• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA

SISTEM PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA PERGURUAN TINGGI BHMN DALAM MASA TRANSISI

A. Pertanggungjawaban Keuangan Negara pada Umumnya

Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintah yang telah diterima secara umum. Akuntabilitas yaitu pemenuhan kewajiban pemegang amanah (agent) untuk

memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pemberi amanah (principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta

pertanggungjawaban tersebut.83

Dalam rangka akuntabilitas pengelolaan keuangan negara menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/pengguna barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). Sedangkan Pimpinan unit organisasi

kementerian negara/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-undang tentang APBN.84

83

Penjelasan Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 84

Selain itu perlu ditegaskan prinsip yang berlaku universal bahwa barang siapa yang diberi wewenang untuk menerima, menyimpan dan membayar atau menyerahkan uang, surat berharga atau barang milik negara bertanggung jawab secara pribadi atas semua kekurangan yang terjadi pengurusannya. Kewajiban untuk mengganti kerugian keuangan negara oleh para pengelola keuangan negara dimaksud merupakan unsur pengendalian intern yang andal.

Akuntabilitas pengelolaan Keuangan Negara adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan pertanggungjawaban, menyajikan dan melaporkan segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan pengelolaan uang publik, kepada pihak yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggung-jawaban tersebut (DPR dan masyarakat luas).85

Dalam hal pertanggungjawaban keuangan Negara ini, dapat dilihat dari 2 (dua) pandangan, yaitu sebagai berikut86

1. Pertanggungjawaban Keuangan Negara horizontal, yaitu pertanggungjawaban pelaksanaan APBN yang diberikan Pemerintah kepada DPR. Hal ini disebabkan sistem ketatanegaraan yang berdasarkan UUD 1945 telah menentukan kedudukan Pemerintah dan DPR sederajat.

:

2. Pertanggungjawaban Keuangan Negara Vertikal, yaitu pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh setiap otorisator atau ordonator dari setiap Departemen atau Lembaga Negara nondepartemen

85

Akuntabilitas Pertangunggjawaban Keuangan Instansi Pemerintah, diakses tanggal 6 Juni 2012.

86

yang menguasai bagian anggaran, termasuk di dalamnya pertanggungjawaban bendaharawan kepada atasannya dan pertanggungjawaban para pemimpin proyek. Pertanggungjawaban keuangan ini pada akhirnya disampaikan kepada Presiden yang diwakili oleh Menteri Keuangan selaku pejabat tertinggi pemegang tunggal keuangan Negara sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 25 Indische

Comptabiliteits Wet (ICW) 1925.

Berdasarkan konsepsi hukum keuangan Negara, pertanggungjawaban keuangan Negara merupakan konsekuensi logis dari kesediaan pemerintah melaksanakan APBN yang disetujui oleh DPR. Dalam tata pengelolaan keuangan Negara atau APBN yang berlaku sampai dengan 2004 adalah ketentuan ICW, di mana pertanggungjawaban keuangan Negara dituangkan kedalam Perhitungan Anggaran Negara. APBN sebagai machtiging dari DPR kepada pemerintah memberikan dasar yang kuat yang berhak menerima pertanggungjawaban keuangan Negara adalah DPR.

Pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara berada pada pemerintah karena merupakan bagian dari pemerintahan Negara. Hal ini didasarkan bahwa pemerintah berkewajiban memenuhi tugas Negara sebagaimana termaktub dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.87

87

Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan88. Kekuasaan tersebut antara lain sebagai berikut89

a. Dikuasakan kepada Menteri Keuangan, selaku pengelola fiskal dan Wakil Pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan;

:

b. Dikuasakan kepada menteri/pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang kementerian negara/lembaga yang dipimpinnya;

c. Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.

d. Tidak termasuk kewenangan dibidang moneter, yang meliputi antara lain mengeluarkan dan mengedarkan uang, yang diatur dengan undang- undang.

