• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN

BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGG

B. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN

Badan Hukum Milik Negara (BHMN) adalah salah satu bentuk badan hukum di Indonesia yang awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan

50

khusus dalam rangka “privatisasi”51

Kesiapan untuk melaksanakan pengelolaan perguruan tinggi secara otonom tersebut ditunjukkan melalui evaluasi diri yang menyeluruh baik dalam aspek program akademik, sumberdaya manusia (SDM), sarana-prasarana, maupun keuangan. Namun, pemberian otonomi tidak berarti pemerintah melepaskan diri dari tanggung jawab di bidang pendidikan.

lembaga pendidikan yang memiliki karakteristik tersendiri, khususnya sifat non-profit meski berstatus badan usaha.

Melalui Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 1999 ini Pemerintah membuka kemungkinan secara selektif kepada Perguruan Tinggi Negeri yang dinilai sudah memiliki kemampuan pengelolaan yang mencukupi untuk dapat memiliki kemandirian, otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar untuk diubah status hukumnya menjadi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) yang dapat berperan sebagai kekuatan moral dalam proses pembangunan masyarakat madani yang lebih demokratis dan mampu bersaing secara global. Perguruan Tinggi Negeri berstatus BHMN tetap menjadi aset negara yang berharga untuk memperbaiki citra bangsa.

Menurut Arifin P. Soeria Atmadja, keberadaan Perguruan Tinggi Negeri sebagai BHMN telah memenuhi persyaratan yuridis formal. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1653 KUHPerdata yang menentukan badan hukum dapat didirikan atau diakui oleh Pemerintah. Tidak ada suatu ketentuan hukum positif yang mengharuskan pendirian suatu badan hukum dengan undang-undang. Hukum positif Indonesia menggunakan sistem terbuka, di mana pendirian suatu

51

Privatisasi, dalam literatur ekonomi, artinya adalah pengalihan kepemilikan pemerintah atas suatu perusahaan kepada swasta. Hanya pengelolaannya didelegasikan oleh Pemerintah kepada suatu board of trustees yang mewakili Pemerintah dan masyarakat.

badan hukum dapat dilakukan dengan undang-undang, peraturan pemerintah, bahkan dengan keputusan presiden sekalipun, atau dengan konstruksi hukum perdata.52

Ada 4 alasan mengapa pendirian Perguruan Tinggi Negeri sebagai Badan Hukum Milik Negara dilakukan dengan peraturan pemerintah, yaitu53

1. Pasal 1653 KUHPerdata tidak menetapkan secara spesifik jenis peraturan perundang-undangan yang dapat dijadikan dasar pendirian suatu badan hukum yang diadakan oleh pemerintah. Dengan demikian, pemerintah bebas memilih jenis landasan hukum yang akan dijadikan dasar hukum mendirikan suatu badan hukum yang tentu didasarkan pada pertimbangan subjektif yang sesuai dengan kebutuhan yang dianggap cukup alasan untuk memilih jenis peraturan perundang- undangan tertentu.

:

2. Meskipun tidak ada suatu ketentuan yang pasti, setiap pemisahan kekayaan Negara harus dilakukan dengan peraturan pemerintah sehingga peraturan pemerintah bagi penetapan Perguruan Tinggi Negeri sebagai BHMN merupakan landasan hukum bagi pemisahan kekayaan Negara dan penempatannya sebagai kekayaan awal BHMN.

3. Kekayaan awal Perguruan Tinggi Negeri BHMN merupakan kekayaan Negara yang dipisahkan, dimana sebagian kekayaan Negara yang merupakan harta kekayaan tidak bergerak berupa tanah, tidak dapat

52

Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 131 53

dipindahtangankan oleh Perguruan Tinggi Negeri BHMN kepada pihak ketiga, hubungan kepemilikan kekayaan awal tetap berada pada Negara. 4. Karena penetapan (instellingswet) Perguruan Tinggi Negeri BHMN

dilakukan dengan suatu ketentuan publik, yaitu peraturan pemerintah, eksistentsi Perguruan Tinggi Negeri BHMN tidak lagi memerlukan pengesahan lagi dari Departemen Hukum dan HAM RI yang merupakan bagian integral dari organisasi kekuasaan umum atau pemerintah.

