• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN DAN PEMBELAJARAN SISWA DI SMA MUHAMMADIYAH 3 JAKARTA

J. SISTEM PEMBINAAN

3. Mengintegrasikan nilai-nilai Islam kedalam setiap mata pelajaran yang diajarkan.

4. Sebelum pelajaran jam pertama dimulai, seluruh siswa dengan bimbingan Bapak/Ibu guru melakukan tadarus setiap hari.

5. Pembinaan/pembetulan ibadah praktis seperti shalat tiap hari dalam kegiatan shalat Dzuhur berjama’ah, perilaku (akhlak) dalam kehidupan sehari-hari.

6. Remedial dan pengembangan mata pelajaran.

7. Pembinaan baca tulis Al-Quran dan seni baca Al-Quran.

8. Bimbingan/Pembinaan bahasa Inggris (EEC).

1. Hukuman apa saja yang pernah Bapak berikan selama tahun ajaran 2006/2007? 2. Kenapa hukuman itu diberikan? Pertimbangan akhlak, teologis dan

psikologisnya?

3. Kapan dan dimana hukuman itu diberikan? Jawaban:

1. Hukuman-hukuman yang saya berikan berupa peringatan-peringatan lisan pada siswa-siswa yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan sekolah sebanyak tiga kali peringatan. Apabila hal tersebut ternyata masih terulangi maka mulai pada tahap dikeluarkan dari kelas dan tidak boleh mengikuti pelajaran. Pelanggaran yang dilakukan siswa tahap ini akan dimasukkan dalam buku Jurnal serta akan dimasukan dalam buku catatan pribadi guru, yang akan dilaporkan pada sidang kenaikan kelas. Contohlah saat diluar kelas : saat sholat dzuhur sepatu wajib dilepas namun masih saja anak yang memakainya maka hukuman yang diberikan berupa penyitaan sepatu dengan perjanjian orang tua siswa datang serta siswa wajib berjanji untuk tidak mengulanginya lagi dalam bentuk surat perjanjian yang disaksikan oleh orang tuanya. Saat siswa terlambat maka hukuman yang diberikan berupa tidak boleh mengikuti pelajaran (ditahan) atau bila lebih dari 30 menit maka akan dipulangkan. Dan hukuman-hukuman yang lain sifatnya hanya berupa shock terapi saja, yang dilakukan menurut kondisi dan situasi saat kejadian terjadi menurut kebijaksanaan dari guru yang bersangkutan (yang sedang mengajar).

2. Alasan yang paling utama dalam memberikan hukuman bagi siswa-siswa adalah untuk mendidik mereka agar jadi lebih dewasa, lain dari itu tidak ada. Biarpun baik tujuannya, adakalanya orang tua menuntut atas perlakuan terhadap anaknya : dengan alasan tidak ada dasar hukumnya (kesepakatan antara pihak sekolah dengan para wali murid). Namun bila ditinjau secara teliti ternyata hal itu semua sudah ada dalam buku panduan masuk yang diberikan pada masing-masing siswa. Menurut hemat saya hal itu kurang diperhatikan oleh orang tua siswa, sehingga ketika sesuatu hukuman dikenakan kepada anaknya, mereka balik menuntut pihak sekolah. Untuk mengantisipasi hal ini yang berkelanjutan maka untuk tahun

ajaran 2007/2008 akan ada perjanjian secara tertulis antara pihak sekolah dengan siswa (wali murid) yang ditandatangani diatas kertas bermaterai.

3. Hukuman diberikan langsung pada saat pelanggaran dilakukan siswa. Saat dikelas misalnya guru dapat memberikan hukuman langsung berupa mengeluarkan siswa dari kelas atau dengan cara lain menurut kebijaksanaan guru tersebut. Guru juga dapat melaporkan perbuatan yang melanggar peraturan tersebut kepada wali kelas dan diteruskan untuk pembinaan lebih lanjut oleh pihak BP. Tindakan pemberian hukuman dapat pula dilakukan langsung oleh bagian kesiswaan dan kalau perlu pimpinan sekolah pun dapat langsung turun tangan untuk memberikan hukuman tersebut. Adapun pelanggaran berat sebenarnya dapat saja langsung diselesaikan namun antara wali kelas dan guru masih kurang kordinasi. Dan untuk tahun ajaran baru akan dicoba dengan surat perjanjian yang akan ditandatangani di atas kertas bermaterai dan peran kepala sekolah yang tegas pun menjadi suatu keharusan. Skoring merupan alternatif hukuman yang sebenarnya ringan namun ternyata untuk menerapkannya terasa amat berat karena beberapa hal antara lain karena latar belakang siswa yang berasal dari keluarga broken home, siswa-siswa yang masuk (input) kurang bagus (dalam nilainya). Dan alasan yang mungkin mendasar adalah bahwa sekolah ini juga merupakan misi dakwah yang harus tetap dilestarikan.

Kabag. Kurikulum

(Moh. Romdon Dasuki) Pertanyaan :

1. Ada data bahwa tiga anak dikeluarkan, mengapa mereka dikeluarkan?

2. Apa pernah memberi hukuman? Dalam bentuk apa? Dan dengan pertimbangan apa?

3. Bagaimana proses pemberian hukuman sehingga sampai kepada Bapak? 4. Kapan dan di mana hukuman itu diberikan? Kenapa?

1. Ya, benar memang ada dan secara umum mereka sampai dikeluarkan adalah karena melanggar peraturan. Satu anak karena absensi yang sudah tidak dapat lagi ditolerir dan dua anak lainnya karena terlibat tawuran secara langsung.

