• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : Profil Pesantren

PROFIL PESANTREN

A. GAMBARAN UMUM TENTANG PESANTREN 1. Pengertian pesantren

3. Sistem Pendidikan dan Pengajaran

Pengertian “sistem” biasa diberikan terhadap suatu perangkat atau mekanisme yang terdiri dari bagian-bagian dimana satu sama lair, saling berhubungan dan saling memperkuat.

Dengan demikian sistem adalah suatu sarana yang diperiukan untuk mencapai tujuan.41

Dalam suatu pondok pesantren baik-yang salafi modem, maupun yang kombinasi tentunya memiliki sistem-sistem tersendiri dalam menyelenggarakan suatu pendidikan dan pengajaran.

Sistem dan pembelajaran di pondok pesantren adalah salah satu cara untuk menyampaikan ilmu kepada para santri-santrinya yang nantinya akan menjadi bekal dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga dari yang diwajibkannya untuk menuntut ilmu sampai pada pengajaran, dlaam suatu pesantren salalu ada pedoman yang menuntutnya, seperti firman Allah:

4 UA“\W 4-laC. j- d l j. c*Lj (Jjfui

Artinya: Serulah (manusia) kepada agama Allah, dengan kebijaksanaan dan pengajaran yang baik

Sabda Nabi SAW

157

40Hasil Observasi PPL Jurusan Tarbiyah th 2006

,ri2

Artinya: “Sampaikanlah dari padaku, meskipun satu ay at ”

Dari isi kandungan ayat Al-Quran dan AL-Hadist itulah adalah salah satu bentuk suatu seruan termasuk dalam pembelajaran.

Dalam sistem pembelajaran di pondok pesantren akan mengalami perubahan baik dari kurikulum, metode, maupun dalam penempatan alokasi waktu itu sendiri, dari sistem pembelajaran yang unik itulah sampai-sampai Mukti Ali mengatakan bahwa sistem pendidikan dan pengajaran agama islam di indonesia yang paling baik adalah sistem pondok pesantren.42 43 44

Menanggapi hal dialas kita akan mengetahui pendidikan dan pembelajaran apa yang digunakan dalam lembaga pesantren. Kalau berbicara pendidikan adalah sudah menjadi suatu kejelasan yang nyata bahwa pondok pesantren menyelenggarakan pendidikan Islam, yang mana pendidikan tersebut mengerucut kepada sebuah pendalaman tentang seluk beluk agama hukum Islam, termasuk didalamnya ada llmu fiqih, alat, tasawuf4 dan keilmuan yang lain.

Sehingga dari adanya hal di atas, pendidikan Islam itu sendiri memiliki karakteristik seperti yang ditulis oleh Ala 7 Najib dalam majalah pesantren yaitu: (1) Pendidikan Islam selalu mempertimbangkan dua sisi kehidupan, (2) Pendidikan Merujuk pada aturan yang sudah pasti, (3)

42Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia M utiara Sumber widya, Jakarta

Pusat,1995, hal. 12

43 Asifudin, Pondok Pesantren dalam M ajalah Rindang, No 12 Juli 1991, hal.28

44Ilmu fiqih pertama dilihatkan oleh Imam M aliki dalam kitab Al-M uatho, namun kitab

tersebut hanya berisi sebatas hadist artinya belum ada penjelasan, sehingga Imam Syafi 7 diwaktu

itu dia adalah orang yang pertama kali membukukan llm u Fiqih, yang terkenal dalam kitabnya

53

Pendidikan Islam beimisikan pembentukan akhlaqul karimah, (4) Pendidikan Islam diyakini sebagai ibadah dan tugas suci.45

Dari situlah jelas sekali bahwa pendidikan Islam tidak mengajar sebuah materi semata, namun apabila kita ketahui lebih jauh pendidikan Islam akan mengeseimbangkan antara dunia dan akhirat, disamping itu tidak hanya berperan mencerdaskan intelektual semata, melainkan Akhlaqul Karimah menjadi tolak ukur keberhasilan dalam suatu pendidikan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tujuan umum pendidikan dan pengajaran dalam. Islam adalah mewujudkan seluruh manusia sebagai abdi atau hamba Allah SWT.46

Untuk mengetahui sistem pendidikan dan pembelajaran di pondok pesantren yang meskipun namanya sama-sama pondok pesantren tetap akan mengalami suatu perbedaan antara pondok pesantren salafiyah dan modem serta pondok pesantren yang kombiasi.

