• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM PADA PERGURUAN TINGGI BHMN

TESIS

Oleh

LAILA SURYA NASUTION

107005030/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM PADA PERGURUAN TINGGI BHMN

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Hukum Dalam Program Studi Ilmu Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

Oleh

LAILA SURYA NASUTION

107005030/HK

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Tesis

: PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN

KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM PADA

PERGURUAN TINGGI BHMN

Nama Mahasiswa : Laila Surya Nasution

NIM

: 107005030

Program Studi

: Magister Ilmu Hukum

MENYETUJUI KOMISI PEMBIMBING

Ketua

(Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS)

(Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS) (

Anggota Anggota

Dr. Mahmul Siregar, SH, M. Hum)

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH) (Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 31 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua

:

Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS

Anggota

: 1.

Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS

2.

Dr. Mahmul Siregar, SH, M.Hum

3.

Prof. Dr. Suhaidi, SH, MH

(5)

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran, memberikan landasan yang penting bagi orientasi baru di Indonesia. Selanjutnya penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Di dalam Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip-prinsip yang tertuang dalam kedua Undang-undang tersebut menjadi dasar instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum. Badan Layanan Umum diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN) awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam rangka berstatus sebagai Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Undang-Undang tersebut kemudian dibatalkan oleh Putusa 136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010. Kemudian lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 yang mengamanatkan Perguruan Tinggi BHMN menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum.

Metode yang dilakukan dalam penulisan tesis ini penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan badan layanan umum, oleh karena itu dilakukan penelitian kepustakaan. Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya menguraikan atau mendiskripsikan data yang diperoleh secara normatif lalu diuraikan untuk melakukan telaah terhadap data tersebut secara sistematis. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach). Analisis data dilakukan secara kualitatif yuridis yakni pemilihan pasal-pasal terpenting yang berisi kaidah-kaidah hukum yang relevan dengan penerapan sistem pengelolaan keuangan badan layanan umum pada perguruan tinggi BHMN.

(6)

impelementasi sistem pengelolaan keuangan BLU maka struktur organisasi pergurua tinggi BHMN perlu disesuaikan dengan PP No. 23 Tahun 2005. Dan penyesuaian sistem pengelolaan keuangan badan layanan umum tersebut dilaksanakan paling lambat tanggal 31 Desember 2012.

Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU PT) telah disahkan menjadi Undang-undang pendidikan tinggi, pada sidang Paripurna DPR, Jum’at 13 Juli 2012. Dengan disahkannya Undang-undang tersebut, muncul perbedaan pandangan dari berbagai kalangan menyikapi Undang-undang tersebut. RUU Pendidikan Tinggi bukan merupakan solusi terbaik untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, bahkan cenderung menambah permasalahan. Privatisasi dan Komersialisasi pendidikan sangat tidak dibenarkan dalam konstitusi Negara UUD 1945. Untuk itu status 7 Perguruan Tinggi Negeri BHMN harus dikembalikan menjadi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dimana pemerintah tidak sepenuhnya memberikan otonomi keuangan namun juga memberikan keleluasaan bagi Perguruan Tinggi untuk mengembangkan pola pendidikan dan birokrasi keuangan. Hal ini perlu dilakukan agar kebutuhan masyarakat dapat diakomodir dengan tepat oleh Perguruan Tinggi.

Melalui penelitian ini disarankan agar di dalam melakukan pengelolaan keuangan perguruan tinggi hendaknya Perguruan Tinggi BHMN diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang akuntabilitas dan transparan serta didukung dengan sumber daya manusia yang berkompeten dan capable dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Diharapkan juga kepada Pemerintah untuk segera merevisi dan menyempurnakan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 sesuai dengan kebutuhan Perguruan Tinggi BHMN tersebut agar pengelolaan keuangan BLU dapat diterapkan dengan baik pada Perguruan Tinggi BHMN. Disarankan juga kepada DPR di dalam mengesahkan Rancangan Undang-Undang Pendidikan hendaknya harus melihat kepentingan msyarakat serta tujuan pendidikan nasional itu sendiri, bukan melihat kepentingan segelintir golongan.

(7)

ABSTRACT

Law Number 17 Year 2003 on State Finance focusing its performance on the basis of budgeting provides an important fundament for a new orientation in Indonesia. Then, law Number 1 of 2004 on State Treasury opens a new corridor for the application of performance basis in the government circle. It is state in Article 68 and 69 of the Act, that government agencies whose main duty and functions are to provide community service can apply the flexible pattern of financial management by prioritazing, productivity, efficiency, and effectiveness.

The principles included in the two Laws have become the basis for the government agencies to apply the financial management of Public Sevice Board. The Public Service Board is expected to be the initial step in the renewel of financial management of public sector for the sake of improving government’s service to the public.

State Owned Corporation University (PT BHMN) is initially established to accommodate special need in privatizating the educational institution with specific characteristics, especially the nonprofit education institution even though it holds the status as a corporation. In 2009 BHMN was changed into State Educational Corporation in accordance with Law No. 9/2009 on Educational Corporation. This law was canceled by the Decision of Constitutional Court No.11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 dated March, 31, 2010. Then Government Regulation No. 66/2010 was enacted to mandate the State-Owned Corporation University (PT BHMN) to apply the pattern of financial management of Public Service Board.

The method used in the writing of this thesis is a normative juridical which refers to the legal norms contained in the legislation relating to the applicable Public Service Board obtained through library research. The data obtained were normatively described and systematically and juridical qualitatively to the application of financial management system of Public Service Board at State-Owned Corporation Unviersity (PT BHMN).

From the research the study author on the Financial Management System Implementation of the General Service Board of Higher Education that is expected to be BHMN, becoming a Public Service Board, a State Owned Corporation University (PT BHMN) has a better opportunity to fix up its management encouraging its service quality improvement by developing its efficiency, relevancy, transparancy and accountability. The leadership can grow at every level of position in the organization and the implamantation of financial management system of this Public Service Board. Therefore, the structure of organization of State-Owned Corporation University (PT BHMN) needs to be in line with Government Regulation No.23/2005. The adjustment of this financial management system of this Public Service Board is to be implemented by December 31, 2012.

(8)

differently responded by various groups. This Law on University is not the best solution to improve the system of education are approved in the 1945 Constitution of Indonesia. Thus, 7 Universities with the status of State-Owned Corporation must be returned to their previous status as Public Service Board in which the government does not provide full financial autonomy but provides the universities with freedom to develop the pattern of education and financial bureausracy. This need to be done that public need can be accommodated exactly by the universities.

Through this research recommended that within doing financial management of College BHMN College should be required to submit a report of financial accountability and transparent and supported by human resources competent and capable in the preparation of these financial statements. It is expected also to Government to promptly revise and improvee the Government Regulation No. 23 of 2005 in accordance with the need of the universities with State-Owned Corporation (PT BHMN) status that the financial management of Public Service Board can be applied well at the universities with State-Owned Corporation (BHMN) status. In passing the draft of Law on Education, the Legislative Members are also suggested to look at public need and the goal/purpose of national education itself, not the interest of few groups..

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas

karuniaNya sehingga penulis dapat merampungkan studi dan menyelesaikan tesis

dengan judul “Penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN”. Tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan Program Studi

Magister Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan.

Didalam penyelesaian Tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan baik

berupa pengajaran dan arahan dari berbagai pihak. Selanjutnya, saya

mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang telah membantu dan mendorong saya untuk menyelesaikan

pendidikan ini, khususnya kepada;

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc(CTM), SP.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Runtung, SH, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Hukum sekaligus sebagai komisi penguji yang telah memberikan masukan

dan bimbingan demi penyempurnaan tesis saya.

