• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usulan kegiatan

Dalam dokumen KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN (Halaman 67-74)

AIR LIMBAH

G. Usulan kegiatan

Adapun usulan kegiatan prioritas bidang pengembangan drainase untuk Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat dilihat Tabel Memorandum program.

PERSAMPAHAN

Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu-isu strategis dan permasalahan dalam pengelolaan persampahan di Indonesia antara lain: 1. Kapasitas Pengelolaan Sampah Kapasitas pengelolaan sampah erat kaitannya dengan:

a. Makin besarnya timbulan sampah berupa peningkatan laju timbulan sampah perkotaan antara 2 -4% per tahun.

Dengan bertambahnya penduduk, pertumbuhan industri dan peningkatan konsumsi masyarakat dibarengi peningkatan laju timbulan sampah.

b. Rendahnya kualitas dan tingkat pengelolaan persampahan.

Rendahnya kualitas pengelolaan persampahan terutama pengelolaan TPA memicu berbagai prote s masyarakat. Di sisi lain rendahnya tingkat pengelolaan sampah mengakibatkan masyarakat yang tidak mendapat layanan membuang sampah sembarangan atau membakar sampah d i tempat terbuka.

180

Keterbatasan lahan TPA merupakan masalah terutama di kota-kota besar dan kota metropolitan. Fenomena keterbatasan lahan TPA memunculkan kebutuhan pengelolaan TPA Regional namun banyak terkendala dengan banyak faktor kepentingan dan rigiditas otonomi daerah.

2. Kemampuan Kelembagaan

Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.

3. Kemampuan Pembiayaan

Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya kualitas penanganan sampah.

1. Peran Serta Masyarakat dan Dunia Usaha/Swasta

Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.

2. Peraturan perundangan dan Lemahnya Penegakan Hukum

Lemahnya penegakan hukum terkait pelanggaran dalam pengelolaan sampah dan kurangnya pendidikan masyarakat dengan PHBS sejak dini juga menjadi kendala dalam penanganan sampah. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Di Kecamatan Tahuna telah tersedia tempat pembuangan akhir (TPA) sampah yang menggunakan sistem open dumping, yang terletak di Pensu, dekat Salu Mala. Pada umumnya penduduk di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro melakukan penanganan sampah secara tradisional yaitu dengan membakar, menimbun sampah dengan tanah atau dengan membuang sampah ke sungai atau laut. Padahal laut perlu waktu dalam mencerna sampah. Data hasil penelitian Direk torat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia bekerja sama d e ng an Forum bersama Gerakan Bersih Pantai dan Laut (2005) dikemukakan bahwa waktu yang dibutuhkan oleh laut dalam mencerna sampah adalah tergantung pada jenis sampah. Data-data tersebut disajikan dalam tabel berikut.

181

Tabel 7. 21 Jenis Sampah dan Waktu yang Dibutuhkan dalam Mencerna Sampah

No. Jenis sampah

Waktu yang dibutuhkan dalam mencerna sampah

1. Kertas tissue 1 bulan

2. Kertas Koran 1 bulan

3. Kulit buah dan dos pembungkus makanan 2 bulan

4. Kotak pembungkus susu 3 bulan

5. Bungkus rokok dan pembalut wanita 5 bulan

6. Tali sumbu 1 tahun

7. Kayu yang di catS 10-20 tahun

8. Ban mobil dan kaleng 50 tahun

9. Pelampung 80 tahun

10. Aluminium 200 tahun

11. Tas plastik kresek 400 tahun

12. Botol plastik dan sandal 400-500 tahun

13. Tali pancing 600 tahun

14. Botol dan gelas Belum diketahui

Sumber: Dit. Jen. Pesisir dan Pulau-pulau Kecl Dep. Kelautan dan Perikanan RI bekerja sama dengan Forum bersama Gerakan Bersih Pantai dan Laut (2005)

Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan pengelolaan dan manajemen pengumpulan sampah tersebut secara terpusat. Untuk itu perlu dibentuk lembaga untuk menangani persampahan dan kebersihan.