Perguruan Tinggi Negeri yang berstatus sebagai Badan Hukum Milik Negara merupakan bentuk perguruan tinggi yang memiliki lima prinsip utama dalam penyelenggaraannya, yaitu kualitas, otonomi, akuntabilitas, akreditasi, dan evaluasi. Kelima prinsip tersebut akhirnya menjadi paradigma baru bagi pendidikan tinggi di Indonesia.

Terutama dari segi akuntabilitas, dimana Badan Hukum Milik Negara harus memberikan laporan tahunan berupa:

1) Laporan keuangan yang meliputi neraca, laporan arus kas dan laporan perubahan aktiva bersih.

2) Laporan akademik berupa penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat yang meliputi keadaan, kinerja, serta hasil-hasil yang telah dicapai universitas.

3) Laporan ketenagakerjaan universitas yang meliputi keadaan, kinerja, dan kemajuan yang telah dicapai.

Laporan tahunan tersebut disampaikan kepada Majelis Wali Amanat sebagai lembaga tertinggi dalam Perguruan tinggi berstatus sebagai Badan Hukum Milik Negara.

Berdasarkan Pasal 9 butir (f) PP No. 61 Tahun 1999 dinyatakan bahwa Majelis Wali Amanat bersama-sama dengan pimpinan Universitas menyusun dan menyampaikan Laporan Tahunan kepada Menteri Pendidikan. Laporan Tahunan yang dimaksud mencakup 3 (tiga) aspek yaitu54

1. Laporan Manajemen, yang meliputi Manajemen perencanaan program dan anggaran, Manajemen keuangan dan akuntabilitas, Manajemen kinerja staf akademik, Majamen proses pembelajaran, Manajemen Mutu/Penjaminan Mutu, Manajemen pengelolaan penelitian, Manajemen pengelolaan keterlibatan dengan masyarakat, Manajemen asset serta pengadaan barang dan jasa, Manajemen sistem informasi, Manajemen revenue generating

activities dan Manajemen external relation; :

2. Laporan Keuangan yang meliputi Laporan Posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan;

3. Laporan Akademik yang meliputi Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat.

Pembahasan yang dilakukan pada ketiga aspek di atas dikaitkan dengan tata pamong (governance) pada seluruh unit fungsional penyelenggaraan

Tridharma Perguruan Tinggi termasuk sistem pendukungnya yang dikembangkan.

54

Selain aspek tata pamong, laporan ini juga membahas secara rinci kelengkapan struktur, peraturan organisasi, kinerja fungsi/unit manajemen dan unit pendukung. Dalam perencanaan program dan penganggaran masih mengacu kepada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2004 Pasal 7 Tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran dimana dalam penyusunan anggaran wajib mengacu kepada indikator kinerja, standar biaya dan evaluasi kinerja55

Perguruan Tinggi BHMN diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang akuntabel dan transparan yang mampu memberikan pencitraan publik yang baik. Laporan Keuangan dimaksudkan untuk menyajikan dan mengungkapkan secara penuh aktivitas Universitas termasuk unit-unit di dalamnya dan sumber daya ekonomi yang dipercayakan oleh para penyumbang, kreditur, donator dan pihak lain serta untuk mempertannggungjawabkannya sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan memperhatikan prinsip- prinsip akuntabilitas dan transparansi, untuk itu laporan keuangan Universitas harus dapat:

.

1. Memberikan informasi mengenai;

a. Jumlah dan sifat aset, kewajiban dan ekuitas dana Universitas;

b. Pengaruh transaksi, peristiwa dan situasi lainnya yang mengubah nilai dan sifat ekuitas dana;

c. Jenis dan jumlah arus masuk dan arus keluar sumber daya alam suatu periode dan hubungan antara keduanya;

55

d. Cara Universitas mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi suatu pinjaamn dan faktor lainnya yang berpengaruh pada likuiditas.

2. Menunjukkan akuntabilitas kegiatan Universitas dengan cara mempertanggungjawabkan melalui laporan keuangan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan;

3. Mewujudkan transparansi dalam pelaporan keuangan Universitas dengan menyediakan informasi keuangan yang terbuka bagi masyarakat.

4. Menyediakan informasi keuangan yang serta memudahkan pengendalian yang efisien dan efektif kekayaan, kewajiban dan asset bersih.