4. Bapak Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing

yang telah banyak membantu dan mengarahkan, membimbing serta

(10)

5. Bapak Prof. Dr. Alvi Syahrin, SH, MS, selaku Pembimbing II yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membantu dan mengarahkan,

membimbing serta memberikan saran dan tidak pernah bosan memberikan

motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

6. Bapak Dr. Mahmul, SH, M. Hum, selaku Pembimbing III yang telah

meluangkan banyak waktu untuk membantu dan mengarahkan,

membimbing serta memberikan saran dan tidak pernah bosan memberikan

motivasi dalam penyelesaian tesis ini.

7. Bapak Dr. Hasyim Purba, SH, M.Hum, selaku panitia penguji yang telah

banyak memberikan masukan demi penyempurnaan tesis ini.

8. Bapak/Ibu Dosen pengajar pada Program Studi Magister Ilmu Hukum,

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah berjasa

menyumbangkan ilmunya yang sangat berarti bagi masa depan saya, dan

juga ucapan terima kasih kepada Staf Administrasi Program Studi Magister

Ilmu Hukum yang telah memberikan bantuan administrasi, informasi

mengenai perkuliahan, dan jadwal ujian.

9. Yang tercinta Ibunda Hj. Anisyah Daulay dan Ayahanda H. Abdu Nasution

juga kepada saudara-saudaraku Kak Sari, dan Reza yang selalu setia

membantu dan senantiasa mendorongku untuk menjadi lebih baik.

10.Semua sahabat-sahabatku pada kelas Paralel A, dan khusunya buat

Sekretariat Majelis Wali Amanat USU Kak Eliza, Kak Rama, Lya, Bang

Deni, Bang Ono, Kak Ainun dan Bang Ali Subent yang selalu setia

(11)

11.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

telah banyak membantu dan memberikan saran, pendapat serta pandangannya

sehingga penulisan tesis ini terselesaikan.

Penulis menyadari pula, bahwa substansi Tesis ini tidak luput dari berbagai

kekhilafan, kekurangan dan kesalahan, dan tidak akan sempurna tanpa bantuan,

nasehat, bimbingan, arahan dan kritikan. Oleh karenanya, apapun yang

disampaikan dalam rangka penyempurnaan Tesis ini, penuh suka cita Penulis

terima dengan tangan terbuka. Semoga dengan tesis ini akan menambah kebaikan

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Akhirnya hanya Allah saja yang mampu membalas semua jasa orang-orang

yang telah membantuku, mendorongku dan membimbingku. Semoga ridho dan

berkah Allah atas mereka semuanya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2012

(12)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………..…i

ABSTRACT………..………..iii

KATA PENGANTAR………..………..v

DAFTAR ISI………..…….viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang……….………....1

B. Perumusan Permasalahan ………..……….……. 12

C. Tujuan Penelitian ...………...………12

D. Manfaat Penelitian………..………...13

E. Keaslian Penelitian………..………...13

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual………14

G. Metode Penelitian….………..24

BAB II SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI BHMN SEBELUM DAN SESUDAH TERBITNYA PP NO. 66 TAHUN 2010 A. Pengelolaan Keuangan Negara ………...………..29

B. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN Sebelum Terbitnya PP No. 66 Tahun 2010……….…34

C. Sistem Pengelolaan Keuangan Perguruan Tinggi BHMN Sesudah Terbitnya PP No. 66 Tahun 2010……….………..49

(13)

B.Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Negara Perguruan

Tinggi BHMN dalam Masa Transisi………...….66

BAB IV PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM PADA PERGURUAN TINGGI BHMN

A. Pembentukan Badan Layanan Umum………79

B. Standar dan Tarif Layanan Umum……….………82

C. Penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Badan

Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN………85

D. Perkembangan Status Perguruan Tinggi BHMN

setelah keluarnya Undang-Undang Pendidikan Tinggi………….97

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan..………104

B. Saran……….………106

(14)

ABSTRAK

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang menekankan basis kinerja dalam penganggaran, memberikan landasan yang penting bagi orientasi baru di Indonesia. Selanjutnya penerapan basis kinerja di lingkungan pemerintah. Di dalam Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel dengan mengutamakan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas.

Prinsip-prinsip yang tertuang dalam kedua Undang-undang tersebut menjadi dasar instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum. Badan Layanan Umum diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN) awalnya dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam rangka berstatus sebagai Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan. Undang-Undang tersebut kemudian dibatalkan oleh Putusa 136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010. Kemudian lahirlah Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010 yang mengamanatkan Perguruan Tinggi BHMN menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum.

Metode yang dilakukan dalam penulisan tesis ini penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan badan layanan umum, oleh karena itu dilakukan penelitian kepustakaan. Dilihat dari sifatnya penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya menguraikan atau mendiskripsikan data yang diperoleh secara normatif lalu diuraikan untuk melakukan telaah terhadap data tersebut secara sistematis. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute approach), pendekatan konseptual (conceptual approach). Analisis data dilakukan secara kualitatif yuridis yakni pemilihan pasal-pasal terpenting yang berisi kaidah-kaidah hukum yang relevan dengan penerapan sistem pengelolaan keuangan badan layanan umum pada perguruan tinggi BHMN.

(15)

impelementasi sistem pengelolaan keuangan BLU maka struktur organisasi pergurua tinggi BHMN perlu disesuaikan dengan PP No. 23 Tahun 2005. Dan penyesuaian sistem pengelolaan keuangan badan layanan umum tersebut dilaksanakan paling lambat tanggal 31 Desember 2012.

Rancangan Undang-Undang Pendidikan Tinggi (RUU PT) telah disahkan menjadi Undang-undang pendidikan tinggi, pada sidang Paripurna DPR, Jum’at 13 Juli 2012. Dengan disahkannya Undang-undang tersebut, muncul perbedaan pandangan dari berbagai kalangan menyikapi Undang-undang tersebut. RUU Pendidikan Tinggi bukan merupakan solusi terbaik untuk memperbaiki sistem pendidikan di Indonesia, bahkan cenderung menambah permasalahan. Privatisasi dan Komersialisasi pendidikan sangat tidak dibenarkan dalam konstitusi Negara UUD 1945. Untuk itu status 7 Perguruan Tinggi Negeri BHMN harus dikembalikan menjadi PTN Badan Layanan Umum (BLU) dimana pemerintah tidak sepenuhnya memberikan otonomi keuangan namun juga memberikan keleluasaan bagi Perguruan Tinggi untuk mengembangkan pola pendidikan dan birokrasi keuangan. Hal ini perlu dilakukan agar kebutuhan masyarakat dapat diakomodir dengan tepat oleh Perguruan Tinggi.

Melalui penelitian ini disarankan agar di dalam melakukan pengelolaan keuangan perguruan tinggi hendaknya Perguruan Tinggi BHMN diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang akuntabilitas dan transparan serta didukung dengan sumber daya manusia yang berkompeten dan capable dalam penyusunan laporan keuangan tersebut. Diharapkan juga kepada Pemerintah untuk segera merevisi dan menyempurnakan Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005 sesuai dengan kebutuhan Perguruan Tinggi BHMN tersebut agar pengelolaan keuangan BLU dapat diterapkan dengan baik pada Perguruan Tinggi BHMN. Disarankan juga kepada DPR di dalam mengesahkan Rancangan Undang-Undang Pendidikan hendaknya harus melihat kepentingan msyarakat serta tujuan pendidikan nasional itu sendiri, bukan melihat kepentingan segelintir golongan.

(16)

ABSTRACT

Law Number 17 Year 2003 on State Finance focusing its performance on the basis of budgeting provides an important fundament for a new orientation in Indonesia. Then, law Number 1 of 2004 on State Treasury opens a new corridor for the application of performance basis in the government circle. It is state in Article 68 and 69 of the Act, that government agencies whose main duty and functions are to provide community service can apply the flexible pattern of financial management by prioritazing, productivity, efficiency, and effectiveness.

