• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Nilai Budaya yang Menjadi Pedoman dalam Kehidupan Masyarakat

Sistem nilai budaya merupakan hal yang paling abstrak dari adat istiadat, sebab nilai budaya terdiri dari konsep-konsep mengenai segala sesuatu yang

74

dinilai berharga dan penting oleh warga masyarakat, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman orientasi pada kehidupan warga masyarakat yang bersangkutan.

Menurut Koentjaraningrat bahwa suatu sistem nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar warga masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidupnya. Karena itu suatu sistem nilai budaya biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. Sistem kelakuan manusia lain yang tingkatnya lebih konkrit, seperti aturan-aturan khusus, hukum dan norma-norma, semuanya berpedoman kepada sistem nilai budaya.75

Suatu nilai budaya seringkali merupakan suatu pandangan hidup, yang biasanya mengandung sebagian dari nilai yang dianut oleh masyarakat, dan yang telah dipilih secara selektif oleh individu-individu dan golongan-golongan dalam masyarakat. Selanjutnya, Koentjaraningrat mengatakan bahwa”sejak kecil orang telah diresapi nilai oleh berbagai nilai budaya yang hidup dalam masyarakatnya, sehingga konsep-konsep budaya itu telah berakar dalam alam jiwanya”.76 Karena itu untuk mengganti nilai budaya yang telah dimiliki dengan nilai budaya lain diperlukan waktu lama.

Dalam setiap masyarakat, baik yang kompleks maupun yang sederhana, ada sejumlah nilai budaya yang saling berkaitan bahkan telah merupakan suatu sistem. Sebagai pedoman dari konsep-konsep ideal, sistem itu menjadi pendorong yang kuat untuk mengarahkan kehidupan warga masyarakat. Nilai itu menjadi

75Koentjaraningrat, Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan (Yogyakarta: Gaja Mada University Press, 1982), h. 25

76

peletak dasar yang dimuliakan oleh leluhur, kemudian menjadi warisan yang turun-temurun dari generasi-kegenarasi berikutnya.

Nilai itu diciptakan karena dimuliakan oleh leluhurnya sebagai peletak dasar dalam masyarakat. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai-nilai budaya yang paling dominan peranannya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Manusia dalam berintraksi dengan manusia lain dilihat dari ciri-ciri pola tingkah laku, dan karaktristik tertentu dalam kehidupannya.

Untuk dapat mnengkaji nilai-nilai legenda dalam Sureq Galigo/Sureq Selleang khususnya episode Ritumpanna Wélenrengé, perlu ditinjau tokoh utamanya dalam segala peristiwa yang terkait di dalamnya. Adapun nilai budaya yang hendak dikemukakan disini berupa nilai utama yang sangat relevan ditengah kehidupan manusia yaitu:

1. Keteguhan

keteguhan adalah suatu sikap yang kokoh, kuat dan tetap dalam bahasa Bugisnya disebut getteng. Arti getteng dalam bahasa Bugis meliputi banyak pengertian, misalnya: tegas, teguh, tangguh, dan setia pada keyakinan. Tidak mungkin ada ketegasan dan keteguhan selama ada keraguan. Keragu-raguan adalah akibat dari tidak meyakini kebenaran yang dilakukan. Dengan demikian orang yang teguh dalam kesehariannya menjunjung tinggi harga diri, menghargai janji, menghormati ikrar dan bertanggung jawab apa yang sudah disepakati.

2. Kecendekiaan

Orang Bugis menyamakan kata cendekia dengan kata acca yang berkonotasi dengan intelek. Lontaraq juga menggunakan nawa-nawa (pikiran) yang artinya sama dengan acca (cakap). Kecakapan adalah kemampuan berfikir

positif, bertindak bijaksana, santun dalam berbicara, memperhitungkan sebab akibat perbuatan yang dilakukannya serta tahu menempatkan ketegasan dan kelembutan. Jadi orang yang mempunyai nilai acca oleh lontaraq disebut to acca (orang pintar) sedangkan orang yang mempunyai nilai nawa-nawa disebut to kenawa-nawa (pemikir) yang dapat diterjemahkan menjadi cendekia.

Selanjutnya, Mattalitti yang dimaksud dengan cendekia adalah tidak ada yang sulit dilaksanakan, tidak ada pembicaraan yang sulit disambut dengan kata-kata yang baik dan lemah-lembut lagi percaya pada sesamanya manusia.77

3. Kejujuran

Kejujuran kata dasarnya ‘jujur’, dalam bahasa Bugis disebut lempu yang sama dengan lurus. Kejujuran bererti segala sesuatu yang diucapkan sejalan dengan hati nuraninya. Kejujuran mewujudkan keadilan, sedangkan keadilan, menuntun kemuliaan abadi,. Hanya orang yang jujur dapat menyalami pentingnya nilai amanat yang diserahkan kepadanya, dan bertolak atas pengertian itu orang jujur menganggap tanggung jawab harus dilaksanakan.

Dengan demikian kejujuran adalah landasan pokok dalam menjalin hubungan sesama manusia. Kejujuran dapat dilihat pada cara orang menempatkan sesuatu menurut keadaan yang sebenarnya, menilai sesuatu dengan sebenarnya, adil, dan bijaksana. Orang jujur tidak sulit memperoleh kepercayaan dari orang lain.

4. Kasih sayang

Ungkapan kasih sayang kepada sesama manusia merupakan ungkapan rasa cinta yang beraneka ragam. Ungkapan ini meliputi ungkapan kasih sayang antara

77M. Arif mattalitti, Pappaseng To Riolota, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta; Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1986), h. 87

orang tua dengan anak, antara rakyat dengan pemimpin, ungkapan kasih sayang antara suami dengan isteri,ungkapan kasih sayang kepada sejawat, dan ungkapan kasih sayang antara muda mudi.

Hubungan antara orang tua dan anak tidak dapat dipisahkan karena memiliki hubungan atas dasar pertalian darah. Ungkapan kasih sayang lahir berdasarkan naluri kemanusiaan orang tua yang mempunyai rasa kasih sayang yang cukup tinggi kepada anaknya. Tumbuhnyapun mengikut alur fitrah manusia secara kodrati.

Adapun ungkapan cinta kasih orang tua kepada anak adalah perwujudan menifestasi rasa sayang, memiliki, menjaga, dan melindungi keturunan. Kemudian ungkapan rasa kasih sayang anak kepada orang tua masih merupakan refleksi emosional manusia terhadap manusia. Lahir karena dorongan naluri atas hubungan yang timbal balik (anak dengan orang tua) secara biologis. Diwujudkan sebagai sikap manusia sebagai anak dari manusia yang ditakdirkan untuk melahirkannya.

5. Usaha

Segala sesuatu yang kita inginkan dapat terlaksana apabilah dibarengi dengan usaha yang sungguh-sungguh. Nilai usaha dalam kehidupan sehari-hari ialah rajin, giat dan berbuat sesuatu untuk mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan. Dengan demikian, nilai usaha adalah kunci utama semua nilai-nilai kehidupan masyarakat. Nilai usaha tersebut dapat dilihat setelah Sawérigading memutuskan untuk menikahi I Wé Cudai. Merekan menebang pohon Wélenrengé di Makuttu untuk dijadikan perahu sebagai tumpangan berlayar ke Alécinna.

E. Peranan Sureq Selleang dalam Kehidupan Masyarakat Bugis La