• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 KELUARGA JEPANG

2.3 Sistem Ie

Masyarakat Jepang adalah masyarakat yang sejak zaman Tokugawa sudah diatur dalam susunan masyarakat feodal yang terdiri dari empat lapisan masyarakat yaitu bushi, nomin, kosakunin dan shonin. Bushi adalah masyarakat samurai, nomin adalah petani, kosakunin adalah pengrajin dan shonin adalah pedagang. Dari ke empat lapisan masyarakat ini petani adalah masyarakat mayoritas. Ke empat lapisan masyarakat menjalankan sistem kekerabatan yang disebut dengan sistem ie. Sistem ie ini pada awalnya dijalankan oleh masyarakat golongan bushi atau samurai. Kemudian sistem ie diberlakukan pula pada lapisan masyarakat lainnya. Sistem ie pada zaman Tokugawa mampu membuat negara Jepang menjadi negara yang kuat dan mandiri walaupun hampir selama 250 tahun pemerintahan Tokugawa menjalankan politik sakoku yaitu politik menutup negaranya dari orang asing atau negara lain. Sistem ie ini kemudian dikukuhkan dalam undang-undang dasar Jepang atau Meiji Minpo pada zaman Meiji.

Mengenai sistem ie sudah disinggung sedikit pada bagian sebelumnya yaitu sistem kekerabatan Jepang sebelum perang dunia kedua. Ie dalam bahasa Jepang berarti keluarga. Ada pula istilah kazoku yang juga berarti keluarga, yang sepadan dengan family pada bahasa Inggris. Sedangkan istilah kazoku lazim digunakan untuk menyebut keluarga secara umum. Pada masa sekarang kazoku dapat dimaknai juga dengan keluarga modern. Sementara pada istilah ie selain bermakna keluarga juga mengacu pada satu adat istiadat atau kebiasaan yang mengatur anggota keluarga dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebagai anggota ie. Mengenai ie ini dapat dijelaskan lebih jauh sebagaimana yang dikemukakan oleh para pakar terkemuka Jepang yaitu Aruga Kizaemon (dalam Torigoe, 1988, p. 8).

Ie adalah adat istiadat khusus yang terdapat dalam masyarakat Jepang, yang maknanya berbeda dengan keluarga pada umumnya. … Ie adalah satu kelompok yang menjalankan usaha dari harta milik keluarga (kasan) dan merupakan usaha keluarga (kagyou). Melalui pemahaman mengenai

Universitas Indonesia

hal ini maka sebagai satu unit di dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat, maka tujuannya adalah kesinambungan dari ie dan setiap anggotanya baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia secara turun-temurun.

Ie sebagai adat istiadat yang berlaku dalam masyarakat Jepang tradisional hingga berakhirnya perang dunia kedua, bukan hanya sekelompok individu yang membentuk sebuah keluarga besar, mereka di dalam ie-nya juga menjalankan usaha atau bisnis keluarga (kagyou) dengan bermodalkan aset keluarga (kasan) yang mereka miliki. Pada masyarakat petani misalnya, kasan mereka adalah lahan pertanian dan alat-alat pertanian, dan pada masyarakat pedagang aset mereka adalah barang dagangan yang diperjualbelikan dan tempat berdagang atau toko. Aruga (1980, p. 187) memberikan rincian mengenai aset keluarga ini. Kasan terdiri atas rumah, tanah, lahan pertanian, kebun, kolam ikan, peralatan pertanian dan pertukangan, perabotan rumah tangga, mesin, ternak, uang, berbagai barang berharga lainnya, baik yang dimiliki bersama dan digunakan bersama dalam satu desa, serta barang-barang atau alat-alat yang digunakan untuk bekerja juga disebut dengan kasan. Semua anggota ie terlibat dalam usaha keluarga yang merupakan kagyou mereka.