The principles included in the two Laws have become the basis for the government agencies to apply the financial management of Public Sevice Board. The Public Service Board is expected to be the initial step in the renewel of financial management of public sector for the sake of improving government’s service to the public.

State Owned Corporation University (PT BHMN) is initially established to accommodate special need in privatizating the educational institution with specific characteristics, especially the nonprofit education institution even though it holds the status as a corporation. In 2009 BHMN was changed into State Educational Corporation in accordance with Law No. 9/2009 on Educational Corporation. This law was canceled by the Decision of Constitutional Court No.11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 dated March, 31, 2010. Then Government Regulation No. 66/2010 was enacted to mandate the State-Owned Corporation University (PT BHMN) to apply the pattern of financial management of Public Service Board.

The method used in the writing of this thesis is a normative juridical which refers to the legal norms contained in the legislation relating to the applicable Public Service Board obtained through library research. The data obtained were normatively described and systematically and juridical qualitatively to the application of financial management system of Public Service Board at State-Owned Corporation Unviersity (PT BHMN).

From the research the study author on the Financial Management System Implementation of the General Service Board of Higher Education that is expected to be BHMN, becoming a Public Service Board, a State Owned Corporation University (PT BHMN) has a better opportunity to fix up its management encouraging its service quality improvement by developing its efficiency, relevancy, transparancy and accountability. The leadership can grow at every level of position in the organization and the implamantation of financial management system of this Public Service Board. Therefore, the structure of organization of State-Owned Corporation University (PT BHMN) needs to be in line with Government Regulation No.23/2005. The adjustment of this financial management system of this Public Service Board is to be implemented by December 31, 2012.

(17)

differently responded by various groups. This Law on University is not the best solution to improve the system of education are approved in the 1945 Constitution of Indonesia. Thus, 7 Universities with the status of State-Owned Corporation must be returned to their previous status as Public Service Board in which the government does not provide full financial autonomy but provides the universities with freedom to develop the pattern of education and financial bureausracy. This need to be done that public need can be accommodated exactly by the universities.

Through this research recommended that within doing financial management of College BHMN College should be required to submit a report of financial accountability and transparent and supported by human resources competent and capable in the preparation of these financial statements. It is expected also to Government to promptly revise and improvee the Government Regulation No. 23 of 2005 in accordance with the need of the universities with State-Owned Corporation (PT BHMN) status that the financial management of Public Service Board can be applied well at the universities with State-Owned Corporation (BHMN) status. In passing the draft of Law on Education, the Legislative Members are also suggested to look at public need and the goal/purpose of national education itself, not the interest of few groups..

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam rangka mencapai tujuan bernegara sebagaimana tercantum dalam

alinea IV Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dibentuk pemerintahan negara

yang menyelenggarakan fungsi pemerintahan dalam berbagai bidang.

Pembentukan pemerintahan negara tersebut menimbulkan hak dan kewajiban

negara yang dapat dinilai dengan uang yang perlu dikelola dalam suatu sistem

pengelolaan keuangan negara.1

Sebagai suatu negara yang berkedaulatan rakyat, berdasarkan hukum, dan

menyelenggarakan pemerintahan negara berdasarkan konstitusi, sistem

pengelolaan keuangan negara harus sesuai dengan aturan pokok yang ditetapkan

dalam Undang-Undang Dasar. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 (UUD RI 1945) Bab VIII Hal Keuangan, pasal 23C, antara lain

menyebutkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara ditetapkan setiap

tahun dengan undang-undang, dan ketentuan mengenai pajak dan pungutan lain

yang bersifat memaksa untuk keperluan negara serta macam dan harga mata uang

ditetapkan dengan undang-undang. Hal-hal lain mengenai keuangan negara sesuai

dengan amanat diatur dengan undang-undang.2

1

Penjelasan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 2

(19)

Agenda

pergeseran sistem

menjadi

Pemerintah menjadi lebih jelas dari sekedar membiayai input dan proses menjadi

berorientasi pada pencapaian keluaran. Perubahan ini penting mengingat

kebutuhan dana yang makin tinggi tetapi sumber daya pemerintah terbatas. 4

Peranan hukum keuangan negara pada saat ini tengah diuji untuk

memberikan pemahaman yang komprehensif-teoritis-praktis dalam proses

pendewasaan sistem keuangan negara di Indonesia, khususnya dalam meneguhkan

pengertian keuangan negara yang memihak pada konsep kemandirian badan

hukum dan kebijakan otonomi daerah. Perubahan ketentuan dalam UUD RI 1945

dan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan negara tidak

memberikan kepekaan pada realitas tuntutan kemandirian badan hukum dan

otonomi daerah sebagai suatu bentuk kemauan politik (political will) yang

diperlukan untuk menjalankan perubahan kebijakan keuangan negara yang

berorientasi pada kemajuan dalam sistem keuangan negara.5

Selama ini terdapat kecenderungan pemahaman yang kurang tepat

terhadap hukum keuangan negara yang mengandung potensi mengurangi konsepsi

berpikir atas manfaat dan hakekat keuangan negara. Hal ini khususnya ditujukan

pada manfaat ilmu hukum keuangan negara dan efisiensi pengawasan

3

Penganggaran tradisional adalah proses penyusunan anggaran yang hanya mendasarkan pada besarnya realisasi anggaran tahun sebelumnya, konsekuensinya tidak ada perubahan mendasar atas anggaran baru. endrisanopaka.files.wordpress.com/2008/11/traditional-budget.ppt, diakses tgl 26 Juli 2012

4

5

(20)

pembangunan secara keseluruhan guna mencegah kebocoran penggunaan uang

negara.6

Keuangan negara adalah semua hak dan kewajiban negara yang dapat

dinilai dengan uang, serta segala sesuatu baik berupa uang maupun berupa barang

yang dapat dijadikan milik negara berhubung dengan pelaksanaan hak dan

kewajiban tersebut.

Tujuan pengelolaan keuangan negara secara umum adalah agar daya tahan

dan daya saing perekonomian nasional semakin dapat ditingkatkan dengan baik

dalam kegiatan ekonomi yang semakin bersifat global, sehingga kualitas

kehidupan masyarakat Indonesia dapat meningkat sesuai dengan yang

diharapkan.7

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

terdapat tiga paradigma baru mengenai pengelolaan keuangan negara yakni

pertama, konsepsi kerangka penganggaran jangka menengah, kedua konsepsi

anggaran berdasarkan kinerja yang lebih menekankan kepada pencapaian keluaran

yang akan menunjang pencapaian atas hasil yang telah ditetapkan dari suatu unit

organisasi, dan ketiga konsepsi anggaran terpadu yang menekankan pada

optimalisasi penggunaan dana guna mencapai sasaran program yang akan

dilaksanakan oleh suatu unit organisasi.8

Selanjutnya, tentang

6

Ibid, hal 1 7

Ibid, hal 120

(21)

lingkungan pemerintah. Berdasarkan Pasal 68 dan Pasal 69 Undang-Undang

tersebut, instansi pemerintah yang tugas pokok dan fungsinya memberi pelayanan

kepada masyarakat dapat menerapkan pola pengelolaan keuangan yang fleksibel

dengan mengutamakan produktivitas, efisiensi, dan efektivitas. 9

Prinsip-prinsip yang tertuang dalam kedua undang-undang tersebut

menjadi dasar instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan

Badan Layanan Umum. Badan Layanan Umum diharapkan dapat menjadi langkah

awal dalam pembaharuan manajemen keuangan sektor publik, demi meningkatkan

pelayanan pemerintah kepada masyarakat.