Tujuan dan sasaran dari pengelolaan ini adalah untuk meningkatkan pengolahan dan penanganan sampah yang ramah lingkungan, menekan dampak negatif yang ditimbulkan dari cara penanganan sampah yang tidak akrab lingkungan serta meningkatkan daur ulang dan pengomposan.

Pengelolaan secara tradisional secara bertahap dilakukan pelayanan dan disempurnakan kemudian diganti dengan pengelolaan secara terpusat. TPA Pensu di Tahuna perlu dioptimalkan dengan penambahan sarana dan prasarana serta peningkatan sistem open dumping menjadi sanitary Landfill. Daerah-daerah lain yang belum memiliki lokasi TPA perlu menyediakannya untuk menampung sampah yang ada.

Daerah perencanaan sebagian besar merupakan daerah perkebunan dan pertanian, sehingga banyak menghasilkan sampah organik. Oleh karena itu selain mengembangkan manajemen secara terpusat, juga perlu pengembangan pembuatan kompos secara berkelompok.

182

Pengelolaan sampah yang dikembangkan secara terpusat diharapkan hanya akan menangani sisa sampah, yang sebelumnya sudah dipilah untuk dilakukan daur ulang atau pemanfaatan kembali. Sehingga sampah tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah namun juga masyarakat dan pihak yang berkepentingan.

Pengelolaan sampah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro diarahkan dengan melibatkan secara aktif peran serta masyarakat. Sampah yang diproduksi sebelum dibuang ke TPS dan TPA, sebelumnya telah dipilah oleh masyarakat/rumah tangga menjadi sampah organik (yang dapat didaur ulang) dan sampah non organik. Sampah organik yang diproduksi selanjutnya akan diolah bekerjasama dengan masyarakat, LSM, dan Perguruan Tinggi untuk menghasilkan kompos atau produk olahan organik lainnya yang bermanfaat.

Sedangkan untuk sampah non organik akan dilakukan kerjasama dengan para pemulung dan pengusaha untuk pemanfaatannya. Dengan melibatkan peran aktif masyarakat ini diharapkan permasalahan persampahan yang selalu menjadi masalah pelik di perkotaan, akan teratasi. Sistem pembuangan sampah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro diarahkan untuk dikelola bersama-sama masyarakat dengan cara penyediaan tempat sampah umum yang akan dibuang secara bersama ke tempat pembuangan sampah.

Tempat pembuangan sampah akhir (TPA) perlu memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Terletak di daerah yang relatif lebih rendah (lembah) dari pada aktivitas lain yang ada di sekitarnya. Hal ini untuk menghindari atau memperkecil polusi udara (bau) serta menghindari mengalirnya cairan sampah ke daerah-daerah lain jika terjadi huajn atau banjir.

2. Tidak dekat dengan permukiman dan sebaiknya jauh dari daerah keramaian kota untuk mencegah timbulnya masalah baru akibat timbunan sampah seperti menyebarkan hama penyakit, merusak estetika/keindahan lingkungan, menyebarkan bau yang tidak sedap dan sebagainya.

3. Tidak berada di dekat sumber air/saluran air bersih/sungai untuk mencegah terjadinya pencemaran air.

4. Tidak menghambat aliran air hujan, sehingga tidak terjadi penyumbatan yang dapat mengakibatkan banjir.

Dalam analisis persampahan ini adalah analisis mengenai sistem pengelolaan persampahan yang dihasilkan oleh Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Oleh karena petimbunan sampah umumnya terjadi di wilayah perkotaan, maka sistem yang diterapkan adalah sama dengan siste m pengelolaan sampah di perkotaan pada umumnya yang meliputi pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan dan penyapuan jalan serta pengelolaan akhir di TPA sampah.

183

1. Pewadahan ; pewadahan umumnya dilakukan oleh penduduk, kecuali di jalur-jalur protokol dan sekitarnya. Pada umumnya penduduk meletakan wadah-wadah sampah pada tempat-tempat yang tidak mengganggu estetika lingkungan.

2. Pengumpulan ; sistem pengumpulan sampah dilakukan khususnya di pusat pertokoan, jalur protokol dan beberapa kawasan permukiman adalah sistem individu atau door to door. 3. Pemindahan ; tahap pemindahan dilakukan dengan menggunakan sarana bak-bak TPS

berbagai ukuran, pada umumnya terdapat di lingkungan perumahan.

