Darmawangsa, tiba-tiba berdiri didepanya tiada lain

adalah Rsi Andasinga. Rsi Andasinga menasehati Nila Candra agar jangan

berperang melawan Darmawangsa karena Darmawangsa adalah titisan

Sang Hyang Dharma.dan di katakan pula kalau Darmawangsa terbunuh

maka jagad rayapun akan hancur. Sebab Nila Candra menganut aliran

Budha yang dianugrahi oleh Sang Hyang Wirocana dan Dharmawangsa

menganut aliran Siwa. Dharmawangsa merupakan simbol dari Sang

Hyang Akasa dan Nila Candra simbol dari Sang Hyang ibu pertiwi. Nila

Andasinga memberi saran agar menyatukan kesaktian dan aliran Budha

dengan Siwa untuk dipakai membangun suatu negara agar tercapai apa

yang disebut dengan Santhi Jagad Ditha.

Dokumen terkait