Di lingkungan pemerintahan di Indonesia, terdapat banyak satuan kegiatan

yang berpotensi untuk dikelola lebih efektif melalui pola badan layanan umum. Di

antara mereka ada yang memperoleh imbalan dari masyarakat dalam proporsi

signifikan sehubungan dengan layanan yang diberikan, dan ada pula yang

bergantung sebagian besar pada dana yang disediakan oleh Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Badan Layanan Umum (BLU) merupakan bagian tak terpisahkan dari

Kementerian Negara, lembaga nonkementerian, atau lembaga Negara yang

menyelenggarakan pengelolaan keuangan Negara secara mandiri. Walaupun

pengelolaan keuangan Negara dilakukan secara terpisah dengan instansi induknya,

tetap harus berpatokan pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hal ini dimaksudkan agar tujuan Badan Layanan Umum dapat meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan

9

(22)

mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana yang dicita-citakan dalam alinea

keempat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.10

Ketika tidak dapat memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa, Badan Layanan Umum boleh ditiadakan keberadaannya. Dalam

arti telah menyimpang dari tujuan pembentukannnya sehingga menyatu kembali

dengan instansi induknya dalam kementerian Negara, lembaga nonkementerian, atau

lembaga Negara sebagai tempat asal badan layanan umum termaksud. Penghapusan

atau berakhirnya suatu Badan Layanan Umum harus dilakukan berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagai konsekuensi Negara

Indonesia adalah Negara hukum. 11

Dengan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum, fleksibilitas

diberikan dalam rangka pelaksanaan anggaran, termasuk pengelolaan pendapatan dan

belanja, pengelolaan kas, dan pengadaan barang/jasa. Badan Layanan Umum juga

diberikan kesempatan untuk memperkerjakan tenaga professional non PNS serta

kesempatan pemberian imbalan jasa kepada pegawai sesuai dengan kontribusinya.

Namun demikikan sebagian penyeimbang, Badan Layanan Umum dikendalikan

secara ketat dalam perencanaan dan penganggarannya serta dalam

pertanggungjawabannya. Dalam Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 2005, Badan

Layanan Umum wajib menghitung harga pokok dari layanannya dengan kualitas dan

kuantitas yang distandarkan oleh menteri teknis pembina. Demikian pula dalam

pertanggungjawabannya, Badan Layanan Umum harus mampu menghitung dan

menyajikan anggaran yang digunakannya dalam kaitannya dengan layanan yang telah

10

Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara Edisi Revisi (Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada, 2011), hal 155

11

(23)

direalisasikan. Oleh karena itu, Badan Layanan Umum berperan sebagai agen dari

menteri/pimpinan lembaga induknya. Kedua belah pihak menandatangani kontrak

kinerja (a contractual performance agreement), di mana menteri/pimpinan lembaga

induk bertanggung jawab atas kebijakan layanan yang hendak dihasilkan, dan Badan

Layanan Umum bertanggungjawab untuk menyajikan layanan yang di minta.

Dengan demikian, Badan Layanan Umum diharapkan tidak sekedar sebagai

format baru dalam pengelolaan APBN/APBD, tetapi Badan Layanan Umum

diharapkan untuk menyuburkan pewadahan baru bagi pembaharuan manajemen

keuangan sektor publik, demi meningkatkan pelayanan pemerintah kepada

msyarakat.

Otonomi perguruan tinggi yaitu pemberian kewenangan secara luas kepada

perguruan tinggi untuk mengatur organisasi dan rumah tangganya sendiri dengan

badan hukum yang bersifat nirlaba. Unsur-unsur yang terlibat dalam pelaksanaan

otonomi perguruan tinggi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 1999

Pasal 27 adalah dewan penyantun, unsur pimpinan, unsur tenaga pengajar, senat

perguruan tinggi, unsur pelaksana akademik (bidang pendidikan, bidang penelitian,

dan bidang pengabdian kepada masyarakat), unsur pelaksana administratif, dan unsur

penunjang (perpustakaan, laboratorium, bengkel, pusat komputer, kebun percobaan,

dan lain-lain yang dianggap perlu).

Pendidikan tinggi memerlukan otonomi bukan hanya otonomi dalam bentuk

kebebasan akademik, tetapi juga otonomi kelembagaan dalam masalah-masalah

(24)

tinggi tersebut sebagai lembaga akan bersifat kreatif dan menjadi pelopor perubahan

baik di dalam masyarakat sekitarnya maupun di dalam kemajuan ilmu pengetahuan.12

Dengan adanya otonomi lembaga pendidikan tinggi, maka dapat dipilah-pilah

prinsip-prinsip mana yang dapat diterapkan dalam lingkungan pendidikan tinggi yang

ada. Mengubah suatu manajemen pendidikan tinggi tidaklah semudah sebagaimana

yang digambarkan. Terdapat banyak kendala yang dihadapi di dalam penerapan suatu

sistem. Selain itu, setiap perubahan sistem biasanya menuntut biaya dan persiapan

yang matang, apalagi jika tidak tersedia sumber daya manusia yang diperlukan, maka

setiap penerapan prinsip manajemen baru akan meminta biaya besar.13

Untuk melakukan berbagai perubahan, perguruan tinggi di Indonesia memang

mengalami kendala yang boleh dikatakan luar biasa sulitnya. Hal ini terutama

disebabkan sistem yang sudah sedemikian terbangun, belum lagi mentalis para

pemimpin dan seniornya yang cukup feodal dan sulit untuk menerima suatu

perubahan. Ini terjadi karena sekian lama perguruan tinggi dibangun dengan sistem

pemerintahan yang sentralistik, yang segala-galanya harus ditentukan oleh pusat.

Sebagai akibat kebijakan sentralistis dalam beberapa dekade penyelenggaraan

pendidikan tinggi, dampaknya tidak saja melahirkan sifat-sifat ambivalen, afirmatif,

arogan dan sebagainya, tetapi juga kesulitan dalam pengembangan dan peningkatan

kualitasnya sehingga sulit bersaing dengan perguruan-perguruan tinggi yang ada di

luar negeri.14

12

Hasbullah, Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi Daerah dan implikasinya terhadap Penyelenggaraan Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), hal 129

13

Ibid, hal 129 14

(25)

Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara (PT BHMN) awalnya

dibentuk untuk mengakomodasi kebutuhan khusus dalam rangka

berstatus sebagai

BHMN ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah15

Pada tahun 2009, bentuk BHMN digantikan denga

. Ada 7 (tujuh) Universitas yang

berstatus BHMN yaitu: Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM),

Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas

Sumatera Utara (USU), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) dan Universitas

Airlangga (UNAIR).

tentang Badan Hukum Pendidikan. Undang-Undang tersebut kemudian dibatalkan

oleh Putusa

tanggal 31 Maret 2010. Mahkamah Konstitusi menilai, UU No.9 Tahun 2009

tentang BHP melanggar UUD 1945 terutama Pasal 28D Ayat (1) yang

menyatakan setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama. Undang-Undang BHP juga

bertentangan dengan Pasal 31 UUD 1945 yang menyatakan tiap warga Negara

berhak mendapatkan pendidikan.