4. Pengangkutan ; sistem pengangkutan sampah diperkotaan dilakukan dengan menggunakan sarana pengangkutan, seperti gerobak sampah, truk kayu, dump truck dan lain sebagainya. 5. Penyapuan jalan ; operasi penyapuan jalan dilakukan pada jalur-jalur jalan protokol.

Dalam kegiatan pengelolaan sampah umumnya terdapat beberapa hambatan yang dihadapi, seperti :

1. Biaya operasional yang tinggi sedangkan kemampuan pendanaan terbatas.

2. Kuantitas dan kulaitas personil, sehingga tidak sepenuhnya pekerjaan penanganan sampah tertangani secara optimal.

3. Masih kurangya disiplin masyarakat dalam membuang sampah ke TPS, seperti tidak tepat waktu, tepat cara dan tepat tempatnya. Keadaan seperti ini menyebabkan sampah di TPS selalu penuh bahkan berserakan keluar.

4. Kurangnya sarana mobilitas pengangkutan sampah.

5. Untuk mengantisipasi adanya hambatan-hambatan tersebut diperlukan suatu antisipasi dengan penanganan sampah yang efisien dan efektif, melalui daur ulang dan composting untuk jenis sampah organik atau anorganik.

Saat ini sarana persampahan yang terdapat di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih jauh dari cukup untuk melayani produksi sampah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Kondisi pelayanan sarana persampahan yang ada hampir sepenuhnya digunakan untuk melayani produksi sampah di kawasan pusat kota saja. Untuk mengukur perkiraan jumlah produksi sampah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, digunakan standar Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, yaitu :

 Produksi sampah tangga per orang/hari yang lazim di kota-kota menengah sebesar 0,0025 m3, sedangkan sampah non rumah tangga sebesar 20% dari jumlah sampah rumah tangga.

 Sarana penampungan sementara tersebar dibeberapa tempat, dengan radius pelayanan maksimun 1.500 m.

 Gerobak sampah yang bervolume 1,25 m3 dengan tiga rit pengangkutan.

 Bak sampah yang bervolume 10,80 m3.

184

Pendanaan

Dalam penanganan masalah persampahan di Kabupaten Sitaro, pemerintah daerah telah mengalokasikan anggaran melalui APBD Kabupaten yang dalam pengelolaannya dilakukan oleh Dinas/Badan

Struktur biaya operasional bidang persampahan di Kabupaten melip uti : 1. Biaya operasional pengumpulan dan penyempurnaan

2. Biaya penampungan sementara

3. Biaya pengangkutan 4. Pembuangan akhir.

Bidang persampahan merupakan bidang yang secara prinsip dapat membiayai dirinya sendiri, namun demikian dana yang dikumpulkan dari retribusi khususnya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro masih minim dan belum mampu untuk membiayai operasi pengelolaan.

Rendahnya masukan dari retribusi sampah, disebabkan mekanisme pemungutannya yang belum memperhatikan faktor kemudahan pelaksanaan, efisiensi, dan pengendalian kebocoran. Dengan dapat diperhatikannya faktor-faktor tersebut maka dikemudian hari upaya untuk dapat menjadikan bidang persampahan dapat membiayai dirinya sendiri akan dapat diwujudkan.

Kelembagaan

Pada beberapa kota umumnya pengelolaan persampahan dilakukan oleh Dinas Kebersihan, dan khususnya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro ditangani oleh Dinas Pasar dan Kebersihan. Sedangkan keterlibatan masyarakat maupun pihak swasta dalam menangani persampahan pada beberapa kota sudah dilakukan untuk beberapa jenis kegiatan. Masyarakat banyak yang terlibat pada sektor pengumpulan sampah di sumber timbulan sampah, sedangkan pihak swasta umumnya me ng e lo la persampahan pada kawasan elit dimana kemampuan membayar dari konsumen sud ah cukup tinggi.