Sebagai organisasi yang bersifat nirlaba, penyusunan laporan keuangan didasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 4556 yang meliputi Laporan posisi Keuangan, Laporan Aktivitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Tujuan masing-masing laporan tersebut adalah57

1. Laporan Posisi Keuangan

:

Menyediakan informasi mengenai asset, kewajiban dan ekuitas dana serta informasi mengenai hubungan diantara elemen-elemen yang terdapat dalam laporan tersebut. Laporan ini digunakan untuk menilai:

56

PSAK Nomor 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba. 57

a. Kemampuan Universitas untuk memberikan jasa secara berkelanjutan;

b. Likuiditas, fleksibilitas keuangan, kemampuan untuk memenuhi kewajibannya dan kebutuhan pendanaan eksternal.

2. Laporan Aktivitas

Menyediakan informasi mengenai pengaruh transaksi dan peristiwa lain yang mengubah jumlah dan sifat ekuitas dana dan bagaimana penggunaan sumber daya pelaksanaan berbagai program dan kegiatan. Laporan ini digunakan untuk:

a. Mengevaluasi kinerja dalam suatu periode;

b. Menilai upaya, kemampuan dan kesinambungan organisasi dalam memberikan jasa;

c. Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja pengelola Universitas.

3. Laporan Arus Kas

Menyajikan informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas dalam suatu periode serta peningkatan kas dan setara kas yang dihasilkan dalam satu periode.

Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN) bersifat nirlaba dan memiliki 2 (dua) sumber dana yaitu Dana dari Pemerintah Pusat (APBN) dan Dana Masyarakat yang berasal dari usaha sendiri. Cara melaporkan dari

kedua sumber dana ini memiliki Standar Pelaporan Keuangan yang berbeda yaitu Dana APBN berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sedangkan Dana Masyarakat menggunakan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No.45). Hal ini membuat laporan keuangan Universitas memiliki karakteristik sendiri yang berbeda dengan laporan keuangan badan usaha yang bersifat bisnis dan badan usaha nirlaba pada umumnya.

Agar penerimaan dan penggunaan dana Universitas dapat disajikan dengan akuntabel dan transparan maka Universitas setiap akhir semester dan akhir tahun buku menyusun 3 (tiga) laporan keuangan58

1. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan Dana APBN yang menggunakan Standar Akuntansi Pemerintah;

:

2. Laporan Keuangan yang menyampaikan pertanggungjawaban penggunaan Dana Masyarakat yang menggunakan Standar Akuntansi Keuangan;

3. Laporan Keuangan Universitas secara keseluruhan yaitu Laporan Keuangan yang berisikan pertanggungjawaban penggunaan Dana APBN dan Dana Masyarakat.

Sebagai badan usaha yang bersifat nirlaba Perguruan Tinggi BHMN memiliki karakteristik sebagai berikut59

58

Ibid, hal 3-4

:

59

1. Taat Azas

Dalam melaksanakan kegiatan keuangannya, Universitas tetap berpedoman kepada Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan peraturan lainnya yang ditetapkan dan sesuai dengan BHMN;

2. Tidak bertujuan untuk mengukur laba

Tujuan Universitas tidak untuk memperoleh laba tetapi memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penilaian serta pengabdian kepada masyarakat sehingga harus memberikan informasi keuangan mengenai sumber daya ekonomi dan keuangan yang digunakan untuk pelayanan tersebut. Sesuai dengan PSAK No. 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba, sumber daya tersebut diklasifikasikan dalam:60

(1) Dana Terikat yaitu sumber daya yang penggunaannya dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyedia dana. Pembatasan tersebut dapat bersifat sementara dan/atau permanen;

a. Dana Tidak Terikat Sementara adalah pembatasan penggunaan Dana oleh Pemberi Dana, yang menetapkan agar Dana tersebut dipertahankan sampai dengan terpenuhinya keadaan tertentu. Apabila ketentuan yang ditetapkan oleh penyumbang telah dipenuhi maka dana tersebut dicatat sebagai dana tidak terikat dan

60

disajikan dalam Laporan Aktivitas sebagai aktiva bersih yang dibebaskan dari pembatasan;

b. Dana Terikat Tetap adalah pemberi Dana secara eksplisit menyatakan tujuan pemanfaatan Dana yang disumbangkannya secara permanen, tetapi Universitas diizinkan untuk menggunakan sebagian atau semua penghasilan atau manfaat ekonomi lainnya yang berasal dari sumber daya tersebut.