Pasca Pencabutan Undang-Undang BHP, masih terjadi polemik atas status

hukum Perguruan Tinggi BHMN. Ringkasan Amar putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 11-14-21-126-136/PUU-VII/2009 tanggal 31 Maret 2010 yaitu: Pasal 53

15

(26)

ayat (1) UU Sisdiknas yang menyatakan bahwa ”penyelenggara dan/atau satuan

pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan

hukum pendidikan”, adalah konstitusional sepanjang frasa “badan hukum

pendidikan” dimaknai sebagai sebutan fungsi penyelenggara pendidikan dan bukan

sebagai bentuk badan hukum tertentu, di dalam Penjelasan Pasal 53 ayat (1) UU. Sisdiknas yang menyatakan bahwa “badan hukum pendidikan dimaksudkan sebagai

landasan hukum bagi penyelenggara dan/atau satuan pendidikan, antara lain,

berbentuk Badan Hukum Milik Negara (BHMN)”, tidak mempunyai kekuatan hukum

mengikat. Dengan demikian Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan

Hukum Pendidikan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Hal ini berarti,

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan menjadi

tidak berlaku. Implikasi dari putusan Mahkamah Konstitusi tersebut yaitu

kekosongan hukum tentang pengaturan tata kelola perguruan tinggi dan

penyelenggaraan pendidikan tinggi oleh Pemerintah melalui bentuk Perguruan

Tinggi Badan Hukum Milik Negara (BHMN), yaitu UGM, UI, ITB, IPB, USU,

UPI, UNAIR, yang telah berlangsung sejak tahun 2000 menjadi kehilangan dasar

hukum, karena16

a. Penjelasan Pasal 53 ayat (1) UU Sisdiknas yang merupakan landasan/ dasar

hukum BHMN sebagai bentuk badan hukum, dinyatakan tidak mengikat atau

tidak berlaku lagi oleh Putusan Mahkamah Konstitusi; :

16

(27)

b. PP. No. 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Sebagai

Badan Hukum, yang menjadi dasar hukum penetapan 7 (tujuh) BHMN sudah

dicabut oleh PP. No. 17 Tahun 2010.

Ketidakjelasan status hukum itu memperumit tataran operasional

penyelenggaraan pendidikan di lapangan. Misalnya, soal penerimaan mahasiswa

baru, biaya pendidikan termasuk pengelolaan keuangan, hingga status hukum dosen

dan tenaga pendidikan PT BHMN.

Dalam perjalanannya, kehadiran PT BHMN tidak terlepas dari pro dan

kontra berbagai kalangan. Mulai mahasiswa, dosen, maupun masyarakat luas,

acap kali melakukan kritik tajam terhadap pelaksanaan BHMN. Utamanya

menyangkut penerimaan mahasiswa melalui jalur khusus yang mengeruk dana

sampai ratusan juta rupiah. Selain itu, aset-aset PT BHMN dikomersialisasikan

untuk menutup kebutuhannya.

Peristiwa itu terjadi bahkan jauh setelah terbitnya PP Nomor 66 Tahun 2010

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan pada akhir September 2010. Bisa

dibayangkan persoalan operasional lain seperti status hukum para dosen maupun

tenaga kependidikan dan tata cara pengelolaan keuangan di PT BHMN masih belum

jelas.

Dengan terbitnya PP Nomor 66 Tahun 2010 paling tidak memberikan

sedikit ruang kejelasan status hukum kepegawaian dosen dan tenaga kependidikan

(28)

mengatur adanya pengalihan status dosen dan tenaga kependidikan yang berstatus

pegawai BHMN menurut peraturan perundang-undangan.

Perguruan tinggi sebagai salah satu unit satuan kerja pemerintah yang

memberi pelayanan kepada masyarakat mempunyai karakteristik dan sifat yang

berbeda dengan satuan kerja pemerintah pada umumnya. Karakteristik penerimaan

yang dilakukan sebagai satuan kerja juga memiliki karakteristik yang berbeda.

Sebagai satuan kerja, perguruan tinggi menerima berbagai jenis PNBP dengan jadwal

penerimaan tertentu dengan jumlah yang kadang-kadang tidak dapat diperkirakan.

Menurut Pasal 4 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan

Negara Bukan Pajak, dinyatakan bahwa seluruh penerimaan Negara bukan pajak

wajib disetor langsung secepatnya ke kas Negara, jika tidak diserahkan sesuai dengan

aturan, maka tindakan tersebut merupakan pelanggaran hukum yang berat, sanksi

bagi yang tidak menyetorkan PNBP ke kas Negara dinyatakan dalam Pasal 21, yaitu

dipidana 6 (enam) tahun dan denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah PNBP yang

terutang.

Pada penjelasan Pasal 220B ayat (3) PP No. 66 Tahun 2010 disebutkan

bahwa Universitas Indonesia (UI), Universitas Gajah Mada (UGM), Institut

Teknologi Bandung (ITB), Institut Pertanian Bogor (IPB), Universitas Sumatera

Utara (USU), Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Universitas Airlangga

(UNAIR) memenuhi kewajiban sebagai institusi Pemerintah yang menerapkan Pola

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU) sesuai dengan yang diatur

dalam Peraturan Pemerintah mengenai Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

(29)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat

dan membahasnya dalam bentuk tesis, maka penulis mengangkat berbagai

permasalahan yang timbul di atas menjadi sebuah karya ilmiah berbentuk

tesis dengan judul: “PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN

BADAN LAYANAN UMUM PADA PERGURUAN TINGGI BHMN”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas dan dikaitkan dengan

judul penelitian, maka penulis mengangkat permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem pengelolaan keuangan Perguruan Tinggi BHMN

sebelum dan sesudah terbitnya PP No. 66 Tahun 2010 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan?

2. Bagaimana sistem pertanggungjawaban keuangan Negara Perguruan

Tinggi BHMN dalam masa transisi?

3. Bagaimana Penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

Umum pada Perguruan Tinggi BHMN?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan

yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis dan menjelaskan sistem pengelolaan keuangan

(30)

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang

Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan sistem pertanggungjawaban

keuangan Negara dalam masa transisi.

3. Untuk mengetahui dan memahami penerapan Sistem Pengelolaan

Keuangan Badan Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis

maupun secara praktis, sebagai berikut:

1. Secara teoretis hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

bahan masukan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya

dalam bidang hukum keuangan Negara dan badan layanan umum.

2. Manfaat Praktis, bahwa dengan penelitian ini diharapkan mampu

memberikan kontribusi pemikiran bagi kalangan praktisi, legislator dan

aparat penegak hukum tentang penerapan sistem pengelolaan keuangan

Badan Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN.

E. Keaslian Penelitian

Penulisan tesis ini didasarkan oleh ide, gagasan maupun pemikiran penulis

secara pribadi dari awal hingga akhir berdasarkan penelusuran di Perpustakaan

USU, penelitian mengenai Penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Negara

Badan Layanan Umum pada Perguruan Tinggi BHMN ini belum pernah

(31)

penelitian ini terjamin adanya. Kalaupun ada pendapat atau kutipan dalam

penelitian ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap dalam

penelitian yang memang sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan penelitian ini.

Penulis bertanggungjawab sepenuhnya apabila ternyata dikemudian hari

dapat dibuktikan adanya plagiat atau duplikasi dalam penelitian ini.

F. Kerangka Teori dan Kerangka Konseptual 1. Kerangka Teori

Secara umum dapat diartikan bahwa kerangka teori adalah merupakan

garis besar dari suatu rancangan atas dasar pendapat yang dikemukakan

sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa.17

Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,

teori, thesis mengenai sesuatu kasus atau permasalahan (problem) yang

menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.18 Kerangka teoritis dalam

penelitian mempunyai beberapa kegunaan, dimana mencakup hal-hal, sebagai

berikut19

1) Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih

mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya. :

2) Teori sangat berguna didalam mengembangkan sistem klasifikasi

fakta, membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan

definisi-definisi.

17

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, (Jakarta; Balai Pustaka, 1995), hal 520 18

M. Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hal 27. 19

(32)

3) Teori biasanya merupakan suatu ikhtisar daripada hal-hal yang telah

diketahui serta diuji kebenarannya yang menyangkut obyek yang

diteliti.

4) Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh

karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan

mungkin faktor-faktor tersebut akan timbul lagi pada masa-masa

mendatang.

5) Teori memberikan petunjuk-petunjuk terhadap

kekurangan-kekurangan pada pengetahuan peneliti.