Menteri keuangan sebagai pembantu presiden dalam bidang keuangan pada hakekatnya adalah Chief Financial Officer (CFO) Pemerintah Republik Indonesia

sementara menteri/pimpinan lembaga adalah Chief Operasional Officer (COO)

untuk suatu bidang tertentu pemerintahan. Prinsip ini perlu dilaksanakan secara konsisten agar terdapat kejelasan dalam pembagian wewenang dan tanggung

88

Pasal 6 ayat (1) UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara 89

jawab, terlaksananya mekanisme check and balance, serta untuk mendorong

upaya pengingkatan profesionalisme dalam penyelenggaran tugas pemerintahan.90

Pemerintah dalam menjalankan tanggung jawab dalam pengelolaan keuangan Negara memerlukan pengawasan dan pemeriksaan agar tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara dilakukan oleh suatu lembaga Negara yaitu Badan Pemeriksa Keuangan. Ketika terdapat informasi atas dugaan penyalahgunaan keuangan Negara yang dilakukan oleh pihak-pihak yang diberi tugas untuk melakukan pengelolaan keuangan Negara maka wajib dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan merupakan tindakan hukum dalam rangka pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan professional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara. Pelaksanaan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara diupayakan agar pemeriksa yang melakukan maupun pihak-pihak yang diperiksa tetap berpegang pada keterbukaan dan kejujuran. Hal ini dimaksudkan

90

agar terhindar dari kompromi yang bersifat negatif sehingga menimbulkan kejahatan dalam bentuk melakukan delik korupsi.91

Terlaksananya pemeriksaan secara benar atau tidak menyimpang sehingga tidak bertentangan dengan hukum keuangan Negara, berarti terjalin kerja sama yang baik untuk melaksanakan hukum keuangan Negara. Keberhasilan pemeriksaan terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara tergantung pada kesadaran hukum, baik pada pemeriksa maupun yang diperiksa.

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan wajib berpedoman pada ketentuan yang tercakup dalam hukum keuangan Negara. Hal ini bertujuan agar BPK mampu menghasilkan pemeriksaan yang mencerminkan rasa keadilan, kegunaan, atau kepastian hukum sehingga dapat diterima oleh pihak yang diperiksa. Sebenarnya pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK bukan untuk mencari kesalahan terhadap pihak-pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara, melainkan untuk mengarahkan bagaimana cara sehingga tidak menimbulkan kerugian keuangan Negara.92

Ruang lingkup pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara yang dilakukan oleh BPK meliputi pemeriksaan yang bersifat preventif dan pemeriksaan yang bersifat represif. Kedua bentuk pemeriksaan ini bertujuan untuk mengamankan keuangan Negara yang berada pada Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah, Bank Indonesia, Lembaga Negara Lainnya, Badan

91

Ibid, hal 80 92

Usaha Milik Negara/Badan Usaha Milik Daerah, Badan Layanan Umum, Badan atau Lembaga lain yang menyelenggarakan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan Negara.

B. Sistem Pertanggungjawaban Keuangan Negara Perguruan Tinggi BHMN dalam Masa Transisi

Sesuai dengan perubahan dan tuntutan kemandirian perguruan tinggi, dan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 1999, maka beberapa perguruan tinggi di Indonesia telah berubah status dari PTN menjadi Perguruan Tinggi Badan Hukum Milik Negara yaitu UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan Universitas Airlangga. Walaupun telah terjadi perubahan status, tanggung jawab perguruan tinggi tidak berubah, sama dengan yang diatur dalam PP No. 60 Tahun 1999 yaitu melaksanakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dikenal sebagai Tridharma Perguruan Tinggi. Perubahan status hukum pendidikan tinggi terjadi di berbagai Negara, didorong oleh kebutuhan untuk otonomi yang lebih luas.93

Perubahan global yang berjalan semakin cepat akan membutuhkan sumber daya manusia yang visioner, memiliki kemampuan belajar yang tinggi, adaptif, lentur/luwes, kritis, inovatif serta mampu bekerja sama. Karakteristik tersebut akan dapat ditentukan apabila perguruan tinggi diberi hak otonomi karena perguruan tinggi yang demikian akan lebih mudah merancang/menyesuaikan

93

kurikulum yang sesuai dengan tuntutan pasar serta mengalokasikan sumber daya yang ada sesuai dengan tuntutan perubahan terhadap universitas yang telah otonom94

Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, diperlukan otonomi dalam pengelolaan perguruan tinggi. Berdasarkan ketentuan Pasal 53 Undang-undang Sisdiknas yang mewajibkan penyelenggara dan/atau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh Pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan yang berfungsi memberikan pelayanan kepada peserta didik yang bersifat nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan. Untuk itu dipandang perlu untuk membentuk suatu peraturan perundang-undangan tentang badan hukum pendidikan. Tetapi di dalam perjalannya Undang-undang Badan Hukum Pendidikan mengalami polemik, terdapat banyak pro kontra tentang penafsiran badan hukum pendidikan tersebut, sehingga Undang-undang tersebut dibatalkan.

.