Ie yang juga merupakan satu unit dalam masyarakat selain menjalankan bisnis keluarga, mereka juga berusaha untuk menjaga kesinambungan dari unit ie-nya secara turun-temurun. Anggota yang tercatat dalam ie adalah anggota yang masih hidup dan anggota yang sudah meninggal dunia. Untuk mengenang jasa-jasa leluhur mereka, tiap-tiap ie melaksanakan upacara pemujaan leluhur. Pada masing-masing ie terdapat butsudan atau altar tempat pemujaan. Pemujaan arwah leluhur ini dipimpin oleh ketua ie atau kachou. Pada pelaksanaan pemujaan arwah leluhur terutama pada perayaan besar seperti obon matsuri, dibutuhkan dana yang cukup besar terutama untuk menyiapkan segala peralatan yang berkaitan dengan upacara tersebut. Semua pelaksanaan pemujaan ini adalah tanggung jawab kachou dan biaya upacara diambilkan dari anggaran rumah tangga ie-nya. Nakano Takashi ( dalam Torigoe, 1988, p.8) menjelaskan mengenai biaya pemujaan arwah leluhur ini dalam menjelaskan pengertian ie.

Ie didefinisikan sebagai kelompok yang berbeda dengan kazoku, yang menjalankan bisnis keluarga berdasarkan harta kekayaan keluarga (kasan), dengan anggaran rumah tangga melaksanakan pemujaan arwah leluhur, dan merupakan sistem dari unit gabungan ie ataupun unit rumah tangga. Sebagaimana sudah disebutkan sebelumnya bahwa tujuan dari sebuah ie adalah secara terus-menerus mempertahankan jati dirinya walaupun yang menjadi anggota ie silih berganti. Pergantian susunan anggota dari generasi ke generasi terjadi akibat kematian, kelahiran dan perkawinan. Kawashima Takeyoshi (dalam Torigoe, 1988, p. 8) menjelaskan pergantian susunan anggota ie dalam definisi ie yang dikemukakannya sebagai berikut.

Ie dapat didefinisikan sebagai rumah tangga bersama dari kelompok yang tidak memiliki hubungan darah, walaupun adanya perubahan susunan anggotanya karena kematian, kelahiran dan pernikahan, mereka mengikuti keyakinan untuk terus-menerus mempertahankan jati dirinya.

Kawashima Takeyoshi dalam definisinya di atas juga menyinggung tentang hubungan kekeluargaan yang terjalin dari setiap anggota dari sebuah ie. Walaupun sebuah ie disebut sebagai sekelompok individu yang hidup bersama dan membentuk keluarga, keluarga di sini mempunyai cakupan yang sangat luas. Individu yang menjadi anggota dari ie bukan hanya anggota yang saling memiliki hubungan darah, juga terdapat anggota yang tidak memiliki hubungan darah sama sekali. Struktur keanggotaan ie dijelaskan oleh Takeda Chosu (dalam Tobing, 2006) sebagai berikut.

Universitas Indonesia

Ie memiliki empat kategori dari anggotanya yaitu,

1. Keluarga yang memiliki garis keturunan langsung dan memiliki hubungan darah yaitu nenek, kakek, ayah ibu, anak menantu dan seterusnya.

2. Keluarga mengikut pada ie, yang tidak memiliki garis keturunan langsung tetapi memiliki hubungan darah yaitu saudara kandung beserta pasangannya, keponakan beserta pasangannya dan seterusnya.

3. Keluarga yang tidak memiliki garis keturunan langsung dan tidak memiliki hubungan darah yaitu anak angkat dan pasangannya, pembantu atau houkounin beserta keluarganya dan seterusnya. 4. Keluarga yang mengikut pada ie, yang tidak memiliki hubungan

darah sama sekali yaitu keluarga pembantu yang telah mengikut pada ie sejak dari pendahulu mereka.