Teori yang akan dijadikan landasan dalam tesis ini adalah Teori

positivisme yuridis (legal positivism). Positivisme yuridis adalah aliran yang

berpandangan bahwa studi tentang wujud hukum seharusnya merupakan

studi tentang hukum yang benar-benar terdapat dalam sistem hukum, dan

bukan hukum yang seyogyanya ada dalam kaidah-kaidah moral.20

John Austin dengan analytical legal positivism-nya, menjadi penganut

utama aliran positivisme yuridis. Austin bertolak dari kenyataan bahwa

terdapat suatu kekuasaan yang memberikan perintah-perintah, dan ada orang

yang pada umumnya mentaati perintah-perintah tersebut.

21

Khuzaifah Dimyati sebagaimana yang dikutip oleh H.R. Otje Salman

S. dan Anton F. Susanto dalam bukunya Teori Hukum menjelaskan bahwa

dalam positivisme yuridis hukum dipandang sebagai suatu gejala tersendiri

20

Achmad Ali, Sosiologi Hukum Kajian Empiris Terhadap Pengadilan (Jakarta: IBLAM, 2004), hal 35

21

(33)

yang perlu diolah secara ilmiah. Tujuan positivisme adalah pembentukan

struktur-struktur rasional sistem yuridis yang berlaku. Sebab hukum

dipandang sebagai hasil pengolahan ilmiah belaka, akibatnya pembentukan

hukum makin professional. Dalam positivisme yuridis ditambah bahwa

hukum adalah sistem yang tertutup (close logical system) artinya peraturan

dapat dideduksikan dari undang-undang yang berlaku tanpa perlu meminta

bimbingan norma sosial, politik dan moral.22

Positivisme yuridis merupakan suatu ajaran ilmiah tentang hukum.

Positivisme menentukan kenyataan dasar sebagai berikut: Pertama, tata

hukum Negara tidak dianggap berlaku karena hukum itu mempunyai

dasarnya dalam kehidupan sosial, bukan juga karena hukum itu bersumber

dalam jiwa bangsa, bukan juga karena hukum itu merupakan cermin dari

suatu alam. Dalam pandangan positivisme yuridis hukum hanya berlaku, oleh

karena itu mendapat bentuk positifnya dari instansi yang berwenang. Kedua,

dalam mempelajari hukum hanya bentuk yuridisnya dapat dipandang.

Dengan kata lain hukum sebagai hukum hanya ada hubungan dengan bentuk

formalnya. Dengan ini bentuk yuridis hukum dipisahkan dari kaidah-kaidah

hukum material. Ketiga, isi material hukum memang ada, tetapi tidak

dipandang sebagai bahan ilmu pengetahuan hukum, oleh sebab itu dianggap

variabel dan bersifat sewenang-wenang. Isu hukum tergantung dari situasi

etis dan politik suatu Negara, maka harus dipelajari dalam suatu ilmu

22

(34)

pengetahuan lain, bukan dalam ilmu pengetahuan hukum.23

Konsep keuangan negara menurut Pasal 2 UU Nomor 17 tahun 2003

(selanjutnya disebut UU KN) menandakan negara memberikan proteksi yang

berlebihan (overprotected) dan peraturan yang berlebihan (overregulated)

dalam menata sektor keuangan publik. Keuangan negara adalah keuangan

publik, sedangkan konsep hukum keuangan publik mengandung prinsip

kehati-hatian yang luar biasa dalam menentukan pengelolaan dan tanggung

jawabnya terutama agar pertama negara tidak melalaikan kewajibannya,

kedua warga masyarakat tidak dirugikan haknya, serta (3) badan hukum tidak

diingkari kedudukannya.

Menurut

positivisme yuridis pertimbangan-pertimbangan teoritis dan metafisis tidak

diperbolehkan, positivisme yuridis merupakan suatu ajaran ilmiah tentang

hukum.

24

Menurut Arifin P. Soeria Atmadja definisi keuangan negara dapat

dipahami atas tiga penafsiran, yaitu :

1. Pengertian keuangan negara diartikan secara sempit, yang hanya

meliputi keuangan yang bersumber pada APBN.

2. Keuangan negara dalam arti luas, yang meliputi keuangan negara

yang berasal dari APBN, APBD, BUMN, BUMD dan pada

hakikatnya seluruh harta kekayaan negara, sebagai suatu sistem

keuangan negara.

23

Theo Huijbers, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah (Yogyakarta: Kanisius, 1982), hal 128-129

24

(35)

3. Apabila tujuan menafsirkan keuangan negara tersebut dimaksudkan

untuk mengetahui sistem pengurusan dan pertanggungjawabannya,

maka pengertian keuangan negara itu adalah sempit, selanjutnya

untuk mengetahui sistem pengawasan dan pemeriksaan

pertanggungjawaban, maka pengertian keuangan negara adalah

dalam arti luas, yakni termasuk di dalamnya keuangan yang berada

dalam APBN, APBD, BUMN/D dan pada hakekatnya seluruh

kekayaan negara merupakan objek pemeriksaan dan pengawasan.25

Dari beberapa penafsiran keuangan negara di atas, jika dikaitkan

dengan definisi keuangan negara menurut Undang-Undang Keuangan Negara

penafsiran ketiga yang tampak paling esensial dan dinamis dalam menjawab

berbagai perkembangan hukum yang ada dalam masyarakat.26

Pendidikan tinggi adalah pendidikan pada jalur pendidikan sekolah

pada jenjang yang lebih tinggi daripada pendidikan menengah di jalur

pendidikan sekolah. Menurut PP No. 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan

Tinggi tujuan pendidikan tinggi adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang

memiliki kemampuan akademis, dan/atau professional yang dapat

menerapkan, mengembangkan, dan/atau memperkaya khasanah

ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian;

25

Arifin P. Soeria Atmaja, Keuangan Publik Dalam Perspektif Hukum : Teori, Praktik dan Kritik, (Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005), hal 96.

(36)

2. Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,

teknologi atau kesenian, serta mengupayakan penggunaannya

untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan memperkaya

kehidupan nasional.

Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, penyelenggara pendidikan

tinggi berpedoman pada tujuan pendidikan nasional, kaidah, moral, dan etika

ilmu pengetahuan, kepentingan masyarakat, serta memperhatikan minat,

kemampuan, dan prakarsa pribadi.

Badan layanan umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan

dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.

Adapun tujuan dari Badan Layanan Umum tersebut adalah untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan

memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip

ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek bisnis yang sehat.27

Sedangkan yang menjadi karakteristik badan layanan umum tersebut

adalah sebagai berikut:28

1. Berkedudukan sebagai lembaga pemerintah (bukan kekayaan negara yang

dipisahkan)

27

Pasal 2 PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum. 28

(37)

2. Menghasilkan barang/jasa yang seluruhnya/ sebagian dijual kepada publik

3. Tidak bertujuan mencari keuntungan (laba)

4. Dikelola secara otonom dengan prinsip efisiensi dan produktivitas ala

korporasi

5. Rencana kerja/anggaran dan pertanggung jawaban dikonsolidasikan pada

instansi induk

6. Pendapatan & sumbangan dapat digunakan langsung

7. Pegawai dapat terdiri dari PNS dan Profesional Non-PNS

8. Bukan sebagai subyek pajak

Pengelolaan keuangan badan layanan umum merupakan bagian

integral dari pengelolaan keuangan Negara, sehingga pengelolaannya tidak

boleh terlepas dari hukum keuangan Negara. Manakala pengelolaan keuangan

badan layanan umum terpisah secara tegas dari pengelolaan keuangan Negara

berarti suatu penyimpangan atau berlawanan dengan hukum keuangan Negara.