Sejak Undang-Undang No. 9 Tahun 2009 tentang BHP dibatalkan oleh Makhamah Konstitusi dengan putusan No.11-14-21-126-136/PUU-VII/2009, maka sejak saat itu Perguruan Tinggi Negeri BHMN mengalami masa transisi dari BHMN menjadi Perguruan Tinggi Pemerintah dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum.95

94

Ibid, hal 5 95

Asas Lex Posteriori derogate lex priori (Peraturan Perundang-undangan yang baru mengenyampingkan perturan perundang-undangan yang lama)

Sebagai payung hukum Perguruan Tinggi Negeri BHMN, maka dikeluarkanlah Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2010 tentang perubahan atas PP No.17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Inilah menjadi dasar masa transisi Perguruan Tinggi Negeri BHMN.

Akuntabilitas mencakup eksistensi dari suatu mekanisme (baik secara konstitusional maupun keabsahan dalam bentuknya) yang meyakinkan politisi dan pejabat pemerintahan terhadap aksi perbuatannya dalam penggunaan sumber- sumber publik dan kinerja perilakunya.

Akuntabilitas atau bertanggungjawab dalam penyelenggaraan pemerintahan diawali pada saat penyusunan program pelayanan publik dan pembangunan (program accountability), pembiayaannya (fiscal accountability),

pelaksanaan, pemantauan dan penilaiannya (process accountability), sehingga

program tersebut dapat memberikan hasil atau dampak seoptimal mungkin sesuai dengan sasaran atau tujuan yang ditetapkan (outcome accountability).

Dalam rangka akuntanbilitas pengelolaan keuangan Negara menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota selaku pengguna anggaran/penggunaan barang bertanggung jawab atas pelaksanaan kebijakan yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN/Peraturan Daerah tentang APBD, dari segi manfaat/hasil (outcome). Adapun pimpinan unit organisasi

kementerian Negara/lembaga bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang ditetapkan dalam Undang-Undang tentang APBN, demikian pula Kepala Satuan

Kerja Perangkat Daerah tentang APBD, dari segi barang dan/atau jasa yang disediakan (output).

Di dalam PP No. 66 Tahun 2010 tentang Perubahan Atas PP No.17 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dinyatakan bahwa:

a) Pasal 220 A: penyesuaian Tata Kelola paling lama 3 (tahun) 28 September 2013 (Perguruan Tinggi yang Diselenggarakan oleh Pemerintah (PTP) ditetapkan dengan Perpres), pengalihan status Kepegawaian Dosen dan Tenaga Kependidikan.

b) Pasal 220 B: Pengelolaan Keuangan BLU paling lambat 31 Desember 2012

c) Pasal 220 C: Pengangalihan Kekayaan Negara (Aset yang Telah Dipisahkan) kepada Menteri paling lama 3 (tiga) tahun.

d) Pasal 220 H: Peraturan Pemerintah tentang PT BHMN masih tetap berlaku sepanjang dimaknai sebagai fungsi penyelenggaraan Perguruan Tinggi.

Jadi dengan demikian dari ketentuan Pasal 220H tersebut menerangkan bahwa penetapan status BHMN masih tetap berlaku selama masa transisi. Hal ini menegaskan bahwa pada saat transisi Perguruan Tinggi BHMN masih mempergunakan Peraturan Pemerintah tentang penetapan sebagai BHMN, sedangkan Pola Pengelolaan Keuangan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum

(PK-BLU), hal ini berlaku sejak terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2010.

Di dalam Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 disebutkan bahwa memberi kesempatan kepada Perguruan Tinggi Negeri berstatus BHMN dengan kekayaan negara yang belum dipisahkan dapat menerapkan Pola Keuangan BLU. Ini berarti PK-BLU hanya dapat diterapkan pada Perguruan Tinggi Negeri BHMN dengan kekayaan negara yang belum dipisahkan. Penyesuaian penerapan Pengelolaan Keuangan BLU bagi Perguruan Tinggi BHMN diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012.

Tujuh Perguruan Tinggi BHMN, yaitu UI, UGM, IPB, ITB, USU, UPI, dan UNAIR melakukan koordinasi atas usulan Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Perubahan Peraturan Pemerintah No.23/2005 mengenai Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU).96

Menurut Rektor UGM, Prof.Ir.Sudjarwadi, M.Eng, Ph.D menuturkan saat ini merupakan situasi yang tepat untuk bisa segera mencari landasan kuat mengenai otonomi PT BHMN, khususnya yang menyangkut SDM dan keuangan. Apalagi sebagaimana amanat mengenai perubahan pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan paling akhir diundangkan paling akhir 31 Desember 2012. Upaya untuk mengkoordinasikan perubahan PP No.23/2005 tersebut juga seiring dengan langkah pemerintah membuat UU Pendidikan Tinggi, dan menilai jika PP No.23/2005 ini tidak dirubah hal-hal atau beberapa pasalnya yang tidak

relevan ditakutkan akan menciptakan persoalan baik internal dan eksternal di kemudian hari.97