(2) Tidak Terikat adalah sumber daya yang penggunaannya tidak dibatasi untuk tujuan tertentu oleh penyedia dana.

3. Sumber Dana

Sumber Dana Keuangan untuk penyelenggaraan, pengelolaan dan pengembangan Universitas berasal dari Dana Pemerintah, Dana Masyarakat, Usaha dan Tabungan Universitas, dan Bantuan luar negeri yang tidak mengikat.

Dana Pemerintah merupakan bantuan yang diterima dari Pemerintah yang berasal dari APBN dan APBD serta bantuan Pemerintah lainnya. Sedangkan Dana Masyarakat adalah dana yang bersumber dari masyarakat yang terdiri dari pendapatan pendidikan dan pendapatan non pendidikan. Pendapatan pendidikan terdiri dari61

a. SPP;

:

b. Dana Kelengkapan Akademik;

61

c. Perpustakaan; d. Skripsi; e. Matrikulasi;

f. Sumbangan Sukarela.

Sedangkan Pendapatan Non Akademik terdiri dari:

a. Pendapatan Jasa (Manajemen Fee & Institusional Fee);

b. Pendapatan Bandwidth (Internet);

c. Pendapatan Sewa; d. Pendapatan Usaha. 4. Dana Lancar

Merupakan dana tersedia untuk operasi Universitas yang sepenuhnya berada dalam kendali Universitas.

5. Dana Tidak Lancar

Dana tidak lancar merupakan dana yang tidak digunakan untuk operasional kegiatan sehari-hari dan telah dirancang untuk suatu penggunaan tertentu. Dana ini diklasifikasikan menjadi62

a. Dana Sumbangan; : b. Dana Hibah; c. Dana Zakat 62 Ibid, hal 6

Termasuk dalam dana ini adalah pemberian dari perorangan, badan, dan Pemerintah, berupa sumbangan, bantuan, hibah dan zakat yang peruntukannya ditentukan oleh pemberi dana.

6. Beban/Belanja Operasi Belanja Operasi terdiri atas63 a. Beban gaji dan honor;

:

b. Beban/Belanja Barang; c. Beban Pemeliharaan; d. Beban Perjalanan Dinas; e. Beban Belanja Modal; f. Beban Lainnya.

7. Satuan Akuntansi

Satuan Akuntansi merupakan unit-unit pertanggungjawaban akuntansi pada masing-masing unit.

Dasar penyusunan Laporan Keuangan Universitas menggunakan basis akrual artinya standar akuntansi pemerintah yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang ditetapkan dalam APBN/APBD64

63

Ibid, hal 6

yang dimodifikasi sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia. Semua ketentuan dalam

64

Standar Akuntansi Keuangan berlaku untuk pelaporan keuangan Universitas kecuali sesuai dengan spesifik dinyatakan lain.

Laporan Keuangan Universitas menggunakan format yang ditetapkan pada PSAK No. 45 tentang Akuntansi Organisasi Nirlaba. Bentuk Laporan Keuangan sebelumnya menggunakan format Laporan Keuangan Standar Akuntansi Pemerintah.

Prosedur pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi BHMN yaitu semua penerimaan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) disimpan atau disetorkan ke kas Negara (KPPN), sedangkan penerimaan yang bersumber dari APBD Pemerintah Provinsi dan APBD Pemerintah Kabupaten/Kota, Dana Masyarakat (bersumber dari SPP mahasiswa dan lain- lain), serta usaha/penjualan jasa universitas dan lain-lain disetorkan ke Rekening Universitas, dan dimanfaatkan menurut keperluannya dengan mengacu kepada anggaran yang telah disahkan. Pimpinan Universitas menetapkan alokasi, batas alokasi anggaran misalnya bagian pembiayaan honorarium, kegiatan administrasi pemeliharaan, pengembangan staf dan lain-lain.65

Dengan demikian perguruan tinggi memiliki wewenang dan tanggung jawab penuh di dalam mengelola keuangannya, baik pemasukan dan pengeluaran yang dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan yang ada. Sehingga sumber keuangan tidak hanya didasarkan kepada anggaran pendidikan dari pemerintah. Dengan kata lain, diperbolehkan berusaha secara mandiri untuk mencari biaya

65

operasional agar proses belajar mengajar di kampus tersebut dapat terus berlangsung.