Menteri, pimpinan lembaga non-kementerian, atau pimpinan lembaga Negara

wajib mengarahkan agar pengelolaan keuangan badan layanan umum yang

berada dalam naungannya berpedoman pada hukum keuangan Negara.29

Penerapan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum dapat

berupa status badan layanan umum secara penuh atau status badan layanan

umum tidak penuh. Status badan layanan umum secara penuh diberikan ketika

persyaratan substantif, teknis, dan administratif telah terpenuhi secara

maksimal. Sementara itu, status badan layanan umum secara bertahap

29

(38)

diberikan tatkala persyaratan substantif dan teknis telah terpenuhi, tetapi

persyaratan administratif belum terpenuhi secara maksimal. Status bertahap

yang diperoleh badan layanan umum hanya berlaku paling lama 3 (tiga)

tahun.30

Dari teori positivisme yuridis tersebut yang memandang hukum hanya

berlaku oleh karena hukum itu mendapat bentuk positifnya dari suatu instansi

yang berwenang dan hukum sebagai hukum hanya ada hubungan dengan

bentuk formalnya, ajaran ini menggambarkan dan menjelaskan bahwa suatu

produk hukum dibatasi oleh aturan-aturan yang mengikat sebagai pedoman.

Oleh karenanya, keputusan-keputusan hukum yang akan dihasilkan oleh pihak

manapun tidak dengan mudah berubah-ubah, tidak bertentangan satu dengan

lainnya, mudah dimengerti dan tidak membingungkan serta memiliki nilai

kepastian.

2. Kerangka Konseptual

Konsep atau pengertian merupakan unsur pokok dari suatu penelitian.

Jika masalah dan kerangka konsep teoritisnya sudah jelas, biasanya sudah

diketahui pula fakta mengenai gejala-gejala yang menjadi pokok perhatian.

Konsep sebenarnya adalah definisi secara singkat dari kelompok fakta atau

gejala. Maka konsep merupakan definisi dari apa yang perlu diamati,

menentukan antara variabel-variabel yang lain, menentukan adanya hubungan

empiris.31

30

Ibid, hal 160 31

(39)

a. Badan Layanan Umum adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang

dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa mengutamakan

mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan pada

prinsip efisiensi dan produktivitas.32

b. Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum adalah pola

pengelolaan keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa keleluasaan

untuk menerapkan praktek-praktek bisnis yang sehat untuk meningkatkan

pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan

umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah ini, sebagai pengecualian dari ketentuan

pengelolaan keuangan Negara pada umumnya.33

c. Penerimaan Negara Bukan Pajak adalah seluruh penerimaan Pemerintah

pusat tidak berasal dari penerimaan perpajakan.34

d. Keuangan Negara adalah rencana kegiatan secara kuantitatif (dengan

angka-angka diantaranya diwujudkan dalam jumlah mata uang), yang

akan dijalankan untuk masa mendatang, lazimnya satu tahun

mendatang.35

e. Perguruan Tinggi BHMN adalah Perguruan Tinggi Negeri berbentuk

badan hukum pendidikan bersifat nirlaba yang ditetapkan dengan

32

Pasal 1 angka (1) PP No. 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

33

Pasal 1 angka (2) PP No. 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.

34

Pasal 1 angka 1 UU No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak. 35

(40)

Peraturan Pemerintah sebagai badan layanan umum yang bertugas

menyelenggarakan layanan Tridarma perguruan tinggi secara mandiri.36

f. Otonomi Perguruan Tinggi adalah kemandirian perguruan tinggi untuk

mengelola sendiri lembaganya.37

g. Tujuan Perguruan Tinggi adalah menyiapkan peserta didik menjadi

anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan/atau

professional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan/atau

memperkaya khasanah ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian;

mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi

dan/atau kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk

meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya kebudayaan

nasional; mendukung pembangunan masyarakat madani yang demokratis

dengan berperan sebagai kekuatan moral yang mandiri; serta mencapai

keunggulan kompetitif melalui penerapan prinsip pengelolaan sumber

daya sesuai dengan asas pengelolaan yang professional.38

h. Pertanggungjawaban keuangan negara adalah kewajiban Pemerintah

untuk melaksanakan pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada

peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, dan

transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.

39

36

Pasal 1 ayat (1) butir d RPP Pengelolaan Keuangan dan Pertanggungjawaban Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara.

37

Penjelasan Pasal 50 ayat (6) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

38

Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1999 tentang Penetapan Perguruan Tinggi Negeri Sebagai Badan Hukum

39

(41)

G. Metode Penelitian

Untuk mencari suatu kebenaran dari suatu permasalahan atau fenomena

yang ada, maka dibutuhkan suatu penelitian. Penelitian ini dilakukan dalam rangka

suatu kegiatan ilmiah dimana seseorang berusaha untuk mencari kebenaran yang

didasarkan oleh pendapat seorang ahli yang dihormati dan hasil pengujian atas

kebenaran dari temuan yang ditemukan dalam proses penelitian.

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa penelitian merupakan suatu

usaha untuk menganalisa serta mengadakan konstruksi secara metodologis

yang berarti suatu penelitian dilakukan dengan mengikuti metode dan cara

tertentu, sistematis yang berarti harus mengikuti langkah-langkah tertentu, dan

konsisten yang dilakukan secara taat asas.40

Mengingat penelitian ini merupakan penelitian dalam bidang hukum,

maka penelitian yang dilakukan menjadi lebih khusus, yaitu penelitian hukum.

Penelitian hukum adalah suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode,

sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu

atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisanya.41

Dalam penelitian ini, digunakan metode penelitian yang meliputi

spesifikasi penelitian yang terdiri atas:

1. Jenis Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, bahwa penelitian hukum itu berdasarkan

tujuannya terdiri atas:42

40

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, cet 3, (Jakarta:Universitas Indonesia, 2006) hal 3

41

Ibid, hal 43 42

(42)

1) Penelitian Hukum Normatif, yang mencakup;

a. Penelitian terhadap asas-asas hukum;

b. Penelitian terhadap sistematika hukum;

c. Penelitian terhadap sinkronisasi hukum;

d. Penelitian sejarah hukum; dan

e. Penelitian perbandingan hukum

2) Penelitian Hukum Empiris

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti memilih jenis penelitian

hukum dengan bentuk penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang

mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan

perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan badan layanan

umum, oleh karena itu dilakukan penelitian kepustakaan.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif analitis artinya menguraikan atau

mendiskripsikan data yang diperoleh secara normatif lalu diuraikan untuk

melakukan telaah terhadap data tersebut secara sistematis.

3. Pendekatan Masalah

Tipe penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif, maka

pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan perundang-undangan (statute

approach), pendekatan konseptual (conceptual approach)43

43

(43)

Pendekatan perundang-undangan merupakan pendekatan utama dalam

penelitian ini, karena yang menjadi pusat perhatian utama dalam penelitian

ini adalah Penerapan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum pada

Perguruan Tinggi BHMN. Dengan demikian, penelitian ini menitik beratkan

pada peraturan perundang-undangan. Hal ini sesuai dengan kegunaan dari

metode penelitian hukum normatif, yaitu untuk mengetahui dan mengenal

apakah dan bagaimanakah hukum positifnya mengenai suatu masalah

tertentu.

Pendekatan konseptual adalah sejumlah pengertian atau karakteristik

yang dkaitkan dengan peristiwa, objek, kondisi, situasi dan perilaku tertentu.

Pendekatan konseptual digunakan untuk memahami konsep-konsep

pengelolaan keuangan badan layanan umum sehingga diharapkan tidak lagi

memungkinkan pemahaman yang ambigu dan kabur.