Sementara itu Sekretaris 7 Perguruan Tinggi BHMN, Prof.Dr.Ir.Ari Purbayanto mengakui saat ini setidaknya memang tengah fokus mengawal proses penyempurnaan RUU Pendidikan Tinggi serta memberi masukan kepada pemerintah terhadap perubahan PP No.23/2005 tersebut. Keduanya juga akan banyak membahas mengenai tata organisasi maupun tata kelola keuangan.98

Pokok perubahan yang diusulkan nantinya sehingga pola BLU sesuai dengan PP No.66/2010 mengenai pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan khususnya Pasal 58F adalah otonomi sehingga sesuai dengan keadaan PT BHMN. Di dalam penjelasan Pasal 58F ayat (3) PP No. 66 Tahun 2010 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan otonomi perguruan tinggi dalam bidang keuangan, sumber daya manusia, sarana dan prasarana adalah fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-udangan di bidang pengelolaan keuangan badan layanan umum. Dalam kerangka regulasi keuangan dan perbendaharaan negara, otonomi ini dapat diberikan melalui pendelegasian wewenang yang dimiliki oleh Menteri Keuangan kepada PT BHMN.

Berikut ini merupakan matrix Revisi PP Nomor 23 Tahun 2005 yang merupakan Penetapan dan Payung Hukum masa transisi PT BHMN sebagai BLU, yaitu99 97 : 98 99

No Draft Lama Draft Baru (Sesuai Hasil Harmonisasi) 1. Pasal 38

Penyesuian penerapan PPK-BLU bagi UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan UNAIR dengan Peraturan Pemerintah ini diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desembe 2012.

ayat (1)

Dengan Peraturan Pemerintah ini, a. Universitas Indonesia; b. Universitas Gadjah Mada; c. Institut Teknologi Bandung; d. Institut Pertanian Bogor; e. Universitas Sumatera Utara; f. Universitas Pendidikan Indonesia; g. Universitas Airlangga.

Ditetapkan sebagai instansi Pemerintah yang menerapkan PPK-BLU dengan status BLU secara penuh.

ayat (2)

Penyesuaian penerapan PPK-BLU bagi UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan Peraturan Pemerintah ini diselesaikan paling lambat tanggal 31 Desember 2012. Penjelasan

Penyesuaian penerapan PPK-BLU sebagaimana dimaksud pada ayat ini, antara lain meliputi tarif layanan, standar biaya, serta perencanaan dan penganggaran (penyusunan RBA dan RKA K/L). Tarif layanan dan standar biaya existing masih tetap berlaku sampai dengan 31 Desember 2012.

:

Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan

UNAIR tahun 2012 dan 2013 dipergunakan sebagai pengganti RBA dalam penyusunan RKA K/L tahun 2012 dan 2013. Tarif layanan dan standar biaya existing masih dapat dipergunakan dalam penyusunan RKA K/L tahun 2012 dan 2013.

2. Pasal 38A ayat (1)

Pengalihan seluruh kekayaan pada UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian. ayat (1) Tetap Penjelasan: Tetap ayat (2)

Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian.

Penjelasan:

Yang dimaksud dengan kerjasama

ayat (2)

Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya perjanjian dan ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya paling lambat

dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap.

tanggal 28 September 2013.

Penjelasan:

Yang dimaksud dengan kerjasama dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap.

ayat (3)

Dalam rangka penyesuaian penerapan PPK-BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, perjanjian seabagaimana dimaksud pada ayat (2) perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya.

Dihapus (digabung dengan ayat (2))

ayat (4)

Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan

Penjelasan:

Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara

ayat (3)

Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud ayat (1) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan:

Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara lain pengalihan:

lain pengalihan;

a. Aset tetap menjadi barang milik Negara, dan

b. Kekayaan lainnya.

Negara; dan b. Kekayaan lainnya.

Hasil kesimpulan rapat harmonisasi Rancangan Peraturan Pemerintah perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 antara lain sebagai berikut100

1. Pendelegasian kewenangan penetapan tarif kepada Menteri Teknis/Pimpinan BLU akan diatur dalam pedoman umum yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;

:

2. Payung hukum mengenai masa transisi Perguruan Tinggi BHMN untuk tahun 2012 dan 2013 dapat diakomodasi, yaitu:

a. Untuk tahun 2012, perencanaan dan penganggaran, tarif, dan standar biaya menggunakan ketentuan yang berlaku pada Perguruan Tinggi BHMN saat ini (existing);

b. Perguruan Tinggi BHMN menggunakan RKAT 2013 sebagai dasar penyusunan RKA K/L 2013, dengan menggunakan tarif dan standar biaya existing.