Dari kategori yang dijelaskan di atas terlihat bahwa anggota satu ie cukup banyak dan seseorang dapat tercatat sebagai anggota dari satu ie melalui empat kategori ini. Seorang anak yang lahir dalam satu ie secara langsung sudah menjadi bagian dari ie tersebut. Namun bila si anak sudah dewasa maka keanggotaannya nya dapat berubah berdasarkan posisinya di dalam ie dan jenis kelaminnya. Anak laki-laki sulung atau chounan yang terlahir dari garis keturunan langsung dan memiliki hubungan darah adalah calon dari pewaris ie. Sementara adik-adik laki-lakinya yang lain bila sudah dewasa dan menikah harus meninggalkan ie, begitu pula dengan saudara perempuannya, bila sudah menikah maka secara otomatis menjadi anggota dari ie suaminya. Ada pula ie yang memberlakukan, adik laki-laki bungsu, bila sudah menikah tetap dipertahankan untuk tinggal di ie asalnya. Tujuannya adalah bila sewaktu-waktu kepala ie atau kachou meninggal dunia dan pewarisnya belum mampu untuk menggantikan tugas sebagai kachou maka adik bungsu ini akan mengambil alih tugas tersebut untuk sementara waktu hingga diangkat pengganti kachou yang sah.

Adik laki-laki yang sudah menikah dan meninggalkan ie-nya dapat bergabung dengan ie lain sebagai houkounin atau pembantu. Atau bila ie tersebut mempunyai

kekayaan yang cukup dapat pula membentuk ie yang merupakan cabang (bunke) dari ie asalnya (honke). Dalam ie yang baru ini, adik laki-lakinya secara langsung menjadi kachou dan akan membentuk pula keanggotaan ie berdasarkan empat kategori di atas.

Ditetapkannya peraturan bahwa pewaris ie hanya diserahkan pada anak laki-laki sulung agar harta kekayaan ie tidak terbagi-bagi atau terpecah. Misalnya dalam ie petani, lahan pertanian yang mereka miliki dan merupakan warisan dari leluhur mereka biasanya tidak begitu luas. Bila lahan ini dibagi-bagi ada kemungkinan lahan menjadi semakin kecil dan tidak memungkinkan untuk menjalankan usaha bersama dalam satu kelompok ie. Selain itu manfaat dari pewarisan tunggal ini adalah kesinambungan dari sebuah ie yang merupakan tujuan utamanya tetap terjaga. Pewarisan seperti ini disebut dengan pewarisan primogeniture atau pewarisan yang hanya diberikan kepada satu orang pewaris tunggal, dan pelaksanaannya dijamin oleh undang-undang Meiji. (Fukutake, 1989, p. 37).

Pewarisan ie yang diberikan kepada anak laki-laki sulung menjadikan sistem ie ini sebagai sistem yang menjalankan kekerabatan dari garis keturunan ayah atau patrilineal. Kitano Seiichi (dalam Torigoe, 1988, p. 8) menjelaskan pengertian ie sebagai berikut.

….

Ie sebagai kelompok dalam masyarakat dianggap bentuk sejarah Jepang di mana pada keluarga secara umum dipertanyakan keberadaannya pada posisi stereotip ie dan kazoku. Ie didefinisikan di sini sebagai keluarga Jepang yang menganut sistem patriarkat.

Dari empat pengertian ie yang dikemukakan oleh empat pakar di atas dapat disimpulkan bahwa,

Universitas Indonesia

2. Ie adalah satu kelompok yang terdiri dari individu-individu yang hidup secara bersama-sama (seikatsu shudan) dan menjalankan kehidupan bersama (seikatsu kyoudoutai). Hubungan diantara individu dalam kelompok ini ada yang memiliki hubungan darah dan ada yang tidak. 3. Ie memiliki anggota yang masih hidup maupun yang sudah meninggal

dunia.

4. Ie mementingkan kesinambungan identitasnya.

5. Ie memiliki mekanisme tersendiri dalam mengatur kelompoknya.

6. Ie memiliki kekayaan bersama yang disebut kasan yang dikelola secara bersama dalam kelompok sebagai bisnis keluarga (kagyou).