4. Bahan Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada bahan hukum yaitu data yang meliputi

data sekunder. Data sekunder meliputi:

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang terdiri atas peraturan

perundang-undangan yang diurut berdasarkan hierarki Undang-Undang

Dasar 1945, dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan badan

layanan umum dan Perguruan Tinggi BHMN, antara lain UU No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 1 Tahun 2004

(44)

tentang Keuangan Negara, Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 2005

tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, Peraturan

Pemerintah No. 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP Nomor 17

Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang terdiri atas buku-buku

teks (textbooks) yang ditulis para praktisi hukum, jurnal-jurnal hukum,

artikel, hasil-hasil seminar pertemuan ilmiah.

c. Bahan hukum tersier atau bahan hukum penunjang yang mencakup bahan

yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan

sekunder, seperti kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.

5. Alat Penelitian

Alat penelitian digunakan untuk mengumpulkan data, dengan cara

penelitian kepustakaan. Data yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan

tersebut selanjutnya akan dipilah-pilah guna menemukan pasal-pasal dan

konsep-konsep yang berisi kaedah-kaedah hukum, yang kemudian

dihubungkan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dan

disistematisasikan sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan

permasalahan penelitian ini.

Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis secara induktif

kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok permasalahan yang

ditelaah dalam penelitian ini akan dapat dijawab.44

44

(45)

6. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif yuridis yakni pemilihan

pasal-pasal terpenting yang berisi kaidah-kaidah hukum yang relevan dengan

penerapan sistem pengelolaan keuangan badan layanan umum pada

perguruan tinggi BHMN, kemudian membuat sistematika dari pasal-pasal

tersebut sehingga akan menghasilkan klasifikasi tertentu sesuai dengan

permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.

Data yang dianalisis secara kualitatif yuridis menggunakan metode

deduktif akan dikemukakan dalam bentuk uraian secara sistematis pula

dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data, selanjutnya semua

data diseleksi dan diolah kemudian dianalisis secara deskriptif dan

eksplanatif sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan dasar

hukumnya, juga dapat memberikan solusi terhadap permasalahan yang

dimaksud.

(46)

BAB II

SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN PERGURUAN TINGGI BHMN SEBELUM DAN SESUDAH TERBITNYA PP NO. 66 TAHUN 2010

A. Pengelolaan Keuangan Negara

Pengelolaan keuangan Negara merupakan bagian dari pelaksanaan

pemerintahan Negara. Pengelolaan keuangan Negara mempunyai arti luas dan

sempit. Pengelolaan keuangan Negara dalam arti luas adalah manajemen

keuangan Negara. Sedangkan dalam arti sempit, pengelolaan keuangan Negara

adalah administrasi keuangan Negara atau tata usaha keuangan45

Pengelolaan keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat

pengelola keuangan Negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang

meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pertangungjawaban. Jadi

ruang lingkup pengelolaan keuangan Negara meliputi:

.

46

1. Perencanaan keuangan Negara;

2. Pelaksanaan keuangan Negara;

3. Pengawasan keuangan Negara; dan

4. Pertanggungjawaban keuangan Negara

Pejabat yang ditugasi melakukan pengelolaan keuangan Negara,

seyogyanya memperhatikan dan menerapkan asas-asas hukum yang

45

Adrian Sutedi, Op. Cit, hal 120 46

(47)

mendasarinya. Hal ini dimaksudkan agar pejabat tersebut mampu meningkatkan

pelayanan dalam pengelolaan keuangan Negara. Peningkatan pelayanan

merupakan wujud pengabdian dengan tetap berpatokan pada asas-asas

pengelolaan keuangan Negara.

Sedangkan tujuan pengelolaan keuangan Negara secara umum adalah agar

daya tahan dan daya saing perekonomian nasional semakin dapat ditingkatkan

dengan baik dalam kegiatan ekonomi yang semakin global, sehingga kualitas

kehidupan masyarakat Indonesia meningkat sesuai dengan yang diharapkan.

Adapun yang menjadi alasan mengapa keuangan Negara harus dikelola dengan

baik karena beberapa alasan, yakni sebagai berikut47

1. Mempengaruhi pertumbuhan ekonomi

:

Keuangan Negara dapat mempengaruhi bekerjanya mekanisme harga

yang dibentuk dari kekuatan hukum penawaran dan permintaan.

Penerimaan Negara yang berasal dari pungutan pajak akan mengurangi

daya beli masyarakat, sehingga mengurangi permintaan masyarakat.

Sebaliknya pengeluaran Negara, untuk membeli barang dan jasa dari

masyarakat akan menambah daya beli masyarakat. Apabila penerimaan

Negara melebihi pengeluaran Negara, berarti pengurangan daya beli

masyarakat lebih besar penambahannya, sehingga terjadi ketidakseimbangan

antara penerimaan dengan penawaran.

47

(48)

2. Menjaga kestabilan

Menurut Keyness, depresi dunia yang terjadi pada tahun 1930, disebabkan

oleh penawaran agregat lebih besar dari permintaan agregat. Oleh karena

itu, untuk mengatasi pengangguran, Pemerintah melalui APBN dapat

memperbesar permintaan agregat agar sama dengan penawaran agregat.

Ini berarti bahwa APBN dapat dipergunakan untuk mengatasi deflasi dan

inflasi serta memelihara stabilisasi.

3. Merealokasi sumber-sumber ekonomi

Maksudnya adalah memanfaatkan sumber-sumber yang terbatas itu secara

maksimal. Di Indonesia, kecuali yang ditentukan lain oleh peraturan

perundang-undangan yang berlaku, pada hakikatnya sumber-sumber

ekonomi itu dimiliki oleh masyarakat. Apabila sumber-sumber ekonomi

yang ada pada masyarakat itu tidak dipergunakan secara maksimal,

sehingga menimbulkan ketidakseimbangan dalam perekonomian, maka

Negara, dengan kebijakan fiskal yang persuasif dapat mendorong

penggunaan sumber-sumber ekonomi tersebut secara maksimal.

4. Mendorong redistribusi pendapatan

Maksudnya adalah bahwa Negara dengan menggunakan kebijakan

fiskalnya, dapat mengupayakan agar perbedaan antara golongan

masyarakat yang kaya dengan golongan masyarakat yang miskin itu tidak

terlalu menyolok. Oleh karena itu, pengelolaan APBN tidak hanya

menyangkut pada jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran saja, tetapi

Referensi

Dokumen terkait

Selective corrosion produces the preferential dissolution of a certain part of the metal that, for chemical or metallographic reasons, proves to be more easily attackable. We can

Mengingat pentingnya acara ini, diharapkan kehadiran Direktur Perusahaan dan/atau Wakil yang ditunjuk sesuai persyaratan Dokumen Kualifikasi paket ini dengan membawa bukti

If ‘H1’ and ‘Bush Dawn’ cut flower hybrids need to be stored for protracted periods of time, in the order of weeks, then 2 – 5°C is a relatively safe storage temperature

Jumlah Modal Pengadaan Alat-alat LabKes Jumlah Modal Pengadaan Alat-alat LabKes Peralatan Alkes Rumah Sakit Peralatan Alkes Rumah Sakit RSUD Berkah RSUD Berkah 1 Pkt 1 Pkt 1 PKT

Dokumen VMTS Program Studi Mesin Otomotif 2 Untuk mewujudkan visi mulia “M enjadi Universitas yang Unggul dan Islami ” , UMMagelang menetapkan tujuan untuk (1)

Gambaran penggunaan obat tradisional di RW 005 Desa Sindurjan, yaitu masyarakat menggunakan obat tradisional karena mudah didapat (44%), sumber informasi yang

Huomattavaa on myös se, että YYA-sopimuksen myötä julkisessa retoriikassa Suomi joutui arvioimaan länsimaita sotilaallisen uhan tuottajana. Toisaalta,

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di masjid Babus Salam Desa Seuneubok Alur Buloh Kecamatan Kota Bahagia, yang bahwa implementasi manajemen masjidnya sudah