PERPIPAAN NON PERPIPAAN 2014 (%) 2014
C. Sistem non perpipaan
Masyarakat Kabupaten Siau didalam memenuhi kebutuhan Air Minum saat ini memanfaatkan sumber air yang ada selama belum dipenuhi kebutuhannya oleh Pemerintah setempat, d alam hal ini PDAM terutama yang ada di wilayah perkotaan, sedangkan untuk masyarakat yang berada dipedesaan memanfaatkan sumber air dari sumur gali, air hujan, sungai yang ada di setiap Pulau.
Sesuai dengan hasil pemantauan lapangan, masyarakat sangat mengharapkan agar Pemerintah baik di daerah maupun di pusat untuk segera memberikan pelayanan air minum secara perpipaan yang cukup memadai kepada masyarakat sehingga kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air minum saat ini dapat segera teratasi.
Sistem non perpipaan merupakan sistem tradisional yang dijalankan secara turun temurun oleh anggota masyarakat yang tinggal di daerah daerah terpencil. Di zaman yang serba modern ini, daerah ini tetap termasuk daerah yang terpencil. Karena dari itu masih terdapat kelompok masyarakat yang mendapatkan konsumsi air minumnya tergolong sebagai pola yang non perpipaan. Pola pemenuhan kebutuhan air minum dengan sistem non perpipaan oleh masyarakat di Kabupaten Sitaro terdapat hampir di seluruh daerah pusat maupun Kampung terutama wilayah sulit untuk dijangkau.
158
Dalam memenuhi kebutuhan air minumnya kelompok masyarakat tersebut memanfaatkan potensi sumber air yang ada disekitar tanpa melaui proses perbaikan kualitas kecuali dimasak. Kelompo k masyarkat ini memanfaatkan air sumur dangkal, mata air dan air tadah hujan. Sumber air yang dimanfaatkan antara lain berupa:
Mata air Situ atau rawa
Sungai atau saluran irigasi
Sumur dangkal
Air hujan
Adanya kelompok masyarakat dengan sistem non perpipaan di sebabkan masih kurangnya sarana dan prasarana dari PDAM kabupaten Sitaro sehingga cakupan wilayah pelayanan masih minim, bahkan akibat dari bencana alam yang terjadi di wilayah Kabupaten Sitaro dengan ad anya gunung meletus yang mengakibatkan rusaknya jaringan distribusi. Hal tersebut berdampak berkurangnya cakupan wilayah pelayanan PDAM.
Skematik SPAM Eksisting
159
Gambar 7. 2 Skematik Klaster Siau-sistem peling, Siu Barat
160
Gambar 7.4 Sistem Air Minum Pedesaan Lamango
Aspek Pendanaan
Selama ini kondisi dan kinerja keuangan yang menangani kebutuhan Air minum dengan menggunakan mata air dan dialirkan secara gravitasi, bila dilihat dari laporan keuangan pada bulan Juni 2010, sudah bisa dikatakan berjalan dengan sebagaimana mestinya sesuai dengan kondisi yang ada, dan sudah diberlakukan berdasarkan katagori pengelompokan tariff air.
Efisiensi penagihan di Siau Timur dari 1.133 pelanggan dapat ditagihkan 1021 pelanggan sehingga efisiensi pelanggan cukup tinggi lebih dari 90%, untuk Siau barat dari 75 pelanggan dapat ditagih 71 pelanggan artinya lebih dari 90%, demikian juga di Tagulandang efisiensi penagihan lebih dari 90%. Pendapatan rata-rata per bulan PDAM Kabupaten Sitaro adalah Rp. 58.000.000,- dan biaya untuk operasi sebesar Rp.515.000,- per bulan untuk bahan bakar.
Kinerja keuangan untuk Siau ini belum dapat diketahui secara tersendiri, karena PDAM yang ada saat ini masih merupakan PDAM Kabupaten kepulauan Sangihe yang belum diserahkan kepada Kabupaten Siau Tagulandang Biaro.