Pondok pesantren salafiyah sampai sekarang masih selalu eksis dalam sistem pembelajaran tradisionalnya artinya masih mengikuti pembelajaran ulama-ulama dahulu, meskipun ada cara-cara barn dalam mengajar, namun sistem tradisional tersebut masih. dipertahankan.

Sistem pembelajaran yang di pahami dalam lingkungan pondok pesantren adalah hal yang unik khususnya dalam lingkungan salaf. Dimana pesantren salaf diawaL petkembangannya hanya mengajarkan agama dengan sumber mata pelajaran berupa kitab-kitab kuning berbahasa Arab yang masuk

45Ala’I Najib, Pesantren Kini Pergulatan dalam Menyampaikan M isi, Op.Cit., hal. 56-57

dalam kategon M u’tabaroh, pelajaran yang biasanya dikaji meliputi: Al- Quran dengan tajwid dan tafsirnya, hadist, dengan musthoalhahnya, bahasa Arab dengan nahwu» sorof halaqoK aiiaol dan mantiqnya, fiqih dengan hukum-hukum dan ushul fiqihnya, serta akhlaq dengan tasawufnya. Kitab- kitab yang dipakai, pada umumnya juga terbatas pada hasil karya ulama abad pertengahan (anlara abad 12-13) yang ketnudian lebib. dikenal dengan istilah kitab-kitab kuning.47

Istilah kitab kuning sudah membaur dikalangan pesantren untuk selalu dikaji, seperti pada pokok-pokok pelajaran diatas semuanya dikaji dengan kitab-kitab kuning, pada umumnya pengajian kitab-kitab kuning berbeda dengan pengajian Al-Quran, namun memiliki perbedaan tersendiri menurut Karel A. Stennbrink perbedaan ilu dapat dilihat daritiga segi yaitu:

1. Para murid pengajian kitab ini pada umumnya masuk asrama dalam lingkungan lembaga pendidikan agama Islam yang disebut pesantren. 2. Mata pembelajaran yang diberikan meliputi mata pelajaran yang lebih

banyak dari pada pengajian Al-Quran.

47Kitab kuning menurut pengertian bahasa kitab berasal dari kata kataba-yaktubu-kitaban

berarti tulisan, bukn ketetapan, bacaaiL Kitab kuning adalah kitab yangberisi. ilmu-lmu keislaman,

khususnya ilmu fiqih yang ditulis atau dicetak dengan huruf Arab ke dalam bahasa Arab atau

M elayu, Jawa dan Sunda dan seterusnya, kitab itu disebut “kitab kuning” karena umumnya dicetak dikertas yang berwama kuning.

Ada kalanya kitab kuning ditulis tanpa memakai harokatlsyakal, sehingga kitab itu disebut

kitab gundul karena bentuk-bentuk hurufnya gundul. Kitab itu tidak mudah di baca apalagi

dipahami oleh mereka yang tidak menguasai ilmu tata bahasa Arab (nahwu shorof). Ciri lain dari

kitab kuning adalah kadang-kadang lembaran lepas tidak berjilid sebagai bagian-bagian yang di perlukan mudah diambil. Maka para santri belajar hanya membawa lembaran-lembaran yang akan dipelajarinya, sehingga tidak membawa kitab secara utuh. Maka kitab-kitab ini sering disebut

dengan kurasan. Akan tetapi akhir-akhir ini ciri-ciri tersebut telah mengalami perubahan, kitab

kunig cetakan baru sudah banyak menggunakan kertas putih, selanjutnya lihat Zubaidi, Achmadi

Wahid,Abdoel Kholiq, Amir Farih, A li Fachrudin, Materi Dasar. Nahdlatul Ulama (Ahlussunah Wa/jamaah) kelas II SMU/MA/SMK,Pimpinan Wilayah Pendidikan M a’arif NU Jawa Tengah, 1999, hal. 1

55

3. Pendidikan diberikan tidak hanya secra individual, tetapi juga secara kelompok.48

Kitab-kitab kuning tersebut sampai sekarang tidak pernah habis untuk dibicarakan keunikannya, baik dari segi isi kitab maupun dari metode-metode yang digunakan itu sendiri, sehingga keunikan dari kitab-kitab kunig itulah para santri percaya penub terhadap apa yang menjadi isinya, serta tidak boleh membantah dalam prosesi sebuah pembelajaran.