7. Ie melaksanakan pemujaan pada arwah leluhur.

8. Ie menganut sistem patriarkat dan menjalankan sistem pewarisan primogeniture.

Berdasarkan definisi ie dan kesimpulan yang didapatkan dari definisi ini dapat diketahui mekanisme yang berlangsung dalam ie. Satu kelompok yang dapat disebut dengan ie biasanya memiliki tiga hal pokok dalam menjalankan ie-nya (Torigoe, 1988, p. 10-13). Ketiga hal tersebut adalah,

a. Mempunyai harta kekayaan (zaisan) yang merupakan harta keluarga (kasan) yang dikelola dalam bisnis keluarga (kaigyou). Harta kekayaan ini terlihat dalam kelompok ie yang mengelola pertanian, perikanan dan perdagangan. Contoh pada ie kelompok petani, harta mereka berupa lahan pertanian sehingga mereka menjalankan usaha di bidang pertanian.

b. Melakukan pemujaan pada roh nenek moyang yang merupakan pendahulu mereka yang seketurunan atau berdasarkan garis keturunan.

c. Mengutamakan keberadaan keturunan langsung dari generasi ke generasi dan mengutamakan kemakmuran bersama agar terjaga kesinambungan ie.

Mengenai bagan sederhana dari susunan keanggotan struktur ie dibuat oleh Torigoe Hiroyuki (1998, p. 16) sebagaimana telah dilampirkan pada bagian pendahuluan. Bagan-bagan lain yang memuat susunan keanggotaan struktur ie

pada umumnya dibuat berdasarkan kasus perkasus pada ie yang menjadi objek penelitian para pakar keluarga Jepang.

Aruga (1959) menjelaskan bahwa anak laki-laki kedua dan seterusnya, yang tidak menjadi pewaris kemudian akan membentuk ie cabang atau bunke bila ie asal atau honke memiliki aset yang memenuhi untuk keperluan tersebut. Anak laki-laki yang bukan chounan ini secara langsung akan menjadi kachou pada ie cabang yang dibentuknya. Hak untuk membuka ie cabang juga ada pada hokounin yang memiliki anak yang pantas untuk menjadi kachou pada ie cabang. Sebutan untuk istilah ie cabang selain bunke, dikenal pula dengan istilah bekke. Siapa saja bisa menjadi bekke walaupun mereka tidak ada hubungan darah sama sekali dengan honke. Bekke adalah keluarga yang memiliki hubungan langsung dengan honke karena dalam kehidupan sehari-hari bekke terlibat dengan kegiatan atau perayaan pada honke seperti kelahiran, perkawinan dan kematian. Dan perayaan kelahiran, perkawinandan kematian pada bekke juga menjadi bagian dari perayaan pada honke. Leluhur honke juga menjadi leluhur bekke. Ada pula bekke yang tinggal terpisah dari rumah honke, dan meraka masih merupakan satu ie.

Masing-masing honke dan bekke punya leluhur sendiri dan bukanlah hal yang aneh bila mereka berpikir demikian. Bekke yang mengikut pada honke juga menganggap leluhur yang menjadi dewa pada honke adalah dewa mereka pula walaupun mereka tidak mempunyai garis keturunan atau silsilah dengan leluhur tersebut karena mereka telah mengikut pada honke.

Honke dan bunke dalam berbagai hubungan kekerabatan dan kaitan mereka dalam kelompok membuat terbentuk kelompok dari honke dan bunke, dan membentuk dozoku yaitu kelompok yang terdiri dari beberapa ie yang satu sama lain memiliki hubungan kekerabatan. Ie hadir dari silsilah honke dan bunke ini dan tak mungkin satu ie muncul tanpa asal muasal yang jelas. Dan antar ie yang tergabung dalam dozoku ini memiliki hubungan perkawinan. (Aruga, 1986).

Dalam dokumen Keluarga Jepang Dalam Novel Kifujin A No (Halaman 57-63)

Dokumen terkait