1) Tarif Retribusi
Tarif retribusi yang sudah ditentukan dengan surat keputusan Bupati Kepulauan Sangihe, sewaktu Kabupaten Kepulauan Sitaro masih belum dimekarkan, dengan No.169 Tahun 2007, Tanggal 30 Oktober 2007, tentang penyesuaian tariff air minum PDAM Kabupaten Kepulauan Sangihe, yang menjadi dasar tariff air minum di Kabupaten Kepulauan Sitaro yang selama ini diberlakukan kepada masyarakat setempat. Tarif rata-rata Rp. 2500,- per m3.
2) Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh dari hasil pejualan air berdasarkan jumlah tagihan untuk Kecamatan Siau Timur sampai dengan bulan juni 2010 adalah Rp.805.539.356 yang didapat dari 1.120
161
pelanggan, sedangkan untuk Kecamatan Siau Barat sebesar RP.23.666.300 didapat dari 270 pelanggan dan Kecamatan Tagulandang sebesar Rp. 28.966.000 yang didapat dari 261 pelanggan.
3) Pengeluaran
Pengeluaran yang rutin dipergunakan untuk Operasional dan Pemeliharaan juga untuk tenaga kerja, disamping untuk bahan kimia yang diperlukan.
4) Permasalahan Keuangan
Dalam meningkatkan sistem penyediaan dan pengelolaan air minum yang lebih baik. Masyarakat di Kabupaten Sitaro perlu diberikan penyuluhan tentang operasi dan pemeliharaan yang memerlukan biaya yang cukup tinggi, sehingga dimasa yang akan datang tidak terjadi lagi pelanggan yang tidak menggunakan meteran air. Pemeliharaan kurnag diperhatikan karena asse t yang ada saat ini tidak terpelihara dengan baik, banyak pelanggan yang tidak menggunakan meter air, sehingga kinerja keuangan PDAM kurang baik
Aspek Kelembagaan dan Peraturan
Pengelolaan air minum perpipaan di Kabupaten Sitaro sebagian wilayah dikelola oleh PDAM Kabupaten kepulauan Sangihe, wilayah pelayanan di Kabupaten Sitaro ini merupakan Cabang IV Siau dari PDAM Kabupaten kepulauan Sangihe. Kabupaten Sitaro sendiri belum mempunyai PDAM karena asset yang ada saat ini belum diserahkan dari Kabupaten kepulauan Sangihe ke kabupaten Sitaro.
Untuk sistem perpipaan dan non perpipaan yang ada di kecamatan Biaro, dan Tagulandang dikelola oleh masyarakat sendiri, karena sistem yang ada saat ini merupakan sistem pedesaan, masyarakat yang menggunakan sistem ini tidak membayar. Pengelolaan penyediaan air minum non perpipaan di Kabupaten kepulauan Sitaro dikelola dengan menugaskan seorang Kepala Cabang I dan dibantu oleh Kepala Unit.
1) Kinerja Pengelolaan dan SDM
Didalam melaksanakan tugasnya pengelolaan pelayanan SPAM, bila dilihat dari hasil produk pelaporan yang sudah bisa menampilkanlaporan yang cukup jelas,sehingga bisa dan mudah difahami oleh setiap orang yang membacanya, maka kinerja yang dilaksanakan selama ini sud ah memadai.
2) Permasalahan Aspek Kelembagaan
Permasalahan utama adalah PDAM yang ada saat ini, merupakan cabang IV dari PDAM Kabupaten kepulauan Sangihe, sehubungan dengan lokasi yang berjauhan antar pulau, menjadikan koordinasi pelayanan air minum agak sulit untuk dilakukan.
Permasalahan yang dihadapi dengan Aspek Kelembagaan pada saat semua pulau sudah beroperasi, maka diperlukan suatu koordinasi yang memadai, baik dari segi komunikasi maup un dari segi informasi, untuk memudahkan proses penyelesaian yang harus segera dilaksanakan,
162
misalnya terjadi kemacetan operasional pengolahan air yang disebabkan dengan tidak adanya spare part yang diperlukan.