Adapun metode-metode yang digunakan dalam sistem pembelajaran di pesanlren.sa/tf/ adalah_ sebagai berikut:

a. Metode Sorogan.

Sorogan, berasal dari kata sorog (bahasa jaxva) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri menyodorkan kitabnya dihadapkan kyai atau pembantunya (badal, asisten kyai). Sistem sorogan ini termasuk belajar individual, dimana seorang santri berhadapan dengan seorang guru, dan terjadinya interaksi saling mengenaL diantaranya keduanya. Sistem sorogan ini terbukti sangat efektif sebagai taraf pertaman bagi murid yang bercita-cita menjadi seorang alim,49

Metode sorogan biasanya diJakukan oleb santri-santri yang masib mengaji dari tingkatan awal sehingga pada tingkatan atas atau kitab yang sering disorognya bemama Fatkhul Muin, para santri juga menghadap untuk menyetorkannya dan biasanya tingkatan seperti ini untuk orang yang sudah

48Karel A. Steenbrink, Op.Cit., hal. 12

dewasa, meskipun acta juga yang masih anak-anak sudah mampu menghafal atau membacanya.

b. Metode wetonan/bandongan

Wetonan, istiiah weton ini berasal dari kata wektu (bahasa jawa) yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut diberikan pada waktu-waktu tertentu, yaitu sebelum atau sesudab waktu sholatfardhu. Metode weton ini metupakan metode kuliah, dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk sekeliling kyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, sanri menyimak kitab-kitab masing-masing dan membuat catatan padanya. Istiiah wetonan ini di Jawa Bar at disebut bandongan.50

Pendapat diatas diperkuat oleh Zamakhsari Dhofier, bahwa metode utama sistem pengajaran di lingkungan pesantren ialah sistem bandongan atau seringkali juga disebut wetonan. Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5 sampai 500) mendengarkan seorang guru yang membaca, menteijemahkan, menerangkandan seringjkalt mengulas buku-buku Islam, datam bahasa.51

Dalam sistem bandongan para santri tidak ditunjuk satu persatu untuk membaca/menerangkan dari hasil pengajian tadi, melainkan para santri Cuma duduk sambil member! makna pada. kitab yang dipegangnya, serta menyimak dan mendengarkan dari seorang kyai/guru. Sistem bandongan ini biasanya diakukan untuk murid menengah keatas, karena dalam sistem ini kyai Cuma membaca, menerangkan^ tidak. perln mengulang-ulang hasil bacaan seperti sistem sorogan. Ketika para santri ada yang ketinggalan dalam memaknai

50Depag RJ, O p.Cit, hal.39-40

57

maka santri tidak perlu banyak bertanya pada kyai atau ustadznya, melainkan para santri bertanya pada santri sebelahnya, atau kalau sudah berada di dalam kamar masing-masing para santri saling melengkapi makna yang masih kurang.

c. Metode Musyawaroh/2?a/i£stt/ Masa ’il

BahtsuL Masa % meuurut bahasa (eiimolngi)Bahsul Masail” terdiri dari dua kata, yang pertama, “Bahtsu(isim Dhomir) dari Fiil MadhiBahatsa” artinya membahas atau memusyawarohkan. Kedua “Masa ’//” bentuk jamak dari masalah. Artinya beberapa masalah. Kalau diringkas kedua kata tersebut menjadi “Bahtsul Masa’il” yang berarti pembahasan berbagai masalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat terutama masalah- masalah yang berkaitan dengan permasalahan agama, baik sosial, ekonomi, budaya dan politik.

Metode musyawaroh atau dalam istilah lain Bahtsul M asa’il merupakan metode pembelajaran yang lebih mirip dengan metode diskusi atau seminar. Beberapa orang santri dengan jumlah tertentu membentuk halaqoh yang di pimpin kyai atau Ustadz atau juga santri senior, untuk mengkaji suatu persoalan yang telah. ditentukan sebeLumnya.52 53

Metode seperti ini biasanya dilakukan oleh golongan santri menengah keatas, karena apabila dari santri yang masih kelas dasar belumlah mampu untuk mengkaji metode seperti ini, karena sebelumnya para santri harus sudah membawa persoalan yang bersumber dari kitab-kitab yang telah dibacanya.