Perguruan Tinggi BHMN memiliki otonomi dalam pengelolaan kekayaan (sumber dana), yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan akuntabilitas. Pada PTN biasa, pengelolaan dana diatur secara sentralistik melalui rambu-rambu, yang ditetapkan melalui suprastruktur pusat serta penetapan sumber-sumber dana secara kaku Otonomi pada PTN biasa ini terbatas pada kewenangan menerima, menyimpan dan menggunakan dana yang berasal dari masyarakat.66

Otonomi pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN dimulai dari penyusunan rencana anggaran bersama dengan Senat Akademik dan disetujui oleh Majelis Wali Amanat (MWA), dengan mengacu kepada prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai alat pengendali yang efektif dalam kegiatan pengelolaan dana. Melalui prinsip akuntabilitas Perguruan Tinggi BHMN dapat menjelaskan kepada masyarakat (stakeholders) tentang penerimaan dan pengeluaran dana yang

dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan akademik, baik program maupun layanan akademik.

67

Dengan demikian, pengelolaan dana Perguruan Tinggi BHMN memerlukan model pengelolaan yang lebih tepat, akurat dan informatif, agar dapat mengelola dana yang jumlahnya terbatas menjadi lebih efektif dan efisien serta senantiasa mampu menyediakan informasi yang dibutuhkan. Suatu model pengelolaan dana

66

2012.

67 Ibid

yang dapat meningkatkan kinerja pengelolaan, khususnya pada aspek-aspek penting seperti pengalokasian atau pembebanan, sehingga dapat mewujudkan tuntutan masyarakat tentang pengelolaan dana secara efektif dan efisien dalam mewujudukan akuntabilitas pengelolaan dana di lingkungan perguruan tinggi.

C. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN Sesudah Terbitnya PP NO. 66 Tahun 2010.

Berdasarkan ketentuan Pasal 220B Ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 disebutkan bahwa pengelolaan keuangan Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Sumatera Utara, Universitas Pendidikan Indonesia, dan Universitas Airlangga, menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum. Penyesuaian tata kelola keuangan tersebut diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012.68

Badan Layanan Umum menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan praktek bisnis yang sehat. Setiap transaksi keuangan badan layanan umum harus diakuntansikan dan dokumen pendukungnya dikelola secara tertib. Demikian pula akuntansi dan laporan keuangan badan layanan umum diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi Indonesia. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, badan layanan umum dapat menerapkan standar

68

akuntansi industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan menteri keuangan. Berarti, penggunaan standar akuntansi industri spesifik tidak boleh digunakan secara langsung oleh Badan Layanan Umum, karena dapat dibatalkan atau batal demi hukum diakibatkan tidak ada persetujuan menteri keuangan69

1. seluruh pendapatan dan belanja BLU;

. DIPA Badan Layanan Umum sekurang-kurangnya memuat:

2. proyeksi arus kas;

3. jumlah dan kualitas barang dan/atau jasa yang dihasilkan; 4. rencana penarikan dana yang bersumber dari APBN;

5. besaran persentase ambang batas sebagaimana ditetapkan dalam RBA definitif.

Dalam hal DIPA BLU belum disahkan oleh Menteri Keuangan, BLU dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen pelaksanaan anggaran tahun lalu. DIPA BLU yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan

menjadi lampiran dari

oleh sekaligus menjadi dasar70

Pengelolaan

Layanan Umum mengikuti pedoman sebagai berikut71

1. Pada BLU Penuh

:

keuangan, antara lain dapat langsung menggunakan seluruh PNBP

69

Arifin P. Soeria Atmadja, Op. Cit, hal 363 70

71

dari pendapatan operasional dan nonopersaional, di luar dana yang yang bersumber dari disetorkan k yang ditetapkan dalam RBA tetapi masih dalam ambang batas fleksibilitas, kelebihan tersebut dapat digunakan langsung mendahului pengesahan ambang batas fleksibilitas, dapat digunakan dalam tahun berjalan setelah mendapat persetuju

2. Pada BLU Bertahap

Satuan kerja berstatus BLU Bertahap dapat menggunakan PNBP sebesar persentase yang telah ditetapkan. Sedangkan PNBP yang dapat digunakan langsung adalah sebesar persentase yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan tentang penetapan satker yang menerapkan PK-BLU yang bersangkutan.