2. Ya pernah, dalam bentuk seperti dikeluarkan dari kelas, dijewer, push up dll. Pertimbangannya bergantung dari berat ringannya pelanggaran. Dan biasanya setelah siswa melakukan pelanggaran guru memberi kesempatan siswa untuk berjanji tidak mengulangi kesalahan serupa , namun bila masih juga melanggar maka tidak diperbolehkan masuk kelas pada pelajaran-pelajaran tertentu. Push up dll seperti diatas adalah jenis hukuman ringan.

3. Proses pemberian dimulai dari guru pelajaran yang sedang mengajar, bila juga tidak juga dapat diatasi maka masalah ini berlanjut kepada wali kelas. Dan bila belum juga selesai maka akan diteruskan ke BP untuk diberi penyuluhan dan pengertian agar jangan mengulangi lagi kesalahan serupa. Bila pada tahap ini siswa masih juga melakukan pelanggaran yang sama maka masalah ini akan diteruskan kepada staf kesiswaan/wakil kepala sekolah. Dan untuk masalah yang masih juga berlanjut maka akan diselesaikan langsung oleh kepala sekolah. Pada tahap ini penyelesaian persoalan berhenti pada siswa diberi persyaratan bila memang masih ingin melanjutkan pendidikannya.

4. Waktu pemberian hukuman tidak ada ketentuan (any time), disesuaikan dengan keadaan. Hukuman ini biasanya dilakukan di kelas, di ruang BP atau di ruang kepala sekolah. Pertimbangan pemilihan waktu dan tempat pemberian hukuman tergantung kebijaksanaan atau pertimbangan guru atau semua yang berwenang menghukum sesuai dengan berat ringannya pelanggaran namun tidak sampai mengganggu proses belajar mengajar.

Kepala Sekolah

(Drs. Jaenal Lestaluhu)

1. Pengalaman menghadapi siswa-siswa yang suka membuata gaduh di kelas, bagaimana menghadapinya?

2. Bagaimana bapak memberi hukuman pada siswa-siswa tersebut?

3. Berapa kali biasanya anak mendapat hukuman dalam satu jenis pelanggaran dan tidak mengulanginya?

4. Apa pertimbangan ketika akan memberikan hukuman pada siswa? 5. Apa korelasi antara hukuman dengan ajaran Islam?

Jawaban :

1. Cara menghadapi agar anak jangan sampai membuat gaduh di kelas adalah dengan menarik perhatian mereka sepenuhnya pada kita dan pelajaran yang akan kita sampaikan. Namun bila terjadi kegaduhan, maka anak yang menjadi biangnya akan di keluarkan dari kelas. Hal ini bergantung pada kemampuan masing-masing guru mata pelajaran yang bersangkutan.

2. Anak-anak tersebut akan dipanggil untuk diingatkan dan diberikan pengertian, dimana peristiwa ini akan dimasukkan pada kartu siswa juga akan disampaikan kepada wali kelas dan BP untuk memberikan hukuman yang sesuai dengan pelanggarannya. Anak ini akan mendapat sekor sesuai dengan peraturan yang berlaku dan bila telah mencapai sekor maksimal yang tidak dapat lagi ditolerir, maka anak tersebut dapat langsung dikeluarkan dari sekolah atau dikembalikan kepada orang tua siswa.

3. Hal ini berfariasi tergantung pada si anak, namun yang pasti anak tidak akan mengulangi kesalahan serupa sampai tiga kali. Bila terjadi maka yang ketiga kalinya dilakukan perjanjian di atas kertas materai bahwa perbuatan itu tidak akan diulangi lagi. Untuk peristiwa ini biasanya ada pemanggilan orang tua siswa agar menyaksikannya. Pemanggilan ini dilakukan oleh wali kelas dengan pertimbangan kesalahan siswa yang sudah cukup mengganggu kenyamanan pembelajaran bagi siswa-siswa yang lain. Orang tua yang dipanggil harus langsung bertemu dengan wali kelas yang memanggilnya.

4. Yang menjadi ukurang pokok adalah aturan sekolah yang berlaku. Namun dalam hal ini guru juga harus dapat mempertimbangkan aspek-aspek psikologis siswa yang menjadi latar belakang terjadinya pelanggaran ini. Apakah hanya sebuah

kelalaian atau hanya merupakan bagian dari proses perkembangan anak atau mungkin merupakan penyakit psikologis yang diderita anak. Di sini peran guru untuk sepenuhnya memahami aspek-aspek kepribagian anak didiknya, namun tidak kalah penting juga untukk selalu mengadakan cek dan ricek tentang hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa pelanggaran-pelanggaran peraturan sekolah tersebut.

5. Selama sekolah yang dimaksud adalah sekolah yang berbasis Islam, maka seluruh peraturan-peraturan yang ada adalah sesuai dengan Islam seperti sekolah ini. Dan guru-gurunya adalah guru-guru yang memahami Islam secara mendalam adalah syarat lain agar tidak sampai terjadi pemberian hukuman yang lepas kontrol dari aturan Islam.

Kepala Sekolah

Dokumen terkait