Umumnya Dinas Kebersihan selain berfungsi sebagai pengelola persampahan kota, juga berfungsi sebagai pengatur, pengawas, dan pembina pengelola persampahan. Sebagai pengatur, Dinas Kebersihan bertugas membuat peraturan-peraturan yang harus dilaksanakan oleh operator pengelola persampahan. Sebagai pengawas, fungsi Dinas kebersihan adalah mengawasi pelaksanaan peraturan-peraturan yang telah dibuat dan memberikan sangsi kepada operator bila dalam pelaksanaan tugasnya tidak mencapai kinerja yang telah ditetapkan, fungsi Dinas kebersihan sebagai pembina pengelolaan persampahan, adalah melakukan peningkatan kemampuan dari operator. Pembinaan tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan-pelatihan maupun menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang melibatkan masyarakat untuk mendapatkan umpan balik atas pelayanan pengelolaan persampahan.

Tumpang tindihnya fungsi-fungsi tersebut menjadikan pengelolaan persampahan menjadi tidak efektif, karena sebagai pihak pengatur yang seharusnya mengukur kinerja keb erhasilan pengelolaan sampah dan

185

akan menerapkan sangsi bila pihak operator tidak dapat melakukannya secara baik tidak mungkin dilakukan karena pihak operator tersebut tidak lain adalah dirinya sendiri. Dengan demikian kinerja operator sulit diukur dan pelayanan cenderung menurun.

Untuk mengetahui tingkat tingkat permasalahan pengelolaan sampah di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dapat dilakukan dengan menggunakan gap analisis yaitu suatu metoda yang membandingkan antara kebutuhan dan pengelolaan yang tersedia sehingga dapat direncanakan kapasitas penyediaan pengelolaan persampahan 5 tahun ke depan.

Dari gap analisis di bawah terlihat gap timbulan sampah dan kapasitas pengolahan yang tersedia tiap tahun cukup besar sehingga perlu segera merencanakan program pengembangan pengelolaan sampah lima tahun ke depan. Gap analisis di bawah mengasumsikan pertumbuhan kebutuhan sampah sejalan dengan proyeksi pertumbuhan penduduk (0,90%). Timbulan sampah awal 2,5 lt/orang/hari angka peningkatan setiap tahunnya. Sementara Kapasitas pengelolaan sampah yang ada diasumsikan hanya mampu melayani 60 % saja tahun 2009 dan diharapkan akan dapat meningkat kapasitasnya menjadi 80 % pada tahun 2013.

Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pelaksanaan sistem pe ngelolaan persampahan konstribusinya sangat besar. Keikutsertaan masyarakat secara aktif dapat mempercepat penanganan masalah persampahan di Kabupaten Salah satu upaya pemerintah Kabupaten dalam mendorong partisipasi aktif masyarakat adalah dengan melakukan penyuluhan, pembinaan dan pendataan mengenai kebersihan khususnya untuk lokasi -lokasi pada jalan-jalan protokol, daerah pertokoan, terminal-terminal, pelabuhan, stadion dan tempat-tempat keramaian umum lainnya.

Secara umum sikap dan kesadaran masyarakat Kabupaten. dalam bidang persampahan sudah cukup tinggi. Masyarakat secara swadaya dan sukarela membayar iuran retribusi kebersihan dan. Selain itu, mulai tumbuhnya kesadaran dari masyarakat dalam mematuhi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dalam pengelolaan persampahan. Sebagian masyarakat telah melakukan pengelolaan sampah rumah tangga secara swadaya. Pengelolaan sampah rumah tangga dilakukan dengan cara memisahkan sampah sesuai dengan jenisnya kemudian memusnahkannya dengan cara dib akar. Untuk jenis sampah anorganik dan logam dilakukan daur ulang.

Permasalahan dan Tantangan

Permasalahan Pembangunan Sektor Persampahan di Indonesia, secara umum adalah:

(1) Makin tingginya timbulan sampah (jumlah penduduk makin tinggi, jumlah sampah per k apita meningkat);

186

a. Belum optimalnya sistem perencanaan (rencana sampai dengan monitoring dan evaluasi); b. Belum memadainya pengelolaan layanan perencanaan persampahan (kapasitas, pendanaan d an

asset manajemen);

c. Belum memadainya penanganan sampah.

Dalam dokumen KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN PERMUKIMAN (Halaman 67-74)

Dokumen terkait