100 Ibid

3. Pengaturan mengenai penetapan 7 Perguruan Tinggi BHMN menjadi satuan kerja BLU dijadikan satu pasal dengan pengaturan mengenai penyesuaian penerapan PPK-BLU (Pasal 37A lama dan 38 lama digabung menjadi Pasal 38 ayat (1) dan ayat (2) baru)

4. Pencantuman kerangka waktu yang jelas bagi penyesuaian kerjasama yang telah dilakukan Perguruan Tinggi BHMN sebelum ditetapkan menjadi satuan kerja BLU;

5. Draft Rancangan Peraturan Pemerintah Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 akan diperbaiki sesuai dengan hasil rapat di atas dan dilakukan rapat harmonisasi kembali oleh Kemenkumham.

Masa transisi pengalihan aset Perguruan Tinggi BHMN, dapat kita lihat dari matrix berikut:

Draft Awal Draft Baru

Pasal 38 A RPP No. 23 Tahun 2005

ayat (2)

Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI, dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya

ayat (2)

Kerjasama antara UI, UGM, ITB, IPB, USU, UPI dan UNAIR dengan pihak ketiga sebelum ditetapkan Peraturan Pemerintah ini, dinyatakan tetap berlaku sampai dengan berakhirnya

perjanjian. Penjelasan:

Yang dimaksud dengan kerjasama dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap

perjanjian dan ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya paling lambat tanggal 28 September 2013.

Penjelasan:

Yang dimaksud dengan kerjasama dalam ayat ini adalah termasuk kerjasama aset tetap.

ayat (3)

Dalam rangka penyesuaian penerapan PPK-BLU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) perlu ditinjau kembali untuk disesuaikan dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah ini dan petunjuk pelaksanaannya.

Dihapus (Digabung dengan ayat (2))

ayat (4)

Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan

ayat (3)

Ketentuan mengenai pengalihan kekayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur lebih lanjut dengan

Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan:

Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara lain pengalihan;

a. Aset tetap menjadi barang milik Negara, dan

b. Kekayaan lainnya.

Peraturan Menteri Keuangan.

Penjelasan:

Ketentuan yang akan diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan antara lain pengalihan:

a. Aset tetap menjadi barang milik Negara, dan

b. Kekayaan lainnya.

Pengalihan Kekayaan 7 Perguruan Tinggi BHMN menjadi kekayaan negara yang tidak dipisahkan harus selesai tanggal 28 September 2013 serta pendelegasian kewenangan kepada Menteri Keuangan untuk mengatur lebih lanjut mengenai pengalihan kekayaan. Kewenangan pengalihan dan penghapusan asset tetap dilakukan berdasarkan jenjang nilai dan jenis barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Memperhatikan ketentuan Pasal 220A PP Nomor 66 Tahun 2010 tentang Perubahan atas PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dinyatakan bahwa penyesuaian tata kelola paling lambat 3 (tiga) tahun. Hal ini berarti bahwa penyesuaian tata kelola keuangan Perguruan Tinggi BHMN paling lambat tanggal 31 Desember 2012. Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum ini dilakukan berdasarkan standar akuntansi pemerintah. Pasal 220C dijelaskan bahwa Perguruan Tinggi BHMN yang telah memperoleh pemisahan kekayaan Negara harus dikembalikan kepada Negara melalui Menteri dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun.

BAB IV

PENERAPAN SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM PADA PERGURUAN TINGGI BHMN

A. Pembentukan Badan Layanan Umum

Badan Layanan Umum pada prinsipnya adalah Enterprising the

government yang merupakan paradigma baru yang menjadi jiwa pengelolaan

keuangan sektor publik.

Pembentukan badan layanan umum harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Persyaratan pembentukan badan layanan umum apabila memenuhi persyaratan substantif, teknis dan administratif yang dirinci sebagai berikut101

1. Persyaratan Substantif terpenuhi ketika instansi pemerintah yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan;

:

a. Penyediaan barang dan jasa layanan umum;

b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat atau layanan umum, dan/atau;

c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada masyarakat.

101

2. Persyaratan Teknis terpenuhi apabila;

a. Kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan pencapaiannya melalui badan layanan umum

Dokumen terkait