Satuan kerja berstatus BLU Bertahap menyetor penerimaan PNBP yang tidak digunakan langsung ke PNBP yang telah disetor dapat dipergunakan kembali sebesar selisih antara PNBP yang dapat digunakan dengan PNBP yang telah digunakan langsung.

Pertanggungjawaban Pengunaan PNBP oleh BLU Satuan kerja BLU mempertanggungjawabkan pengggunaan PNBP secara langsung dengan

menyampaikan Standar Pelayanan Minimum triwulan selambat-lambatnya tanggal 10 setelah akhir triwulan yang bersangkutan dengan dilampiri pimpinan BLU. Berdasarkan SPM pengesahan tersebut, sebagai pengesahan penggunaan dana PNBP.

Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai pendapatan Badan Layanan Umum. Penerimaan yang dimaksud adalah penerimaan berasal dari otorisasi kredit anggaran kementerian Negara/lembaga/pemerintah daerah, bukan dari kegiatan pembiayaan APBN/APBD. Demikian pula pendapatan yang bersumber dari hasil kerjasama Badan Layanan Umum dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan pendapatan bagi Badan Layanan Umum yang dapat dikelola langsung untuk membiayai belanja sesuai dengan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA). Sementara itu, pendapatan yang diperoleh dari jasa kepada masyarakat dan hibah tidak terkait dengan layanan yang diperoleh dari masyarakat atau dari badan lain, merupakan pendapatan operasional. Pendapatan tersebut dilaporkan sebagai Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) kementerian/lembaga.72

Belanja Badan Layanan Umum terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan sumber struktur biaya yang tertuang dalam Rencana Bisnis Anggarran (RBA) defenitif, yang pengelolaannya bersifat fleksibel berdasarkan kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran sesuai dengan praktek bisnis yang sehat. Pengertian fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam

72

ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam ambang batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam RBA sehingga kalau belanja melampaui ambang batas RBA, harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari menteri keuangan untuk Badan Layanan Umum. Selanjutnya dalam hal terjadi kekurangan anggaran, dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBN/APBD kepada Menteri Keuangan/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) melalui menteri/pimpinan lembaga kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya.73

Berdasarkan ketentuan Pasal 19 Ayat (1) PP No, 23 Tahun 2005, Badan Layanan Umum tidak melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas izin Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.74

Keuntungan yang diperoleh dari investasi jangka panjang merupakan pendapatan Badan Layanan Umum dan bukan merupakan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Sebagai pedoman investasi yang akan dilakukan diperlukan persyaratan administratif, serta prosedur baku tentang jenis-jenis investasi jangka Demikian pula investasi jangka pendek hanya diperbolehkan untuk investasi dengan resiko rendah, tidak untuk investasi jangka menengah, atau jangka panjang yang mempunyai resiko tinggi, termasuk di dalamnya investasi portofolio.

73

Ibid, hal 364 74

Penjelasan Pasal 19 Ayat (1) PP No. 23 Tahun 2005 disebutkan bahwa Investasi jangka panjang yang dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang, atau investasi langsung (pendirian perusahaan). Jika BLU mendirikan/membeli badan usaha yang berbadan hukum, kepemilikan badan usaha tersebut ada pada Menteri Keuangan/gubernur/walikota sesuai dengan kewenangannya.

pendek, menengah , dan jangka panjang dalam bentuk peraturan menteri keuangan.75

Dalam hal pengelolaan barang badan layanan umum, maka siklus pengadaan atau siklus logistik dalam bentuk barang dan/atau jasa pada umumnya dimulai dari perencanaan/penganggaran, pengadaan, pendistribusian, penyimpanan, penggunaan, pemeliharaan dan penghapusan yang disertai pertangunggjawaban. Pengaturan siklus pengadaan ini perlu diatur dalam bentuk peraturan menteri/pimpinan lembaga mengingat setiap menteri/pimpinan lembaga sesuai dengan fungsinya mempunyai karakteristik tersendiri.

Dokumen terkait