52Zubaidi dkk.Op.Cit., hal. 54

Metode ini selain digunakan dalam lingkungan pesantren juga sampai sekarang masih selalu dipakai dalam setiap muktamar NU, baik cabang maupun pusat atau acara-acara besat NU yang lain, untuk memecahkan segudang masalah yang timbul dengan cara dilakukan musyawarah.

Dalam sistem ini Zamakhsari Dhofier mcngungkapkan dalam kelas, musyawarah sistem pengajarannya sangat berbeda dari sistem. sorozan dan bandonzan. Para sisvva harus mempelajari sendiri kitab-kitab dengan ditunjuk kyai memimpin kelas musyawarah seperti dalam suatu seminar, dan lebih banyak dalam beoluk tanya jawab, biasanya hampir seluruhnya diselenggarakan dalam bahasa Arab dan merupakan atihan bagi para sisea untuk menguji ketramplannya dalam mengendap sumber-sumber argumentasi dalam kitab-kitab klasikJ4

d. Metode Pengajian Pasaran

Metode pengajian pasaran adalah kegiatan belajar para santri melalui pengkajian materi (kitab) tertentu pada seorang kyai/ustadz yang, dilakukan oleh sekelompok santri dalam kegiatan yang terns menerus (maraton) selama tenggang waktu tertentu. Pada umumnya dilakukan pada bulan Ramadhan selama setengah. bulan, dua pulub. ban atau terkadang t bulan penuh. tergantung pada besamya kitab yang dikaji. Metode ini lebih mirip dengan metode b a n d o n g a n tetapi pada metode ini target utamanya adalah “selesai”nya kitab yangdipelajari54 55

54Zamakhsari Dhofier, Op.Cit., hal. 31

Dalam metode ini biasanya para santri tidak hanya menetap dalam pesantren biasanya, melainkan para santri lebih senang mengkaji kitab-kitab tersebut. pada bulan Ramadhan dengan. cara mondok di pesantren. lam, yang dianggapnya kajian kitab-kitab tersebut lebih tinggi, sera para santri melihat juga dari tokoh kyai yang akan mengkaji kitab-kitab tersebut, informasi- informasi seperti ini akan mudalidan cepat menyebar ke pesantren-pesantren lainnya, sehingga dengan mudah pula para santri boleh memilih serta mempersiapkan kitab-kitab yang akan diikutinya.

e. Metode Ha fa lan (Muhafadzah)

Metode hapalan ialah kegiatan belajar santri dengan cara menghadapi suatu teks tertentu dibawah bimbingan dan pengawasan kyai/ustadz. Para santri di beri tugas untuk menghadapi bacaan-bacaan dalam jangka waktu tertentu. Hapalan yang dimiliki santri ini kemudian dihafalkan dihadapan kyai/ustadz secara periodik atau insidental tergantung kepada petunjuk kyai/ustadz yang bersangkutan.56

Metode seperti ini biasanya berkenan dengan pelajaran-pelajaran yang khusus untuk hapalan seperti nahwu, sorof, tauhid, serta Al-Qur'an dengan mengamhil surat-surat tertentu, hahkan dalam tingkatan bilghnih57

f. Metode Demonstrasi/Praktek Ibadah

Metode ini adalah cara pembelajaran yang dilakukan dengan memperagakan (mendemonstrasikan) suatu ketrampilan dalam. hal

56Depag RI.O/7.C//., hal. 45-47

51Bilghoib: Dalam bahasa Arab dengan tidak melihat, dalam konteks para santri yaitu orangyang hafal Al-Q uran 30

juz-pelaksanaan ibadah tertentu yang dilakukan secara perseorangan maupun kelompok dibawah petunjuk dan bimbingan kyai/ustadz.58

Metode diatas hiasanya dipraktekkan bagi kelas bawab dan menengah, karena dianggapnya mereka kurang menguasai, seperti adanya praktek shot at, wudhu bahkan cara-cara mengkafani mayat yang dibimbing langsung oleh kyai/ustadz atau santri senior yang ada di pesantren. Hal itu dilakukan untuk memperdaam teori semata, melainkan harus dipraktekkan agar para santri dapat paham dan mengerti secara mendalam.

Dokumen terkait